Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT

NARKOTIKA DAN OBAT


PSIKOTROPIKA

UPTD PUSKESMAS AULULIK


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELU
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga buku pedoman penggunaan obat
narkotika dan psikotropika UPTD Puskesmas Aululik dapat selesai disusun.

Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dengan peresepan dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di UPTD
Puskesmas Aululik Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan pedoman penggunaan obat
narkotika dan psikotropika di UPTD Puskesmas Aululik.

Aululik, 06 Juni 2023

Ka Unit Pelayanan Farmasi


UPTD Puskesmas Aululik

Apt.Desiderius P.Manek.S.Farm

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. TUJUAN PEDOMAN………………………………………………….
C. SASARAN PEDOMAN……………………………………………….
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN………………………………………
E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………..

BAB II STANDAR KETENAGAAN………………………………………..

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA…………………………


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN………………………………………..
C. JADWAL KEGIATAN……………………………………………………

BAB III STANDAR FASILITAS……………………………………………….

A. DENAH RUANG………………………………………………………..
B. STANDAR FASILITAS………………………………………………..

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN………………………………..

A. LINGKUP KEGIATAN………………………………………………
B. METODE……………………………………………………………..
C. LANGKAH KEGIATAN……………………………………………….

BAB V LOGISTIK……………………………………………………………….

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN………………………..

BAB VII KESELAMATAN KERJA…………………………………………

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU……………………………………….

BAB IX PENUTUP……………………………………………………………..

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan


pembangunan di segala bidang,baik pembangunan fisik maupun pembangunan
non fisik memberikan harapan yang baik bagi masyarakat namun disis lain
masih ada masalah yang memprihatinkan khususnya pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi,dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-
obatan dikalangan masyarakat yang disalah gunakan. Keprihatinan tersebut
menyangkut perilaku sebagian generasi muda (masyarakat ) kita yang
terperangkap pada penyalahgunaan narkoba / NAPZA ( Narkotika Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya ) baik mengkonsumsi maupun mengedarkannya.hal
tersebut mengisyaratkan kepada kita untuk peduli dan memperhatikannya,
karena bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam generasi muda harapan
bangsa yang notabene sebagai pewaris dan penerus perjuangan bangsa di masa
yang akan datang.
Pada dasarnya narkoba merupakan obat yang bermanfaat di bidang medis
dan pengembangan ilmu pegetahuan, namun disatu sisi lain dapat pula
menimbulkan addication ( ketagihan dan ketergantungan ) tanpa adanya
pembatasan pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak
yang berwenang. Untuk itulah disusun buku pedoman penggunaan obat
narkotika dan psikotropika UPTD Puskesmas Aululik dengan harapan dapat
membantu dalam proses pengendalian dan pengawasan penggunaan obat
narkotika dan psikotropika di UPTD puskesmas Aululik.

1.2 Tujuan
 Tujuan umum : terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di
Puskesmas tentang penggunaan obat narkotika dan psikotropika
 Tujuan khusus :
- Sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas tentang penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika
- Melindungi masyarakat / pasien dari penggunaan obat narkotika dan
obat psikotropika yang tidak rasional

4
- Meningkatkan mutu hidup

1.3 Sasaran Pedoman


1. Apoteker
2. Tenaga tekhnis kefarmasian / Asisten Apoteker
3. Dokter Umum / Dokter Gigi
4. Paramedis yang diberi kewenangan
5. Staf farmasi
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Administrasi dan pengelolaan
Admisnistrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,
pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang
tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun
penelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan di
evaluasi.administrasi untuk sedian farmasi dan perbekalan kesehatan
meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian meliputi :
 Perencanaan
 Permintaan obat ke dinas kesehatan
 Penerimaan
 Penyimpanan menggunakan kartu stok atau computer
 Pendistribusian dan pelaporan menggunakan LPLPO

Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep


berdasarkan pasien,penyimpanan bendel resep harian secara teratur
selama 5 tahun dan pemusnahan resep dilengkapi berita acara pemusnahan
termasuk juga untuk kesalahan pengobatan (medication error), monitoring
sefek samping obat (MESO) dan medication record.

Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan


farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan
standart pelayanan keprofesian yang universal.

1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,


wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam
maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh Pimpinan
Puskesmas.
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan
diubah bila terdapat hal :

5
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran puskesmas.
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Kepala Pelayanan Farmasi terlibat dalam perencanaan manajemen dan
penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
4. Unit Pelayanan Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan
farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebarluaskan, dicatat dan
disimpan.
5. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta
selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan
dan farmasi.
6. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan
evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tahun.
7. Kepala Unit pelayanan Farmasi harus terlibat langsung dalam
perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan
farmasi dan penggunaan obat

1.4.2 Staf dan Pimpinan


Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan
pelayananan.
1. Unit Pelayanan Farmasi Puskesmas dipimpin oleh Apoteker.
2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang
mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian Farmasi
Puskesmas.
3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga tekhnis
kefarmasian dan staf farmasi yang sudah mendapatkan pelatihan
5. Kepala Unit Pelayanan Farmasi bertanggung jawab terhadap aspek
hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan
distribusi maupun administrasi barang farmasi.
6. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
7. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan
kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

6
1.4.3 Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat
mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan
farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang
fungsional, profesional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin
semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing
barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi obat.
d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang
baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
1.4.4 Kebijakan dan Prosedur
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan
dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan
prosedur yang ada harus mencerminkan standart pelayanan farmasi
mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan
farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala unit pelayanan
farmasi.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat kesepakatan dari
dokter,paramedis,bidan dan apoteker .Kebijakan dan prosedur yang
tertulis harus mencantumkan beberapa hal berikut :
a. macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah
dokter
b. label obat yang memadai
c. daftar obat yang tersedia
d. pencatatan dalam rekam medik pasien beserta dosis obat yang
diberikan
e. pengadaan dan penggunaan obat di puskesmas
f. pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dan rawat
jalan.

7
g. pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, penga
daan, penerimaan, penyimpanan,pendistribusian dan penyerahan.
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat
dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien
i. pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
j. Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan
dalam penggunaan obat.
k. prosedur penarikan/penghapusan obat.
l. pengaturan persediaan dan pesanan
m. penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf
n. masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/undang-
undang
o. pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
3. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang
salah dan atau mengatasi masalah obat.
4. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten.

1.5 Batasan Operasional


1.5.1 Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen
mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang
tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.
1.5.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi.
a. Tim formularium puskesmas adalah tim yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan :
 kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya

8
 Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan
penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
b. Organisasi dan Kegiatan Tim Formularium Puskesmas :
1. Susunan Tim formularium puskesmas serta kegiatan yang dilakukan
bagi tiap puskesmas dapat bervariasi sesuai dengan kondisi
puskesmas setempat. Tim formularium puskesmas terdiri dari
Dokter, apoteker,bidan dan Perawat
2. Tim formularium puskesmas harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 6 (enam) bulan sekali
3. Membina hubungan kerja dengan tenaga kesehatan lainnya di
dalam puskesmas yang sasarannya berhubungan dengan
penggunaan obat.
c. Fungsi dan Ruang Lingkup
1. Mengembangkan formularium di Puskesmas dan merevisinya.
Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus
didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi,
keamanan serta harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat,
kelompok dan produk obat yang sama.
2. Tim formularium puskesmas harus mengevaluasi untuk menyetujui
atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh
anggota staf medis..
3. Membantu unit pelayanan farmasi dalam mengembangkan tinjauan
terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai
penggunaan obat di puskesmas sesuai peraturan yang berlaku.
Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di puskesmas
dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standart
diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
secara terus menerus penggunaan obat secara rasional.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada
staf medis dan perawat.
d. Kewajiban Tim formularium Puskesmas
1. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
formularium Puskesmas, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-
lain

9
2. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan Puskesmas dalam
mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
3. Pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut
e. Tugas Apoteker Dalam Tim Formularium Puskesmas
1. Menjadi salah seorang anggota panitia
2. Menetapkan jadwal pertemuan
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk pembahasan dalam pertemuan
5. Semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan
pada pimpinan puskesmas
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan
kepada seluruh pihak yang terkait
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati
dalam pertemuan
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam
kelas terapi lain
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil kesepakatan
Tim formularium puskesmas
10. Pendidikan dan pelatihan
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan
penggunaan obat pada pihak terkait
f. Formularium Puskesmas
Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Tim
formularium puskesmas untuk digunakan di puskesmas dan dapat
direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi
Formularium :
 Halaman judul
 Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
 Daftar Isi
 Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
 Produk obat yang diterima untuk digunakan

10
 LampiranSistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana
prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara
Formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Tim
formularium puskesmas mengadakan evaluasi dan menentukan
pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih
mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk
kepada dokter, tenaga kefarmasian, perawat serta petugas administrasi
di puskesmas dalam menerapkan system formularium. Meliputi;
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu
dengan Tim formularium puskesmas dalam menentukan kerangka
mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis
harus mendukung. Sistem Formularium yang diusulkan oleh Tim
formularium puskesmas
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan
kebutuhan tiap-tiap institusi

1.5.3 Standar Prosedur Operasional ( SPO )


Adalah kumpulan instruksi, langkah – langkah yang telah dibakukan
untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
1.5.4 Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen / pasien untuk kebutuhan pelayanan resep. Semua ruangan harus
mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh
sinar matahari / cahaya dalam jumlah yang cukup.
1.5.5 Peralatan Farmasi
Unit pelayanan Farmasi harus dilengkapi dengan semua peralatan yang
diperlukan sesuai dengan layanan yang disediakan sekalipun tidak
digunakan secara rutin. Pada saat unit alat maupun saat kerja rutin,
peralatan harus diperhatikan menunjukan kemampuan atau memenuhi
kinerja yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai
untuk pemeriksaan bersangkutan.
1.5.6 Pemantapan Mutu (Quality Assurance)
Farmasi kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan hasil pelayanan resep. Pemantapan Mutu Internal

11
(Internal Quality Control) adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh masing-masing petugas farmasi secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error / penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
1.5.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di unit pelayanan farmasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) unit pelayanan farmasi
merupakan bagian dari pengelolaan farmasi secara keseluruhan. Farmasi
melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan
pelayanan resep pasien. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu
adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan farmasi
dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan
pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta
mengontrol cara penyiapan obat menurut standar pelayanan resep yang
benar.
1.5.8 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan farmasi diperlukan dalam perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan
pelayanan farmasi. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat
dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan
mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.

12
BAB II

STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN RESEP NARKOTIKA-


PSIKOTRPIKA

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Petugas yang memiliki kewenangan dalam pelayanan resep narkotika-
psikotropika adalah apoteker yang memiliki STRA dan SIPA dalam wilayah
kerja tersebut dan Tenaga Tekhnis Kefarmasian yang memiliki STR dan
SIKTTK dalam wilayah kerja tersebut di bawah pengawasan apoteker

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan ini adalah minimal 1
orang apoteker dan 2 orang Tenaga Tekhnis Kefarmasian

13
BAB III

STANDAR FASILITAS UNIT FARMASI

A. Denah Unit Pelayanan Farmasi

Gambar 1. Denah Unit Pelayanan Farmasi (Gudang)

Rak obat

Rak
Pintu
obat
masuk

Rak Obat

Gambar 2. Denah Unit Pelayanan Farmasi (Tempat Pengambilan Obat)

wesatfel
Pintu
Gudang

kulkas meja

Loket
obat

B. Standart Fasilitas

14
Terdapat lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika yang
dilengkapi kunci ganda dan kunci hanya dikendalikan oleh apoteker dan tenaga
tekhnis kefarmasian.lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika
disertakan pelabelan obat narkotika-psikotropika

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Pengadaan

Narkotika dan psikotropika untuk kebutuhan puskesmas diperoleh dari


permintaan melalui LPLPO kepada Dinas kesehatan. Bukti pengadaan ditelusuri
melalui SBBK obat narkotika dan psikotropika

4.2. Penyimpanan dan Pelaporan


a. Obat Narkotika dan psikotropika yang berada di puskesmas guluk-guluk
wajib disimpan secara khusus sesuai standar fasilitas
b. Apoteker penanggung jawab wajib membuat,menyampaikan dan menyimpan
laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran obat narkotika
dan psikotropika yang berada dalam penguasaannya
4.3. Cara Peresepan Obat Narkotika dan Psikotropika
a. Ditulis oleh dokter / dokter gigi / paramedis yang diberi kewenangan
b. Mencantumkan nama jelas dokteryang menulis resep
c. Ditulis tersendiri ( terpisah )
d. Tidak boleh ada iterasi
e. Mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
f. Signa ( aturan pakai/dosis pemakaian ) ditulis dengan jelas
g. Ditandatangani oleh dokter yang menulis resep ( bukan paraf )
h. Apabila penulisan tidak sesuaidengan ketentuan tersebutmaka obat tidak dapat
dilayani
4.4. Penyerahan
a. Penyerahan obat narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh
apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan apoteker

15
b. Apoteker hanya dapat menyerahkan obat narkotika dan psikotropika kepada
pasien berdasarkan resep dokter
c. Penyerahan obat narkotika dan psikotropika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan
d. Sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika harus di beri garis
berwarna merah dan untuk obat psikotropika di beri garis biru
e. Sub unit farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan psikotropika dari
resep asli dan resep narkotika dan psikotropika di pisahkan dari resep lainnya
f. Pasien yang menerima obat narkotika dan psikotropika harus ditanyakan
nomor telefon dan alamat lengkap
4.5. Pelaporan
Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan ke
dinas kesehatan
4.6. Pemantauan
Pemantauan terhadap obat narkotika dan psikotropika yang dilakukan meliputi
pemantauan stok harian,pasien yang mendapatkan resep obat narkotika dan
psikotropika berulang kali dan masa kadaluwarsa obat
4.7. Pemusnahan
Obat narkotika dan psikotropika yang telah kadaluwarsa / rusak tidak
dimusnahkan di puskesmas tetapi dikembalikan ke dinas kesehatan dengan
berita acara pengembalian

METODE

Obat narkotika dan psikotropika penggunaan dan pendistribusiannya


menggunakan system peresepan sehingga pengawasan dan pengendaliannya dapat
lebih efektif

LANGKAH KEGIATAN

a. Penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika


1. Peresepan obat narkotika psikotropika hanya boleh ditulis oleh
dokter/dokter gigi atau petugas yang diberi kewenangan.
2. Petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis resep
tiap R/ obat narkotika dan psikotropika dan menuliskan nama dan alamat
pasien yang LENGKAP

16
3. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik jenis,
jumlah dan cara penggunaannya
4. Petugas penulis resep memastikan resep narkotika dan psikotropika yang
ditulis tidak di ulang tanpa resep dokter
b. Pengawasan dan pengendalian obat narkotika dan obat psikotropika
1. Petugas unit pelayanan memastikan atas kesesuaian diagnosis dengan
terapi penggunaan psikotropika dan narkotika
2. Petugas apotik memberikan penandaan khusus yaitu Resep psikotropika
diberi garis berwarna biru dan resep narkotika diberi garis berwarna merah
3. Petugas apotik mencatat resep narkotika dan psikotropika pada buku
narkotika dan psikotropika
4. Petugas memisahkan resep narkotika dan psikotropika dengan resep
lainnya
5. Petugas apotik membuat laporan pengeluaran narkotika dan psikotropika
tiap bulannya
6. Petugas memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis tidak
bersigna m.i(mihipsi) artinya untuk di pakai sendiri dan bersigna u.c (usus
cognitus ) yang berarti pemakaian diketahui.

17
18
BAB V

LOGISTIK

Obat narkotika dan psikotropika yang tersedia di UPTD Puskesmas


Aululikadalah sebagai berikut:
a. Obat narkotika :
- codein tab 10 mg
b. Obat psikotropika :
- diazepam injeksi
- diazepam tab 5 mg

19
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem dimana
Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

6.2. Tujuan
Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai
6.3 Tatalaksana Keselamatan Pasien
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus
diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke
dalam tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah
pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
tidak boleh diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan
6.4 Tanggung Jawab
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi
farmasi dansetiap unit yang terkait
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke
wakil kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang telah
ditunjuk.

20
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

7.1 Pedoman Umum

Unit pelayanan Farmasi puskesmas merupakan unit pelaksana fungsional yang


bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmsian secara
menyeluruh di puskesmas dengan ruang lingkup pengelolan perbekalan farmasi.

7.2 Tujuan
7.2.1. Tujuan Umum

Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit pelayanan farmasi agar


tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.

7.2.2. Tujuan Khusus


a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahay, kebakaran
dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar

7.3 Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Untuk terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja secara optimal maka


perlu dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis : Identifikasi, pengukuran dan


analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi fisik pekerja: Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan
sebagai berikut:
1) Sebelum dipekerjakan,
2) Secara berkala, paling sedikit setahun sekali,
3) Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada
saluran pernafasan (TBC) dan penyakit menular lain, terhadap
pekerja terpapar di suatu lingkungan dimana terjadi wabah, dan
apabila dicurigai terkena penyakit akibat kerja.

21
b. Sifat dan Beban Kerja adalah beban fisik dan mental yang harus
dipikul oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan
lingkungan kerja yang tak mendukung merupakan beban tambahan
bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan kegiatan Unit pelayanan
farmasi puskesmas dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2
bentuk :
1. Kecelakaan kerja di lingkungan unit pelayanan farmasi seperti
terpeleset, tersengat listrik, terjepit pintu,
2. di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
3. di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang
4. di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat
listrik
5. di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat2
7.2.4. Pengendalian :
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol

22
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di unit pelayanan farmasi puskesmas dapat


dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa
tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan.pengendalian mutu
dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pengawasan,pemeliharaan dan audit
terhadap obat narkotika dan psikotropika untuk menjamin mutu,mencegah
kehilangan,kadaluwarsa,rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta
keamanannya sesuai dengan kesehatan dan keselamatan kerja ,dengan tahapan:

1. Mendefinisikan kualitas pelayanan obat yang diinginkan dalam bentuk


criteria
2. Penilaian kualitas pelayanan obat yang sedang berjalan berdasarkan criteria
yang sudah ditentukan
3. Pendidikan personil dan peningkatan fasilitas pelayanan apabila di
perlukan
4. Penilaian ulang kualitas pelayanan obat
5. Up date kriteria
8.1 Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi
dimensional.

23
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu
pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable
penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.

8.2. Upaya Peningkatan Mutu

Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu


pelayanan unit farmasi puskesmas secara efektif dan efisien agar tercapai
derajat kesehatan yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :
a. Optomasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang
profesinya, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan
tindakan dapat diperkecil sesuai dengan target mutu laboratorium dan
kepuasan pelanggan dapat meningkat.

24
8.3. Evaluasi
8.2.1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program
evaluasi:
a. Prospektif: program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren: program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker,
peracikan resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif: program pengendalian yang dijalankan setelah
pelayanan dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan mutasi
barang.

8.2.2. Metoda Evaluasi


a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai
standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber
daya, penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat

25
BAB IX

PENUTUP

Demikian disusunnya buku pedoman penggunaan obat narkotika dan


psikotropika ini dengan harapan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tenaga farmasi di UPTD Puskesmas Aululik dalam melaksanakan
pelayanan obat yang baik dan benar

Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman


Pelayanan penggunaan obat narkotika dan psikotropika ini dapat dilakukan revisi bila
diperlukan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dirdjosisworo, Soedjono. 1990, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti

Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1997 tentang Konvensi PBB Pemberantasan Peredaran


Gelap Narkotika dan Psikotropika.

Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

27

Anda mungkin juga menyukai