0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan pelayanan kesehatan di Puskesmas serta pengelolaan obat di Puskesmas yang mencakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan obat. Dokumen juga membahas tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang bertujuan meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan pelayanan kesehatan di Puskesmas serta pengelolaan obat di Puskesmas yang mencakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan obat. Dokumen juga membahas tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang bertujuan meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan pelayanan kesehatan di Puskesmas serta pengelolaan obat di Puskesmas yang mencakup perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan obat. Dokumen juga membahas tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang bertujuan meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang menyelenggarakan upaya kesehatan dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mnegutamakan upaya promotif dan preventif diwilayah kerjanya. Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan wilayah kerja puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang: a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup sehat. b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu c. Hidup dalam lingkungan sehat d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pelayanan farmasi klinik menjadi bagian dari pelayanan kefarmasian, sehingga pelayanan tersebut bersifat langsung dari apoteker kepada pasien dan apoteker bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan penggunaan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkat mutu kehidupan pasien (Kemenkes RI, 2016); Materi kesehatan republic Indonesia, 2016) Pelayanan farmasi klinik dipuskesmas meliputi pengkajian dan pelayanan resep; pelayanan informasi obat (PIO); Konseling, ronde/visite pasien (khusus puaskesmas dengan fasilitas rawat inap), monitoring efek samping obat (MESO), Pemantauan terapi obat (PTO), dan evaluasi pengguanaan obat ( Kemenkes RI, 2016). 2.2 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas 2.2.1 Pengelolaan Obat di Puskesmas Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan 7 strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat, pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dan pusat pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik di dukung dengan adanya sarana prasarana dan sumber daya manusia (Permenkes, 2014). Sistem pengelolaan obat di Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan ditetapkan di berbagai unit tempat kerja (Depkes, 2010). 2.2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas 1. Perencanaan Menurut Permenkes No 74 tahun 2016 perencanaan yaitu kegiatan seleksi obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan sediaan farmasi di Puskesmas dengan pemilihan yang tepat agar tercapainya tepat jumlah, tepat jenis dan efisien. Perencanaan obat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan peningkatan efisiensi penggunaan obat secara rasional dan perkiraan jenis dan jumlah obat yang di butuhkan. 2. Permintaan Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat di masing masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari dinas kesehatan kabupaten/kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan tiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (Kemenkes, 2016). Berdasarkan kesepakatan global maupun Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menulis resep/dan atau menggunakan obat generik di pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang diperkenankan tersedia 8 di Puskesmas. Permintaan untuk mendukung pelayanan obat di masingmasing puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota melalui Gudang Farmasi Kabupaten dapat menggunakan format LPLPO. Sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO (Depkes, 2003). 3. Penerimaan Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan (PERMENKES, 2016). 4. Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin. Penyimpanan obat harus mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk dan jenis sediaan, mudah atau tidaknya meledak/terbakar, stabilitas, dan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus (Permenkes,2014). Prosedur Sistem Penyimpanan obat menurut Palupiningtyas (2014) yakni: 9 a. Obat disusun berdasarkan abjad (alfabetis), persamaan bentuk (obat kering atau cair) dan cara pemberian obat (luar, oral, dan suntikan) b. Penyusunan obat berdasarkan frekuensi penggunaan: 1) FIFO (First In First Out) obat yang datang pertama akan kadaluarsa lebih awal, maka dari itu obat lama harus diletakkan dan disusun paling depan dan obat baru diletakkan paling belakang. 2) FEFO (First Expired First Out) obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu. c. Obat disusun berdasarkan volume 1. Barang yang jumlah sedikit harus diberi perhatian/tanda khusus agar mudah ditemukan kembali 2. Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian rupa agar tidak terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya. 5. Pendistribusian Pendistribusian obat dan bahan obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit atau satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock) (Permenkes RI, 2014). 6. Pengendalian Pengendalian obat dan bahan obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar (Permenkes RI,2014). Pengendalian obat terdiri dari : 1) Pengendalian persediaan 2) Pengendalian penggunaan 3) Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa. 7. Pencatatan Pelaporan dan Pengarispan Pencatatan dan pelaporan data obat kepada Instalasi Farmasi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka tertib administrasi obat, baik obat diterima, disimpan, di distribusikan atau diberikan di Puskesmas maupun di unit pelayanan kesehatan lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya data jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan, dan data durasi seluruh mata rantai usaha mutasi obat. Beberapa kegiatan registrasi dan notifikasi obat ini telah dijelaskan dalam setiap aspek pemberian obat. Berikut ini adalah uraian singkat tentang kegiatan registrasi dan pelaporan obat yang harus dilakukan oleh IFK. Kegiatann pncatatan dan pelaporan meliputi: 1. Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung Perencanaan Pengadaan Obat melalui kegiatan perhitungan tingkat kecukupan obat per UPK 2. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana distribusi akan dapat didukung sepenuhnya oleh sisa stok obat dl IFK. 3. Perhitungan dilakukan langsung pada Kartu Rencana Distribusi Obat. 4. Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat di IFK dibagi dengan pemakaian rata-rata obat di Unit Pelayanan Kesehatan. (Kemenkes, 2010) 2.2.3 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, peran tenaga kefarmasian dalam pelayanan kesehatan bertugas dan bertanggung jawab dalam memberikan informasi terkait cara pemakaian obat yang rasional (Arimbawa, & Wijaya, 2014). Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung kepada pasien serta bertanggung jawab terhadap Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patiente safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin (Permenkes No. 74, 2016). Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi; Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: 1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien 2. Nama, dan paraf dokter 3. Tanggal resep 4. Ruangan/unit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi: 1. Bentuk dan kekuatan sediaan 2. Dosis dan jumlah obat 3. Stabilitas dan ketersediaan 4. Aturan dan cara penggunaan 5. Kompatibilitas (ketidakcampuran obat) Persyaratan klinis meliputi: 1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat 2. Duplikasi pengobatan 3. Alergi, interaksi dan efek samping obat 4. Kontra indikasi 5. Efek adiktif. Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat, 12 memberikan label/ etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian (Permenkes RI no.74, 2016).