Anda di halaman 1dari 31

PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS OPI

PEDOMAN
PELAYANAN KEFARMASIAN
DI PUSKESMAS OPI
TAHUN 2018

PUSKESMAS OPI
Jl. OPI Raya Perum OPI Kelurahan 15 ULU Palembang
Alamat email : puskesmas_opi@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas OPI, Pedoman ini merupakan
panduan bagi petugas farmasi Puskesmas untuk memberikan pelayanan
kefarmasian.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan pedoman ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan
dan dukungan dengan memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun
sesuai perkembanganyang ada.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses penyusunan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..….…
DAFTAR ISI…………………………………………..………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………...…........1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………......1
1.3 Sasaran………………………………………………………………………...…2
1.4 Ruang Lingkup………………………………………………………………...…2
1.5 Batasan Operasional…………………………………………………………….2
BAB II STANDAR KETENAGAAN
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia……………………………………………...3
2.2 Distribusi Ketenagaan…………………………………………..………….…....3
2.3 Jadwal Kegiatan……………………………………………….…………….…...4
BAB III STANDAR FASILITAS
3.1 Denah Ruangan…………………………………………….…………………....5
3.2 Standar Fasilitas………………………………………….………………….…..6
BAB IVTATA LAKSANA KEGIATAN
4.1 Lingkup Kegiatan……………………………….……….…..………………......7
4.2 Metode………………………………..……………...……....……………….....14
4.3 LangkahKegiatan…………………………………….………………………....14
BAB V LOGISTIK
5.1 Peralata Kantor………………………………………………………………....15
5,2 Peralatan Penyimpanan…………………………………………………….....15
BAB VI KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN RISIKO……………....................16
BAB VII KESELAMATAN KERJA …................................................................................20
7.1 Pengertian……………………………………………………………………..
7,2 Tujuan…………………………………………………………………….….....20
7.3 Fungsi………………………………………………………………………......21
BAB VII PENGENDALI AN MUTU…………………………………………………..............26
8.1 Pengendalian Mutu......................................................................................24
8.2 Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelyanan........................................24
8.3 Standar- standar yang di gunakan................................................................24
8.4 Tahapan program pengendalian mutu...........................................................24
8.5 Aplikasi program pengendalian mutu.............................................................24
8.6 Indikator dan kriteria.......................................................................................25
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………….................. ...26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah, yaitu desa/kelurahan
atau dusun/rukun warga ( RW ).
Visi pembangunan kesehatan diselenggarakan oleh puskesmas adalah mewujudkan
kelurahan 15 ulu dan Tuan Kentang sehat 2023 yang optimal dengan bertumpu pada
pelayanan prima dan pemberdaaan masyarakat. Dengan misi meningkatkan
propesionalitas provider, meningkatkan sarana dan prasarana, memelihara dan
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang bermutu prima, meningkatkan kemitraan
dan pemberdayaan masyarakat, dan menurunkan resiko kesakitan dan kematian. Untuk
mencapai visi tersebut, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian
yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care).
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut apoteker/asisten apoteker sebagai
tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar
dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan Sumber Daya Masyarakat (SDM) ,
sarana prasarana, sediaan farmasi, perbekalan kesehatan serta administrasi, dan
pelayanan farmasi klinik (Penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi
dan pencatatan /penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, sarana
prasarana, dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
1.2. Tujuan
A. Tujuan Umum :
Menyediakan dan memberikan sediaan farmasi serta informasi terkait agar
masyarakat mendapatkan manfaatnya yang terbaik.
B. Tujuan Khusus:
1. Sebagai pedoman pelayanan farmasi puskesmas
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di Puskesmas.
1.3. Sasaran
Masyarakat yang datang untuk berobat di Puskesmas OPI.

1.4. Ruang Lingkup


Pelayanan didukung oleh Sumber Daya kefarmasian di Puskesmas meliputi 2
kegiatan, yaitu :
1. Kegiatan yang bersifat managerial berupa pengelolaan obat dan bahan medis
habis pakai.
2. Kegiatan pelayanan klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan
prasarana.

1.5. Batasan Operasional


1. Pengelolaan perbekalan Farmasi, yang meliputi kegiatan merancang proses
yang efektif, penerapan dan perbaikan terhadap perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan pendistribusian, pengendalian, pemusnahan,
dokumentasi dan monitoring dan evaluasi.
2. Farmasi Klinik yang meliputi pelayanan resep (dispensing), pelayanan
informasi obat, konsultasi informasi dan edukasi, pemantauan penggunaan
obat, identifikasi, pemantauan dan pelaporan obat, efek samping obat,
pemantauan terapi obat, evaluasi penggunaan obat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang baik harus memenuhi kriteria –
kriteria di bawah ini :
1. Harus memenuhi persyaratan admninistrasi :
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi.
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Asisten Apoteker
c. Mempunyai Surat Izin Kerja Asisten Apoteker
2. Memiliki kesehatan fisik dan mental
3. Berpenampilan profesional, sehat, bersih dan rapi
4. Mampu memberikan Pelayanan Kefarmasian yang Baik, seperti:
a. Sebagai Tenaga Fungsional
1. Memberi pelayanan kefarmasian
2. Mampu melakukan praktik kefarmasian
3. Mampu mengelola manajemen kefarmasian
4. Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian
5. Mampu mengoperasikan komputer
6. Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi klinis

2.2 Distribusi Ketenagaan Unit Farmasi Puskesmas OPI


Jabatan /Unit Kerja Kualifikasi Jumlah Jenis ketenagaan
Kepala Unit Farmasi Asisten Apoteker 1 PNS
Administrasi dan Asisten Apoteker 2 PNS dan CPNS
perencanaan
Pengelolaan Asisten Apoteker 2 PNS dan CPNS
perbekalan farmasi
Pelayanan Farmasi Asisten Apoteker 2 PNS dan CPNS
klinik
Koordinator Asisten Apoteker 2 PNS dan CPNS
managemen mutu.PIO
dan konseling
Jumlah Asisten 2 PNS dan CPNS
Apoteker
2.3 Jadwal Kegiatan/Jadwal Kerja
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas OPI dilakukan setiap hari kerja
dengan ketentuan :
Hari Senin s/d Kamis : Pukul 0.7.30 s.d Selesai
Hari Jum’at : Pukul 0.7.30 s.d Selesai
Hari Sabtu : Pukul 0.7.30 s.d Selesai
BAB III
STANDAR FASILITAS

Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknis pelayanan farmasi, sehingga menjamin
terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis, seperti:
1. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua
barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat di pertanggung
jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing – masing barang farmasi dan
sesuai dengan peraturan.
2. Tersedia fasilitas Ruangan yang memenuhi standar.
3. Tersedia fasilitas pendistribusian obat.
4. Tersedia fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
5. Tersedia fasilitas untuk menyimpan arsip resep.
6. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai
dengan peraturan dan tatacara penyimpanan obat yang baik
7. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan
setiap staf.
3.1 Denah Ruangan :

WAST
llemari
AFEL

K R R
U A A
L K K
K MEJA
A O O
S B B
A A
T T

P
I
N
T M E J A
u
Keterangan :
: Printer
: Komputer
: AC
: Ventilasi

3.2 Standar Fasilitas Unit Farmasi Puskesmas OPI


1. Nama unit farmasi/gudang obat
2. Ac setengah PK
3. Lemari obat Narkotika Psikotropika
4. Kulkas khusus obat suhu dibawah 25 derajat
5. Rak Obat
6. Lemari arsip laporan/ dokumen/ ATK
7. Komputer
8. Printer
9. Rak /Palet
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Ruang Lingkup Kegiatan


4.1.1 Pengelolaan perbekalan Farmasi, meliputi :
a. Perencanaan merupakan proses kegiataan seleksi obat dan bahan medis
habis pakai untuk memutuskan jenis obat dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
 Perkiraan jenis obat dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai
yang mendekati kebutuhan puskesmas.
 Meningkatkan penggunaan obat secara Rasional dan
 Meningkatkan efisien penggunaan obat
Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas setiap
periode dilaksanakan oleh unit farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data
mutasi obat, dan perencanaan pengembangan proses seleksi obat, bahan medis
habis pakai dan Formularium Pusksemas..
Puskesmas diminta menyediakan data penggunaan obat dengan menggunakan
laporan pemakaian dan laporan penerimaan obat ( LPLPO ). Selanjutnya instalasi
farmasi kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat
puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia
dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari
stok berlebihan.

b. Permintaan obat dan bahan habis pakai


Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan ke Instalasi Dinas
Kesehatan Kota.

c. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai


Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan obat habis pakai dari instalasi farmasi kota sesuai
dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan puskesmas.
Petugas penerima wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan bahan
medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis, nomor
batch, dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen ( LPLPO ),
ditandatangani oleh petugas penerima, dan diketahui oleh kepala puskesmas. Bila
tidak memenuhi syarat maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan.
Masa kadaluarsa minimal 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa.

d. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai


Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar amanah (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
Tujuanya adalah agar mutu obat yang tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut :
 Bentuk dan jenis persediaan
 Stabilitas ( suhu, cahaya, kelembaban )
 Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

e. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai


Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara teratur
untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan farmasi puskesmas.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat unit pelayanan kesehatan
yang ada di puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Unit puskesmas dan jaringannya antara lain :
 Unit pelayanan kesehatan dilingkungan puskesmas
 Puskesmas Pembantu
 Posyandu
 P3K
Pendistribusian ke unit pelayanan/ poli dilakukan dengan cara pemberian obat
sesuai dengan resep yang diterima.

f. Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai


Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai suatu kegiatan untuk
memastikan agar tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan obat di unit
pelayanan kersehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian obat terdiri dari :
 Pengendalian persediaan,
 Pengendalian penggunaan dan,
 Penanganan obat hilang, rusak dan kadaluarsa

g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan


Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara tertib, baik
obat dan bahan medis habis pakai disimpan, didistribusikan dan digunakan di
puskesmas atau unit pelayanan lainnya.

Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah :


 Bukti bahwa pengelolan obat dan bahan medis habis pakai telah dilakukan.
 Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
 Sumber data untuk membuat permintaan

h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai.
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
dilakukan secara periodik.
Tujuan untuk :
 Mengendalikan dan menghindari terjadinnya kesalahan dalam
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat
menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.
 Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan obat dan bahan
medis habis pakai
 Memberi penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
4.1.2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada masyarakat untuk mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk :
 Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian
dipuskesmas.
 Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan, dan efisiensi obat dan bahan medis habis pakai.
 Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam pelayanan kefarmasian.
 Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka
meningkatkan pengguna obat secara rasional.
Pelayanan Farmasi klinik meliputi :
 Pengkajian resep pasien
 Dispensing
 Pelayanan informasi obat ( PIO )
 Konseling
 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat ( ESO )
 Evaluasi penggunan obat
a. Pengkajian resep, penyerahan obat, pembarian Informasi Obat.
Kegiatan :
Pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis, baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi :


 Nama, umur, pasien
 Nama dokter
 Tanggal Resep
 Ruang/ unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi :
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Dosis dan jumlah obat
 Stabilitas dan ketersediaan
 Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
 Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunakan obat
 Duplikasi pengobatan
 Alergi, interaksi dan efek samping obat
 Kontra indikasi
 Efek adiktif
b. Kegiatan penyerahan ( Dispensing dan Pemberian Informasi Obat
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik obat, memberi label/etiket sediaan farmasi
dengan diberikan informasi
Tujuan :
 Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/
pengobatan
 Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi instruksi
pengobatan

c. Pelayanan Informasi Obat ( PIO )


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Tenaga Tehnis
Kefarmasian untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan
terkini kepada pasien.
Tujuan :
 Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan
masyarakat
 Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus
memiliki alat penyimpanan yang memadai
 Menunjang penggunaan obat yang rasional
Kegiatan :
 Memberikan dan memberikankan informasi kepada Pasien
secara pro aktif
 Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, surat atau tatap muka.
 Melakukan pendidikan atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan
medis habis pakai
 Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan
pelayanan kefarmasian.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan
 Sumber informasi obat
 Tempat
 Tenaga
 Perlengkapan

d. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien
serata keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang
benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien, antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan
obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan
penggunaan obat.
Kegiatan
. Membuka komunikasi antara Tenaga Tehnis Kefarmasian
dengan pasien
 Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara makan
obat, penggunaan, penyimpanan dan efek samping obat
 Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara makan,
penggunaan,penyimpanan dan efek samping obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
Factor-faktor yang perlu diperhatikan
1. Kriteria pasien
a. Pasien rujukan dokter
b. Pasien dengan penyakit kronis
c. Pasien dewsa
d. Pasien anak
e. Pasien peluang sesuai dengan kriteria di atas
2. Sarana dan prasarana
a. Ruangan khusus
b. Kartu pasien/ catatan konseling
Setelah dilakukan konseling pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat resiko masalah terkait obat, misalnya lanjut usia,
lingkungan sosial, karaterisik obat, kebingungan atau kurangnya
pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan
obat dan atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan
kefarmasian di ruang ( home pharmacy care ) yang bertujuan
tercapainnya keberhasilan terapi obat.

e. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat ( ESO )


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia, untuk tujuan efek samping obat yang sudah
sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Tujuan:
 Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal dan frekuensi jarang
 Menentukan frekuensi dan insiden efek samping obat yang
sudah sangat dikenal atau yang baru ditemukan
Kegiatan :
 Menganalisa laporan efek samping obat
 Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat
Faktor yang diperhatikan
 Kerjasama dengan tim kesehatan lain

f. Pemantauan Terapi Obat ( PTO )


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang mendapatkan
terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efiktif obat
dan meminimalkan efek samping.
Tujuan :
 Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan obat
 Memberi rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait
dengan obat.
Kriteria pasien :
 Anak – anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
 Menerima obat lebih dari 5 ( lima ) jenis
 Adanya multidiagnosa
 Pasien dengan gangguan ginjal dan hati
 Menerima obat dengan instruksi terapi sempit
 Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi yang
merugikan
Kegiatan :
 Memilih pasien yang memenuhi Kriteria
 Membuat catatan awal
 Mengambil data yang dibutuhkan
 Melakukan evaluasi
 Memberikan rekomendasi

g. Evaluasi Penggunaan Obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau ( rasional )

Tujuan :

 Mendapatkan gambaran pada penggunan obat dan kasus


tertentu
 Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat
tertentu

4.2. Metode
Metode yang digunakan dalam pelayanan farmasi di Puskesmas OPI dengan
menerapkan Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik ( CPFB ) untuk seluruh
personil dengan menerapkan langkah-langkah pada SOP yang ada pada unit
farmasi.

4.3. Langkah kegiatan


Langkah – langkah kegiatan pelayanan kefarmasian meliputi
1. Pengkajian resep
2. Penyerahan resep
3. Pemberian Informasi Obat
Semua dilakukan dengan mengikuti langkah – langkah yang ada di SOP unit
Farmasi Puskesmas OPI.
BAB V
LOGISTIK

1.1. Peralatan Kantor


 Furniture ( meja, kursi, lemari , rak dan lain-lain )
 Komputer
 Printer
 Alat Tulis Kantor

1.2. Peralatan Penyimpanan


a. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
 Lemeri/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan dari
pencahayaan yang berlebih
 Lantai dilengkapi dengan Rak / palet
b. Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus
 Lemarti pendingin dan AC
 Lemari penyimpanan khusus obat narkotika pesikotropika
c. Peralatan Ruang Arsip
 Kartu arsip
 Lemari arsip
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN RESIKO

Keselamatan pasien ( pasien safety ) didefinisikan sebagai suatu upaya


untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien.
Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien :
a. Menggunakan obat dan peralatan yang aman
b. Memberi label yang jelas pada obat-obatan yang harus diwaspadai
c. Memberi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke
dalam tempat penyimpanan yang perlu diwaspadai untuk mencegah
pemberian yang sengaja/ kurang hati-hati ( resticted area )
d. Obat/konsentrasi tinggi tidak boleh diletakkan didalam ruang pelayanan
e. Obat-obatan yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak boleh
diletakkan berdekatan/disandingkan
f. Meningkatkan keselamatan pasien dengan :
 Mencegah kejadian yang tidak diharapkan
 Membuat sistim identifikasi dan pelaporan
 Mengurangi efek akibat (adverse event)
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien
Dalam penerapanya, keselamatan pasien harus dikelola dengan pendatan
sistemik. Sistim ini dapat dilihat sebagai satu sistim terbuka, dimana sistim terkecil
akan dipengaruhi bahkan tergantung pada sistim yang lebih besar.
Sistim terkecil disebut mikrosistem, terdiri dari petugas kesehatan dan pasien itu
sendiri, serta proses-proses pemberi layanan di ujung tombak, termasuk elemen-
elemen pelayanan didalamnya.
Mikrosistem dipengaruhi oleh makrosistem yang merupakan unit yang lebih besar,
rumah sakit dan apotik.Mikrosistem dan makrosistem dipengaruhi oleh sistem
yang lebih besar lagi yaitu megasistem.
Seorang Tenaga Tehnis Kefarmasian yang berperan dalam mikrosistem
( apotik, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, dan sarana pelayanan farmasi
lainnya ), dalam membangun keselamatan pasien harus mampu mengelola
dengan baik elemen-elemen dalam mikrosistem tersebut yaitu sistem pelayanan,
sumber daya, sistem investasi, keuangan dan teknologi informasi.
Keselamatan Pasien Dalam Pelayanan Kefarmasian
Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu
dipahami dan disepakati bersama.
Istilah – istilah itu antara lain :
 Kejadian tidak diinginkan / KTD
 Kejadian nyaris cedera / KNC
 Adverse drug reaction
. Efek Samping Obat

TABEL 1
RINGKASAN DEFINISI YANG BERHUBUNGAN DENGAN CEDERA AKIBAT
OBAT

Istilah Definisi Contoh

Terjadi cedera

 Kejadian yang Kejadian cedera pada pasien Iritasi pada kulit karena
tidak diinginkan / selama proses terapi/ penggunaan perban.
KTD (Adverse penatalaksanaan medis. Jatuh dari tempat tidur
event) Penatalaksanaan medis
mencakup seluruh aspek
pelayanan, termasuk diagnosa,
terapi, kegagalan
diagnosa/terapi, sistem
pencatatan untuk pelayanan.
Adverse event dapat dicegah
atau tidak dapat dicegah
Istilah Definisi Contoh
 Reaksi obat yang Kejadian cedera pada pasien Steven-jhonson
tidak diharapkan selama pasien terapi akibat syndrom;
(Adverse drug penggunaan obat Sulfa, obat efilepsi dan
Aeaction) lain-lain

 Kejadian tentang Respon yang tidak diharapkan  Shok anafilaksis


obat yang tidak terhadap terapi obat dan pada
diharapkan mengganggu atau penggunaan
(Adverse drug menimbulkan cedera pada antibiotik
event) penggunaan obat dosis normal. golongan
Reaksi Obat yang Tidak penisilin
Diharapkan (ROTD) ada yang  Mengantuk pada
berkaitan dengan penggunaan
farmakologi/mekanisme kerja CTM
(efek samping), ada yang tidak
berkatan dengan efek
farmakologi ( reaksi
hipersensitivitas)
 Efek obat yang Respons yang tidak diharapkan  Shok anafilaksis
tidak diharapkan terhadap terapi obat dan pada
(Adverse drug menganggu atau menimbulkan penggunaan
effect) cedera pada menggunaan obat antibiotik
dosis lazim golongan
Sama dengan ROTD tapi dilihat penisilin
dari sudut pandang obat.  Mengantuk pada
ROTD dilihat dari sudut penggunaan
pandang pasien CTM

Cedera dapat terjadi atau


tidak terjadi
 Medication error Kejadian yang dapat dicegah Peresepan obat yang
akibat penggunaan obat, yang tidak rasional
menyebabkan cedera Kesalahan perhitungan
dosis pada peracikan
Ketidakpatuhan pasien
sehingga terjadi dosis
berlebih

Istilah Definisi Contoh

 Efek Samping Efek yang dapat diprediksi (sebaiknya istilah ini


tergantung pada dosis yang dihindari)
bukan efek tujuan obat. Efek
samping dapat dikehendaki,
tidak dikehendaki atau tidak
ada kaitannya

Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah diatas beserta contohnya,


sehingga dapat membedakan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan cedera akibat
penggunaan obat dalam melaksanakan program keselamatan pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1 Pengertian

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari perlindungan
bagi tenaga kerja dan bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan didalamna termasuk :
 Menjamin para pekerja dan orang lain yang ada disekitar tempat kerja
selalu dalam keadaan sehat dan selamat
 Menjaga agar sumber-sumber produksi digunakan secara aman dan
efisien
 Menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor penting
dalam meningkatkan produktivitas.
Kesehatan kerja bertujuan pada pemeliharaan dan pencegahan serta resiko
gangguan kesehatan fisik, mental dan sosial pada semua pekerja yang
disebabkan oleh kondisi dan lingkungan kerja sehingga diharapkan produktivitas
pekerja dapat di pertahankan, dan apabila si pekerja telah memasuki usia pensiun
maka yang bersangkutan dapat menikmati hari tuannya tanpa mengalami
gangguan penyakit akibat hubungan kerja.

7.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Telaksananya kegiatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi agar
pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal
2. Tujuan khusus
 Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan
pengunjung
 Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran
dan pencemaran lingkungan
 Mengamankan peralatan kerja, sediaan farmasi
 Mengamankan kerja yang baik dan benar

7.3 Fungsi
7.3.1 Perencanaan K3 Unit Farmasi Puskesmas
Tahapan Perencanaan :
Apabila situasi kesehatan dan keselamatan kerja di unit farmasi.
Analisa situasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan, dengan melihat
sumber daya yang kita miliki, sumber daya yang tersedia dan bahaya potensial
apa yang mengancam unit Farmasi.
1. Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja unit farmasi
Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilakukan
dengan mengadakan inspeksi tempat kerja dan mengadakan
pengukuran lingkungan kerja.Dari kegiatan ini dapat menentukan
masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Alternatif rencana upaya penanggulangannya
Dari masalah-masalah yang ditemukan di cari alternatif upaya
penanggulangannya berdasarkan dana dan daya yang tersedia.
Output yang diharapkan dari kegiatan perencanaan adalah :
 Adanya denah lokasi bahaya potensia
 Rumusan alternatif rencana upaya penanggulangannya

7.3.2 Penggerakan Pelaksanaan K3 Unit Farmasi


1. Pemeriksaan kesehatan awal dan pemeriksaan kesehatan berkala.
Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi semua pekerja Puskesmas,
dilakukan setidak-tidaknya sekali setahun.
2. Pemberian paket pertolongan gizi
Paket ini menyiapkan makanan tambahan yang diberikan selain makanan
utama
3. Upaya –upaya yang dilakukan sehubungan dengan kapasitas dan beban
kerja :
a. Pengaturan jam kerja bergilir
b. Penempatan petugas pada jabatannya
c. Pendidikan dan pelatihan petugas unit farmasi tentang keselamatan
kesehatan kerja
4. Pelaksanaan Upaya Penaggulangan Bahaya Potensial
Memberikan penyuluhan kesehatan sehingga meningkatkan kepedulian
petugas kesehatan dan meningkatkan penggunaan alat pelindung dan lain-
lain
Alat pelindung antara lain :
 Pelindung pernapasan : masker
 Pelindung mata : kaca mata
 Pelindung pendengaran : tutup telinga
 Pelindung kerja khusus : jas lab, sarung tangan
 Pelindung kepala ( safet helmeths )
 Pelindung kaki : sepatu booth/karet
5. Pelaksanaan Cara Pelaksanaan Kerja Yang Baik ( CPKB )
Diharapkan setiap bagian sudah memiliki SOP dan menjalankannya
6. Pengorganisasian dan pembagian tugas yang jelas

7.3.3 Pemantauan dan Evaluasi K3 Unit Farmasi


1. Terkirimnya formulir indentifikasi K3 Unit Farmasi ke PK3 Puskesmas yang
bersangkutan. Formulir ini terdiri dari pertanyaan- pertanyaan yang harus
dijawab untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan kegiatan K3 di Unit
Farmasi.
2. Adanya umpan balik dari PK3 Puskesmas ke PK3 Unit Farmasi Puskesmas
dari hasil pengisian kuisioner.
Hasil umpan balik ini berupa persentase Upaya Kesehatan Kerja ( UKK ) unit
farmasi yang telah dilaksanakan.
3. Terselengaranya kegiatan evaluasi.
Evaluasi ini dilakukan baik secara umum maupun spesifik.Untuk itu digunakan
cheklish bulanan untuk keberhasilan kegiatan K3.
7.3.4 Pembinaan K3 Unit Farmasi
Pembinaan diarahkan agar :
1. Unit Farmasi Puskesmas melakukan upaya-upaya K3 sehingga dapat dicapai
nihil kecelakaan dan nihil penyakit akibat kerja.
2. Indikator keberhasilan K3 Unit Farmasi adalah.
 Nihil Kecelakaan
 Mihil penyakit akibat kerja
 Terlaksananya proses kesehatan dan keselamatan kerja di unit farmasi
 Tersedianna masukan sumber daya memadai ( fasilitas dan tenaga )
3. Mengingat beberapa indikator masih sulit dicapai, pemantauan diutamakan
pada
 Kasus kecelakaan
 Proses terlaksananya kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja di
Unit Farmasi Puskesmas.
6.3.5 Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Identifikasi pengukuran dan analisis
Identifikasi pengukuran dan analisis sumber-sumber yang dapat
menimbulkan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
 Kondisi fisik peserta
 Sifat dan beban kerja
 Kondisi lingkungan kerja
 Kecelakaan kerja dilingkungan seperti terjepit pintu, dan terpeleset.
2. Identifikasi masalah kesehatan kerja Unit Farmasi.
Identifikasi ini dapat dilakukan dengan mengadakan inseksi tempat kerja
dan mengadakan pengukuran lingkungan kerja.Dari kegiatan ini dapat
menentukan masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Alternatif rencana upaya penanggulangannya
Dari masalah-masalah yang ditemukan dicarikan alternatif upaya
penanggulangannya, berdasarkan dana dan daya upaya yang tersedia.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

8.1 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit
terhadap perbekalan farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan,
kadaluarsa,rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta keamananya sesuai
dengan kesehatan, :
keselamatan kerja yang meliputi :
 Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan
 Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim pengendalian infeksi
puskesmas

8.2 Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan


 Unsur masukan ( input ) : tenaga/sumber Daya Manusia, sarana dan
prasarana ketersediaan dana.
 Unsur proses : tindakan yang dilakukan oleh seluruh staf
farmasi
 Unsur lingkungan : Kebijakan-kebijakan,organisasi, manajemen

8.3 Standar-standar yang digunakan


Standar yang digunakan adalah standar pelayanan farmasi minimal yang
ditetapkan oleh lembaga yang berwenang dan standar lain yang relevan oleh
lembaga yang dipertanggung jawabkan.
8.4 Tahapan program pengendalian mutu
 Mendefinisikan kualitas pelayanan farmasi yang diinginkan dalam bentuk
kriteria
 Penilaian kualitas pelayanan farmasi yang sedang berjalan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan
 Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan
 Penilaian ulang kualitas farmasi

8.5 Aplikasi program Pengendalian Mutu


Langkah-langkah dalam aplikasi program pengendalian mutu :
 Memilih subjek dari program
 Karena banyaknya fungsi pelayanan yang dilakukan secara stimulan,
maka tentukan jenis pelayanan farmasi yang akan dipilih berdasarkan
prioritas.
 Mendefinisikan kriteria suatu pelayanan farmasi sesuai dengan kualitas
pelayanan yang diinginkan
 Mensosialisasikan kriteria pelayanan farmasi yang dikehendaki
 Dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua
personil serta menjalin konsensus dan komitmen bersama dengan
mencapainya
 Melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalan
menggunakan kriteria
 Bila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan
tersebut
 Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan
 Mengimplementasikan formula yang telah direncanakan
 Re-evaluasi dari mutu pelayanan

8.5 Indikator dan Kriteria


Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator,
suatu alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya,
makin sesuai pula hasil suatu pekerjaan dengan standarnya.
Indikator dibedakan menjadi
 Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk
mengukur terpenuhi tidaknya standar masukan,proses, dan lingkungan
 Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk
mengukur tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang
diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut
 Sesuai rujukan
 Informasinya mudah didapat
 Singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai interprestasi
 Rasional

BAB IX
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, tidaklah


berarti semua permasalahan tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas menjadi
mudah dan selesai. Dalam pelaksanaannya dilapangan, Standar pelayanan farmasi di
Puskesmas pasti menghadapi berbagai kendala, antara lain Sumber Daya
Manusia/tenaga farmasi di Puskesmas, kebijakan manajemen puskesmas serta pihak –
pihak terkait , yang umumnya masih dengan paradigma lama yang melihat pelayanan
farmasi di puskesmas hanya mengurusi masalah perencanaan, pengadaan, penyimpana
dan distribusi obat saja.
Untuk mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pedoman pelayanan farmasi di
Puskesmas, maka dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang baik harus
berpegang pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berpegang teguh
pada etika profesi serta melaksanakan paradigma yang berorientasi atau berfokus
kepada pasien, sehingga pelayanan puskesmas pada umumnya akan semakin optimal
dan khususnya pelayanan farmasi di Puskesmas akan dirasakan oleh pasien/
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai