BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perbekalan farmasi, sedangkan Komite Farmasi dan Terapi adalah bagian
yan bertanggung jawab dalam penetapan formularium. Agar pengelolaan perbekalan
farmasi dan penyusunan formularium di rumah sakit dapat sesuai aturan yang berlaku,
maka diperlukan adanya tenaga yang profesional di bidang tersebut. Untuk menyiapkan
tenaga profesional tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya adalah
tersediannya pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di
instalasi farmasi rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai
peran penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dimana apoteker
sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
mewujudkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas.
Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan dan memberikan sediaan
farmasi dan alat kesehatan serta informasi terkait agar masyarakat mendapatkan
manfaatnya yang terbaik. Pelayanan kefarmasian yang menyeluruh meliputi aktivitas
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat. Untuk memperoleh
manfaat terapi obat yang maksimal dan mencegah efek yag tidak diinginkan, maka
diperlukan penjaminan mutu proses penggunaan obat. Hal ini menjadikan apoteker harus
ikut bertanggung jawba bersama-sama dengan profesi kesehatan lainnya dan pasien,
untuk tercapainya tujuan terapi yaitu penggunaan obat yang rasional.
Dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kefarmasian tersebut maka diperlukan
pedoman bagi apoteker dan pihak lain yang terkait. Pedoman tersebut dituliskan dalam
bentuk Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi untuk memastikan pelayanan yang
diberikan pada pasien telah memenuhi standar mutu dan cara untuk menetapkan
Pharmaceutical Care.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ini adalah:
1. Umum : tersediaan Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit
2. Khusus :
a. Terlaksananya pengelolaan perbekalan farmasi yang bermutu, efektif dan efisien
b. Terwujudnya sistem informasi pengelolaan perbekalan farmasi kesehatan yang
dapat digunakan sebagai dasar perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi.
c. Terlaksannya pengendalian mutu perbekalan farmasi
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alat kesehatab dalam pelayanan resep, dengan kegiatan:
a. Penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan resep
b. Pengkajian resep, meliputi identifikasi, mencegah dan mengatasi masalah terkait
obat/Drug Related Problem (DRP)
c. Penyiapan obat dn perbekalan farmasi lainnya, meliputi : pemilihan, pengadaan
(perencanaan, teknis pengadaan, penerimaan dan penyimpaanan),
pendistribusian, pencatatan dan pelaporan, jaminan mutu serta monitoring dan
evaluasi.
d. Layanan informasi obat, meliputi : penyediaan area konseling khusus,
kelengkapan literatur : penjaminan mutu SDM, pembuatan prosedur tetap dan
pendokumentasiannya.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan penggunaan obat yang rasional,
dengan kegiatan :
a. Pengkajian Resep, meliputi : identifikasi, mencegah dan mengatasi DRP
b. Komunikasi dan advokasi kepada dokter tentang resep pasien
c. Pelayanan informasi obat
d. Menjamin kerahasiaan data pasien
e. Pencatatan kesalahan obat, produk cacat atau produk palsu
f. Pencatatan dan pelaporan Efek Samping Obat (MESO)
g. Evaluasi data penggunaan obat ( Drug Use Study)
h. Penyusunan Formularium bersama tenaga kesehatan lain
D. Batasan Operasional
Batasan operasional dari Instalasi Farmasi menakup proses:
1. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi kegiatan merancang proses yuang
efektif, penerapan dan perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penerimaan,
penyiapan, pendistibusianm pengendalian, dokumentasi dan monitoring dan evaluasi.
2. Farmasi Klinik yang meliputi pelayanan resep (dispensing(, pelayanan informasi
obat, konsultasi informasi dan edukasi, pencatatan penggunaan obat, identifikasi,
pemantauan dan pelaporan reaksi obat yang tidak dikehendaki dan efek samping
obat, pemantauan terapi obat, visite dan evaluasi penggunaan obat.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek;
6. Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Denah Ruang
MEJA ADMINISTRASI
PINTU
PENERIMAAN RESEP & PENYERAHAN
OBAT
RAK INJEKSI ,
WASTAFEL
SLEP DAN
SALEP
DAN PSIKOTYROPIK
MEJA PERACIKAN &
LEMARI NARKOTIK
PENYIAPAN OBAT
RAK INJEKSI
DAN ALKES
LEMARI ARSIP
HIGH ALERT
PROGRAM
OBAT
RUANG KONSULTASI
APOTEKER
B. STANDAR FASILITAS
1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Lokasi menyatu dengan sistem pelayanan di rumah sakit
b. Luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah sakit
c. Memenuhi persyaratan tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang
d. Ruang penyimpanan memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,
kelembaban, ventilasi dan sistem pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan
e. Ada ruang khusus Apoteker yang akan memberikan konsultasi kepada pasien
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan
f. Tersedia ruang untuk menyimpan sumber informasi yang dilengkapi dengan
teknologi komunikasi dan sistem penanganan informasi yang memadai untuk
mempermudah pelayanan informasi obat
g. Ada ruang khususyang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan
dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hukum, aturan,
persyaratan dan teknik manajemen
2. Perlatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
obat luar dan obat minum. Fasilitas peralatanharus dijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia:
a. Peralatan untuk penyimpanan ,peracikan dna penyiapan obat
b. Peralatan kantot untuk administrasi
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan informasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika, berkunci ganda,
dengan kunci yang selalu dibawa oleh apoteker.asisten apoteker penanggung
jawab shift
e. Lemari pendingin untuk perbekalan farmasi dengan penyimpanan suhu 2-8oC
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik
g. Pemadam kebakaran atau Alat pemadam Api Ringan (APAR)
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
b) Pengadaan
Huna menjamin tata kelola perbekalan farmasi yang baik, dalam proses
pengadaan harus diperhatikan adanya:
1) Prosedur yang transparan dalam proses pengadaan
2) SPO dalam pengadaan
3) Sistem manajemen informasi yang digunakan untuk melaporkan produk
perbekalan farmasi yang bermasalah.
4) Audit secara rutin pada proses pengadaan
5) Pengadaan perbekalan farmasi menggunakan sistem pembelian langsung ke
Distributor Resmi / PBF.
6) Pengadaan perbelakan farmasi dilakukan setiap bulan atau setiap saat
dimana pada saat obat mengalami kekurangan dengan membuat Surat
Pesanan (SP) dan diambil saat salesman berkunjung untuk Surat Pesanan
(SP) biasa dan untuk Surat Pesanaan (SP) narkotika, psikotropika atau
prekursor dikirim langsung ke distributor.
c) Penerimaan
1) Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker yang ditunjuk
dibawah pengawasan kepala instalasi farmasi.
2) Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan
dengan spesifikasi pada surat pesanan dan faktur.
3) Pemeriksaan perbekalan farmasi yang diterima meliputi :
(1) Jenis dan nama perbekalan farmasi
(2) Jumlah perbekalan farmasi
(3) Kondisi fisik perbekalan farmasi
(4) Tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi
(5) Memiliki Material Safety Data Sheet (MSD)
d) Penyimpanan
1) Perbekalan farmasi harus disimpan di tempat yang dapat menjamin terhindar
dari gangguna fisik dan dapat menjaga mutu obat selama penyimpanan.
2) Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas Instalasi Farmasi
yang ditunjuk.
3) Penyususnan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan
alfabetis. Dengan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First
Out (FIFO).
4) Penyusunan obat yang Look A Like Sound A Like (LASA) tidak boleh saling
berdampingan atau berdekatan.
5) Obat dengan kategori High Alert disimpan terpisah dari obat lain selain obat
High Alert dan diberi label.
6) Penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan penyimpanan narkotika.
Narkotika disimpan dalam lemari yang terkunci ganda (Double) dan setiap
pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat dikartu
stok.
7) Psikotropika disimpan terpisah dari obat selain psikotropika dan terkunci.
8) Obat emergency disimpan dalam trolly/box/KIT emergenc dan terkunci.
9) Obat emergency yang tersedia diunit-unit pelayanan pasien dan
pengelolaannya dimonitor sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
Rumah Sakit.
10) Bahan berbahaya disimpan dalam lemari tersendiri dan diberi lambing
berbahaya.
11) Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi khusus (obat yang dibawa pasien,
obat program kesehatan) dilaksanakan berdasarkan prosedur yang ditetapkan
Rumah Sakit.
12) Rumah Sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika,
Total Parental Nutrition (TPN) dan produk steril karena belum ada fasilitas
BSC (Biological Safety Cabinet).
13) Perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperature, udara dan
cahaya disimpan pada suhu dan tempat yang sesuai.
14) Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses rekonsiliasi obat dan
terapi boleh dilanjutkan, disimpan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk
dilakukan proses ODD.
15) Obat-obat yang kadaluarsa atau rusak dipisahkan, disimpan dan dimusnahkan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh Rumah Sakit.
e) Pendistribusian
1) Distribusi obat dilakukan secara tersentralisasi di Instalasi Farmasi untuk
pasien rawat jalan dan rawat inap
2) Pendistribusian perbekalan farmasi di Rumah Sakit terdiri atas:
(1) Distribusi untuk pasien rawat jalan
(a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan
berdasarkan resep dan penjualan bebas untuk obat tertentu.
(b) Penyerahan perbekalan farmasi rawat jalan dilakukan oleh apoteker
atau asisten apoteker yang diberi wewenang.
(c) Penyerahan perbekalan farmasi pasien rawat jalan dilakukan dengan
memberikan informasi obat kepada pasien.
(2) Distribusi untuk pasien rawat inap
(a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dilakukan
dengan sistem kombinasi resep individual dan persediaan ruang
minimal. Penyerahan perbekalan farmasi rawat inap dilakukan oleh
apoteker atau petugas yang diberi wewenang.
(3) Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja
(a) Sistem unit dosis (One Day Dose)
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang disiapkan,
diberikan atau digunakan dan dibayar dalam dosis harian, yang berisi
obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk penggunaan obat
dalam satu hari.
3) Penyerahan
Pada saat di distribusikan, petugas yang melakukan serah terima memeriksa
kesesuaian pengeluaran perbekalan farmasi baik dari jumlah, jenis, dan kondisi
fisik, kemudian di ruangan disimpan sesuai dengan stabilitas perbekalan
farmasi. Petugas yang menyerahkan perbekalan farmasi adalah apoteker atau
tenaga teknis kefarmasian yang kompeten sesuai dengan kredensialnya.
4) Bentuk Distribusi
(1) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan rawat inap
dilakukan dalam bentuk paling siap digunakan untuk diberikan kepada
pasien.
(2) Bentuk paling siap digunakan adalah seluruh perbekalan farmasi yang
diberikan sudah dikemas, diberi label mulai dari identitas pasien, yaitu
nama pasien, nama obat, dosis, jumlah dan cara pakai.
(3) Waktu pelayanaan obat yang ditetapkan adalah obat jadi 7 menit,
sedangkan obat racikan 15 menit. Waktu tersebut dihitung setelah resep
selesai diberi harga.
(4) Untuk resep pasien rawat jalan, dilakukan proses telaah resep terlebih
dahulu oleh apoteker sebelum dilaksanakan pelayanan resep selanjutnya.
(5) Untuk resep pasien rawat inap, petugas farmasi mengisi formulir pemberian
obat untuk terapi pertama, kemudian obat diserahkan kepada petugas ruang
perawatan.
(6) Setiap hari, Apoteker farmasi klinik melakukan visite ke ruang perawatan
untuk mengawasi pemberian obat kepada pasien rawat inap untuk
memastikan bahwa pasien mendapatkan obat dan menggunakan obat pada
waktu yang tepat dengan mencocokkan antara daftar pemberian obat, obat
pasien dan etiket obat tersebut.
(7) Apoteker farmasi klinik mengawasi penggunaan obat yang dibawa sendiri
oleh pasien dengan menggunakan Formulir Rekonsiliasi Obat Yang Dibawa
Sendiri Oleh Pasien yang merupakan bentuk koordinasi antara dokter,
Apoteker dan perawat.
g) Produksi
Rumah Sakit Bersalin Paradise belum melakukan kegiatan produksi.
h) Pemusnahan
1) Pemusnahan perbekalan farmasi rusak dan kadaluarsa menjadi tanggung
jawab dari Distributor / Pedagang Besar Farmasi (PBF) penyedia perbekalan
farmasi.
2) Pemusnahan Resep dilakukan setelah disimpan selama 3 tahun oleh apoteker
dengan disaksikan oleh kepala penunjang medis dan asisten apoteker dan
dilaporkan berita acara pemusnahannya kepada direktur Rumah Sakit Bersalin
Paradise.
1. Pelayanan Kefarmasian
Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian maka diatur kebijakan sebagai berikut:
1) Pengkajian Resep
Setiap resep yang diterima untuk dilayani harus dikaji terlebih dahulu oleh
Apoteker dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang kompeten yang dapat
melakukan konfirmasi dengan dokter penulis resep bila ditemukan persyaratan
resep tidak tepat atau ketidakjelasan tetap dalam pengawasan Apoteker.
Aspek yang ditelaan dalam pengkajian resep meliputi:
a. Persyaratan Administrasi
1) Tanggal Resep
2) Nama pasien dan No. Rekam Medis
3) Berat Badan
4) Nama Dokter
5) Nama Obat
6) Paraf Dokter
7) Tulisan Dokter Tidak Terbaca
b. Persyaratan Farmasetika
1) Bentuk Sediaan
2) Kekuatan Sediaan
3) Stabilitas Sediaan
4) Dosis dan Jumlah Obat
5) Waktu dan Frekuensi Pemberian
6) Cara Pemberian
c. Persyaratan Klinis
1) Indikasi
2) Waktu Penggunaan
3) Duplikasi Pengobatan
4) Interaksi Obat
5) Data Alergi Obat Pasien
6) Polifarmasi
Penelaaahan atau pengkajian ketepatan obat dapat dikecualikan atau tidak mutlak
dilakukan pada:
a. Kondisi/keadaan darurat atau
b. Bila dokter pemesan hadir untuk pemesanan, pemberian dan monitoring
pasien (IGD), atau
c. Diagnostik imaging dimana obat merupakan bagian dari prosedur
Apabila ditemukan suatu temuan selama telaah resep harus dicatat
dailakukan evaluasi.
2) Dispensing Obat
Seluruh resep yang masuk ke Instalasi Farmasi akan dilayani seluruhnya sesuai
dengan prosedur mulai dari pencampuran, peracikan, pengemasan sampai
penyerahan kepada pasien rawat jalan atau rawat inap oleh seluruh petugas
farmasi yang dinas sesuai dengan wewenangnya masing-masing.
3) Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Seluruh perbekalan farmasi terutama obat di RS Bersalin Paradise dipantau
penggunaannya untuk keamanaan dan keselamatan pasien serta dilaporkan
kepada Apoteker jika ada efek samping obat untuk ditindaklanjuti.
F. Pengendalian.
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan / kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian mencakup :
Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah stok ini
disebut stok kerja.
Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan
agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan.
Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
Selain itu, beberapa pengendalian yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kefarmasian
adalah sebagai berikut:
Catatan pemberian obat
Catatan pemberian obat adalah formulir yang digunakan perawat untuk menyiapkan
obat sebelum pemberian. Pada formulir ini perawat memeriksa obat yang akan
diberikan pada pasien. Dengan formulir ini perawat dapat langsung
merekam/mencatat waktu pemberian dan aturan yang sebenarnya sesuai petunjuk.
Pengembalian obat yang tidak digunakan
Semua perbekalan farmasi yang belum diberikan kepada pasien rawat tinggal harus
tetap berada dalam kotak obat. Hanya perbekalan farmasi dalam kemasan tersegel
yang dapat dikembalikan ke instalasi farmasi.
Pengendalian obat dalam kamar operasi.
Sistem pengendalian obat rumah sakit harus sampai ke kamar operasi. Apoteker harus
memastikan bahwa semua obat yang digunakan dalam bagian ini tepat order,
disimpan, disiapkan, dan dipertanggung jawabkan sehingga pencatatan dilakukan
seperti pencatatan di instalasi farmasi.
Penarikan obat
Penarikan obat merupakan suatu proses penilaian kembali (reevaluasi) terhadap obat
jadi yang telah terdaftar dan beredar di masyarakat, terutama terhadap obat-obat yang
mempunyai resiko tinggi, komposisi dianggap tidak rasional, indikasi tidak tepat dan
pemborosan karena efek terapi yang tidak bermakna. Tahap – tahap proses penarikan
obat antara lain sebagai berikut :
1. Mencatat nama dan nomer batch / lot produk
2. Menelusuri nomer barcode produk menggunakan menu info obat di software
menu Fari atau menu FarJ
3. Menelusuri histori mutasi stok keluar
4. Mencatat lokasi stok disimpan atau nama pasien yang telah dilayani
5. Mengirim memo pemberitahuan penarikan ke depo dimana produk disimpan
6. Memberitahukan pada pasien akan penarikan produk, bila perlu dilakukan
penarikan hingga ke tangan pasien. Mengambil produk dari lokasi
penyimpanan (depo dan pasien)
7. Melakukan proses “karantina” produk dengan memberi label “JANGAN
DIGUNAKAN” sampai produk diambil oleh distributor / pabrik.
8. Mendokumentasikan nama, nomer batch / Lot obat yang ditarik, tindakan yang
diambil dan hasil penarikan produk. Dokumen disertai dengan lampiran form
pemberitahuan penarikan dari distributor serta dokumen serah terima barang
dengan distributor / pabrik.
G. Pemusnahan
Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-
obatan dan perbekalan kesehatan yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, ataupun
mutunya sudah tidak memenuhi standar.
Tujuan dilakukan pemusnahan adalah sebagai berikut :
Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat
atau perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan
kemanfaatan
Untuk menghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan
atas obat atau perbekalan kesehatan lainya yang sudah tidak layak untuk dipelihara.
Untuk menjaga keselamatan kerja dan menghindarkan diri dari pengotoran
lingkungan, dan penyalahgunaan. Pembuangan yang tidak layak dapat menjadi
berbahaya jika kemudian menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Selain
itu obat-obatan kadaluarsa dapat disalahgunakan dan digunakan kembali jika tempat
pembuangan tidak dipilih secara tepat dan aman.
Tahap – tahap proses pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan adalah :
1. Inventarisasi terhadap obat dan perbekalan kesehatan yang akan dimusnahkan
2. Persiapan adminstrasi, meliputi laporan dan berita acara pemusnahan
3. Penentuan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan, dan koordinasi dengan pihak
terkait
4. Persiapan tempat pemusnahan
5. Pelaksanaan pemusnahan, menyesuaikan jenis dan bentuk sediaan
6. Pembuatan laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan, yang memuat :
o Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan obat dan alat kesehatan
o Nama dan jumlah obat dan alat kesehatan
o Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
o Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan
7. Laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan, ditandatangani oleh apoteker
dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan (berita acara terlampir)
Dalam proses pemusnahan obat, prosedur yang dipilih adalah demgan cara ditimbun
di dalam tanah. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi penimbunan
obat adalah jarak lokasi dengan sumber air tanah, untuk mengurangi resiko adanya
kontaminasi air tanah. Sebelum ditimbun di dalam tanah obat dikeluarkan dari
kemasan primernya agar lebih cepat terurai di dalam tanah.
Sedangkan proses pemusnahan perbekalan kesehatan, prosedur yang dipilih adalah
dengan insenerasi, yakni memasukkan perbekalan kesehatan ke dalam pembakaran
bersuhu tinggi (800°C).
BENTUK
NO NAMA OBAT JUMLAH
SEDIAAN
1 Adrenalin / Epinephrin Inj Amp 4
2 Aminophilin Inj Amp 2
3 Atropin Sulfat Inj Amp 4
4 D10% 500 mL Fl 2
5 D40% 25 mL Amp 1
6 Dexamethason 5 mg Inj Amp 2
7 Digoxin Inj (Fargoxin) Amp 2
8 Dipenhidramin Inj Amp 5
Dopamin Inj (Dopac
9 Amp 1
/Proinfark)
10 Efedrin Inj Amp 5
11 Lidocain Inj Amp 10
12 Lodomer Inj Amp 1
13 Mg SO4 20% 25 mL Fl 3
14 MgSO4 40% 25 mL Fl 3
15 Morphin Inj Amp 1
16 Na Bicarbonat Inj (Meylon) Fl 1
17 Pethidin Inj Amp 1
18 Sibital Inj Amp 2
19 Stesolid Inj 10 mg Amp 4
BENTUK
NO NAMA OBAT JUMLAH
SEDIAAN
1 Atropin sulfat Inj Amp 10
2 Adrenalin / epinephrin Inj Amp 5
3 Amiodaron (Tiaryt ) Amp 2
4 Arixtra Inj Syringe 2
5 Aspilet Tab Tab 10
6 Clopidogrel Tab Tab 10
7 Dexamethason Inj Amp 10
8 Dextrose 40% 25 mL Fl 5
9 Digoxin Inj (Fargoxin) Amp 2
Dopamin Inj(Dopac /
10 Amp 2
Proinfark)
11 Gliseril trinitrat Inj Amp 2
12 Lidocain Inj Amp 10
13 Na. Bicarbonat Inj (Meylon) Fl 5
14 Norepineprin Inj (Vascon) Amp 2
15 Stesolid Inj 10 mg Amp 5
16 Stesolid rectal 5 mg Tube 2
BENTUK
NO NAMA OBAT JUMLAH
SEDIAAN
1 Adrenalin inj 10 1
2 Atropin Sulfat inj 10 2
3 D40 % 5 3
4 Dexamethasone inj 10 4
5 Efedrin inj 5 5
6 Lidocain inj 10 6
7 Stesolid inj 5 7
8 Stesolid rectal 2 8
dst.
This entry was po