DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS ........
Kp. .Ds. ........ Kec. ..– Garut ...
Tlp. (..) website : www.puskesmas.........com,
e-mail : puskesmas........@gmail.com
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS ........ TENTANG
PELAYANAN FARMASI DI UPT PUSKESMAS ........
KESATU : Pelayanan kefarmasian harus diselenggarakan oleh
Puskesmas untuk menjamin mutu dan keselamatan pasien.
Ditetapkan di : Garut
Pada Tanggal : 11 Januari 2022
..............
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ........
NOMOR : 025/SK/PKM-TGD/I/2022
TENTANG PELAYANAN FARMASI
KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN
Herman SKM.,M.Si
LAMPIRAN 2
KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS NOMOR : …
TENTANG PELAYANAN KEFARMASIAN.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten
atau kota yang bertanggungjawab menyelenggrakan pembangunan
kesehatan disuatu wilayah kerja secara nasional standar wilayah kerja
puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat
lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab kerja dibagi antar
puskesmas dengan meperhatikan keutuhan kosnep wilayah yaitu
desa/kelurahan/dusun/dukun warga(RW).
Visi pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapai nya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4
indikator utama yaitu : lingkungan sehat,prilaku sehat,cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan derjat kesehatan penduduk. Misi
pembangunan kesehatan yang di selenggrakan puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk
mencapai misi tersebut puskesmas menyelanggrakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyrakat. Puskesmas perlu di tunjang
dengan pelayanan kefaramsian yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigma nya dari
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(prhamceutical care) sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
apoteker atau asisten apoteker sebagai tenaga farmasi di tutut untk
meningkatkan pengetahuan,keterampilan, dan prilaku agar dapat
berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
dan prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta
adminstrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep,peracikan
-5-
D. Landasan Hukum
-8-
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Apoteker
Sumber daya mansia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas adalah apoteker (Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan).
a. Apoteker memenuhi persyaratan administrasi:
1. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
2. Memiliki surat tanda registrasi apoteker (STRA)
3. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku
4. Memiliki surat izin praktik apoteker (SIPA)
b. Memiliki Kesehatan fisik dan mental
c. Berpenampilan professional, sehat, bersih dan rapi
d. Menggunakan atribut praktik dan tanda pengenal
e. Wajib mengikuti continuing professional Development (CPD) dan
mampu memberikan pelatihan berkesinambungan tentang cara
pelaanan kefarmasian yang baik (CPFB) untuk seluruh personil
f. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang
bermutu.
g. Mampu mengambil keputusan secara professional
h. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal,
maupun bahasa local selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur
formal maupun informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang
dimiliki selalu baru (up to date)
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi dan tenaga menengah
farmasi/asisten apoteker.
B. Distribusi Ketenagaan
1. Pelayanan Farmasi dikoordinir dan dilayani oleh seorang apoteker yang
telah memiliki surat izin praktik apoteker.
-10-
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
PINTU PENERIMAAN,
PENYERAHAN
LEMARI
PSIKOTROPIKA
MASUK RESEP
KULKAS
R
MEJA A
RACI K
LEM K O
ARI B
A
R. T
PELA
YAN
AN PINTU
GUDAN
NG
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu.
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP diadakan secara
rutin dengan pemesanan setiap 1 bulan sekali
d. Pengemasan perbekalan farmasi
e. Penerimaan perbekalan farmasi
Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP harus meneliti keadaan barang
kiriman sesuai spesifikasi pesanan( jumlah, jenis, bentuk sediaan,
dosis, tanggal kadaluarsa, kondisi barang apakah rusak atau tidak.
Penerimaan alat kesehatan dan BMHP oleh petugas farmasi.
f. Penyimpanan perbekalan farmasi
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan
cara menempatkan sediaan farmasi dan BMHP yang dinilai aman dari
pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamana sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP sesuai dengan persyaratan
kefarmasian.
Alur penyimpanan barang dengan system FIFO dan FEFO. Dengan
system ambil sebelah kiri /depan/atas/ dan menyimpan sebelah
kanan/ belakang/ bawah.
Penyimpanan sediaan farmasi berdasarkan jenis sediaan, sediaan
termolabil, abjad, obat-obat tertentu dan psikotropika, untuk obat high
alert dan Lasa diberi penanda khusus.
Menjaga kerapihan dan kebersihan serta keamanan dengan menyimpan
obat dan alkes didalam rak, etalase atau diatas palet yang tertata
dengan rapih.
g. Sistem distribusi perbekalan farmasi
Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP berdasarkan
buku permintaan maupun resep. Baik dari unit-unit maupun pustu/
poskesdes.
h. Penghapusan perbekalan farmasi
-16-
Persyaratan Farmasetika:
Nama obat, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan
Dosis dan jumlah obat
Stabilitas
Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan Klinis:
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Tidak didapatkan duplikasi pengobatan
Tidak munculnya alergi, efek samping dan reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD)
Obat yang diberikan tidak kontraindikasi
Tidak dijumpai interaksi obat yang beresiko
-17-
d. Konseling
Konseling adalah suatau proses diskusi antara apoteker dengan pasien/
keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien/ keluarga pasien mengekplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran
sehhingga pasien/ keluarga pasien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk
swamedikasi.
Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi
memaksimalkan efek terafi, meminimalkan resiko efek samping,
meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pillihan pasien dalam
menjalankan terapi.
Tujuan khusus konseling adalah menunjukkan perhatian serta
kepedulian terhadap pasien, membantu pasien untuk mengatur da
terbiasa dengan obat, membantu pasien untuk mengatur dan
menyesuaikan penggunaan obat dengan penyakitnya, menibfkatkan
-18-
Tindak Lanjut
-20-
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan
antara manfaat dan resiko. Dengan demikian keselamatan pasien
merupakan bagian penting dalam risiko ppelayanan di puskesmas.
Farmasi mengidentifikasi dan mengevaluasi untuk mengurangi resiko
cedera dan kerugian pada pasien.. Pendekatan system bertujuan untuk
meminmalkan resiko dan mempromosikan upaya keselamatan
penggunaan obat termasuk alat kesehatan yang menyertai. Tata
cara/urutan yang dilakukan dalam pengelolaan (penceghan dan
pengumpulan data) kesalahan yang disebabkan obat dan peresepan obat
(medication error). Kesalahan yang dicatat adalah yang potensial
menyebabkan kesalahan (belum sampai ke pasien) maupun yang factual
(sudah terjadi dan sampai kepada pasien). Kesalahan yang berkaitan
degan obat, potensial terjadi pada tahap-tahap:
1. Tahap penulisan resep(prescribing)
2. Tahap pembacaan dan penyiapan resep serta penyerahan obat
(transcribing and dispensing)
3. Tahap pemberian obat kepada pasien (administering)
Kesalahan peresepan didapat pada saat pengkajian/ skrining/
penapisan resep atau dapat juga merupakan laporan kasus
B. Tujuan
1. Tersedianya data jenis kesalahan peresepan guna pencegahan
kesalahan sejenis dan mengurangi kerugian yang diderita pasien.
2. Memperkecil kesalahan yang disebabkan oleh obat/ peresepan yang
ditanggung oleh pasien.
C. Tata laksana keselamatan pasien
1. Pengelolaan kesalahan peresepan yang terjadi pada saat penulisan
resep/ tahap prescribing
a. Petugas farmasi mencatat kedalam buku konsultasi dokter setiap
kali mengkonsultan kepada dokter mengenai:
permasalahan peresepan yang ditulis oleh dokter/ apa yang
dikonsulkan
-21-
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGERTIAN
Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja.
Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-
standar kerja. Sitem manajemen mutu berlandaskan pada penceghan
kesalahan sehingga bersifat produktif, bukan pada deteksi kesalahan yang
bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif.
Sistem manajemen mutu berlandaskan pada tindakan korektif terhadap
masalah-masalah yang ditemukan. Proporsi terbesar diarahkan pada
pencegahan kesalahan sejak awal.
Pelayanan kefarmasian menyelanggarakan suatu sistem jaminan mutu
sehingga obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan dan
keabsahannya sampai ketangan pasien. Ditribusi obat harus menjamin
bahwa obat yang didistribusikn dengan kondisi penyimpanan yang sesuai
terjaga mutunya dan selalu dimonitor termasuk selama transportasi serta
terhindar dari kontaminasi.
Pengendalian mutu merupakan kegiatanpengawasan, pemeliharaan dan
audit terhaap sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP untuk menjamin
mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa dan rusak.
B. TUJUAN
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang
ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
C. TATA LAKSANA
D. Gudang farmasi menjaga dan mengendalikan mutu obat dan alkes
dilakukan dengan cara:
1. Penyimpanan obat dan alkes sesuai standar
Kondisi ruangan penyimpanan dalam ruang kamar (dibawah suhu
25 derajat selsius) dengan kelembaban ruang harus kering,
dilengkapi dengan alat pengatur suhu ruang.
Obat yang stabil pada suhu 2-8 derajat selsius disimpan dalam
refrigerator/ lemari es dengan suhu dimonitor ketat 2x sehari
-25-
BAB VIII
PETUTUP