DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS CIKAJANG
Jl. Raya Cikajang No.1 Cikajang-Garut 44171 Telp: 0821-3090-9366
Website: www.puskesmascikajang.com, Email: pkmdtpcikajang@gmail.com
Ditetapkan di : Garut
Pada Tanggal : ……..….. 202…
KEPALA UPT PUSKESMAS CIKAJANG,
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS
CIKAJANG
NOMOR : ……/SK/PKM-CKJ/../202….
TENTANG: PELAYANAN FARMASI
LAMPIRAN 2
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS
CIKAJANG
NOMOR : ……/SK/PKM-CKJ/../202….
TENTANG: PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
PEDOMAN
PELAYANAN FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota
yang bertanggungjawab menyelenggrakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah
kerja secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung
jawab kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu desa/kelurahan/dusun/dukun warga (RW).
Visi pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapai nya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama yaitu:
lingkungan sehat, prilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derjat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang di selenggrakan
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai
misi tersebut puskesmas menyelanggrakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyrakat. Puskesmas perlu di tunjang dengan pelayanan kefaramsian
yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigma nya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (prhamceutical care)
sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker atau asisten apoteker
sebagai tenaga farmasi di tutut untk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
prilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana dan
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta adminstrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep,peracikan obat,penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan atau penyimpanan resep) dengan memanfaatkan
tenaga,dana,prasarana,sarana, dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang di tetapkan.
C. Sasaran
Sasaran dan Fungsi pelayanan farmasi adalah:
1) Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan puskesmas
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di puskesmas.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di puskesmas
D. Asas
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan inpormasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan BMHP;
2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika
4. Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 889/
Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, izin Praktik dan Izin Tenaga Kefarmasian
6. Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
7. Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Registrasi, Izin praktik dan Izini Kerja
Tenaga Kefarmasian.
8. Permenkes Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permenkes No 74
tahun 2016.
9. Permenkes No. 3 Tahun 2021 Tentang Perubahan penggolongan, pembatasan,
dan Kategori Obat.
10. Kepmenkes No.125/Kab/B VII/th 1971 Tentang wajib Daftar obat
11. Daftar obat esensial Nasional (DOEN).
E. Ruang Lingkup
Pedoman ini sebagai pedoman pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh
Puskesmas Cikajang dalam melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BHP untuk melakukan pelayanan kepada pasien rawat jalan maupun kegawat
daruratan. Pedoman pelayanan farmasi meliputi empat aktivitas utama yaitu:
1. Aktivitas yang berhubungan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan
pencapaian tujuan kesehatan, dengan kegiatan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Berperan aktif dalam promosi kesehatan sesuai program pemerintah
c. Menjamin mutu alat diagnostic dan alat kesehatan lainnya serta memberi saran
penggunaannya
2. Aktifitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan dalam pelayanan resep, dengan kegiatan:
a. Penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan resep
b. Pengkajian resep, meliputi identifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkait
obat/ Drug Related Problem (DRP)
c. Penyiapan obat dan perbekalan farmasi lainnya, meliputi: pemilihan; pengadaan
(perencanaan, teknis pengadaan, penerimaan dan penyimpanan);
pendistribusian ,penghapusan, dan pemusnahan, pencatatan dan pelaporan,
jaminan mutu, serta monitoring dan evaluasi
d. Layanan informasi obat, meliputi: penyediaan area konseling khusus;
kelengkapan literature; penjaminan mutu SDM; pembuatan prosedur tetap dan
pendokumentasiannya.
e. Monitoring terapi obat meliputi: pembuatan protap monitoring dan evaluasi
perkembangan terapi pasien
f. Dokumentasi aktivitas professional, meliputi: catatan pengobatan pasien (Patient
Medication Record/PMR), protap evaluasi diri (self assessment) untuk jaminan
mutu CPFB/GPP.
3. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan dalam swamedikasi (self medication), dengan kegiatan:
a. pengkajian masalah kesehatan pasien be3rdasarkan keluhan pasien, meliputi
siapa yang memiliki masalah; gejalanya apa; sudah berapa lama; tindakan apa
yang sudah dilakukan; obat apa yang sudah dan sedang digunakan.
b. Pemilihan obat yang tepat (obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek)
c. Penentuan waktu merujuk pada lembaga kesehatan lain.
4. Aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan penggunaan obat yang rasional,
dengan kegiatan :
a. Pengkajian resep, meliputi: identifikasi, mencegah dan mengatasi DRP
b. Komunikasi dan advokasi kepada dokter tentang resep pasien
c. Penyebaran informasi obat
d. Menjamin kerahasiaan data pasien
e. Pencatatan kesalahan obat, produk cacat atau produk palsu
f. Pencatatan dan pelaporan monitoring efek samping obat(MESO)
g. Evaluasi data penggunaan obat (Drug Use Study)
h. Penyusunan formularium bersama tenaga kesehatan lain.
F. Pengertian Umum
Buku Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata laksana Terapi Obat)
merupakan pedoman untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
apoteker dalam pelayanan kefarmasian terhadap pasien.
Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di puskesmas yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pelayanan lain di tiap unit,
melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kewenangan berbeda menurut
fungsi masing-masing.
Oleh karena itu di perlukan upaya untuk mengarahkan kesatuan
pandang para petugas menuju terwujud peningkatan mutu pelayanan sesuai
dengan pedoman yang di tetapkan guna mencapai peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
1. Pelayanan Farmasi dikoordinir dan dilayani oleh seorang apoteker yang telah
memiliki surat izin praktik apoteker.
2. Apoteker dalam pelayanan farmasi dibantu oleh 1 orang tenaga Apoteker
Pendamping,1 orang tenaga Asisten Apoteker dan 3 orang tenaga Administrasi.
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan kefarmasian di UPT Puskesmas Cikajang dilaksanakan setiap hari
selama 24 jam dengan pembagian shift sebagai berikut, yaitu shift pagi mulai pukul
07.30 s/d 14.00 WIB dan shift Siang-Malam mulai pukul 14.00 s/d 08.00 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
PINTU PENERIMAAN,
PENYERAHAN
LEMARI
PSIKOTROPIKA
MASUK RESEP
KULKAS
R
MEJA A
RACI K
LEM K O
ARI B
A
R. T
PELA
YAN
AN PINTU
GUDAN
NG
Bangunan untuk menyimpan obat dibangun dan dipelihara untuk melindungi obat
yang disimpan dari pengaruh temperature dan kelembaban, banjir, rembesan
melalui tanah, termasuk dan bersarangnya binatang kecil, tikus,burung, serangga
dan bianatang lain. Cukup luas, tetap kering dan bersih, dan hendaklah tersedia
tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan produk tertentu (narkoba
dan psikotropika)
Bangunan harus memiliki sirkulasi udara yang baik, selalu dalam keadaan bersih,
bebas dari tumpukan sampah dan barang-barang yang tidak doperlukan,
penerangan yang cukup untuk dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan
benar. Suhu dan kelembaban ruang dijaga agar tidak mempengaruhi stabiitas obat.
Perlengkapan yang memadai untuk memungkinkan penyimpanan produk yang
memerlukan pengamanan maupun kondisi penyimpanan khusus disertai alat monitor
yang tepat jika diperlukan kondisi penyimpanan yang menuntut ketepatan
temperature dan kelembaban.
B. Standar Fasilitas
a. Papan nama
b. Ruang tunggu yag nyaman bagi pasien
c. Ruang Penyimpanan
d. Ruang distribusi/pelayanan
f. Ruang Informasi Obat
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
6. Bila ada obat baru ditambahkan dalam daftar formularium, wajib dilakukan
monitoring penggunaan dan diantisipasi terjadinya kejadian tidak diharapkan.
7. Jika obat/ alat kesehatan yang dibutuhkan tidak ada dalam stok atau yang
secara tidak normal tersedia, maka diharapkan membeli dari pengadaan obat.
b. Perencanaan perbekalan farmasi
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan menentukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan kebutuhan obat ada 2, perencanaan obat bulanan dan
perencanaan obat tahunan. Perencanaan obat bulanan dibuat setiap 1 bulan sekali
dengan menggunakan laporan rutin tiap bulan (silogis), sedangkan perencanaan
obat tahunan dibuat 1 tahun sekali yaitu pada awal tahun yang diambil
berdasarkan jumlah konsumsi pada tahun sebelumnya.
c. Pengadaan perbekalan farmasi
Pengadaan merupakan bagian yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengadaan obat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan permintaan
melalui LPLPO terhadap Instalasi Farmasi Kabupaten Dinas Kesehatan dan
pengadaan menggunakan dana BLUD melalui pembelian secara e-purchasing
(seperti e-catalog, Mbiz dsb.) ataupun pembelian langsung terhadap Pedagang
Besar Farmasi (PBF) dan distributor lainnya seperti Apotek yang memiliki izin
resmi yang masih berlaku.
Pengadaan obat BLUD dengan nominal pembelian dalam satu faktur lebih
dari Rp. 2.000.000 sebaiknya dilengkapi dengan pemberkasan pengadaan obat
BLUD.
d. Pengemasan perbekalan farmasi
Unit Farmasi di Puskesmas Cikajang melakukan pengemasan puyer untuk
resep racikan, pengemasan menggunakan kertas puyer dan alat sealing yang
bisa menjamin serbuk obat tidak kontak dengan udara luar. Peracikan harus
dilakukan secara langsung pada saat menerima resep racikan.
e. Penerimaan perbekalan farmasi
Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP harus meneliti keadaan barang
kiriman sesuai spesifikasi pesanan, jumlah, jenis, bentuk sediaan, dosis, tanggal
kadaluarsa, kondisi barang apakah rusak atau tidak. Penerimaan alat kesehatan
dan BMHP oleh petugas farmasi.
f. Penyimpanan perbekalan farmasi
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara
menempatkan sediaan farmasi dan BMHP yang dinilai aman dari pencurian dan
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamana sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Alur penyimpanan barang dengan system FIFO dan FEFO. Dengan
system ambil sebelah kiri /depan/atas/ dan menyimpan sebelah kanan/
belakang/ bawah.
Penyimpanan sediaan farmasi berdasarkan jenis sediaan, sediaan termolabil,
abjad, obat-obat tertentu dan psikotropika, untuk obat high alert dan Lasa diberi
penanda khusus. Menjaga kerapihan dan kebersihan serta keamanan dengan
menyimpan obat dan alkes didalam rak, etalase atau diatas palet yang tertata
dengan rapih.
g. Sistem distribusi perbekalan farmasi
Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP berdasarkan buku
permintaan maupun resep. Baik dari unit-unit maupun pustu/ poskesdes.
h. Penghapusan perbekalan farmasi
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang sudah tidak memenuhi
syarat sesuai standar yag ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan
pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang tidak dapat/
boleh digunakan dilaksanakan dengan cara yang baik dan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Persyaratan Farmasetika:
Nama obat, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan
Dosis dan jumlah obat
Stabilitas
Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan Klinis:
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Tidak didapatkan duplikasi pengobatan
Tidak munculnya alergi, efek samping dan reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD)
Obat yang diberikan tidak kontraindikasi
Tidak dijumpai interaksi obat yang beresiko
Untuk memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas maka dibuat checklist dalam
telaah resep sebagai berikut
b. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih bersifat sukarela
(voluntary reporting) dengan menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna
kuning, yang dikenal sebagai Form Kuning (Lampiran 1). Monitoring tersebut
dilakukan terhadap seluruh obat beredar dan digunakan dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia. Pelaporan selanjutnya melalui website e-MESO BPOM.
c. Pelayanan informasi obat (PIO)
Pelayanan informasi obat dilakukan secara aktif dan pasif. Seluruh
kegiatan pelayanan informasi obat didokumentasikan dan direkapitulasi, diolah
datanya serta dilaporkan. Pelayanan informasi obat secara aktif melputi:
Membuat leaflet, brosur, banner, poster, bulletin tentang obat
Berkoordinasi dengan bagian pengadaan untuk pencetakan leaflet, poster dan
lain-lain.
Mengadakan penyuluhan kesehatan baik untuk pasien maupun masyarakat.
Berperan serta dan berkoordinasi dalam menyelanggarakan penyuluhan dan
promosi kesehatan.
Menyebarluaskan lembar informasi tentang kefarmasian keseleruh petugas
kesehatan.
d. Konseling
Konseling adalah suatau proses diskusi antara apoteker dengan pasien/
keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien/ keluarga pasien mengekplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran sehhingga
pasien/ keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam
penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi.
Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi
memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan
cost effectiveness dan menghormati pillihan pasien dalam menjalankan terapi.
Tujuan khusus konseling adalah menunjukkan perhatian serta kepedulian
terhadap pasien, membantu pasien untuk mengatur da terbiasa dengan obat,
membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan
penyakitnya, menibfkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan,
mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat, meningkatkan kemampuan
pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi, mengerti permasalahan
dalam pengambilan keputusan, membimbbing dan mendidik pasien dalam
penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan
meninngkatkan mutu pengobatan pasien.
Tahapan yang dilakukan ketika melakukan konsultasi: Membuka
komunikasi antara apoteker dengan pasien, mengidentifikasi tingkat pemahanan
pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions meliputi:
Apakah yang disampaikan dokter tentang obat anda?
Apakah dokter menjelaskan tentang cara pemakaian obat anda?
Apakah dokter menjelaskan tentang hasil yang diharapkan setelah anda
menerima terapi obat tersebut?
Menggali informasi lebih lanjut dengan memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplor masalah penggunaan obat,memberikan penjelasan kepada
pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat, melakukan verifikasi
akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien, Dokumentasi.
e. Pengkajian/Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi penggunaan obat rasiona yaitu:
Tepat indikasi
Tepat Obat
Tepat dosis
Tepat Pasien
Interaksi obat dengan obat lain
A. PENGERTIAN
Instalasi farmasi puskesmas merupakan teknik pelaksana fungsional yang
bertaggungawab dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian secara menyeluruh
dengan ruang lingkup pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dan
pelayanan farmasi klinik yang aman untuk petugas dan lingkungan.
B. TUJUAN
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di puskesmas UPT Cikajang
C. TATALAKSANA
1. Petugas farmasi menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat menyiapkan,
melayani obat, diantaranya:
a. Sendok obat untuk mengambil obat
b. Masker
c. Sarung tangan
d. Disinfektan pencuci tangan
e. Baju pelindung
f. Kaca mata/Face shield
2. Gedung rawat jalan UPT Puskesmas Cikajang dilengkapi dengan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR).
3. Meja dan kursi penyiapan, pelayanan farmasi dipilih yang bersifat ergonomis
4. Tes seroimunologi atau tes lain yang terkait dengan pelayanan farmasi
5. Gudang penyimpanan bahan berbahaya dilengkapi dengan label bahan
berbahaya dan beracun
6. Spil kit tumpahan B3.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. PENGERTIAN
Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini
sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja.
Sitem manajemen mutu berlandaskan pada penceghan kesalahan sehingga bersifat
produktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat proaktif, bukan pada deteksi
kesalahan yang bersifat reaktif. Sistem manajemen mutu berlandaskan pada
tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. Proporsi terbesar
diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak awal.
Pelayanan kefarmasian menyelanggarakan suatu sistem jaminan mutu sehingga
obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan dan keabsahannya
sampai ketangan pasien. Ditribusi obat harus menjamin bahwa obat yang
didistribusikn dengan kondisi penyimpanan yang sesuai terjaga mutunya dan selalu
dimonitor termasuk selama transportasi serta terhindar dari kontaminasi.
Pengendalian mutu merupakan kegiatanpengawasan, pemeliharaan dan audit
terhaap sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP untuk menjamin mutu,
mencegah kehilangan, kadaluarsa dan rusak.
B. TUJUAN
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan
dan dapat memuaskan pelanggan.
C. TATA LAKSANA
Penanganan Gudang farmasi yang dapat menjaga dan mengendalikan mutu obat
dan alkes dilakukan dengan cara:
1. Penyimpanan obat dan alkes sesuai standar
Kondisi ruangan penyimpanan dalam ruang kamar (dibawah suhu 25
derajat selsius) dengan kelembaban ruang harus kering, dilengkapi dengan
alat pengatur suhu ruang.
Obat yang stabil pada suhu 2-8 derajat selsius disimpan dalam refrigerator/
lemari es dengan suhu dimonitor ketat 2x sehari
Bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan teerpisah, mengikuti protap
penyimpanan B3.
Obat dan alkes yang rusak, sudah kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat
disimpan terpisah
2. Setiap pengeluaran, pengambilan dan pendistribusian obat dan alkes dengan
prinsip FIFO atau FEFO.
3. Minimal 2x dalam setahun dilakukan
Pencarian dan pengumpulan obat dan alkes yang mendekati waktu
kadaluarsa, lambat pergulirannya/ menumpuk/ slow moving serta berhenti
bergulir dan dibuat daftarnya.
Daftar obat tersebut diinformasikan dan didistribusikan kepada dokter, unit
pelayanan untuk segera digunakan, diresepkan terlebuh dahulu.
BAB VIII
PETUTUP
Ditetapkan di : Garut
Pada tanggal : ……..….. 202…
KEPALA UPT PUSKESMAS CIKAJANG,