Disusun oleh :
Kelompok B3
Laily Aulia Rizqy K100170117
FAKULTAS FARMASI
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga makalah “Biofarmasetika Sediaan Oral:
Kinetika Pelepasan Bermacam Bentuk Sediaan Di Saluran Cerna: Sediaan Tablet,
Kapsul, Soft Kapsul, Emulsi, Suspensi” ini dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan
layak sebagaimana mestinya.
Penyusun
BAB II
ISI
2.1 K
inetika pelepasan bermacam bentuk sediaan di saluran cerna: sediaan tablet
Pelepasan obat dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor teknologi dan
formulasi yang mampu mengatur ritme pelepasan dan pelarutan zat aktif dengan
mengatur intensitas aksi obat dan mekanisme memperpanjang aksi obat.
Pre-disposisi zat aktif sediaan tablet dalam tubuh digambarkan dalam skema sebagai
berikut.
a. Hancuran makrogranul
b. Hancuran mikrogranul
Pada uji in vitro, penghancuran tablet terjadi dalam aglomerat yang relatif
kecil dan terdispersi, lambat atau cepatnya hancuran akan mengendap di dasar
beker. Pelarutan dari aglomerat kecil lebih disukai dibandingkan penghancuran
makrogranul.
c. Hancuran mikronais
Media cairan setelah penghancuran akan tampak seperti susu, akibat adanya
sebaran yang halus dari tablet. Dengan demikian penghancuran tersebut
dikatakan ideal untuk mendapatkan ketersediaan hayati yang cepat.
2.1.2. Faktor teknologi yang berpengaruh pada pelepasan dan pelarutan zat
aktif dari sediaan tablet
Semakin besar gaya kempa maka semakin besar kontak luas permukaan
antar partikel dan makin besar pula luas permukaan adhesi interpartikel
sehingga ruang kosong semakin kecil. Penurunan porositas menyebabkan
penurunan laju penghancuran dan laju pelarutan zat aktif.
c. Metode pembuatan
1. Kempa langsung.
2. Granulasi
2.1.3. Faktor formulasi yang berpengaruh pada pelepasan dan pelarutan zat
aktif dan sediaan tablet
a. Bahan pengencer
- Sebagian besar senyawa gula atau senyawa hidrolisa oleh amylase dapat
menimbulkan gesekan panas, untuk mengatasi keadaan tersebut maka
digunakanlah gabungan amilum-laktosa.
b. Bahan penggumpal
c. Bahan penghancur
b. Salut gula
- Ketebalan salutan
Masalah tablet salut terletak pada lambatnya pelepasan bahan obat bila
film terlalu tebal dan sifatnya berubah selama penyimpanan. Tebal film
dipengaruhi oleh kekentalan larutan bahan pembuat film dan jumlah lapisan
yang dibuat.
2. Bentuk sediaan tahan asam
a. Formula suatu bentuk salut untuk mengatur waktu pelepasan zat aktif
dalam waktu tertentu, disebut juga sediaan dengan aksi terkendali
b. Diformula suatu bentuk salut untuk fiksasi pada daerah saluran cerna
tertentu dimana direncanakan terjadi pelepasan : merupakan
manifestasi bentuk yang tahan cairan lambung.
2.2 Kinetika pelepasan bermacam bentuk sediaan di saluran cerna: sediaan emulsi
Tipe emulsi juga dapat mempengaruhi pelepasan zat dari sediaan. Sistem emulsi
ganda memiliki lebih banyak lapisan yang dapat menahan lepasnya zat dari emulsi
dibandingkan dengan emulsi sederhana. Untuk dapat lepas dari sediaan, suatu zat yang
terlarut dalam fase air internal dalam suatu emulsi ganda A/M/A harus melewati barrier
berupa lapisan minyak dan lapisan air eksternal (Benichou dan Aserin, 2008).
Sedangkan, apabila tipe emulsinya adalah emulsi sederhana A/M, zat tersebut hanya
perlu melewati satu lapisan minyak saja untuk lepas dari emulsi. Oleh karena itu, emulsi
bertipe A/M/A lebih berpotensi untuk menjadi agen prolonged release dibandingkan
emulsi tipe A/M (Pal, 2011).
Pelepasan suatu zat aktif dari emulsi ganda dapat terjadi melalui dua mekanisme.
Mekanisme pertama melalui breakdown droplet sebagai akibat dari aliran osmosis air ke
fase internal dan peristiwa koalesens partikel, sementara mekanisme kedua melalui
lepasnya zat melalui lapisan minyak yang berfungsi sebagai membran permeabel,
dimana zat aktif berdifusi dari fase internal (Aserin, 2008).
2. Fase terlarut dalam minyak yang terdispersi (vitamin A atau K sintetik, balsam)
Predisposisi zat aktif dari sediaan emulsi oral didalam tubuh terjadi beberapa cara yaitu:
1. Difusi zat aktif dari fase dalam terdispers menuju fase luar (pendispers); yang merupakan
fungsi dari:
Difusi zat aktif dari fase dalam (terdispers) menuju fase luar (pendispers)
- Ukuran mikro tetes fase dalam : semakin kecil ukurannya, semakin besar permukaan yang
kontak dengan fase luar.
- Kekentalan fase dalam, bila fase dalam tersebut mengandung zat aktif terlarut.
b. Difusi fraksi zat aktif yang terlarut dalam fase luar dan melintas membran biologik.
Kecepatan pre-disposisi dalam tubuh dari zat aktif yang terdapat pada fase dalam suatu
emulsi merupakan fungsi keseimbangan antara 2 sifat berikut ini :
Menurut teori difusi, perpindahan zat aktif dari fase dalam menuju fase luar yang dilanjutkan
dengan perlintasan membran biologik dipengaruhi oleh adanya surfaktan.
2.3 Kinetika pelepasan bermacam bentuk sediaan di saluran cerna: sediaan suspensi
Bila bahan obat tidak dapat dilarutkan atau diemulsikan, maka bentuk sediaan oral yang dapat
memberikan ketersediaan hayati yang sesuai adalah bentuk suspensi dalam air. Kinetika
pre-disposisi suspensi obat dalam tubuh terjadi dalam 2 tahap :
1. Karakter keterserapan zat aktif yang bertanggung jawab pada penguragan konsentrasi
dalam fase luar.
Ukuran partikel tidak hanya harus sangat halus, tetapi tidak berubah. Pertumbuhan kristal
selama penyimpanan akan menghambat laju pelarutan. Timbulnya caking, yaitu
pembentukan endapan yang sangat sukar didispersikan disebabkan karena partikel-partikel
suspensi saling bergabung. Bentuk kristal dalam suspensi dapat berubah, bentuk metastabil
yang lebih larut dapat berubah menjadi bentuk stabil. Dalam formulasi, penggunaan
senyawa-senyawa pengental dapat mncegah perubahan tersebut.
SEDIAAN KAPSUL
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Pre-disposisi zat aktif dari sediaan kapsul keras di dalam tubuh
terjadi dengan beberapa tahap :
Tahap pembukaaan kapsul terjadi dengan pemisahan kedua kutub kapsul. Begitu
kapsul tiba di lambung, gelatin mulai melarut. Cangkang kapsul terinhibisi cairan, lalu rusak
dan lepas menjadi dua bagian dalam waktu 3-5 menit. Isi kapsul mulai terlepas dan
memasuki media sebelum cangkang terlarut sempurna dan cairan lambung mulai merembes
ke isi kapsul yang belum mengalaami desaglomerasi. Pembukaan kapsul dipengaruhi oleh
ukuran kapsul, pH lambung, suhu, interaksi gelatin dan isi kapsul, waktu dan kondisi
penyimpanan sediaan. Setelah cangkang kapsul terbuka, terjadi pelepasan awal masa obat
dan penembusan progresif cairan ke dalam serbuk yang diikuti dengan pelarutan selubung
gelatin.
Adanya bagian serbuk yang lebih padat ditentukan oleh cara pengisian dan tipe mesin
yang digunakan. Porositas serbuk ditentukan oleh ukuran partikel dan kemampatan (tipe
mesin). Faktor penekanan terutama harus diperhatikan untuk zat aktif yang pelarutannya
lambat. Apabila isi kapsul kurang hidrofil maka penekanan hendaknya dilakukan seringan
mungkin.
Setelah pembasahan serbuk oleh cairan saluran cerna terjadi peluruhan masa
serbuk dan pelarutan zat aktif yang basah. Zat aktif yang telah terlarut kemudian
diserap. Bahan penurun tegangan permukaan (surfaktan) dapat memperbaiki proses
pembasahan, namun sifat fisiko-kimia isi kapsul merupakan faktor utama.
Gambar 1. Pre-disposisi zat aktif dari sediaan kapsul keras di dalam tubuh dan
faktor yang terpengaruhi
Kapsul lunak yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut gel lunak) atau bahan
lain yang sesuai membutuhkan metode produksi skala besar. Cangkang gelatin lunak sedikit
lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan
senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Perbandingan bahan plastisasi kering terhadap
gelatin kering menetukan kekerasan.
Waktu yang diperlukan untuk pembukaan selubung gelatin paling tidak 10 menit.
Berdasarkan penelitian dengan sinar-X waktu pecah selubung gelatin adalah 4-7 menit.
Proses ini terjadi pelarutan bertahap selubung gelatin, penipisan, lalu berlubang dan robek.
Faktor yang mempengaruhinya antara lain jenis gelatin, kemampuan memadat, kekentalan
leburan, sifat dan konsentrasi bahan peliat, serta interaksi antara isi kapsul dan gelatin.