Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN FARMASI

“ASPEK CDOB SERTA KEGIATAN MANAJEMEN PENGELOLAAN


OBAT,ALKES DAN BMHP DI PBF”

KELOMPOK 2:
Ainun Alfatma (1701047) Nida Larasati (1701073)
Dean Pratama Putra (1701053) Sarah Amelia Azhar (1701081)
Ema Wahyuni (1701057) Tryanita Asiyah (1701087)
Fadila Toha (1701059) Yolanda Maharani (1701092)
Indah Septia (1701066)

Dosen Pengampu:
Apt. Erniza Pratiwi,M.Farm
SUB
PEMBAHASAN

01 02 03 04
Definis PBF Tugas dan fungsi Konsep pengelolaan Ketentuan
PBF obat, alkes, BMHP di penyaluran PBF dan
PBF PBF cabang

05 06 07
Aspek Peran Permasalahan
CDOB apoteker di penerapan CDOB
PBF
1 DEFINISI PBF

• Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1148/ MENKES/ PER/ VI/ 2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
yang dimaksud dengan Pedagang Besar Farmasi yang selanjutnya
disingkat PBF, adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
• Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1 ayat 12 yang
berbunyi : Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk
badan hukum yang memilki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
2 TUGAS DAN FUNGSI PBF

TUGAS PBF FUNGSI PBF


1. Tempat penyediaan dan 1. Sebagai sarana distribusi bagi industri-
penyimpanan perbekalan industri farmasi
farmasi 2. Sebagai salutan distribusi obat-obatan yan
2. Saranan yang mendistribsikan bekerja aktif ke seluruh tanah air secara
perbekalan farmasi ke merata dan teratur guna mempermudah
pelayana kessehatan misal : pelayanan kesehatan
rumah sakit, apotekm 3. Untuk membatu pemerintahan dalam
puskesmas, dll mecapai tingkat kesempurnaan penyediaan
3. Membuatan laporan dengan obat-obatan untuk pelayaan kesehatan
lengkap setiap pengadaan, 4. Sebagai penyalur tunggal obat-obatan
penyimpnana, penyaluran golongan narkotik dimana pbff khusus yang
perbekalan farmasi sehingga melakukannya adalah PT.Kimia farma
daat dipertanggung jawabkan 5. Sebagai aset atau kekayaan nasional dan
setiap dilakukan pemeriksaan lapangan kerja
Konsep pengelolaan obat,
3 alkes, BMHP di PBF

1. Pengadaan dan Pemesanan Barang


2. Penerimaan Barang

Pengadaan dilakukan oleh Apoteker


Penanggung Jawab (APJ) PBF dengan Untuk memastikan bahwa obat yang
membuat defekta, berkoordinasi dengan diterima dalam keadaan baik, sah, sesuai
supervisior penjualan dan bagian dengan yang dipesan, maka dilakukan
marketing dalam membuat daftar pemeriksaan pada saat obat diterima oleh
kebutuhan barang. Pada proses bagian Transito dengan
pengadaan dibagi menjadi 3 kelompok, menggunakan checklist pada faktur
yaitu pengadaan produk reguler, pembelian yang diterima dan Rincian Surat
produk e-catalogue, dan produk berupa Kirim Barang.
Narkotika/Psikotropika/Prekursor (NPP).
3. Penyimpanan

Sistem penyimpanan obat biasanya menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO); obat-
obat yang tanggal kadaluwarsanya lebih dekat dijual atau didistribusikan terlebih dahulu. Untuk
produk kemasan dus kemasan utuh obat disimpan diatas rak dengan sistem penempatan
berdasarkan golongan obat, jenis produk, fast-moving/slow-moving, dan berdasarkan analisis
efisiensi kerja. Penempatan sediaan cair yang disertai kemasan yang mudah pecah disimpan
pada bagian bawah rak untuk mengurangi risiko terjatuh pada saat pengambilan barang.

4. Penerimaan Pesanan

Proses pelayanan penjualan sediaan farmasi di PBF dilakukan dengan mengirim secara tertulis melalui Surat Pesanan
(SP) yang ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab. Penerimaan SP dilayani dengan beberapa cara yaitu
pemesanan melalui salesman di sarana kefarmasian pelanggan ataupun pesanan langsung melalui telepon/faximile.
Apabila pemesanan dilakukan melalui telepon maka Surat Pesanan asli harus diserahkan pada saat obat diterima. Untuk
pembelian barang dapat dilakukan dengan pembayaran tunai dan kredit.
Untuk pemesanan narkotika, psikotropika dan prekursor (NPP) wajib menggunakan SP khusus sesuai peruntukkannya,
diterima dan ditanda tangani langsung oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA) dan di bubuhi stempel asli serta
harus sesuai keabsahannya dengan specimen disertai dengan jumlah pemesanan yang wajar
5. Pengiriman Pesanan

Pengiriman obat dan/atau bahan obat di PBF biasanya menggunakan jasa pihak ketiga yang
telah terikat kontrak dan mampu menerapkan prinsip CDOB dalam pengiriman obat dan/atau
bahan obat. Pada saat akan dilakukan pengiriman, dilakukan cross check terlebih dahulu pada
produk yang telah disiapkan bagian logistik. Hal yang dicek meliputi nama outlet pemesan, nama
barang, kekuatan sediaan, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, jumlah fisik, dan jumlah pesanan.

6. Penagihan Pembayaran

PBF biasanya melakukan penjualan secara kredit yang dilakukan oleh salesman melalui instruksi
manajemen penjualan. Outlet membuat pesanan yang diserahkan ke salesman kemudian
dibuatkan faktur penjualan oleh fakturis lalu barang dan faktur penjualan dikirimkan menuju outlet.
APJ outlet menandatangani dan memberi stempel pada faktur penjualan, kemudian faktur
penjualan asli diarsipkan oleh bagian piutang PBF untuk proses penagihan pada saat jatuh tempo.
Saat faktur penjualan telah jatuh tempo, bagian piutang PBF menyerahkan faktur penjualan
tersebut kepada kolektor atau salesman untuk dilakukan penagihan kepada outlet terkait. Bila outlet
masih belum membayar utangnya, maka outlet tersebut tidak dapat memesan barang karena
sistem di PBF akan otomatis menolak pemesanan outlet tersebut
PRINSIP CDOB
DEFINISI CDOB

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)


adalah cara distribusi/ penyaluran obat • Prinsip CDOB berlaku untuk aspek pengadaan,
dan/atau bahan obat yang bertujuan penyimpnana, penyaluran termasuk pengembalian obat
memastikan mutu sepanjang jalur dan atau bahan obat dalam rantai distribusi dan juga
distribusi/ penyaluran sesuai persyaratan untuk obat donasi, baku pembanding dan obatt uji klinis.
dan tujuanpenggunaannya. • Semua pelaku bertanggung jawab untuk memeastikan
mutu obat dan atau distribusi dan juga harus
menerpakna prinsip kehati-hatian dan memenuhi prinsip
CDOB, ,isalnya dalam prosedur terkait dengan
Menjamin keabsahan dan mutu obat agar kemampuan telusur dan identifikasi risiko
obat yang sampai ke konsumen • Harus ada kerjasama antara semua pihak termasuk
adalahobat yang aman, efektif dan dapat pemerintah, bea dan cukai, lembaga penegahk hukum,
digunakan sesuai indikasinya.Menjamin pihak yang berwewenang, industri farmasi, fasulitas
agar produk obat tidak keluar ke jalur distribusi dan pihak yang bertanggung jawab untuk
illicit. Napza: tidak ke illicitBahan Kimia penyediaan obat, memastikan mutu dan keamanan obat
Obat : tidak ditambahkan ke jamu serta mencegah paparan obat palsu terhadap pasien.
5 ASPEK CDOB

1. Manajemen Mutu 5. Inspkesi Diri

6. Keluhan,obat Dan / Bahan Obat Kembalian,


2. Organisasi Manajemen Dan Personalia
Diduga Palsu Dan Penarikan Kembali

3. Bagunan Dan Fasilitas 7. Transportasi

4. Operasional 8. Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontak

9. Dokumetasi
1. Manajemen Mutu

Bertanggung jawab didalamnya untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal
mutu, termasuk didalamnya perencanaan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu, dan
peningkatan mutu di dalam sistem mutu dalam mencapai sasaran mutu dan mampu sasaran
mutu dan mampu melakukan manajemen resiko melakukan manajemen resiko mutu.

2. Organisasi Manajemen Dan Personalia

Dibutuhkan personil yang memadai dan memahami prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) dan harus menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai dengan
tanggung jawabnya agar memiliki kompetensi dalam melaksanakan semua tugas yang menjadi
tanggung jawab fasilitas distribusi. Penanggung jawab manajemen puncak selak puncak selaku
pengarah dan pengendali organisasi pada tingkat tertinggi di fasilitas distribusi harus seorang
Apoteker. Dalam suatu kondisi yan kondisi yang diperbolehkan bisa menunjuk delegasi tenag
menunjuk delegasi tenaga kerja kefarmasian.
3. Bagunan Dan Fasilitas

Pada fasilitas distribusi harus memiliki bangunan yang bersih dan nyaman serta peralatan yang
diperlukan untuk menjamin perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat. Ruangan
atau area yang tersedia harus ng tersedia harus tepat guna dan memenuhi spesifikasi
penggunaannya. Peralatan harus di desain untuk mendukung segala proses yang dibutuhkan,
teruji kemampuanya dalam memberikan hasil yang diinginkan.

4. Operasional

Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan
bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/atau
fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk
meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi, sehingga
pasokan obat dan/atau bahan obat harus dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
5. Inspkesi Diri

Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap
pemenuhan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan untuk bahan tindak lanjut langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan. inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang
ditetapkan atau khusus pleh personil yangditunjuk dengan cara yang independen. Hasilnya
dilaporkan berupa catatan borang dan penyimpanan atau kekurangan yang teridentifikasi
dibuatkan CAPA untuk ditindak lanjuti.

6. Keluhan,obat Dan / Bahan Obat Kembalian,


Diduga Palsu Dan Penarikan Kembali

Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi rusak harus
dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis.Fasilitas distribusi harus segera
melaporkan dan menghentikan penyaluran obat dan/atau bahan obat diduga palsu kepada
instansi yang berwenang, industri farmasi dan/atau pemegang izin edar. Penanggung jawab harus
membentuk tim khusus yang bertangggung jawab terhadap penanganan obat dan/atau bahan
obat yang ditarik dari peredaran. Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus
ditempatkan secara terpisah, aman dan terkunci serta diberi label yang jelas.
7. Transportasi

Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang memadai. Proses
pengiriman barang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : Kiriman ke Industri Farmasi dan Kiriman ke
pelanggan.

8. Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontak

Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan mutu
obat dan/atau bahan obat. Pemberi kontrak harus memberikan instruksi tertulis tugas dan
kewajiban penerima kontrak serta prosedur yang berjalan. Penerima kontrak harus
memenuhi ketentuan- ketentuan yang disepakati.
9. Dokumetasi

Dokumentasi terdiri dari semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak, catatan dan data,
dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dokumentasi permanen, tertulis atau
elektronik, untuk setiap obat dan/atau bahan obat yang disimpan harus menunjukkan
kondisi penyimpanan yang direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang
khusus untuk bahan obat (jika ada) harus diperhatikan, dan menjalan persyaratan sesuai
dengan persyaratan nasional dan farmakope.
6 Peran apoteker di PBF

Apoteker penanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya harus memastikan


bahwa fasilitas distribusi telah menerapkan CDOB dan memenuhi pelayanan
publik. Selain itu terdapat beberapa peranan lainnya yang harus dilaksanakan
oleh Apoteker penanggung jawab, yaitu :

1. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem manajemen


mutu.
2. Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangannya serta menjaga
akurasi dan mutu dokumentasi.
3. Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan
mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan distribusi.
4. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan penarikan
obat dan/atau bahan obat.
5. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif.
6. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan pelanggan
7. Meluluskan obat dan/atau bahan obat kembalian untuk dikembalikan ke dalam
stok obat dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual.
8. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan penerima
kontrak yang menjelaskan mengenai tanggung jawab masing- masing pihak yang
berkaitan dengan distribusi dan/atau transportasi obat dan/atau bahan obat.
9. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program dan tersedia
tindakan perbaikan yang diperlukan.
10. Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker/tenaga teknis kefarmasian yang
telah mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang ketika sedang tidak
berada di tempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang
terkait dengan setiap pendelegasian yang dilakukan.
11. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina atau
memusnahkan obat dan/atau bahan obat kembalian, rusak, hasil penarikan
kembali atau diduga palsu.
12. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk obat dan/atau
bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.
Permasalahan Penerapan
7 CDOB

Anda mungkin juga menyukai