Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOFARMASETIKA & FARMAKOKINETIK TERAPAN

BIOFARMASETIKA SEDIAAN ORAL: KINETIKA PELEPASAN BERMACAM BENTUK


SEDIAAN DI SALURAN CERNA: SEDIAAN TABLET, KAPSUL, SOFT KAPSUL,
EMULSI, SUSPENSI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biofarmasetika & Farmakokinetik Terapan

Disusun oleh :
Kelompok B3
Laily Aulia Rizqy K100170117

Hamdan Firdauzi Adi Firmansyah K100170118

Hasna Adilia Wibowo K100170119

Mantiqa Syafa Duvadillan Gusrin K100170120

Shella Annisa Maharani K100170121

Septian Rizki Pratama K100170122

M. Wildan Firdaus K100170123

Diah Siwi Ardiyani K100170124

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga makalah ​“​Biofarmasetika Sediaan Oral:
Kinetika Pelepasan Bermacam Bentuk Sediaan Di Saluran Cerna: Sediaan Tablet,
Kapsul, Soft Kapsul, Emulsi, Suspensi​” ini dapat kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan di masa mendatang.

​Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan
layak sebagaimana mestinya.

Surakarta, 27 September 2019

Penyusun
BAB II

ISI

2.1​ K
​ inetika pelepasan bermacam bentuk sediaan di saluran cerna: sediaan tablet

Pelepasan obat dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor teknologi dan
formulasi yang mampu mengatur ritme pelepasan dan pelarutan zat aktif dengan
mengatur intensitas aksi obat dan mekanisme memperpanjang aksi obat.
Pre-disposisi zat aktif sediaan tablet dalam tubuh digambarkan dalam skema sebagai
berikut.

Wagner menyatakan bahwa laju pelarutan adalah 20 kali lebih lambat


dibanding laju penghancuran, jadi laju pelarutan sepenuhnya menentukan proses
penyerapan. Pelarutan zat aktif tidak hanya berasal dari hancuran obat tapi juga dari
agregat yang dibebaskan pada tahap awal terutama bila penghancuran berlangsung
lama. Pelarutan tablet tersebut terjadi dengan cara difusi pada permukaan tablet.

2.1.1 Tiga tipe hancuran yaitu :

a. Hancuran makrogranul

Pada uji penghancuran in vitro, tablet hancur dalam fragmen – fragmen


besar yang mengendap dengan cepat di dasar beker. Meskipun waktu hancur
lebih cepat, namun pelarutan zat aktif menjadi lambat bila tidak ada
penghancuran kedua yang cepat, karena pelarutan terjadi secara difusi.

b. Hancuran mikrogranul

Pada uji in vitro, penghancuran tablet terjadi dalam aglomerat yang relatif
kecil dan terdispersi, lambat atau cepatnya hancuran akan mengendap di dasar
beker. Pelarutan dari aglomerat kecil lebih disukai dibandingkan penghancuran
makrogranul.

c. Hancuran mikronais

Media cairan setelah penghancuran akan tampak seperti susu, akibat adanya
sebaran yang halus dari tablet. Dengan demikian penghancuran tersebut
dikatakan ideal untuk mendapatkan ketersediaan hayati yang cepat.
2.1.2. Faktor teknologi yang berpengaruh pada pelepasan dan pelarutan zat
aktif dari sediaan tablet

a. Gaya kempa dan porositas massa tablet

Semakin besar gaya kempa maka semakin besar kontak luas permukaan
antar partikel dan makin besar pula luas permukaan adhesi interpartikel
sehingga ruang kosong semakin kecil. Penurunan porositas menyebabkan
penurunan laju penghancuran dan laju pelarutan zat aktif.

b. Jenis mesin pengempa tablet

c. Metode pembuatan

1. Kempa langsung.

Waktu hancur dan laju pelarutan tergantung pada pembawa yang


digunakan. Sehingga pemakaian zat-zat yang kering dan mudah mengalir
menjadi penentu penghancuran tablet. Harus ditambahkan zat tambahan
yang bersifat hidrofil yang mudah ditembus oleh air.

2. Granulasi

Kekerasan kempaan akan berpengaruh pada pelarutan zat aktif, bila


butirannya keras maka penyebaran granulometrik akan berpengaruh pada
pelarutan porositas tablet. Butiran yang agak kasar menyebabkan porositas
meningkat.

2.1.3. Faktor formulasi yang berpengaruh pada pelepasan dan pelarutan zat
aktif dan sediaan tablet

Bahan tambahan yang diperlukan pada pengelolaan sediaan tablet mempunyai


peranan penting terhadap ketersediaan hayati zat aktif yang terkandung. ​Pengaruh
berbagai bahan tambahan yang digunakan :

a. Bahan pengencer

- Laktosa menyebabkan tablet menjadi keras, sehingga pelepasan obat


menjadi lebih lambat.

- Sebagian besar senyawa gula atau senyawa hidrolisa oleh amylase dapat
menimbulkan gesekan panas, untuk mengatasi keadaan tersebut maka
digunakanlah gabungan amilum-laktosa.

b. Bahan penggumpal

Larutan bahan pengental yang digunakan pada granulasi basah dapat


menghambat proses pelepasan dan pelarutan zat aktif. Timbulnya lapisan
hidrofob bahan pengental disekitar partikel zat aktif dapat memudahkan
pembasahan dan pelarutan.

c. Bahan penghancur

Bahan penghancur berperan dalam penembusan air ke dalam tablet, air


memasuki partikel dan granul-granul penyusun tablet dengan cara kerja yang
belum sepenuhnya diketahui kecuali mekanisme pengendoran ikatan kohesi.

2.1.4. Zat aktif dalam sediaan tersalut

1.​ Salut gula dan tablet yang tidak tahan asam


Timbulnya masalah sediaan bersalut terutama sediaan yang tidak taham


cairan lambung pada pelepasan dan pelarutan zat aktif adalah bila zat aktif
larut dalam cairan lambung. Waktu yang diperlukan untuk pelarutan bahan
penyalut dapat menyebabkan beberapa hambatan tertentu

a. Tablet yang disalut dengan penyalutan kering

Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan terjadi dalam 2 tahap :

-​ Hancurnya lapisan pertama dan mungkin disertai pelepasan zat aktif.


- Hancurnya inti. Hal ini diawali dengan perembesan cairan dan


penghancuran sebelum seluruh penyalut larut.

b. Salut gula

Perembesan air terjadi lebih lambat dibandingkan dengan tablet tak


bersalut. Hal tersebut terjadi karena adanya pengikisan lapisan penyalut
oleh pelarutan skualet yang larut air.

Faktor yang berpengaruh pada laju pelarutan salutan adalah :

-​ Daya larut air zat aktif dalam komponen penyusun tablet


-​ Ketebalan salutan

- Jumlah dan sifat serbuk yang dicampur selama pemberian mucilago


dan pengolahan. Hal ini berpengaruh pada pororsitas penyalut.

c. Tablet salut film

Masalah tablet salut terletak pada lambatnya pelepasan bahan obat bila
film terlalu tebal dan sifatnya berubah selama penyimpanan. Tebal film
dipengaruhi oleh kekentalan larutan bahan pembuat film dan jumlah lapisan
yang dibuat.
2.​ Bentuk sediaan tahan asam

Penyalutan merupakan salah satu tindakan yang paling sering dilakukan


untuk mengatur pelepasan zat aktif dari sediaan :

a. Formula suatu bentuk salut untuk mengatur waktu pelepasan zat aktif
dalam waktu tertentu, disebut juga sediaan dengan aksi terkendali

b. Diformula suatu bentuk salut untuk fiksasi pada daerah saluran cerna
tertentu dimana direncanakan terjadi pelepasan : merupakan
manifestasi bentuk yang tahan cairan lambung.

2.2 ​ ​Kinetika pelepasan bermacam bentuk sediaan di saluran cerna: sediaan emulsi

Tipe emulsi juga dapat mempengaruhi pelepasan zat dari sediaan. Sistem emulsi
ganda memiliki lebih banyak lapisan yang dapat menahan lepasnya zat dari emulsi
dibandingkan dengan emulsi sederhana. Untuk dapat lepas dari sediaan, suatu zat yang
terlarut dalam fase air internal dalam suatu emulsi ganda A/M/A harus melewati barrier
berupa lapisan minyak dan lapisan air eksternal (Benichou dan Aserin, 2008).
Sedangkan, apabila tipe emulsinya adalah emulsi sederhana A/M, zat tersebut hanya
perlu melewati satu lapisan minyak saja untuk lepas dari emulsi. Oleh karena itu, emulsi
bertipe A/M/A lebih berpotensi untuk menjadi agen prolonged release dibandingkan
emulsi tipe A/M (Pal, 2011).

Pelepasan suatu zat aktif dari emulsi ganda dapat terjadi melalui dua mekanisme.
Mekanisme pertama melalui breakdown droplet sebagai akibat dari aliran osmosis air ke
fase internal dan peristiwa koalesens partikel, sementara mekanisme kedua melalui
lepasnya zat melalui lapisan minyak yang berfungsi sebagai membran permeabel,
dimana zat aktif berdifusi dari fase internal (Aserin, 2008).

Zat aktif yang teremulsi dapat berupa :

1. Merupakan fase terdispers (emulsi lipid, emulsi minyak ikan)

2. Fase terlarut dalam minyak yang terdispersi (vitamin A atau K sintetik, balsam)

Predisposisi zat aktif dari sediaan emulsi oral didalam tubuh terjadi beberapa cara yaitu:

1. Difusi zat aktif dari fase dalam terdispers menuju fase luar (pendispers); yang merupakan
fungsi dari:

Difusi zat aktif dari fase dalam (terdispers) menuju fase luar (pendispers)

Difusi zat aktif merupakan fungsi dari :


- ​Koefisien partisi zat aktif diantara pembawa berfase dua, dan terutama kelarutan zat aktif
dalam fase luar bila fase dalam berupa zat aktif murni.

- ​Ukuran mikro tetes fase dalam : semakin kecil ukurannya, semakin besar permukaan yang
kontak dengan fase luar.

- ​Kekentalan fase dalam, bila fase dalam tersebut mengandung zat aktif terlarut.

b. Difusi fraksi zat aktif yang terlarut dalam fase luar dan melintas membran biologik.

Kecepatan pre-disposisi dalam tubuh dari zat aktif yang terdapat pada fase dalam suatu
emulsi merupakan fungsi keseimbangan antara 2 sifat berikut ini :

- ​Keterserapan zat aktif dari fase dalam ke fase luar;

- ​Laju perlintasan zat aktif dari fase dalam ke fase luar

Menurut teori difusi, perpindahan zat aktif dari fase dalam menuju fase luar yang dilanjutkan
dengan perlintasan membran biologik dipengaruhi oleh adanya surfaktan.

2.3 Kinetika pelepasan bermacam bentuk sediaan di saluran cerna: sediaan suspensi

Bila bahan obat tidak dapat dilarutkan atau diemulsikan, maka bentuk sediaan oral yang dapat
memberikan ketersediaan hayati yang sesuai adalah bentuk suspensi dalam air. Kinetika
pre-disposisi suspensi obat dalam tubuh terjadi dalam 2 tahap :

1. Pelarut partikel zat aktif

2. Penyerapan zat aktif

Jadi karakter proses seluruh fenomena tergantung pada kesetimbangan antara :

1. Karakter keterserapan zat aktif yang bertanggung jawab pada penguragan konsentrasi
dalam fase luar.

2. Kelarutan bentuk aktif bahan obat dalam fase luar.

Ukuran partikel tidak hanya harus sangat halus, tetapi tidak berubah. Pertumbuhan kristal
selama penyimpanan akan menghambat laju pelarutan. Timbulnya ​caking, ​yaitu
pembentukan endapan yang sangat sukar didispersikan disebabkan karena partikel-partikel
suspensi saling bergabung. Bentuk kristal dalam suspensi dapat berubah, bentuk metastabil
yang lebih larut dapat berubah menjadi bentuk stabil. Dalam formulasi, penggunaan
senyawa-senyawa pengental dapat mncegah perubahan tersebut.
SEDIAAN KAPSUL

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Pre-disposisi zat aktif dari sediaan kapsul keras di dalam tubuh
terjadi dengan beberapa tahap :

a. Pembukaan kapsul gelatin

Tahap pembukaaan kapsul terjadi dengan pemisahan kedua kutub kapsul. Begitu
kapsul tiba di lambung, gelatin mulai melarut. Cangkang kapsul terinhibisi cairan, lalu rusak
dan lepas menjadi dua bagian dalam waktu 3-5 menit. Isi kapsul mulai terlepas dan
memasuki media sebelum cangkang terlarut sempurna dan cairan lambung mulai merembes
ke isi kapsul yang belum mengalaami desaglomerasi. Pembukaan kapsul dipengaruhi oleh
ukuran kapsul, pH lambung, suhu, interaksi gelatin dan isi kapsul, waktu dan kondisi
penyimpanan sediaan. Setelah cangkang kapsul terbuka, terjadi pelepasan awal masa obat
dan penembusan progresif cairan ke dalam serbuk yang diikuti dengan pelarutan selubung
gelatin.

b. Pembasahan dan penyebaran serbuk

Tahap penyebaran serbuk merupakaan kondisi penting untuk mendapatkan pelarutan


yang baik. Saat pembukaan kapsul gelatin, sering diiringi dengan terperangkapnya sejumlah
gelembung udara yang dapat menimbulkan hambatan penembusan cairan lambung ke dalam
masa serbuk.

Adanya bagian serbuk yang lebih padat ditentukan oleh cara pengisian dan tipe mesin
yang digunakan. Porositas serbuk ditentukan oleh ukuran partikel dan kemampatan (tipe
mesin). Faktor penekanan terutama harus diperhatikan untuk zat aktif yang pelarutannya
lambat. Apabila isi kapsul kurang hidrofil maka penekanan hendaknya dilakukan seringan
mungkin.

Setelah pembasahan serbuk oleh cairan saluran cerna terjadi peluruhan masa
serbuk dan pelarutan zat aktif yang basah. Zat aktif yang telah terlarut kemudian
diserap. Bahan penurun tegangan permukaan (surfaktan) dapat memperbaiki proses
pembasahan, namun sifat fisiko-kimia isi kapsul merupakan faktor utama.
Gambar 1. Pre-disposisi zat aktif dari sediaan kapsul keras di dalam tubuh dan
faktor yang terpengaruhi

SEDIAAN KAPSUL LUNAK

Kapsul lunak yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut gel lunak) atau bahan
lain yang sesuai membutuhkan metode produksi skala besar. Cangkang gelatin lunak sedikit
lebih tebal dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan
senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Perbandingan bahan plastisasi kering terhadap
gelatin kering menetukan kekerasan.

Kapsul lunak dibedakan atas empat jenis, yaitu :

- Zat aktif terlarut :

1) dalam pembawa lemak


2) dalam pembawa yang tercampur dengan air (PEG)

- Zat aktif tersuspensi :

1) dalam pembawa lemak


2) dalam pembawa yang tercampur dengan air (PEG)
a. Pembukaan selubung gelatin

Waktu yang diperlukan untuk pembukaan selubung gelatin paling tidak 10 menit.
Berdasarkan penelitian dengan sinar-X waktu pecah selubung gelatin adalah 4-7 menit.
Proses ini terjadi pelarutan bertahap selubung gelatin, penipisan, lalu berlubang dan robek.
Faktor yang mempengaruhinya antara lain jenis gelatin, kemampuan memadat, kekentalan
leburan, sifat dan konsentrasi bahan peliat, serta interaksi antara isi kapsul dan gelatin.

b. Difusi dan pelarutan zat aktif


Larutan zat aktif dalam pelarut campur air akan diserap sebagai fungsi dari sifat
keterserapan zat aktif. Larutan zat aktif yang larut dalam pelarut minyak harus dapat
melewati cairan saluran cerna. Bila fase minyak semakin teremulsi dengan halus , maka zat
aktif akan semakin mudah melintasi saluran cerna. Zat aktif yang tersuspensi harus dapat
dibasahi oleh cairan cerna agar dapat terlarut. Dalam pembawa yang campur-air akan terjadi
pelarutan dan penyerapan zat aktif dalam suspensi berair. Bila zat aktif disuspensikan dalam
minyak, agar dapat larut maka zat aktif ini harus terdispersi dengan baik dalam cairan saluran
cerna. Jadi dalam hal ini pembawa harus teremulsi halus.

Gambar 2. Kinetika Pelepasan Sediaan Kapsul Lunak

Anda mungkin juga menyukai