Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Puskesmas


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
menyelenggarakan upaya kesehatan dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mnegutamakan upaya promotif dan preventif diwilayah
kerjanya. Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja puskesmas yang
sehat, dengan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan, dan kemampuan
hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Pelayanan farmasi klinik menjadi bagian dari pelayanan kefarmasian,
sehingga pelayanan tersebut bersifat langsung dari apoteker kepada pasien dan
apoteker bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan penggunaan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkat mutu
kehidupan pasien (Kemenkes RI, 2016); Materi kesehatan republic Indonesia,
2016) Pelayanan farmasi klinik dipuskesmas meliputi pengkajian dan pelayanan
resep; pelayanan informasi obat (PIO); Konseling, ronde/visite pasien (khusus
puaskesmas dengan fasilitas rawat inap), monitoring efek samping obat (MESO),
Pemantauan terapi obat (PTO), dan evaluasi pengguanaan obat ( Kemenkes RI,
2016).
2.2 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
2.2.1 Pengelolaan Obat di Puskesmas
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya
kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat pelayanan
kesehatan 7 strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat, pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan dan pusat pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan
pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik di dukung dengan adanya
sarana prasarana dan sumber daya manusia (Permenkes, 2014).
Sistem pengelolaan obat di Puskesmas merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan
ditetapkan di berbagai unit tempat kerja (Depkes, 2010).
2.2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas
1. Perencanaan
Menurut Permenkes No 74 tahun 2016 perencanaan yaitu kegiatan seleksi
obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi di Puskesmas dengan pemilihan yang tepat agar tercapainya tepat
jumlah, tepat jenis dan efisien. Perencanaan obat dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan peningkatan efisiensi penggunaan obat secara rasional dan perkiraan
jenis dan jumlah obat yang di butuhkan.
2. Permintaan
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing masing
unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah
kerjanya. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari dinas
kesehatan kabupaten/kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan tiap tahun oleh
Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional
(Kemenkes, 2016). Berdasarkan kesepakatan global maupun Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang
kewajiban menulis resep/dan atau menggunakan obat generik di pelayanan
kesehatan milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan
tersedia 8 di Puskesmas. Permintaan untuk mendukung pelayanan obat di
masingmasing puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota melalui Gudang Farmasi Kabupaten dapat
menggunakan format LPLPO. Sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala
Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO (Depkes, 2003).
3. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan
Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu. Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis
dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat
mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang
diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu
bulan (PERMENKES, 2016).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin. Penyimpanan
obat harus mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk dan jenis sediaan, mudah
atau tidaknya meledak/terbakar, stabilitas, dan narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus (Permenkes,2014). Prosedur Sistem Penyimpanan
obat menurut Palupiningtyas (2014) yakni: 9
a. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis), persamaan bentuk (obat kering atau
cair) dan cara pemberian obat (luar, oral, dan suntikan)
b. Penyusunan obat berdasarkan frekuensi penggunaan:
1) FIFO (First In First Out) obat yang datang pertama akan kadaluarsa lebih
awal, maka dari itu obat lama harus diletakkan dan disusun paling depan dan
obat baru diletakkan paling belakang.
2) FEFO (First Expired First Out) obat yang lebih awal kadaluarsa harus
dikeluarkan lebih dahulu.
c. Obat disusun berdasarkan volume
1. Barang yang jumlah sedikit harus diberi perhatian/tanda khusus agar mudah
ditemukan kembali
2. Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian rupa agar tidak
terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan obat merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat dan bahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit atau satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock) (Permenkes RI, 2014).
6. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar (Permenkes RI,2014).
Pengendalian obat terdiri dari :
1) Pengendalian persediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa.
7. Pencatatan Pelaporan dan Pengarispan
Pencatatan dan pelaporan data obat kepada Instalasi Farmasi merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka tertib administrasi obat, baik obat diterima,
disimpan, di distribusikan atau diberikan di Puskesmas maupun di unit pelayanan
kesehatan lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data jenis
dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan, dan data durasi
seluruh mata rantai usaha mutasi obat. Beberapa kegiatan registrasi dan notifikasi
obat ini telah dijelaskan dalam setiap aspek pemberian obat. Berikut ini adalah
uraian singkat tentang kegiatan registrasi dan pelaporan obat yang harus dilakukan
oleh IFK. Kegiatann pncatatan dan pelaporan meliputi:
1. Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung Perencanaan Pengadaan
Obat melalui kegiatan perhitungan tingkat kecukupan obat per UPK
2. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana distribusi akan
dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat dl IFK.
3. Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi Obat.
4. Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di IFK dibagi dengan
pemakaian rata-rata obat di Unit Pelayanan Kesehatan. (Kemenkes, 2010)
2.2.3 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, peran
tenaga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan bertugas dan bertanggung jawab
dalam memberikan informasi terkait cara pemakaian obat yang rasional
(Arimbawa, & Wijaya, 2014). Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung kepada pasien serta bertanggung jawab terhadap Sediaan Farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas. Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi
dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patiente safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin (Permenkes No. 74, 2016).
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi; Pengkajian resep,
penyerahan obat, dan pemberian informasi obat kegiatan pengkajian resep dimulai
dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi
meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan dan cara penggunaan
5. Kompatibilitas (ketidakcampuran obat)
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontra indikasi
5. Efek adiktif.
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, 12
memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang
memadai disertai pendokumentasian (Permenkes RI no.74, 2016).

Anda mungkin juga menyukai