Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah bagaimana manusia memahami dirinya dan
lingkungannya, meneliti hubungan dan pengaruh hal-hal tersebut antara satu
dengan yang lainnya, dan dapat menjelaskan dan menerapkan hasilnya dengan
menggunakan aktifitas dan metode yang ada sehingga di dapatkan kumpulan
informasi/pengetahuan yang lengkap dan sistematis mulai sejak awal hingga saat
ini. Seiring dengan berkembangnya jaman, ilmu pengetahuan pun semakin
berkembang pesat seperti halnya dalam bidang pengobatan. Sumber senyawa
bahan alam hayati memegang peranan penting dalam pemanfaatan zat kimia
berkhasiat yang terdapat di alam.
Penggunaan tanaman sebagai obat sudah di kenal luas baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Di asia dan afrika 70-80% populasi masih
tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan primer. Penggunaan obat
tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan
alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping.
Hampir setiap daerah di indonesia mengenal ramuan obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang di gunakan untuk pengobatan tertentu secara tradisional.
Penggunaan tumbuh-tumbuhan tertentu sebagai obat merupakan warisan turun
temurun dari nenek moyang kita sejak dahulu hingga sekarang. Bahan obat yang
di gunakan dapat berasal dari daun, batang, akar, bunga, dan biji-bijian. Sekarang
obat menjadi kebutuhan primer yang harus wajib di miliki oleh semua orang
ketika sakit. Sehingga, ilmu dalam pengobatan harus lebih di kembangkan. Ilmu
pengobatan ini sering di sebut dengan dengan ilmu kefarmasian.
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk
yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi
juga mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika,

1
biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Salah satu Ilmu yang
mendasar dari farmasi yaitu fitokimia (Dirjen POM, 1979).
Fitokimia merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang isolasi
atau pemisahan serta ekstraksi zat aktif yang ada pada tanaman mengunakan
metoda kimia. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan,
termasuk sayuran dan buah-buahan dengan melakukan proses ekstraksi.
Ekstraksi adalah proses pengambilan bahan aktif dan tumbuhan dengan
pelarut yang sesuai. Dalam melakukan ekstraksi ada beberapa factor yang harus
diperhatikan yaitu, bahan awal, pelarut yang digunakan, dan juga metode yang
digunakan. Salah satu metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk
mengekstraksi adalah maserasi dan perkolasi.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang di ekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang di
ekstraksi. Teradapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya. Ekstraksi dengan pelarut dapat di lakukan dengan cara
dingin dan cara panas.
Cara penarikan kandungan kimia obat dalam tanaman sangat menentukan
senyawa apa saja yang akan berada dalam ekstrak. Pemilihan cara ekstraksi yang
salah menyebabkan hilangnya atau berkurangnya senyawa kimia berkhasiat yang
diinginkan. Pemahaman tentang sifat zat-zat kimia yang ada dalam tanaman
mutlak diperlukan untuk mendukung pemilihan cara ekstraksi.
Cara ekstraksi sangat beragam, disesuaikan dengan sifat simplisisa,
kandungan kimia di dalamnya dan ketersediaan alat ekstraksi. Dalam praktikum
ini akan dilakukan ekstraksi dengan cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi.
Maserasi merupakan salah satu metoda ekstraksi yang dilakukan dengan
cara merendam simplisia nabati menggunakan pelarut tertentu selama waktu
tertentu dengan sesekali dilakukan pengadukan atau penggocokan. Prinsip
maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya
dalam suatu pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif yang dilakukan

2
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. tujuan dilakukanya
maserasi yaitu untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia berdasarkan pada proses perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka
kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisisa yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan gesekan(friksi). Cara perkolasi
lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi. Dan juga karena ruangan diantara simplisia membentuk saluran
tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi. Untuk menghindari kehilangan minyak
atsiri pada pembuatan sari, maka perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada
perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan, sedangkan pada
reperkolasi tidak dilakukan pemekatan.
Alasan pemilihan metode ektraksi maserasi karena mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan dengan metode ektraksi lainya. Keuntungan utama
metode ektraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sangat

3
sederhana, metode ektraksi tidak dipanaskan sehingga bahan tidak menjadi
terurai.
Berdasarkan latar belakang di atas dilakukan praktikum maserasi pada
sampel simplisia rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) dengan menggunakan
metode maserasi.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ekstraksi dingin
“maserasi”.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ekstraksi dingin.
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari ekstraksi dingin
“Maserasi”
1.3 Maksud Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan ekstraksi
dingin “maserasi”.
1. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis ekstraksi dingin.
3. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kerja dari ekstraksi dingin
“Maserasi”
1.4 Manfaat Penelitian
Percobaan maserasi ini di harapkan dapat memberikan pengembangan
dalam sediaan farmasi khususnya obat-obatan yang berasal dari tumbuhan
maupun hewani.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari
simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ada beberapa istilah yang
digunakan dalam ekstraksi antara lain ekstraktan (pelarut yang digunakan untuk
ekstraksi), rafinat (larutan senyawa atau bahan yang akan di ekstraksi), dan linarut
(senyawa atau zat yang diinginkan terlarut dalam dalam rafinat (Hanani 2015).
Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari matriks atau
simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi yang
digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan senyawa
yang akan diekstraksi. Pelarut yang digunakan tergantung pada polaritas senyawa
yang akan disari, mulai dari yang bersifat nonpolar hingga polar, sering disebut
dengan ekstraksi bertingkat. Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan
senyawa dari campurannya atau simplisia. Pemilihan metode dilakukan dengan
memerhatikan antara lain sifat senyawa, suhu dan tekanan merupakan faktor yang
perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi. Beberapa metode ekstraksi yang
umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, refluks, soxhletasi, infudasi,
dekokm, destilasi, lawan arah (countercurrent), ultrasonic gelombang mikro
(microwave assixted extraction MAF), dan ekstraksi gas superkritis (supercritical
gas extraction, SEG) (Hanani 2015).
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan suatu zat yang didasarkan
pada perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda,
biasanya yaitu air dan yang lainnya berupa pelarut organik. Ada beberapa metode
yang dapat dilakukan dalam ekstraksi, salah satu yang paling umum dilakukan
adalah metode maserasi. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang
paling umum dilakukan dengan cara memasukkan serbuk tanaman dan pelarut
yang sesuai ke dalam suatu wadah inert yang ditutup rapat pada suhu kamar. Akan
tetapi, ada pula kerugian utama dari metode maserasi ini, yaitu dapat memakan
banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan

5
beberapa senyawa dapat hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja akan
sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat juga
menghindari resiko rusaknya senyawa-senyawa dalam tanaman yang bersifat
termolabil (Tetti, 2014).
Teknik yang umum untuk ekstraksi senyawa kimia secara konvensional
terbagi menjadi cara dingin dan panas. Cara dingin meliputi cara maserasi dan
perkolasi. Maserasi merupakan proses penyarian sederhana, yaitu dengan
merendam sampel dalam pelarut yang sesuai pada suhu kamar dengan waktu
tertentu dan disertai dengan pengadukan sehingga kerusakan kandungan kimia
yang diekstraksi dapat diminimalisasi. Perkolasi adalah cara ekstraksi yang
menggunakan pelarut yang selalu baru dengan cara mengalirkan pelarut melalui
simplisia hingga senyawa akan terekstraksi dengan sempurna. Keuntungan dari
teknik ekstraksi dingin adalah aman untuk senyawa yang bersifat termolabil dan
kelemahannya adalah membutuhkan lebih banyak jumlah pelarut dan waktu
ekstraksi yang lebih lama (Hanani 2015).
Menurut (Ubay,2011) berikut faktor – faktor yang mempengaruhi
ekstraksi .
1. Jenis pelarut Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat
terlarut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi.
2. Suhu Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut
ke dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka
akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju
ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel
bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan
semakin besar bila ukuran partikel semakin kecil.
5. Pengadukan Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya
reaksi antara pelarut dengan zat terlarut.
6. Lama waktu Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang
lebih banyak, karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.

6
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari suatu proses
ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan pertimbangan berikut ini
menurut Marjoni (2016) adalah sebagai berikut:
a) Senyawa kimia yang telah memiliki identitas
Untuk senyawa kimia telah memiliki identitas, maka proses ekstraksi
dapat dilakukan dengan cara mengikuti prosedur yang telah dipublikasikan atau
dapat juga dilakukan sedikit modifikasi untuk mengembangkan proses ekstraksi.
b) Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu
Dalam hal ini, proses ekstraksi bertujuan untuk menemukan kelompok
senyawa kimia metabolit sekunder tertentu dalam simplisia seperti alkaloid,
flavonoid dan lain-lain. Metode umum yang dapat digunakan adalah studi pustaka
dan untuk kepastian hasil yang diperoleh, ekstrak diuji lebih lanjut secara kimia
atau analisa kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia yang
dituju.
c) Organisme (tanaman atau hewan)
Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya dibuat
dengan cara mendidihkan atau menyeduh simplisia tersebut dalam air. Dalam hal
ini, proses ekstraksi yang dilakukan secara tradisional tersebut harus ditiru dan
dikerjakan sedekat mungkin, apalagi jika ekstrak tersebut akan dilakukan kajian
ilmiah lebih lanjut terutama dalam hal validasi penggunaan obat tradisional.
d) Penemuan senyawa baru
Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui sifatnya dan
belum pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda apapun maka, metoda
ekstraksi dapat dipilih secara random atau dapat juga dipilih berdasarkan
penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa kimia yang memiliki
aktivitas biologi khusus.
Menurut Marjoni (2016), Jenis-jenis ekstraksi berdasarkan bentuk
substansi dalam campuran:
1. Esktraksi padat-cair

7
Proses ekstraksi padat-cair ini merupakan proses ekstraksi yang paling
banyak ditemukan dalam mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam
suatu bahan alam. Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat di dalam
campurannya dan memerlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan zat
padat. Kesempurnaan proses ekstraksi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan
alam dan sifat dari bahan yang akan diekstraksi.
Berdasarkan penggunaan panas
2. Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan diekstraksi berbentuk
cairan di dalam campurannya.
1. Ekstraksi secara dingin
Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak
senyawasenyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas
atau bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut ini :
a. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan
cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu
tertentu pada temperature kamar dan terlindung dari cahaya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara
mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.
2. Ekstraksi panas
Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung
dalam simplisia dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang
membutuhkan panas diantaranya:
a. Seduhan Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan
merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit).
b. Coque (penggodokan) Merupakan proses penyarian dengan cara
menggodok simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat

8
langsung digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk
ampasnya atau hanya hasil godokannya saja tanpa ampas.
c. Infusa Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari
simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Kecuali dinyatakan
lain, infusa dilakukan dengan cara sebagai berikut : “Simplisia dengan derajat
kehalusan tertentu dimasukkan ke dalam panci infusa, kemudian ditambahkan air
secukupnya. Panaskan campuran di atas penangas air selama 15 menit, dihitung
mulai suhu 90°C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas menggunakan
kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh
volume infus yang dikehendaki”.
d. Digestasi Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir
sama dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada
suhu 30-40°C. Metode ini biasanya digunakan untuk simplisia yang tersari baik
pada suhu biasa.
e. Dekokta Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa,
perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan
pada dekokta lebih lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah
suhu mencapai 90°C. Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain
proses penyariannya yang kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk
mengekstraksi senyawa yang bersifat yang termolabil.
f. Refluks Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik
didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin
balik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada
residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna
g. Soxhletasi Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas
menggunakan alat khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan lebih
rendah dibandingkan dengan suhu pada metode refluks.
2.1.2 Maserasi
Maserasi merupakan salah satu metoda ekstraksi yang dilakukan dengan
cara merendam simplisia nabati menggunakan pelarut tertentu selama waktu

9
tertentu dengan sesekali dilakukan pengadukan atau penggojokan (Marjoni,
2016).

A. Prinsip kerja maserasi


Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Ekstraksi zat aktif
dilakukan dengan cara merendam simplisia nabati dalam pelarut yang sesuai
selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Pelarut yang
digunakan, akan menembus dinding sel dan kemudian masuk ke dalam sel
tanaman yang penuh dengan zat aktif. Pertemuan antara zat aktif dan pelarut akan
mengakibatkan terjadinya proses pelarutan dimana zat aktif akan terlarut dalam
pelarut. Pelarut yang berada di dalam sel mengandung zat aktif sementara pelarut
yang berada di luar sel belum terisi zat aktif, sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara konsentrasi zat aktif di dalam dengan konsentrasi zat aktif yang berada di
luar sel. Perbedaan konsentrasi ini akan mengakibatkan terjadinya proses difusi,
dimana larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar sel dan digantikan
oleh pelarut dengan konsentrasi rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang
sampai didapat suatu kesetimbangan konsentrasi larutan antara di dalam sel
dengan konsentrasi larutan di luar sel (Marjoni, 2016).
B. Pengerjaan maserasi
Maserasi biasanya dilakukan pada suhu antara 15°C-20°C dalam waktu
selama 3 hari sampai zat aktif yang dikehendaki larut. Kecuali dinyatakan lain,
maserasi dilakukan dengan cara merendam 10 bagian simplisia atau campuran
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu, dimasukkan ke dalam bejana
kemudian dituangi dengan 70 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama
3-5 hari pada tempat yang terlindung dari cahaya. Diaduk berulang-ulang, diserkai
dan diperas. Ampas dari maserasi dicuci menggunakan cairan penyari
secukupnyasampai diperoleh 100 bagian sari. Bejana ditutup dan dibiarkan selama
2 hari di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya matahari kemudian pisahkan
endapan yang diperoleh. Maserasi merupakan metode sederhana dan paling

10
banyak digunakan karena metode ini sesuai dan baik untuk skala kecil maupun
skala industri.
Pelarut yang digunakan dalam maserasi Menurut Farmakope Indonesia,
pelarut yang dapat digunakan pada maserasi adalah air, etanol, etanol-air atau eter.
Pilihan utama untuk pelarut pada maserasi adalah etanol karena etanol memiliki
beberapa keunggulan sebagai pelarut diantaranya menurut Marjoni (2016) yaitu:
a. Etanol bersifat lebih selektif
b. Dapat menghambat pertumbuhan kapang dan kuman
c. Bersifat non toksik (tidak beracun)
d. Etanol bersifat netral
e. Memiliki daya absorbsi yang baik
f. Dapat bercampur dengan air pada berbagai perbandingan
g. Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit
h. Etanol dapat melarutkan berbagai zat aktif dan meminimalisir terlarutnya
zat pengganggu seperti lemak.
B. Kelebihan dan kekurangan ekstraksi secara maserasi
Ekstraksi secara maserasi tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki.
Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan metode maserasi menurut
Marjoni (2016).
a. Kelebihan dari Metode Maserasi
1) Peralatan yang digunakan sangat sederhana
2) Teknik pengerjaan relative sederhana dan mudah dilakukan
3) Biaya operasionalnya relative rendah
4) Dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil
karena maserasi dilakukan tanpa pemanasan.
5) Proses ekstraksi lebih hemat penyari.
b. Kekurangan Metode Maserasi
1) Kerugian utama dari metode maserasi ini adalh memerlukan banyak
waktu. 26

11
2) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu
terekstraksi sebesar 50%
3) Pelarut yang digunakan cukup banyak.
4) Kemungkinan besar ada beberapa senyawa yang hilang saat ekstraksi.
5) Beberapa senyawa sulit diekstraksi pada suhu kamar.
6) Penggunaan pelarut air akan membutuhkan bahan tambahan seperti
pengawetyang diberikan pada awal ekstraksi. Penambahan pengawet dima
ksudkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan kapang.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40–50°C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan
diperoleh keuntungan antara lain:
a. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
b. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan
berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan
meningkat bila suhu dinaikkan.
d. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap
kembali ke dalam bejana.
2.   Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3.  Remaserasi

12
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas,
ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir
kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan
zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah
terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B).
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Daun Sirih Hutan
1. Klasifikasi Daun Sirih Hutan
Menurut Kharisma et.,al. (2010). klasifikasi tanaman dari lengkuas adalah
sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : lilopsida
Ordo : zingiberales
Famili : zingiberaceae
Genus : alpinia Gambar 2.2.1
Spesies : alpinia A galnga lengkuas (Alpinia Galanga)

2.2.2 Morfologi
Morfologi lengkuas secara umum terdiri atas struktur rimbang,
batang, daun, bunga, buah dan biji. Batang lengkuas merah merupakan batang
Semu, tegak, masif, terdiri dari pelepah daun hijau kemerahan dengan tinggi
1-2 m. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna merah
dengan bau menyengat. Daun tunggal, duduk dalam roset akar, lanset, ujung

13
runcing, pangkal tumpul dengan panjang 30 – 90 cm dan lebar 5 – 15 cm,
pertulangan menyirip berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, di
ujung batang berkelopak hijau, mahkota merah. Buah berbentuk kotak, bulat
dengan warna hijau dan biji bulat berwarna hitam (Suranto, 2010).
2.2.3 Kandungan Kimia
Kandungan kimia lengkuas antara lain senyawa-senyawa terpenoid seperti
galanolakton, 16-dial, 12-labdiena-1510,25, 12-labdiena-15 yang termasuk dalam
golongan diterpen dan 1,8 cineol yang termasuk golongan monoterpen
(Darmawan, 2013).
2.2.4 Manfaat
Manfaat tanaman lengkuas ini adalah sebagai antijamur,
peluruh angin, menguatkan pencernaan, antirematik, dan menguatkan otot. Selain
itu juga sebagai stomatik, diaforetik, karminatif, aromatik, stimulan, ekspektoran,
dan antifungi tonikum perut, dan rempah-rempah (Stahl, 2014)
2.3 Uraian Bahan
Metanol (FI III, 1979)
NamaResmi : Metanol
Nama Lain : Metanol absolute
RM / BM : CH3OH/-
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, bau khas.


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk
cairan jrnih tidak berwarna
Khasiat : Metanol banyak digunakan sebagai bahan baku
etanol dab bahan polimer.
Kegunaan : Sebagai pengendap protein
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baiik.

14
BAB 3
METODE KERJA
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum fitokimia 1 percobaan Ekstraksi Dingin “Maserasi”
dilaksanakan pada hari kamis 03 maret 2022 pada pukul 02.00 – 17.00 WITA.
Tempat pelaksanaan praktikum yaitu bertempat di laboratorium bahan alam,
jurusan farmasi fakultas olahraga dan kesehatan, untiversits negeri gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat- alat yang digunakan pada saat praktikum ekstraksi dingin “maserasi”
antara lain gelas kimia, gelas ukur, lap halus, lap kasar, dan toples
3.2.2 Bahan
Bahan –bahan yang akan digunkan padaa saat praktikum ekstraksi dingin
“maserasi” antara lain alcohol 70%, aluminium foil, etanol 96%, kertas label,
sertbuk timpang lengkuas (alpinia galangal), dan tisu
3.3 cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%
3. Ditimbang sampel rimpang lengkuas sebanyak 22 gram
4. Dimasukkan sampel kedalam toples
5. Diukur pelarut sebanyak 200 ml
6. Dimasukkan pelarut kedalam toples yang berisi sampel
7. Ditutup toples menggunakan aluminium foil
8. Dikocok toples yang berisi sampel selama 30 menit
9. Diamati perubahan warna yang terjadi pada sampel

15
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

Gambar 4.1
Ekstrak Lengkuas

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai maserasi dan
evaporasi dimana menurut Mukhriani (2014), ekstraksi adalah proses pemisahan
suatu bahan dari campurannya menggunakan pelarut yang sesuai dengan bahan
sedangkan menurut pendapat supomo (2019), eksraksi merupakan proses penarikan
kandungan kimia yang terdapat didalam suatu bahan yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada dalam campuran secara
selektif denga pelarut yang sesuai.
Pada ekstraksi kali ini, digunakan metode maserasi dan evaporasi dimana
menurut Suhatro (2016), maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses
perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan

16
diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan sedangkan
evaporasi adalah proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan zat
cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. ). Menurut Praptiningsih (1999),
evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak
mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap Dilakukan metode eksraksi
karena menurut Pratiwi (2010), metode maserasi memiliki kelebihan yaitu
terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak akan rusak. Selain itu, Pemilihan metode
ekstraksi karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode
ekstraksi lainnya . Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan
peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan alam
tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi,
meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu
kamar (saifudin,2011).
Adapun alat yang digunakan yaitu Batang pengaduk, gelas ukur, lap kasar, lap
halus, penangas, pot salep, spatula, sudip, toples serta wadah stainless ; serta bahan
yang digunakan yaitu aquadest, alumunium foil, akkohol 70%, kertas perkamen
metanol, dan simplisia serbuk daun paku.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum masuk ke tahap kerja adalah
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian membersihkan alat dengan
alkohol 70%, dimana menurut Anief (2005), alkohol 70% memiliki khasiat sebagai
antiseptik serta desinfektan yang berfungsi sebagai antibakteri pada alat yang akan
digunakan. Desinfektan adalah zat kimia yang menghancurkan atau mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan benda mati
sedangkan antiseptik berupa zat atau substansi yang menghentikan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme patogen/parasit pada permukaan banda
hidup/mahkluk hidup.
Ditimbang sampel serbuk daun lengkuas sebanyak 22 gram, dimana menurut
Atmojo (2011), penimbangan penting dilakukan karena untuk menghindari
kesalahan saat pengukuran bobot/massa suatu bahan yang akan ditimbang.
Dimasukan serbuk lengkuas yang telah ditimbang kedalam toples kaca.
Menurut Istiqomah (2013), suhu dalam wadah toples kaca tidak bercampur suhu

17
ruang sehingga kecil kemungkinan senyawa metablit pada sampel menjadi rusak
atau terurai.
Ditambahkan metanol sebanyak 200 ml. Digunakan metanol sebagai pelarut
karena menurut Senja (2014), penggunaan metanol pada proses maserasi bertujuan
untun melarutkan senyawa-senyawa polar dan nonpolar sehingga sangat baik untuk
mengekstraksi kandungan metabolit sekunder dalam tumbuhan.
Ditutup wadah toples kaca menggunakan alumunium foil karena menurut Ani
(2008), ditutupnya toples kaca menggunakan alumunium foil bertujuan untuk
menghindari paparan oksigen, mikroorganisme dan kelembaban dari luar.
Wadah yang berisi campuran serbuk daun bandotan dan metanol kemudian
dikocok selama 30 menit hingga berubah warna. Menurut Hidayat (1968),
pengocokan bertujuan untuk mempermudah pelarut merusak dinding sel agar
senyawa metabolit sekunder yang ada didalam sel tertarik keluar sehingga
mengakibatkan perubahan warna dan memungkinkan banyak senyawa yang akan
tercampur dengan konstan.
Dilakukan pengocokan selama 3 X 24 jam dimana menurut Dinda (2008),
pengocokan berulang dilakukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir
serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan didalam dengan diluar
sel.
Adapun kemungkinan klesalahan dalam praktikum kali ini adalah kurang
tekitinya praktikan dalam menimbang atau menuangkan sampel kedalam wadah,
sehinga beberapa sampel terbuang dan mgurangi bobot dari sampel yang akan
digunakan. Pengocokan yang dilakukan tidak konstan dan juga waktu untuk
pengocokan ditiap harinya berbeda-beda sehingga memungkinkan senyawa tidak
tertarik dengan sempurna.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan pelarut selama beberapa hari
pada suhu kamar. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari sampel 
berdasarkan kelarutannya pada pelarut tertentu. Prinsip dasar ekstraksi
adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut dan senyawa non polar.
Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like).
2. Jenis ekstraksi dingin adalah meserasi dan perkolasi. Maserasi merupakan
cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.Sedangkan perkolasi
adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang
sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk zat berkhasiat yang tahan atau tidak tahan pemanasan.
3. Prinsip kerja dari ekstraksi dingin “Maserasi” yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%

3. Ditimbang sampel rimpang lengkuas sebanyak 22 gram

4. Dimasukkan sampel kedalam toples

5. Diukur pelarut sebanyak 200 ml

6. Dimasukkan pelarut kedalam toples yang berisi sampel

7. Ditutup toples menggunakan aluminium foil

19
8. Dikocok toples yang berisi sampel selama 30 menit

9. Diamati perubahan warna yang terjadi pada sampel

5.2 ` Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Untuk kelancaraan praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas dan penuntun
praktikan yang digunakan dalam praktek lebih dilengkapi agar hasil yang
diperoleh dalam pengambilan data lebih maksimal dan kesalahan dalam
pengambilan data berkurang.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
1. Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih
ditingkatkan dan asisten juga harus banyak memberi wawasan praktikan.
2. Hubungan antara asisten dengan praktikan diharapkan selalu terjaga
keharmonisannya agar dapat tercipta suasana kerja sama yang baik.
5.2.4 Untuk Praktikan
1. Untuk praktikan diharapkan banyak menguasai materi mengenai objek
yang digunakan untuk praktikum.
2. Praktikan diharapkan dapat tepat waktu.

20
21

Anda mungkin juga menyukai