Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

RESUME KEGIATAN SELAMA MINGGU KE-1 PKPA PBF


(PEDAGANG BESAR FARMASI) INDOFARMA GLOBAL MEDIKA

Oleh : Nur Hasanah

NIM : 2130122265

 PBF (Pedagang Besar Farmasi)

Definisi

PBF (Pedagang Besar Farmasi) menurut CDOB adalah perusahaan


berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Banyaknya jenis obat yang didistribusikan oleh
PBF, maka memerlukan sebuah organisasi untuk mengatur distribusi obat tersebut
sampai pada konsumen dengan baik. Cara distribusi/penyaluran obat dan/atau
bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur
distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya (BPOM,
2012).

 Tujuan PKPA di Pedagang Besar Farmasi


1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi dan
tanggung jawab Apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap perilaku (professionalims) serta wawasan dan pengalaman nyata
(reality) untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
3. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker di
Pedagang Besar Farmasi (PBF)
4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan (problem-solving) praktik
dan pekerjaan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi (PBF)
5. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk belajar berkomunikasi
dan berinteraksi dalam lingkup Pedagang Besar Farmasi (PBF)
 Perencanaan dan Pengadaan di PBF
Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari dari kekosongan obat. Tujuan dari perencanaan obat adalah untuk
mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan menghindari
terjadinya stock out (kekosongan) obat, dan meningkatkan penggunaan obat
secara rasional. Hal ini dikarenakan perencanaan merupakan hal penting dalam
pengadaan obat. Apabila dalam perencanaan lemah maka akan mempengaruhi dan
mengakibatkan kekacauan siklus manajemen secara keseluruhan mulai dari
pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan
penyimpanan, serta tidak tersalurnya obat hingga rusak atau kadaluwarsa.
Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah di rencanakan sebelumnya. Hal ini terkait dengan tujuan dari pengadaan
barang yaitu memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik,
pengiriman obat terjamin tepat waktu, serta proses berjalan lancar dengan tidak
memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan.
 Penerimaan di PBF
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat dan
atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui, tidak
rusak atau tidak mengalami perubahan selama transportasi.
Penerimaan Produk Menurut Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang
Baik tahun 2015 :
a. Checklist meliputi: nama pemasok yang disetujui, nama barang, nomor ijin edar
(untuk obat), nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah fisik, keutuhan fisik
kemasan produk, keutuhan kontainer, keutuhan segel kontainer, Certificate of
Analysis (CoA) untuk bahan obat dll.
b. Batasan mendekati tanggal kedaluwarsa yaitu 3 bulan sebelum tanggal
kedaluwarsa. Jika terdapat penerimaan obat dan/atau bahan obat mendekati
kedaluwarsa harus terdapat pernyataan dari pelanggan bahwa obat dan/atau bahan
obat tersebut dapat diterima.

c. Yang dimaksud dengan penyimpanan khusus misalnya obat dan/atau bahan


obat yang memerlukan penyimpanan dengan suhu terkendali.

d. Yang dimaksud dengan tindakan pengamanan khusus misalnya narkotika,


psikotropika.
e. Dicatat dalam checklist penerimaan dan kartu stok obat dan/atau bahan obat.
 Penyimpanan di PBF
Penyimpanan Menurut Petunjuk Teknis CDAKB (Cara Distribusi Alat Kesehatan
yang Baik)
1. Dilihat sesuai kondisi penyimpanan yang tercantum pada penandaan
kemasan (label).
2. Apabila volume pemesanan melampaui kapasitas penyimpanan, fasilitas
distribusi harus mengajukan permohonan penambahan atau perubahan
gudang dan telah mendapatkan persetujuan penambahan atau perubahan
gudang.
3. Memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan sesuai dengan POB
Penyimpanan termasuk di dalamnya ketentuan mengenai pemantauan
suhu.
4. Pemastian FEFO dapat dikawal/dijaga melalui:
a. Pencatatan nomor bets dan kedaluwarsa pada saat penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran baik secara manual maupun
komputerisasi;
b. Pengaturan metode penyimpanan obat dan/atau bahan obat
5. Untuk pencegahan kerusakan atau kontaminasi akibat tumpahan, maka
obat dan/atau bahan obat yang berupa cairan diletakkan pada rak paling
bawah. Penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus diletakkan di atas
pallet atau rak.
6. Yang dimaksud “ditarik” adalah memisahkan obat dan/atau bahan obat
yang kedaluwarsa dari stok layak jual dan diberi penandaan yang jelas
(status “kedaluwarsa”).
7. Yang dimaksud stock opname secara berkala berdasarkan pendekatan
risiko adalah pelaksanaan stock opname berdasarkan prioritas dengan
mempertimbangkan kriteria risiko seperti:
a. Produk narkotika dan psikotropika.
b. Nilai produk
c. Produk dingin
8. Investigasi selisih stok dicantumkan dalam POB Pemeriksaan Stock
Opname. Catatan: pelaksanaan investigasi di bawah pengawasan APJ.
Hasil investigasi: justifikasi selisih dan dibuatkan laporannya.
 Penyaluran
Penyaluran Menurut Permenkes Nomor 1148 tahun 2011, Penyaluran
yaitu memastikan bahwa obat atau produk didistribusikan kepada pemesan yang
sah dan tepat baik jumlah maupun produknya.
1. PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada nomor 1
meliputi:
 apotek;

 instalasi farmasi rumah sakit;

 puskesmas;

 klinik; atau

 toko obat.
3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada nomor 1 PBF
dan PBF Cabang tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat.
4. Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dan PBF Cabang dapat
menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di
wilayah provinsi sesuai surat pengakuannya.
6. PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat
keras berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola
apotek atau apoteker penanggung jawab.
7. PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan.
8. Penyaluran sebagaimana dimaksud pada nomor 7 berdasarkan surat
pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker
penanggung jawab.
9. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada nomor 8 surat
pesanan untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani oleh pimpinan
lembaga.

Anda mungkin juga menyukai