Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien (Permenkes, 2016)
Pada tanggal 26 januari 2023 kami mengikuti PKL yang dilakukan di
Apotek A2 Farma selama 15 hari. Kegiatan yang dilakukan di Apotek A2 Farma
yaitu:
Pada hari pertama kami di berikan tugas oleh apoteker untuk menulis
nama-nama obat sesuai golongannya beserta indikasi obat-obat tersebut dan kami
diberikan tugas untuk merangkum tentang perbedaan permenkes apotek,
puskesmas dan rumah sakit. Setelah itu kami dibagi menjadi 2 kelompok untuk
sift pagi dan sift malam.
Kemudian kami masuk sesuai sift yang dibuat oleh apoteker, sift pagi
dimulai pada pukul 09.00 sampai 15.00, dan sift siang mulai dari pukul 15.00
sampai pukul 21.00.
Kegiatan yang kami lakukan yaitu menerima obat dari pihak PBF bersama
TTK apotek, setelah itu melakukan pengecekan barang dan menyimpan obat
sesuai golongan serta mencatat di kartu stok.
Melakukan pelayanan resep, Pada pelayanan resep di apotek A2 Farma kita
harus melakukan skrining resep terlebih dahulu, agar ketika tidak lengkap kita
dapat menghubungi dokter, setelah itu dilihat apakah ada merek obat yang
dibutuhkan, jika tidak ada diberikan copy resep, jika ada di sediakan obat
sekaligus etiket, setelah itu pemberian harga lalu penyerahan obat sekaligus
pelayanan informasi obat kepada pasien. 
4.1 Pengelolaan sediaan farmasi Di Apotek A2 Farma
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas
kota barat meliputi :
1. Perencanaan, dimana dilakukan kegiatan perencanaan dengan cara melihat
sisa stock dan banyaknya permintaan dari masyarakat serta banyaknya obat yang
sering diresepkan. Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016, Dalam membuat
perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat.
2. Pengadaan, dimana apoteker memesan obat untuk memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi di apotek A2 Farma sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang
telah dibuat. Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016, Pengadaan dilakukan Untuk
menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan, Pada saat penerimaan obat dari pihak PBF ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu nama obat, bentuk sediaan, jumlah, Expair date dan
nomor batch. setelah itu melakukan penyimpan obat sesuai golongan serta
mencatat di kartu stok. Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016, Penerimaan
merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima.
4. Penyimpanan, dalam penyimpanan obat-obat di apotek A2 Farma
berdasarkan golongan obat dan sesuai alphabet serta dilengkapi dengan kartu stok
yang didalamnya terdapat nama obat, jumlah persediaan, jumlah yang diterima,
tanggal jumlah yang diserahkan/digunakan, dan tanggal serta jumlah
penyerahan/penggunaan. Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016, Penyimpanan
obat antara lain:
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat
nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi .
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pemusnahan dan penarikan
Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016, yaitu:
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana
terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
6. Pengendalian, Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016 Pengendalian
dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan
pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama Obat,
tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan, Menurut Permenkes No 73 Tahun 2016,
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan,
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. Petunjuk teknis
mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal.

Anda mungkin juga menyukai