Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DAN

PENGELOLAAN OBAT

PUSKESMAS KANDANGAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Puskesmas adalah Unit Pelaksana Tekhnis Dinas Kesehatan Kabupaten yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara
nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan. Apabila di suatu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau
dusun.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah tercapainya
kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup indikator utama yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk.
Sejalan dengan visi pembangunan kesehatan maka puskesmas Kandangan juga mempunyai
visi menjadi puskesmas dengan pelayanan prima bagi masyarakat. Misi puskesmas
Kandangan yang pertama membangun suasana kerja yang kondusif serta mempermudah
akses pelayanan sesuai standar mutu. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu, Puskesmas harus ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat menjadi
berorientasi kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian. Sebagai konsekuensi
perubahan orientasi tersebut maka tenaga kefarmasian (Apoteker/Asisten Apoteker) di
Puskesmas harus terus mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku agar dapat
berinteraksi langsung dengan pasien secara optimal.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi pengeleloaan sumber daya (SDM, sarana
prasara, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, serta administrasi) dan pelayanan farmasi
klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan
pencatatan/pendokumentasian). Pelayanan kefarmasian tersebut diupayakan seoptimal
mungkin dengan memanfaatkan tenaga, dana, sarana prasarana, dan metode tata laksana yang
sesuai dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1.2 TUJUAN
Tujuan Umum :

Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Puskesmas

Tujuan Khusus:
- Sebagai acuan Apoteker dan Asisten Apoteker untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas
- Sebagai Pedoman bagi Puskesmas dalam pembinaan pelayanan kefarmasian di
setiap wilayah kerja Puskesmas KANDANGAN.
1.3 LANDASAN HUKUM

1. Permenkes No 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


2. Undang Undang No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
3. Undang Undang No 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
4. Kepmenkes RI No Hk. 02.02/Menkes/363/2015 tentang Formularium Nasional tahun
2015
5. Permenkes Nomer 36 tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan
nomer 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas
BAB II

PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan Farmasi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Oleh karenanya perlu dibuat metode untuk menilai, mengendalikan penyediaan dan
penggunaan obat. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan kefarmasian yang diawali dari perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, serta
pemantauan dan evalusi.

Pengelolaan ini adalah untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat serta bahan
medis habis pakai yang efektif, efisien, dan rasional. UPTD Puskesmas Kandangan
merupakan Puskesmas Rawat Inap dengan pelayanan 24 jam sehingga jam pelayanan farmasi
dengan pelayanan kegawat daruratan juga mengikuti 24 jam. Penggelolaan obat perlu
diperhatikan dengan seksama dengan menganalisa kebutuhan obat Puskesmas dengan
menyesuaiakan anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer
stok serta menghindari stok berlebih.

Adapun kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai


Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai pemilihan
jenis dan jumlah kebutuhan dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatakan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta bahan medis habis pakai yang mendekati
kebutuhan
b. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit dan pola konsumsi obat periode sebelumnya. Seleksi obat mengacu pada
formularium nasional namun tetap menyesuaikan dengan pola perresepan dokter yang
mengetahui dan menenetukan obat yang dibutuhkan pasien.

Daftar obat yang tersedia di unit farmasi Puskesmas KANDANGAN tercantum pada
Formularium Puskesmas KANDANGAN (Terlampir)

2. Permintaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai


Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi kebutuhan obat dan
bahan medis habis pakai di Puskesmas KANDANGAN, sesuai dengan perencanaan
kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai ditujukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima obat
dan bahan medis habis pakai dari Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) Kediri sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan. Tujuan kegiatan ini agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan Puskesmas berdasarar permintaan yang diajukan oleh Puskesmas
KANDANGAN.
Petugas penerima wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan bahan medis habis pakai
yang diserahkan, mencakup nama obat, jumlah obat, jumlah kemasan, keadaan obat, dan
bentuk obat sesuai dokumen LPLPO, kemudian ditandatangani petugas penerima obat dan
mengetahui Kepala Puskesmas. Apabila tidak memenuhi syarat, petugas penerima obat
dapat menolak obat yang diterima dengan mengisi berita acara penolakan obat.

4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan pengaturan terhadap
obat dan bahan medis habis pakai yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimiawi, dan mutunya tetap terjamin sesuai persyaratan yang
ditetapkan. Tujuan penyimpanan ini untuk menjaga mutu obat yang tersedia di Puskesmas
dapat dipertahankan sesuai peraturan yang ditetapkan.
Gudang obat tempat menyimpan obat Puskesmas harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. luas minimal 3 X 4 m2,disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan
b. Ruangan kering dan tidak lembab
c. Memiliki ventilasi yang cukup
d. Jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung
dan berteralis
e. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan
kotoran lain. Harus diberi alas papan (palet)
f. Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h. Gudang obat khusus digunakan untuk penyimpanan obat
i. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
j. Tersedia lemari untuk narkotik dan psikotropik yang selalu terkunci. Lemari narkotik
dan psikotropik bisa digabungkan dengan kamar obat
k. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
Untuk Gudang obat Puskesmas kandangan hampir mendekati persyaratan gudang obat
hanya pada poin f dan g masih belum dilaksanakan.
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Bentuk dan Jenis sediaan;
b. Stabilias (suhu, cahaya, dan kelembaban), obat dan bahan medis habis pakai yang
membutuhkan suhu dingin disimpan di lemari pendingin/kulkas;
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar dan bersifat korosif;
d. Obat atau bahan medis habis pakai yang mempunyai bau menyengat diletakkan terpisah
e. Obat Narkotik dan Psikotropik disimpan dalam lemari khusus sesuai peraturan yang
ditetapkan.
Upaya untuk meminimalkan adanya obat kadaluwarsa perlu diberlakukan sistem FEFO
atau FIFO dalam penataan obat. FEFO adalah First Expired First Out yaitu penataan obat
yang mempunyai masa kadaluwarsa terlebih dahulu untuk ditata didepan sehingga
diharapkan untuk diambil dan didistribusikan lebih dulu. Sedangkan FIFO adalah First
In First Out yaitu penataan obat yang datang terlebih dahulu untuk ditata di depan
sehingga dapat didistribusikan terlebih dahulu.
Di Puskesmas Kandangan penataannya menggunakan sistem FEFO yaitu First Expired
First Out dimana obat yang mempunyai masa kadaluwarsa terlebih dahulu yang
didistribusikan terlebih dahulu hal ini dikarenakan tidak selalu obat yang datang terlebih
dahulu mempunyai masa kadaluwarsa lebih dahulu.

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai ebutuhan di sub unit pelayanan dan Pustu/Polindes.
Tujuan distribusi untuk memenuhi kebutuhan obat di sub unit dan Pustu/Polindes yang ada
di wilayah kerja Puskesmas KANDANGAN dengan jenis, mutu, jumlah, dan waktu yang
tepat.

6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan/kekosongan obat dan bahan
medis habis pakai untuk pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan pengendalian obat dan bahan medis habis pakai meliputi :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan obat rusak dan kadaluwarsa
7. Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan
Pencatatan,pelaporan, dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan,
dan digunakan di unit pelayanan maupun pustu/polindes wilayah kerja Puskesmas
KANDANGAN.
Tujuan pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan adalah :
a. Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
c. Sumber data untuk membuat laporan;
d. Sumber data untuk perencanaan tahun berikutnya.
8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara periodik dengan tujuan:
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan
bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan;
b. Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai;
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai.

Jadi Pelayanan kefarmasian merupakan rangkaian pelayana yang berkaitan dengan sediaan
Farmasi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien mulai dari pemesanan
obat, pengelolaan obat sampai peresepan obat. Oleh karenanya perlu dibuat metode untuk
menilai, mengendalikan penyediaan dan penggunaan obat.
BAB III

PELAYANAN FARMASI KLINIK

3.1 PELAYANAN RESEP

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, doker gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan
yang berlaku. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di UPTD Puskesmas Kandangan
dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi sesuai kompetensinya dengan persyaratan :

a. Memiliki Surat Tanda Registrasi.

b. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di UPTD Puskesmas Kandangan.

Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di bidang pengobatan karena
sesuatu hal (misal: menghadiri rapat), maka tugas pengobatan dan pemberian resep didelegasikan
kepada petugas pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang
farmasi, yaitu perawat/perawat gigi/bidan yang bertugas pada hari itu.

Peresepan obat juga memuat untuk resep psikotropika dan narkotika. Untuk peresepan narkotika
dan psikotropika di Puskesmas Kandangan mempunyai kebijakan antara lain :

1. Peresepan obat psikotropika narkotika hanya boleh ditulis oleh dokter/ dokter gigi
2. Resep merupakan resep asli dan ditangani langsung oleh dokter pemeriksa/pemberi resep
3. Jika tidak ditandatangani resep bisa ditolak atau konfirmasi ke dokter yang menulis resep
4. Resep yang ditulis harus jelas, baik jenisnya, jumlahnya dan cara penggunaannya
5. Resep psikotropika diberi garis merah dibawah nama obat, dan obat narkotika diberi garis
biru dibawah nama resep obat dan di tandatangani sejajar garis merah atau biru
6. Dibelakang resep ditulis nama pasien dan alamat pasien yang lengkap
7. Resep yang berisi obat psikotropika, dalam keadaan terkunci

Obat narkotika menurut Undang- Undang RI nomor 35 Tahun 2009 ada 3 (tiga) golongan
narkotika:
1. Golongan I : hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, misalnya :
opium, heroin, kokain dll yang tercantum dalam daftar
narkotika golongan I
2. Golongan II : berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terkahir dan
dgunakan dalam terapi, misalnya : methadone, morfin, petidin dll
yang tercantum dalam daftar narkotika golongan II
3. Golongan III : narkotika yang berkhasiat pengobatan sebagai pilihan terkahir dan
dapat digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan, yang masuk dalam golongan ini adalah : kodein,
garam garam narkotika dalam golongan ini
4. Golongan dan jenis precursor
a. Tabel I : efedrin, ergotamine, ergometrin, potassium, permanganant,
pseudoefedrine dl yang ada di tabel I
b. Tabel II : acetone, ethil ether, piperidine, sulphuric acid dll yang ada di tabel II
5. Obat psikofarmaka menurut DOEN psikofarmaka 2002 penggolongan obat terdiri dari :
a. Antianxientas dan anti insomnia
- diazepam
6. daftar psikotropika golongan III (UU RI no.5 tahun 1997)
- pentobarbital, amobarbital dll yang terantum dalam daftar psikotropika golongan
III
7. Daftar Psikotropika golongan IV (UU RI no.5 tahun 1997)
- Alprazolan barbital, diazepam, clobazam
Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus
dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat, sampai kepada penyerahan resep kepada
pelanggan.

Adapun langkah-langkah pelayanan resep sebagai berikut :

a. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pelanggan dilakukan screening/pemeriksaan dan langkah
langkah penerimaan resep meliputi :
- Persyaratan administratif antara lain: Nama dan Nomor SIP Dokter, Paraf atau tanda
tangan Dokter penulis resep, Tanggal Resep, Ruangan/Poli asal Resep, Nama Pasien,
Jenis Kelamin, Umur, Berat Badan Pasien, dan Alamat Pasien.
- Persyaratan farmasetik yang meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis serta
jumlah obat, stabilitas dan ketersediaan obat, aturan dan cara penggunaan obat,
inkomptabilitas (ketidakcampuran) obat.
- Pertimbangan klinik meliputi ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
duplikasi pengobatan, alergi dan efek samping obat, interkasi obat, kontraindikasi, dan
ketergantungan obat.
- Konsultasi dengan dokter penulis resep apabila ditemukan keraguan pada resep dan obat
yang diresepkan tidak tersedia.

b. Peracikan Obat

Setelah dilakukan pengecekan resep langkah berikutnya adalah meracik obat sesuai resep,
dan langkah langkahnya sebagai berikut :

- Pengambilan obat di rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal


kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.
- Peracikan obat
- Pemberian etiket untuk penandaan dan informasi penggunanaan obat
- Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk masing-masing obat
untuk menjaga mutu obat dan menghindari kesalahan penggunaan obat.
-
c. Penyerahan obat

Setelah peracikan obat diserahkan kepada pelanggan dengan langkah-langkah berikut :

- Sebelum menyerahkan obat kepada pelanggan dilakukan pemeriksaan ulang meliputi


penulisan nama pasien dan aturan pakai di etiket, jenis dan jumlah obat.
- Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
- Penyerahan obat ke pasien dengan cara yang baik dan sopan
- Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat
tersebut, meliputi: nama obat, kekuatan obat dan indikasi obat, frekuensi penggunaan
obat, waktu penggunaan obat, sebelum/saat/sesudah makan, efek samping yang
mungkin terjadi setelah minum obat dan cara penangananya, serta cara penyimpanan
obat di rumah.

Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di UPTD Puskesmas Kandangan dilaksanakan oleh:

1. Apoteker sesuai kompetensinya.

2. Asisten Apoteker sesuai kompetensinya, apabila tenaga Apoteker tidak ada.

3. Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan


pengalaman di bidang farmasi, yaitu: dokter, dokter gigi.

Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyedian obat tidak
dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri untuk melaksanakan tugas manajemen kefarmasian
UPTD Puskesmas Kandangan.

Di Puskesmas kandangan juga mempunyai kebijakan tentang larangan memberikan obat


kadaluwarsa kepada pasien sehingga puskesmas mempunyai kebijakan dalam pentaan obat
untuk meminimalkan adanya obat kadaluwarsa yautu dengan sistem FEFO ( First Expired
First Out ) yaitu sistem penataan obat dimana obat yang mempunyai masa kadaluwarsa
terlebih dahulu untuk diletakkkan didepan sehingga dapat didistribusikan terlebih dahulu

3.2 PELAYANAN INFORMASI OBAT

Pelayanan informasi obat yang diberikan kepada pelanggan harus disampaikan dengan bahasa
yang mudah dimengerti, benar, jelas, akurat, tidak bias, etis, terkini sebagai upaya untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Sumber pelayanan informasi obat dapat
berupa buku atau brosur obat. Adapun informasi obat yang diperlukan pasien adalah :

- Waktu penggunaan obat meliputi frekuensi penggunaan obat dalam sehari, obat
diminum sebelum/saat/sesudah makan, dan waktu penggunaan obat apakah pagi,siang,
sore atau malam hari.
- Lama penggunanaan obat, apakah selama masih ada keluhan atau harus dihabiskan
walaupun pasien sudah merasa sembuh. Untuk Antibiotik harus digunakan minimal 3
hari atau lima hari untuk mencegah resistensi.
- Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan, karena
itu pelanggan harus mendapat penjelasan cara penggunaan obat yang benar terutama
untuk sediaan farmasi tertentu misalnya per oral, sub lingual, tetes mata, salep mata,
tetes hidung, tetes telinag, suppositoria, krim/salep, dan per vaginal.

BAB IV

PENGELOLAAN SUMBER DAYA


4.1 SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas adalah Apoteker
dan Asisten Apoteker. Adapun kompetensi Apoteker di Puskesmas adalah sebagai berikut :

a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu


b. Mampu mengambil keputusan secara professional
c. Mampu berkomunikasi secara baik dengan pasien maupun dengan profesi kesehatan yang
lain secara verbal maupun non verbal dengan Bahasa nasional ataupun Bahasa lokal.
d. Selalu belajar sepanjang karier baik jalur formal maupun informal, sehingga ilmu dan
ketrampilan yang dimiliki selalu terbaru (up to date)

Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan Apoteker dalam melakukan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Sesuai peraturan Menteri kesehatan Nomer 75 tahun 2014
SDM untuk pelayanan Kefarmasian terdiri dari Apoteker dan Asisten Apoteker. Sedangkan di
Puskesmas Kandangan hanya mempunyai 1 tenaga Apoteker oleh karenanya perlu diusulkan
penambahan tenaga Tenaga Teknis Kefarmasian untuk membantu pelayanan kefarmasian

4.2 PRASARANA DAN SARANA

Prasarana adalah tempat, fasilitas, dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung
pelayanan kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang
secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan
kefarmasian di Puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang memadai disesuaikan dengan
luas cakupan kerja, ketersediaan ruang, ada tidaknya rawat inap, jumlah karyawan, jumlah
kunjungan, dan kepuasan pasien.

Prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
antara lain :

 Papan nama “ APOTEK” yang dapat terlihat jelas oleh pelanggan


 Ruang tunggu yang nyaman bagi pelanggan
 Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian meliputi : mortar-stamfer, gelas ukur, sealing
machine, kertas pembungkus puyer, dan sendok obat.
 Tersedia tempat dan alat yang memadai untuk peracikan obat
 Tempat penyimpanan khusus seperti lemari es untuk suppositoria dan obat-obatan yang
membutuhkan suhu khusus utamanya obat-obat injeksi, dan tersedia lemari narkotika
psikotropika sesuai peraturan perundangan yang berlaku
 Tersedia kartu stok untuk masing masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan
pengeluaran obat serta tanggal kadaluarsa obat dapat terpantau dengan baik
 Tersedia tempat penyerahan obat yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan
informasi obat kepada pelanggan.
4.3 SEDIAAN FARMASI DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Perbekalan kesehatan
meliputi semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk meyelenggarakan
pelayanan kesehatan.

4.4 ADMINISTRASI

Administrasi rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan dalam rangka


penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib untuk sediaan farmasi, perbekalan kesehatan,
serta pengelolaan pelayanan kefarmasian tersebut, yang meliputi :

- Perencanaan
- Permintaan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- Penerimaan
- Penyimpanan
- Pencatatan di Kartu Stok Obat atau Komputer
- Pendistribusian
- Pelaporan menggunakan buku Pemakaian Obat di Pustu/Polindes, Poli, dan di
LPLPO.

Sedangkan untuk adminstrasi resep meliputi pencatatan jumlah pasien berdasarkan jenis pasien
(BPJS dan Non BPJS/Umum), penyimpanan bendel resep harian secara teratur untuk kemudian
disimpan selama 3 (tiga) tahun, dan pemusnahan resep dilengkapi dengan berita acara
pemusnahan resep.

BAB V

PENANGANAN OBAT KADALUWARSA


Tanggal kadaluwarsa adalah batas tanggal setelah tanggal tersebut mutu suatu sediaan farmasi
tidak di jamin lagi oleh produsennya. Sesuai dengan surat edaran Dinas Kesehatan nomor
442/15.080/418.48/2016 tentang pemusnahan obat kadaluwarsa dalah sebagai berikut :

5.1 Petugas Farmasi mengumpulkan dan mencatat obat yang kadaluwarsa yang akan
dimusnahkan.
5.2 Petugas Farmasi menyimpan secara terpisah di tempat yang aman dan diberi tanda
5.3 Petugas Farmasi menginformasikan tentang obat yang kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas yang selanjutnya mengirim surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten tentang
rencana pelaksanaan pemusnahan sekaligus permintaan untuk menjadi saksi disertai
data obat dengan rincian nama obat, bentuk sediaan, jumlah , tanggal kadaluwarsa
5.4 Petugas Farmasi membuat Berita Acara Pemusnahan Obat dengan tembusan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Kediri ( terlampir)
5.5 Puskesmas melaksanakan pemusnahan obat dengan saksi dari Dinas Kesehatan
kabupaten Kediri dengan pemusnahan obat dilakukan pihak ketiga yaitu PT. PRIA

BAB VI

PENCATATAN PEMANTAUAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT DAN KTD


Keselamatan pasien merupakan hal yang paling utama dalam pelayanan kesehatan. Oleh
karenanya diperlukan identifikasi resiko keselamatan yang mungkin terjadi di pelayanan
kefarmasian yang tertuang dalam FMEA ( Failure Mode Effect Ananlisis ) dan Identifikasi
insiden keselamatan pasien yang terjadi dipelayanan kefarmasian yang tertuang dalam RCA
( Root ause Analisis ). Resiko Potensial yang mungkin terjadi di ruang farmasi adalah :

- Kesalahan dalam mengambil obat


- Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
- Kesalahan dosis obat
- Penulisan resep yang tidak bisa di baca
- Pemberian obat kadaluwarsa
- Kegagalan memonitor efek samping obat
- Riwayat alergi obat tidak terindentifikasi
- Kesalahan dalam membaca resep

Pengelolaan obat efek samping adalah suatu proses kegiatan pematauan setiap respon terhadap
obat yang merugikan atau yang tidak di harapkan yang terjadi pada dosis normal yang di
gunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi serta mengelola obat efek
samping di Puskesmas

SOP pencatatan pemantauan pelaporan efek samping obat dan kejadian tidak diinginkan yaitu

Pencatatan, pemantauan dan pelaporan Efek samping Obat

Pencatatan, pemantauan dan pelaporan Efek samping Obat


a. Petugas Medis menerima keluhan ESO dari pasien
b. Petugas medis mencatat ke dalam buku laporan ESO
c. Petugas Farmasi menulis pada formulir laporan ESO dan dari hasil pelaporan ESO
kemudian memilih ESO yang belum pernah terjadi untuk di kirimkan via email ke depkes
d. Petugas farmasi melaporkan ke penanggung jawab manajemen mutu Puskesmas
e. Penangung jawab manajemen mutu Puskesmas melaporkan hasil pencatatan ESO ke
Kepala Puskesmas
f. Petugas farmasi mengirim formulir laporan ESO ke dalam Depkes via email

Pencatatan, pemantauan dan pelaporan kejadian Tidak Diinginkan ( KTD ), KNC ( Kejadian
Nyaris Cidera ), KTC ( Kejadian Tidak Cidera) di ruang farmasi

a. Petugas farmasi mencatat Insiden KTD, KTC,KNC


b. Petugas farmasi melaporkan insiden KNC, KTD, KTC ke penangung jawab mutu
Puskesmas
c. Penangung jawab mutu Puskesmas mengidentifikasi Kejadian Tidak Diinginkan ( KTD),
KTC, KNC
d. Penangung jawab mutu menganalisa masalah KTD, KNC, KTC dan mencatat hasil
analisa pada buku laporan KTD, KNC, KTC
e. Penangung jawab mutu melaporkan hasil analisa ke Kepala Puskesmas
f. Kepala Puskesmas menerima lapotan hasil analisa dari Penangung jawab mutu
Puskesmas.
g. Kepala Puskesmas merencanakan tindak lanjut dengan Petugas farmasi bersama petugas
medis yang terkait mencari akar masalah untuk membuat rencana Tindak Lanjut dan
menindak lanjuti Insiden Tidak Dinginkan ( KTD ), KNC maupun KTC supaya tidak
terjadi lagi dan meminimalisasi kejadian

Untuk SOP Tindak lanjut terhadap pelaporan Insiden Kesalahan pemberian obat adalah :

a. Petugas Farmasi menemukan kesalahan dalam pemberian obat dan KNC


b. Petugas Farmasi segera melakukan penelusuran identitas dan penyakit dalam RM
mencari alamat pasien melalui bagian pendaftaran
c. Petugas Farmasi berkonsultasi kepada pada dokter penulis resep tentang
kesalahan pemberian Obat
d. Petugas Farmasi menyiapkan pengganti obat yang sesuai dengan resep
e. Petugas Farmasi mendatangi rumah pasien yang salah menerima obat dengan
membawa penggantinya
f. Petugas Farmasi meminta maaf dan menjelaskan kepada keluarga pasien / pasien
tentang kesalahan obat dan menyerahkan obat pengganti ( yang sesuai resep )
dengan kata-kata asertif kepada pasien/keluarganya
g. Petugas Farmasi mencatat Kejadian tersebut ditulis pada buku kesalahan
pemberian obat dan KNC ( Kejadian Nyaris Cidera )

BAB VII

PENYEDIAAN OBAT EMERGENSI


Obat emergensi adalah obat – obat yang diperlukan untuk kegawat daruratan. Penyediaan obat
emergensi merupakan pemenuhan kebutuhan obat yang sangat dibutuhkan untuk kagawat
daruratan di ruang pelayanan. Ruang pelayanan yang terdapat obat emergensi di Puskesmas
Kandangan antara lain ruang UGD, GIGI, KIA, KB, PERAWATAN, IMS, PONED, TB.Daftar
obat emergensi di ruang pelayanan tersebut adalah

1. EPINEPRIN INJEKSI
2. AMINOPHILIN INJEKSI
3. DEXAMETASON INJEKSI
4. ASAM TRANEKSAMAT INJEKSI
5. DIAZEPAM REKTAL SUPP
6. ATRPOIN SULFAT INJEKSI
7. DIAZEPAM INJEKSI
8. DIPHENHIDRAMIN INJEKSI
9. NOR EPINEFRIN INJEKSI
10. LIDOKAIN INJEKSI

SOP Penyediaan obat emergensi yaitu

a. Petugas farmasi membuat perencanaan obat – obatan emergensi di ruang pelayanan


UGD, Rawat Inap, GIGI, KIA, PONED, IMS, KB, TB
b. Petugas farmasi mengajukan permintaan obat – obatan emergensi ke Gudang
Farmasi Kabupaten apabila belum ada di Puskesmas.
c. Petugas farmasi menerima obat – obat dari Gudang Farmasi kabupaten
d. Petugas farmasi mendistribusikan obat – obat emergensi di unit pelayanan dan ruang
UGD secara berkala
e. Petugas medis / Penanggung jawab ruangan unit pelayanan menerima obat – obat
emergensi dari petugas farmasi dan menyimpan obat – obat emergency di tempatnya
f. Petugas medis mencatat setiap pemasukan dan pemakaian obat – obat emergensi di
kartu stok
SOP Penyimpanan obat emergensi yaitu
a. Petugas farmasi menyerahkan obat emergensi yang diminta ke petugas ruang pelayanan
b. Petugas medis / Penangung jawab ruangan unit pelayanan menyimpan obat tersebut ke
dalam kotak penyimpanan obat emergensi dan tersegel
c. Petugas medis / penangung jawab ruangan menyimpan kotak obat mergensi pada tempat
yang mudah dijangkau dengan cepat
d. Petugas mencatat obat tersebut ke dalam kartu stok masing – masing obat pelayanan
gawat darurat.
SOP Monitoring obat emergensi yaitu

a. Petugas unit pelayanan / Penangung jawab ruangan mengadakan permintaan obat


emergensi yang habis atau hampir habis ke Petugas farmasi.
b. Petugas farmasi menyiapkan obat emergensi yang dibutuhkan sesuai permintaan
c. Petugas farmasi menyerahkan obat yang diminta ke petugas
d. Petugas medis / penangung jawab ruangan menyimpan obat tersebut ke dalam kotak
penyimpanan obat emergensi dan tersegel
e. Petugas medis mencatat obat tersebut ke dalam kartu stok masing – masing obat
pelayanan gawat darurat.

BAB VI

PELAPORAN INSIDEN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DAN TINDAK


LANJUTNYA
Insiden Kesalahan pemberian obat merupakan hal yang sangat tidak diharapkan bagi siapapun
termasuk petugas dan pasien. Oleh karenanya diperlukan ketelitian dan kewaspadaan pada
pleayanan karena pelayanan kefarmasian merupakan area prioritas yang mempunyai high risk ,
high cost dan high volume;

Anda mungkin juga menyukai