KELOMPOK 2:
Ainun Alfatma (1701047) Nida Larasati (1701073)
Dean Pratama Putra (1701053) Sarah Amelia Azhar (1701081)
Ema Wahyuni (1701057) Tryanita Asiyah (1701087)
Fadila Toha (1701059) Yolanda Maharani (1701092)
Indah Septia (1701066)
Dosen Pengampu:
Apt. Erniza Pratiwi,M.Farm
SUB
PEMBAHASAN
01 02 03 04
Definis PBF Tugas dan fungsi Konsep pengelolaan Ketentuan
PBF obat, alkes, BMHP di penyaluran PBF dan
PBF PBF cabang
05 06 07
Aspek Peran Permasalahan
CDOB apoteker di penerapan CDOB
PBF
1 DEFINISI PBF
Sistem penyimpanan obat biasanya menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO); obat-
obat yang tanggal kadaluwarsanya lebih dekat dijual atau didistribusikan terlebih dahulu. Untuk
produk kemasan dus kemasan utuh obat disimpan diatas rak dengan sistem penempatan
berdasarkan golongan obat, jenis produk, fast-moving/slow-moving, dan berdasarkan analisis
efisiensi kerja. Penempatan sediaan cair yang disertai kemasan yang mudah pecah disimpan
pada bagian bawah rak untuk mengurangi risiko terjatuh pada saat pengambilan barang.
4. Penerimaan Pesanan
Proses pelayanan penjualan sediaan farmasi di PBF dilakukan dengan mengirim secara tertulis melalui Surat Pesanan
(SP) yang ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab. Penerimaan SP dilayani dengan beberapa cara yaitu
pemesanan melalui salesman di sarana kefarmasian pelanggan ataupun pesanan langsung melalui telepon/faximile.
Apabila pemesanan dilakukan melalui telepon maka Surat Pesanan asli harus diserahkan pada saat obat diterima. Untuk
pembelian barang dapat dilakukan dengan pembayaran tunai dan kredit.
Untuk pemesanan narkotika, psikotropika dan prekursor (NPP) wajib menggunakan SP khusus sesuai peruntukkannya,
diterima dan ditanda tangani langsung oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA) dan di bubuhi stempel asli serta
harus sesuai keabsahannya dengan specimen disertai dengan jumlah pemesanan yang wajar
5. Pengiriman Pesanan
Pengiriman obat dan/atau bahan obat di PBF biasanya menggunakan jasa pihak ketiga yang
telah terikat kontrak dan mampu menerapkan prinsip CDOB dalam pengiriman obat dan/atau
bahan obat. Pada saat akan dilakukan pengiriman, dilakukan cross check terlebih dahulu pada
produk yang telah disiapkan bagian logistik. Hal yang dicek meliputi nama outlet pemesan, nama
barang, kekuatan sediaan, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, jumlah fisik, dan jumlah pesanan.
6. Penagihan Pembayaran
PBF biasanya melakukan penjualan secara kredit yang dilakukan oleh salesman melalui instruksi
manajemen penjualan. Outlet membuat pesanan yang diserahkan ke salesman kemudian
dibuatkan faktur penjualan oleh fakturis lalu barang dan faktur penjualan dikirimkan menuju outlet.
APJ outlet menandatangani dan memberi stempel pada faktur penjualan, kemudian faktur
penjualan asli diarsipkan oleh bagian piutang PBF untuk proses penagihan pada saat jatuh tempo.
Saat faktur penjualan telah jatuh tempo, bagian piutang PBF menyerahkan faktur penjualan
tersebut kepada kolektor atau salesman untuk dilakukan penagihan kepada outlet terkait. Bila outlet
masih belum membayar utangnya, maka outlet tersebut tidak dapat memesan barang karena
sistem di PBF akan otomatis menolak pemesanan outlet tersebut
PRINSIP CDOB
DEFINISI CDOB
9. Dokumetasi
1. Manajemen Mutu
Bertanggung jawab didalamnya untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal
mutu, termasuk didalamnya perencanaan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu, dan
peningkatan mutu di dalam sistem mutu dalam mencapai sasaran mutu dan mampu sasaran
mutu dan mampu melakukan manajemen resiko melakukan manajemen resiko mutu.
Dibutuhkan personil yang memadai dan memahami prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) dan harus menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai dengan
tanggung jawabnya agar memiliki kompetensi dalam melaksanakan semua tugas yang menjadi
tanggung jawab fasilitas distribusi. Penanggung jawab manajemen puncak selak puncak selaku
pengarah dan pengendali organisasi pada tingkat tertinggi di fasilitas distribusi harus seorang
Apoteker. Dalam suatu kondisi yan kondisi yang diperbolehkan bisa menunjuk delegasi tenag
menunjuk delegasi tenaga kerja kefarmasian.
3. Bagunan Dan Fasilitas
Pada fasilitas distribusi harus memiliki bangunan yang bersih dan nyaman serta peralatan yang
diperlukan untuk menjamin perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat. Ruangan
atau area yang tersedia harus ng tersedia harus tepat guna dan memenuhi spesifikasi
penggunaannya. Peralatan harus di desain untuk mendukung segala proses yang dibutuhkan,
teruji kemampuanya dalam memberikan hasil yang diinginkan.
4. Operasional
Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan
bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/atau
fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk
meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi, sehingga
pasokan obat dan/atau bahan obat harus dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
5. Inspkesi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap
pemenuhan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan untuk bahan tindak lanjut langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan. inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang
ditetapkan atau khusus pleh personil yangditunjuk dengan cara yang independen. Hasilnya
dilaporkan berupa catatan borang dan penyimpanan atau kekurangan yang teridentifikasi
dibuatkan CAPA untuk ditindak lanjuti.
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi rusak harus
dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis.Fasilitas distribusi harus segera
melaporkan dan menghentikan penyaluran obat dan/atau bahan obat diduga palsu kepada
instansi yang berwenang, industri farmasi dan/atau pemegang izin edar. Penanggung jawab harus
membentuk tim khusus yang bertangggung jawab terhadap penanganan obat dan/atau bahan
obat yang ditarik dari peredaran. Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus
ditempatkan secara terpisah, aman dan terkunci serta diberi label yang jelas.
7. Transportasi
Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang memadai. Proses
pengiriman barang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : Kiriman ke Industri Farmasi dan Kiriman ke
pelanggan.
Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan mutu
obat dan/atau bahan obat. Pemberi kontrak harus memberikan instruksi tertulis tugas dan
kewajiban penerima kontrak serta prosedur yang berjalan. Penerima kontrak harus
memenuhi ketentuan- ketentuan yang disepakati.
9. Dokumetasi
Dokumentasi terdiri dari semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak, catatan dan data,
dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dokumentasi permanen, tertulis atau
elektronik, untuk setiap obat dan/atau bahan obat yang disimpan harus menunjukkan
kondisi penyimpanan yang direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang
khusus untuk bahan obat (jika ada) harus diperhatikan, dan menjalan persyaratan sesuai
dengan persyaratan nasional dan farmakope.
6 Peran apoteker di PBF