Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum

FARMAKOLOGI DASAR
“PEMILIHAN HEWAN UJI”
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Farmakologi Dasar

KELAS : B D3 FARMASI 2021

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : ALDIANSA LASIDO

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

1
Lembar Pengesahan

FARMAKOLOGI DASAR

“PEMILIHAN HEWAN UJI”

OLEH

KELAS : B D3 FARMASI 2021

KELOMPOK : IV (EMPAT)

1. NUR FADILA PAKAYA (821320008)


2. NUR FAHZRIN OCTAVIA MOPANGGA (821320068)
3. FHARISYA NABILA KOTO (821320086)

Gorontalo, April 2022


NILAI
Mengetahui
Asisten

ALDIANSA LASIDO

2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum farmakologi
dasar tentang “Pemilihan Hewan Coba” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat serta salam semoga tertimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘alaihiwasallam, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan sehingga penyusun laporan ini dapat dimuat dengan sebaik-
baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan laporan ini.
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat kesalahan dan
kekurangan karena kesempurnaan hanya milik yang maha kuasa yaitu ALLAH
Subhannawata’ala dan kekurangan pasti milik penulis sebagai manusia. Semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2022

Kelompok I

DAFTAR ISI

3
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 LatarBelakang...................................................................................................1
1.2 MaksudPercobaan.............................................................................................2
1.3 TujuanPraktikum...............................................................................................2
1.4 PrinsipPercobaan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................3
2.1 Dasar Teori...............................................................................................3
2.2 Uraian Hewan..........................................................................................4
2.3 Uraian Bahan..........................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................15
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan............................................................15
3.2 Alat Dan Bahan......................................................................................15
3.3 Cara Kerja...............................................................................................15
BAB IV HASIL PENGAMATAN......................................................................17
4.1 Hasil........................................................................................................17
4.2 Pembahasan............................................................................................18
4.3 Cara Memegang Mencit.........................................................................21
BAB V PENUTUP.............................................................................................22
5.1 Kesimpulan.............................................................................................22
5.2 Saran.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan salah satu ilmu kombinasi antara ilmu kesehatan dan
ilmu kimia yang mempelajari tata cara penyediaan obat menjadi bentuk tertentu
sehingga siap untuk dijadikan obat untuk suatu penyakit. Farmasi juga
merupakan profesi kesehatan yang meliputi kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi
obat. Farmasi menyaring dan menyerap pengetahuan yang relevan dari ilmu
biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi. Selain itu, farmasi juga
mempelajari tentang farmakologi.
Farmakologi ini dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari interaksi obat dengan tubuh untuk dapat menghasilkan efek terapi
(therapeutic). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk
mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau
menimbulkan kondisi tertentu. Misalnya, membuat seseorang infertile, atau
melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Dalam Farmakologi ada
beberapa materi yang di pelajari didalamnya salah satunya adalah Pengenalan
Hewan Coba.
Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan
penelitian biologis. . Hewan ini digunakan sebagai model untuk peneltian
pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia dan biasa disebut dengan
hewan laboratorium. Beberapa jenis hewan dari yang ukurannya terkecil dan
sederhana ke ukuran yang besar dan lebih kompleks digunakan untuk keperluan
penelitian ini, yaitu: Mencit, tikus, kelinci, dan kera. Dalam Pengenalan hewan
coba ada cara untuk menganastesi dan Euthanasia.
Anestesi adalah suatu keadaan temporer dimana terjadinya relaksasi otot,
hilangnya rasa sakit dan hilangnya rasa terhadap rangsangan, tanpa atau disertai
dengan hilangnya kesadaran. Pemberian anestesi bertujuan untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan rasa sakit saat dilakukan tindakan medis seperti
operasi. Penggunaan anestesi juga dimaksudkan untuk menenangkan hewan

5
sehingga memudahkan dalam melakukan diagnosa, transportasi bagi hewan liar
dan eksotik, dan prosedur pengobatan. Sedangkan euthanasia merupakan
tindakan untuk mengakhiri kehidupan hewan dengan sengaja melalui proses yang
tidak menimbulkan rasa sakit atau hanya sedikit rasa sakit. Proses euthanasia
pada seekor hewan dapat dilakukan dengan cara di bunuh menggunakan teknis
yang dapat diterima secara manusiawi.
Berdasarkan Uraian diatas maka tujuan dilakukannya praktikum ini
untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (Mus musculus) dengan
metode BCS (Body Condition Scoring), mampu memegang, memberikan
perlakuan dan mengambil sampel cairan dari hewan uji mencit dengan benar,
dan melakukan anastesi dan euthanasia pada hewan coba yang memenuhi
syarat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (Mus
musculus)menggunakan metode BCS (Body Condition Scoring) ?
2. Bagaimana cara memegang, memberikan perlakuan dan mengambil
sampel cairan dari hewan uji mencit dengan benar ?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara mengukur tingkat
kesehatan hewan uji mencit (Mus musculus) menggunakan metode BCS
(Body Condition Scoring)
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara memegang,
memberikan perlakuan dan mengambil sampel cairan dari hewan uji
mencit dengan benar

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) adalah salah satu anggota kelompok kerajaan
hewan animalia. Hewan ini ditandai dengan ciri sebagai berikut: jinak, takut
cahaya, aktif pada malam hari, mudah berkembangbiak, siklus hidup yang
pendek, dan tergolong poliestrus (Fransius, 2008). Mencit (Mus musculus)
merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian laboratorium
sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80% (Aditya, 2006). Mencit memiliki
banyak keunggulan sebagai hewan percobaan (khususnya digunakan dalam
penelitian biologi), yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per
kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya
(Fransius, 2008).
Mencit termasuk dalam genus Mus, sub famili murinae, famili muridae,
order rodentia.Mencit yang sudah dipelihara di laboratorium sebenarnya masih
satu famili dengan mencit liar. Sedangkan mencit yang paling sering dipakai
untuk penelitian biomedis adalah Mus musculus. Berbeda dengan hewan-hewan
lainnya, mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur empat minggu berat
badannya mencapai 18-20 gram. Jantung terdiri dari empat ruang dengan dinding
atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Hewan ini memiliki
karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. Diantara spesies-spesies
hewan lainnya, mencit yang paling banyak digunakan untuk tujuan penelitian
medis (60-80%) karena murah dan mudah berkembang biak (Kusumawati, 2004).
2.2.2 Body Condition Scoring (BCS)
Menurut Sawitri dkk (2015), Body Condition Scoring (BCS) merupakan
metode untuk memberi nilai kondisi tubuh ternak baik secara visual maupun
dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar pangkal ekor,
tulang punggung dan pinggul. Adapun pengertian Body Condition Scoring (BCS)
menurut Ardiansyah et al (2016), yaitu metode yang digunakan untuk mengukur
kondisi tubuh ternak pada tingkatan kurus, sedang, dan gemuk.

7
Menurut Stevani (2016), cara menilaiBody Condition Scoring (BCS) pada
mencit, yaitu :
1. BCS Nilai 1 (Mencit kurus)
Tulang-tulang tubuh sangat jelas kelihatan. Bilamana diraba, tidak terasa
adanya lemak atau daging. Tampa katas kelihatan sekali juga bagian-bagian
tubuhnya tidak berisi lemak atau daging.

2. BCS Nilai 2 (Mencit dibawah kondisi standar)


Tikus tampak kurus. Tulang-tulang masih kelihatan jelas, namun bilamana
diraba masih terasa adanya daging atau lemak. Tampa katas sudah tidak terlalu
berlekuk-lekuk agak berisi. Tulang pelvis dorsal dapat langsung teraba.

3. BCS Nilai 3 (Mencit dalam kondisi yang baik)


Tubuhnya tidak tampak tonjolan tulang, namun bilamana diraba cukup
mudah merasakan adanya tulang-tulang. Tampa atas, biasanya sudah lebih lurus
tampak berisi. Tulang pelvis dorsal sedikit teraba.

4. BCS Nilai 4 (Mencit diatas kondisi standar)


Tidak tampak adanya tonjolan tulang-tulang dan bilamana diraba namun
bilamana diraba cukup mudah merasakan adanya tulang-tulang dan bilamana
diraba agak sulit merasakan tulang karena tebalnya timbunan lemak dan daging.
Hewan kelihatan berisi dan tampak juga lipatan-lipatan lemak dibawah kulit.

8
5. BCS Nilai 5 (Mencit obese)
Sudah sangat sulit meraba tulang-tulang akibat timbunan lemak dan
daging yang sangat tebal.

2.2 Uraian Bahan


2.2.1 Alkohol (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

H3C OH

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap bau
khas, rasa panas mudah terbakar dengan
membersihkan nyala api yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
Pdan dalam eter P

9
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi
dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai antiseptic
2.3 Klasifikasi Hewan
2.3.1 Klasifikasi Mencit (Syafri, M.2017)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Mamalia
Ordo Rodentia
Gambar 2. 3 Mencit
Genus Mus
(Musmusculus)
Spesies Mus musculus
Mencit (Mus musculus) merupakan omnivora alami sehat dan kuat,
profilik, kecil dan jinak. Mencit memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta
ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan
kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan dalam
proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat produksi dan
reproduksinya. Salah satu hewan laboratorium ynang digunakan dalam
penelitian biologis maupun bromedis dan dipelihara secara intensif
dilaboratorium digunakan yaitu mencit (Mus musculus). Mencit dilaboratorium
digunakan untuk untuk meneliti atau untuk penelitian dalam bidang obat-obatan
generik, diabetes melitus dan obesitas. Mencit termasuk ke dalam golongan
hewan omnivora sehingga mencit dapat memakan semua jenis makanan
(Andri. 2019).

10
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Waktu dan Pelaksanaan
Praktikum Farmakologi Dasar percobaan pengenalan Hewan Coba
dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2022 pada pukul 07.00- 10.00 WITA.
Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
1.2 Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kandang mencit,
lap halus, lap kasar, pulpen, spidol.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, meliputi alkohol
70%, aquadest, kapas, dan tisu.
1.3 Prosedur Kerja
1.3.1 Cara Memperlakukan Mencit
1. Dibuka kandang dengan hati-hati, kira-kira cukup untuk masuk tangan saja
2. Diangkat mencit menggunakan tangan kanan dengan cara mengangkat ekor
3-4 cm dari pangkalnya
3. Diletakkan pada kawat atau permukaan kasar
4. Dijepit tengkuk mencit menggunakan tangan kiri, dengan diantara telunjuk
dan ibu jari dipindahkan ekor dari tangan kanan ke tangan kiri diantara jari
manis dan jari kelingking, dan mencit siap diberikan perlakuan
3.3.3 Cara Kerja Body Condition Scoring (BCS)
Penilaian BCS dilakukan secara regular dengan menggunakan teknik yang
sederhana yaitu BCS dinilai dari angka 1 (sangat kurus) sampai 5 (sangat
gemuk).Tahapan pertama adalah menentukan bagian tubuh yang sangat penting
dalam menentukan niali dapar dilihat adanya timbunan lemakpada bagian
belakang, pangkal ekor, pinggul, pinggang, rusuk dan dada.

11
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Hasil Hasil
Gambar Berat Badan
Penga Pengamatan Perabaan
matan
Tabel
Hasil
Penga
matan
Nomor
Mencit
1. 29 gr Bcs 3, tubuh Namun bilamana
mencit tidak diraba cukup
tampak tonjolan- mudah merasakan
tonjolan tulang tulangnya.
dan lebih berisi

2. 32 gr Bcs 4, tidak Namun bilamana


tampak tonjolan diraba agak sulit
tulang-tulang untuk merasakan
dan hewan
kelihatan berisi
juga lipatan-
lipatan lemah di
bawah kulit
3. 32 gr Bcs 4, tidak Namun bilamana
tampak tonjolan diraba agak sulit
tulang-tulang untuk merasakan
dan hewan
kelihatan berisi
juga lipatan-
lipatan lemah di
bawah kulit
4. 28 gr Bcs 3, tubuh Namun bilamana
mencit tidak diraba cukup
tampak tonjolan- mudah merasakan
tonjolan tulang tulangnya.
dan lebih berisi

12
5. 28 gr Bcs 3, tubuh Namun bilamana
mencit tidak diraba cukup
tampak mudah merasakan
tonjolan- tulangnya.
tonjolan tulang
dan lebih berisi

4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, percobaan yang akan dilakukan adalah pemilihan
hewan coba, percobaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji
mencit (Mus Musculus) dengan metode BCS (Body Condition Sconing). Menurut
Novita (2015), penggunaan mencit sebagai hewan coba ini dikarenakan mencit
memiliki banyak kesamaan dengan manusia diantaranya dalam hal resistensi, dan
perkembangan penyakit yang berakhir dengan kematian dan mencit juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi berbagai kandidat vaksin. Adapun cara memegang
mencit menurut Budiawan(2015), yaitu: praktikan memegang ekor mencit pada
tempat datar yang tidak licin seperti ram kawat pada penutup kandang (Hal ini
ditujukan untuk memberikan kesempatan mencit mencengkram kawat ketika
ditarik), ibu jari dan telunjuk tangan kiri menjepit tengkuk mencit, ekornya tetap
dipegang dengan tangan kanan, permukaan perut dihadapkan kedepan dengam
membalikkan posisi tubuh mencit, ekor dijepitkan antara jari manis dan
kelingking tangan kanan.
Pada praktikum ini kita telah melakukan percobaan cara menangani hewan
coba, Praktikum ini adalah dasar untuk percobaan-percobaan farmakologi
selanjutnya karena hewan coba adalah media pembantu dalam melakukan
penelitian.
Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian
laboratorium sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki
banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus hidup yang relatif
pendek, jumlah anakper kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah
dalam penanganannya(Moriwaki, 1994)

13
Secara alamiah mencit melakukan aktivitas hidupnya (mencari makan,
berlindung, bersarang dan berkembang biak) di dalam Rumah. Di sekitar kita
banyak mencit dijumpai di berbagai bagian lingkungan rumah (atap, sela-sela
dinding dan almari) gudang, pasar, selokan dan lain-lain (Marbawati.2008).
Mencit merupakan hewan yang lembut, jinak dan mudah ditangani, takut cahaya
dan aktif. Mencit yang dipelihara sendiri makannya akan lebih sedikit disbanding
yang dipelihara bersama-sama menjadi satu di dalam kandang, karena kandang
memiliki sifat kanibal. Temperature untuk pemeliharaan mencit berkisar antara
20-250C dan kelembapan ruangan sekitar 45-50% (Sundari.2010).
Langkah awal dari percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan.
Setelah itu mulai mempraktekkan cara memperlakukan hewan percobaan yang
sebelumnya telah dijelaskan oleh asisten.
Cara ideal memegang mencit yaitu dengan memegang bagian tengah ekor
mencit. Dalam literature disebutkan bahwa cara ideal memegang mencit, leher
dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu ditekan, jari telunjuk dan ibu
jari memegang kuduk dan jari kelingking mengempit ekor (Marbawati.2008).
. Menurut AHWLA (2016) Perlakuan pada hewan coba (mencit) dilakukan
dengan ujung ekor di angkat dengan tangan kanan, dan mencit diletakkan diatas
alas yang kasar, kemudian mencit dibiarkan mecengkeram alas yang kasar (kawat)
sehingga tertahan ditempat. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menjepit kulit tengkuk
seerat mungkin. Ekor dipindahkan, dijepit di antara jari manis dan jari kelingking
tangan kiri Mencit siap diberi perlakuan dengan tangan kanan. Mencit diberikan
obat/zat dengan bantuan spoit oral atau kanula.
Keuntungan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) yaitu
mudah ditangani, mudah dikembangbiakan, mudah dipelihara dan reaksi obat
yang digunakan kebadannya cepat terlihat. Sedangkan kerugiannya yaitu aktivitas
terganggu bila ada manusia, untuk pemberian oral agak sulit dilakukan karena
ukurannya yang kecil.
Pada praktikum kali ini langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
menentukan BCS dari hewan coba. Menurut Sawitri dkk (2015), Body Condition
Score (BCS) adalah metode untuk memberi nilai kondisi tubuh ternak baik secara

14
visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh di bawah kulit
sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul. Pada hewan coba 1 atau
mencit pertama termasuk ke BCS-1. Menurut Stevani (2016), BCS-1 memiliki
bentuk badan yang kurus dengan tulang-tulang yang tampak kelihatan dari luar,
dan apabila diraba tidak akan terasa adanya lemak dan daging. Pada hewan coba 2
termasuk kedalam BCS-2. Menurut Stevani (2016), BCS-2 memiliki tulang-tulang
yang masih kelihatan jelas namun apabila diraba masih terasa adanya lemak atau
daging, serta tampak atasnya sudah tidak terlalu bertekuk-lekuk. Pada hewan coba
3, mencit termasuk pada BCS-3. Menurut Stevani (2016), BCS-3 memiliki ciri-
ciri seperti mencit dalam kindisi yang baik dengan tubuh yang tidak tampak
adanya tonjolan tulang, namun bilamana diraba cukup mudah merasakan adanya
tulang-tulang. Pada hewan coba 4, mencit termasuk kedalam BCS-4. Menurut
Stevani (2016), BCS-4 memiliki ciri dimana mencit di atas kondisi standar tanpa
adanya tonjolan tulang-tulang dan bilamana diraba agak suit merasakan tulang
karena tebalnya timbunan lemak dan daging, hewan kelihatan berisi dan tampak
juga lipatan-lipatan lemak dibawah kulit.
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi pada saat praktikum
berlangsung yaitu cara memegang mencit masih belum benar yang menyebabkan
mencit mengalami luka dan stres. Kemungkinan kesalaha lain adalah saat
menghitung volume perbandungan antara air dan eter untuk pengenceran eter.

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. BCS merupakan penilaian yang cepat, non-invasif dan efektif dalam
menilai kondisi fisik hewan. Penggunaan berat badan saja tidak dapat
membedakan antara lemak tubuh atau simpanan otot. Jika suatu hewan
telah kehilanganberat badan lebih dari 20%, namun berdasarkan penilaaian
BCS kondisinya
2. Masih di nilai 3 (BCS 3) maka mungkin belum perlu dilakukan euthanasia
segera. Dengan demikian, BCS merupaka penanda yang lebih
komprehensif dan akurat untuk kesehatan hewan dibaningkan kehilangan
berat badan memegang mencit pertama diangkat dengan cara memegang
ekor kearah atas letakkan di atas permukaan kandang biarkan mencit
mencengkram kawat kandang, lalu tangan kiri dengan ibu jari dan jari
telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit seerat mungkin, ekor dipindahkan
dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan
kiri, dengan demikian mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap
untuk diberi perlakuan.
5.2 Saran
5.2.1 Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi materi atau pengetahuan mengenai materi
yang dipraktekan dan praktikan diharapkan harus selalu bertanya apa yang tidak
dimengerti dalam materi yang dipraktekan tersebut
5.2.1 Laboratorium
Untuk laboratorium, alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan
lagi dan dirawat lagi agar pada proses praktikum praktikan dapat menggunakan
alat dengan baik tanpa ada hambatan.
5.2.3 Jurusan
Diharapkan agar jurusan dapat memberikan fasilitas yang lebih baik lagi
untuk praktikum selanjtnya, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan

16
mengetahui lebih dalam lagi tentang materi yang dipraktekan dan membuat
paktikan lebih semangat lagi dalam melakukan praktikum.

17
18
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, gan sulistia. 2006. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2007.
Ardiansyah, moh. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Andri, A. 2019. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Budiawan,M Sopiyudin. 2015. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Salemba Medika.Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
484-488.
Fransius. 2008. Manual of Pharmacology and Therapeutics. The Mc Graw Hill.
USA.
Kusumawati. 2004. Buku Ajar Farmakologi Efek Samping Obat. Salemba
Medika. Jakarta.
Marbawah., Kusumadewi, S., Endang, B,. 2008. Peranan Teknologi Informasi
dan Komunikasi di Bidang Obat dan Pengobatan dalam Mendukung
Perlindungan Pasien. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Stevani. P. N, Brown M J. 2016. Clinical Pharmacology Tenth Edition. Churchill
Livingstone. London.
Sundan, D. 2010. How to Develop and Implement a National Drug Policy, 2nd
edition, Geneva.
Sawitri, Sri. 2015. Apakah Paracetamol Berbahaya Bagi Tubuh Kita ?. Juli 2011.
Skp.unair.ac.id

19
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran1 :Alat dan Bahan

1. Alat

N NamaAlat Gambar Fungsi


O
1. Alat pelindung diri Digunakan sebagai alat
pelindung diri

2. Kandang mencit Digunakan sebagai


tempat mencit

3. Sarung tangan Digunakan sebagai


pelindung tangan

4. Timbangan Digunakan untuk


mengukur berat mencit

20
2. Bahan

No NamaBahan Gambar Fungsi


1. Alkohol Digunakan sebagai
disinfektan

2. Mencit Digunakan sebagai


hewan uji

3. Tisu Digunakan sebagai


pembersih alat

21
Lampiran2 :Diagram alir

1.) Cara Memeganghewauji (mencit)

HewanUji

Diangkatmencitdarikandangpadapangkalekorekornyadenganta
ngankanan

-Diletakkanmencit di ataskandang yang terbuatdarikawat

-Ditenangkanmencitdengancaradielus-elus

-
Dijepitkulittengkukmencitseeratmungkinmenggunakanibujarid
antelunjukjaritangankiri

-Dijepitekormencit di antarajarimanisdankelingkingtangankiri

Dielusperutmencituntukmemastikanmencitsudahtidakdapatber
geraklagi

22

Anda mungkin juga menyukai