Anda di halaman 1dari 25

KASUS RTS - SAL CERNA

Kasus 1

Tn. Dn (40 tahun, 71 kg) datang ke dokter dengan keluhan rasa tidak nyaman, nyeri dan rasa terbakar ketika defekasi, 2 minggu terakhir
mengalami konstipasi dengan masa feses yang keras dan keluar sedikit darah. Agar bisa defekasi, Tn.Dn minum bisakodil 10 mg p.o 1 x sehari,
namun rasa nyeri dan terbakar masih terasa ketika defekasi. Setelah dilakukan anoskopi dan pemeriksaan oleh dokter, Tn.Dn didiagnosa
mengalami hemoroid interna dimana di dalam anus bagian dalam terdapat benjolan kecil. Tn.Dn memiliki kebiasaan hidup tidak sehat seperti
suka merokok serta suka makan daging dan jeroan sapi dan jarang makan sayur serta minum air putih. Tn.Dn didiagnosa mengalami hipertensi 3
minggu yang lalu dan diresepkan oleh dokter propranolol 40 mg 3x sehari. Setelah meminum obat, TD Tn.Dn sekarang adalah 150/95 mmHg
dan masih sering mengeluh kepala pusing.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

Problem Terapi Subjektif & Assesment Plan


medik Objektif

Hemoroid/ belum diterapi S : dalam anus Pasien baru di diagnosa Rekomendasi:


ambeien bagian dalam hemoroid dan belum - Terapi Farmakologi
terdapat benjolan mendapatkan terapi obat ● krim hidrokortison diberikan pada pagi
kecil, feses berdarah dan malam hari setelah buang air besar
O:- dan tidak boleh digunakan lebih dari 7
hari (blenkinsopp 6th edition, 2009; 132)

- Terapi Non Farmakologi


● meningkatkan konsumsi serat dan
perbanyak minum air putih
Monitoring Efektivitas Terapi Obat (METO):
● berkurangnya rasa nyeri, dan mengecilnya
benjolan.

Monitoring Efek Samping Obat (MESO):


Pruritus dan kulit kering (DIH ed 17, 2009)

Hipertensi propranolol 40mg S : kepala pusing Tepat indikasi : Propranolol Rekomendasi:


3x sehari O:- diindikasikan untuk - Terapi Farmakologi
memanajemen penyakit ● Pemberian propranolol dihentikan karena
hipertensi (DIH 17th, 2009). tidak memberikan hasil yang diinginkan
● pengobatan diganti dengan obat captopril
Tepat pasien : obat tidak 25 mg 2x sehari (JNC 7).
dikontraindikasikan pada
pasien (DIH 17th 2009). - Terapi Non Farmakologi
menjalani pola hidup sehat seperti menurunkan
Tidak tepat Obat : berat badan pasien, mengurangi asupan garam,
Propranolol bukan dan berolahraga (Pedoman tatalaksana
meruapakan first line terapi hipertensi,PERKI 2015).
hipertensi dan tekanan darah
pasien belum terkontrol Monitoring Efektivitas Terapi Obat (METO):
sehingga tidak tepat (PERKI, Tekanan darah pasien turun <140mg/90 mmHg
2015). pusing yang dialami pasien hilang (JNC 7)

Tidak tepat Dosis : Monitoring Efek Samping Obat (MESO):


Berdasarkan (DIH 17th dan Hipotensi, ruam, takikardi, batuk kering (DIH
JNC) dosis propranolol yang 17th)
diberikan sebesar 40-160mg
2x sehari. sehingga frekuensi
pemberian tidak tepat.

Konstipasi bisakodil 10mg S : rasa tidak Tepat indikasi : Rekomendasi:


p.o 1x sehari nyaman, nyeri dan Diindikasikan untuk - Terapi Farmakologi
rasa terbakar saat mengatasi konstipasi (DIH ● penggunaan obat bisakodil dihentikan
defekasi. konstipasi 17th, 2009). ● berdasarkan Dipiro ed 10 (2017)
dengan feses keras penatalaksanaan pasien konstipasi adalah
dan sedikit keluar Tepat pasien : Obat tidak yang pertama disarankan untuk
darah dikontraindikasikan pada meningkatkan konsumsi serat dan diberi
O :- pasien (PIONAS). suplemen agent bulk.
sehingga direkomendasikan penggunaan
Tidak tepat Obat : obat diganti dengan metilselulose 4-
penggunaan bisakodil (agen 6g/hari po.
laksativ stimulan) tidak
direkomendasikan sebagai - Terapi Non Farmakologi
terapi lini pertama. golongan ● mengonsumsi banyak serat,
ini biasanya untuk ● mengonsumsi banyak air putih
penggunaan intermediet dan ● banyak makan buah-buahan
pada pasien kronis yang
pasien tidak merespon Monitoring Efektivitas Terapi Obat (METO):
laksativ bulking dan osmotik. ● meredakan gejala pada pasien
(Dipiro ed 10, 2017; 1651). ● mengembalikan kebiasaan buang air besar
secara normal (Dipiro ed 10,2017)
Tepat Dosis : berdasarkan
dipiro ed 7, dosis bisakodil Monitoring Efek Samping Obat (MESO):
adalah 5-15 mg secara po. ● flatulen
sehingga sudah tepat. ● distensi
● perut kembung

Kasus 2

Ny. Dw (23 tahun, 58 kg) sedang hamil 12 minggu, menemui Apoteker dengan keluhan iritasi pada sekitar bagian anus, rasa gatal, terasa sakit
saat BAB dan terdapat pembengkakan kecil yang menggantung dari anus tetapi dia tidak bisa mendorongnya kembali secara fisik. Benjolannya
sudah muncul sejak 7 hari yang lalu dan baru terdapat pendarahan 2 hari yang lalu. Darah keluar pada saat mengejan dan masih menetes di akhir
BAB. Dia sering sekali makan makanan ringan dan jarang makan nasi dan sayuran serta buah-buahan dan sangat jarang minum air putih. Ny.
Dw sering mengalami kesulitan BAB atau sembelit.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

Problem Terapi Subjektif & Assesment Plan


medik Objektif

Sembelit/ belum diterapi S : Iritasi pada pasien sering mengalami Rekomendasi:


konstipasi sekitar bagian anus, sembelit dan belum diterapi - Terapi Farmakologi
sakit saat BAB dengan obat ● pemberian obat pencahar pada wanita
O:- hamil apabila terapi non farmakologi
tidak berhasil
● terapi konstipasi yang aman untuk ibu
hamil adalah golongan bulking agent
sebab tidak diabsorbsi dan osmotik
laksativ yang termasuk kategori B pada
kehamilan(Sembiring, 2015).
● berikan awal obat lactulosa 10 mg 2x
sehari. dapat dicampur dengan makanan
atau cairan lain saat diminum (Pionas,
2021)
- Terapi Non Farmakologi
● mengonsumsi banyak serat
● banyak minum air putih, hindari minuman
bersoda, kopi dan alkohol
● banyak makan sayur dan buah-buahan
● hindari makan dalam porsi besar 3x sehari
tetapi makan porsi kecil dan sering
● hindari ketegangan psikis dan stress
● jangan menahan rasa ingin buang air
besar. (Sembiring, 2015)

Monitoring Efektivitas Terapi Obat (METO):


● tidak mengalami iritasi ketika BAB
● menghilangkan rasa sakit ketika BAB

Monitoring Efek Samping Obat (MESO):


● kembung, keram, dan perut terasa tidak
enak (Pionas, 2021).

Hemoroid/ belum diterapi S : terdapat benjolan, pasien mengalami Rekomendasi:


ambeyen dan keluar darah saat pembengkakan di anus dan - Terapi Farmakologi
BAB. keluar darah pada saat BAB ● krim hindokortison diberikan pada pagi
O:- yang menandakan hemoroid dan malam hari setelah buang air besar
dan pasien belum mendapatkan dan tidak boleh digunakan lebih dari 7
terapi hari (blenkinsopp 6th edition, 2009; 132)

- Terapi Non Farmakologi


● meningkatkan konsumsi serat dan
perbanyak minum air putih

Monitoring Efektivitas Terapi Obat (METO):


● berkurangnya rasa nyeri, dan mengecilnya
benjolan.

Monitoring Efek Samping Obat (MESO):


Pruriitis dan kulit kering (DIH ed 17, 2009).

Kasus 3

Sdr.Jk, 32 tahun datang ke Apotek dengan keluhan ada luka di mulutnya sejak 1 minggu yang lalu. Saat apoteker melihat, nampak dua luka/lesi
putih dengan tepi merah di dalam pipi dan tepi lidah. Sdr.Jk tidak ada gejala lain dan dia tidak minum obat apapun. Untuk mengatasi nyeri, dia
menggunakan gel (merknya lupa). Dia juga tidak dapat mengingat sebab dari sariawannya. Kemudian dia minta obat untuk mengatasi
keluhannya tersebut.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

Problem medik Subjektif, Objektif Terapi Assesment Plan


Sariawan Subjektif: Belum diterapi Pasien memerlukan terapi Rekomendasi:
(minor aphthous ulcers) Nampak dua luka / lesi obat untuk mengobati Terapi Farmakologi
putih dengan tepi merah di sariawan yang dialaminya. - Berdasarkan Symptoms
dalam pipi dan tepi lidah in Pharmacy, (2009):
Hk. 79. Pengobatan
Objektif: simtomatik pada ulkus
- aftosa minor dapat
direkomendasikan
menggunakan
kortikosteroid topikal
dan obat kumur
klorheksidin.
- Kortikosteroid yang
dapat digunakan adalah
Triamcinolone
acetonide in orabase
0,1% (Kenalog in
Orabase) 2-4 kali sehari
(Management of
Aphthous Ulcers, 2000)
yang bekerja secara
lokal pada ulkus untuk
mengurangi
peradangan dan nyeri
serta mempersingkat
waktu penyembuhan
(Symptoms in
Pharmacy, 2009: Hk.
80)
- Obat kumur
klorheksidin digunakan
2x sehari dengan cara
berkumur
menggunakan kurang
lebih 10 mL obat
kumur yang ditahan di
mulut selama 1 menit
dan dilanjutkan selama
48 jam setelah gejala
hilang. Pasien
disarankan untuk
menyikat gigi sebelum
menggunakan obat
kumur untuk
mengurangi noda
kemudian bilas mulut
dengan air karena
klorheksidin dapat
dinonaktifkan oleh
beberapa bahan pasta
gigi (Symptoms in
Pharmacy, 2009: Hk.
80).
Terapi Non Farmakologi
Berkumur dengan air
garam sebanyak 3 kali
sehari atau lebih

Monitoring Efektivitas
Terapi Obat (METO):
- Berkurangnya lebar
luka di mulut
- Penurunan skala nyeri
- Kembalinya nafsu
makan

Monitoring Efek
Samping Obat (MESO):
- Triamcinolone
tidak ada efek samping
karena efeknya lokal,
sehingga tidak
muncul ESO atau
interaksi dengan obat
lain
- Klorheksidin
>10% tartar pada gigi
meningkat, perubahan
rasa. Pewarnaan
permukaan oral
(mukosa, gigi, dorsum
lidah) dapat terlihat
setelah 1 minggu terapi.
1-10% gastrointestinal:
iritasi lidah, iritasi
mulut.

Nyeri Subjektif: Gel (merk tidak diketahui) Terapi nyeri pada Rekomendasi:
Nyeri sariawan telah Terapi dengan gel yang
direkomendasikan dengan telah digunakan pasien
Objektif: menggunakan sebelumnya sebaiknya
- Triamcinolone acetonide dihentikan untuk
untuk meredakan nyeri mencegah terjadinya
serta mempersingkat duplikasi terapi dalam
waktu penyembuhan mengatasi nyeri yang
(Symptoms in Pharmacy, dialami pasien.
2009: Hk. 80).

Kasus 4

Seorang Ibu Ny.R datang ke Apotek membawa anak pertamanya, berjenis kelamin perempuan, berumur 7 bulan 10 hari dengan keluhan bayinya
rewel dan tidak mau menyusu sejak 3 hari yang lalu.

Saat apoteker melakukan pemeriksaan mulut nampak ada lesi berwarna putih krem, membentuk plak-plak yang menutupi sebagian besar lidah,
kedua bibir dan gusi.
Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

Problem medik Subjektif, Objektif Terapi Assesment Plan

Oral thrush Subjektif: Belum diterapi Pasien memerlukan terapi Rekomendasi:


(Oropharyngeal Nampak lesi berwarna obat untuk mengobati oral Terapi Farmakologi
candidiasis) putih krem, membentuk thrush yang dialaminya. - Berdasarkan
plak-plak yang menutupi Community Pharmacy
sebagian besar lidah, Berdasarkan algoritma Symptoms, Diagnosis,
kedua bibir dan gusi. pada Community and Treatment 3rd
Pharmacy Symptoms, Edition, (2013): Hk.
Objektif: Diagnosis, and Treatment 157, pasien
- 3rd Edition, (2013): Hk. direkomendasikan
158, pasien memiliki lesi untuk diterapi dengan
berwarna putih krem, Daktarin 2 x sehari
membentuk plak-plak dengan lama
yang menutupi sebagian pengobatan harus
besar lidah, kedua bibir, dilanjutkan hingga 2
dan gusi yang hari setelah gejala
menyebabkan bayi hilang untuk mencegah
tersebut rewel dan tidak kekambuhan dan
mau menyusu sejak 3 hari infeksi ulang.
yang lalu sehingga - Penggunaan daktarin
memerlukan terapi disarankan untuk
Imidazole. menahan gel di dalam
mulut selama mungkin
untuk meningkatkan
waktu kontak antara
obat dan bagian yang
terinfeksi (Community
Pharmacy Symptoms,
Diagnosis, and
Treatment 3rd Edition,
2013: Hk. 159).

Terapi Non Farmakologi


Menjaga kebersihan mulut
bayi

Monitoring Efektivitas
Terapi Obat (METO):
Pasien sudah mau
menyusu kembali dan lesi
putih yang tampak dapat
berkurang bahkan hilang
dan kembali normal

Monitoring Efek
Samping Obat (MESO):
Mual dan muntah (terjadi
pada sekitar 5% pasien)
(Community Pharmacy
Symptoms, Diagnosis, and
Treatment 3rd Edition,
2013: Hk. 157)
Kasus 5

Tn.Bd (40 tahun, 170 cm, 110 kg), datang ke apotek, ia mengalami nyeri ulu hati serta terasa terbakar. Tn.Bd juga mengeluh ujung tenggorokan
seperti terasa asam. Tn.Bd bekerja sebagai wartawan. Sering terlambat makan. Suka makan makanan yang pedas. Pernah ke dokter dengan
gejala yang sama (3 bulan lalu), dapat resep ranitidin.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

Probl Tera Subjekt Assesme Pla


em pi if dan nt n
Med Objekti
ik f
GERD Ranitidi Subjektif : berdasarkan gejala Rekomendasi
ne yang dialami penanganan GERD yaitu dengan perubahan gaya hidup pasien
-Ujung oleh Tn.Bd dengan mengurangi makanan pedas dikarenakan makanan pedas
tenggorokan kemungkina n dapat mengiritasi mucosa esophageal yang berkontribusi pada
seperti terasa pasien pekembangan GERD, selain itu pasien juga dianjurkan untuk
asam mengalami GERD menurunkan berat badan karena pasien mengalami obesits (BMI
yang ditunjukkan pasien : 38,06) Obesitas meningkatkan risiko gejala dan komplikasi
-Nyeri ulu hati
dengan adanya GERD termasuk Barret esophageal
serta rasa terbakar
clinical symptom
seperti heartburn
(rasa panas dan (Dipiro edisi 11, 2020 hk. 1394)
perih dada),
regurgitation (asam
Riwayat Sosial:
lambung bergerak ke Banyak pasien GERD yang kambuh sehingga perlu terapi
suka makan pedas
esophagus dan maintenance uncuk cegah komplikasi dan memburuknya fungsi
dan terlambat
mulut) esofagus sesudah penghentian terapi, terapi maintenance digunakan
makan
H2RA (ranitidine) karena gejala GERD pasien terkontrol dosis
yang dianjurkan yaitu 150 mg 2 kali sehari (Dipiro edisi 11, 2020
(Dipiro edisi 11, 2020
hk. 1411)
Objektif : hk.

(-) 1387)
Terapi Non Farmakologi
Terapi farmakologi
dari GERD -Menghindari makanan yang menurunkan LES sertakan makanan
adalah dengan kaya protein untuk meningkatkan LES
antasida, - Menghindari makanan dengan efek iritan pada mukosa esofagus

-Berhenti merokok
Kasus 6

Ny. Pm, 66 tahun datang ke apotek untuk meminta beberapa saran. Ny.Pm mengeluh ada gangguan pencernaan, mual dan sakit perut sejak
beberapa hari yang lalu, yang meliputi nyeri ulu hati dan tampaknya nyeri tersebut tidak ada hubungannya dengan makanan yang dikonsumsi.
Saat ini Ny.Pm sedang mengkonsumsi 4 jenis obat yaitu untuk penyakit jantungnya (ISDN dan bisoprolol), kandung kemih Amoksisilin, dan
baru-baru ini pada nyeri pinggulnya yang memburuk (Diklofenak).

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

Problem Terapi Subjektif dan Assesment Plan


Medik Objektif

Dyspepsia Belum Subjektif : Terdapat DRP NSAID Rekomendasi:


diterapi. yaitu diklofenak yang
-mual dan sakit merupakan drug induce Pasien direkomendasikan untuk pergi ke dokter
perut yang meliputi dyspepsia (Blenkinsopp karena efek samping NSAID yang menyebabkan
ulu hati 6th edition, 2009) dyspepsia
PMH: Farmakologi

-ISDN -Direkomendasikan pasien diberikan terapi


omeprazole dikarenakan omeprazole memiliki
-Bisoprolol unlabeled indication sebagai terapi ulcer akibat
penggunaan NSAID (DIH 17th edition)
-Amoksisilin

-Diklofenak
Non Farmakologi

-Mengurangi makanan tinggi lemak


Objektif :
-Menghindari minuman alkohol dan merokok
(-)
(Blenkinsopp 6th edition, 2009)

Monitoring

-Monitoring efektivitas obat dilihat dari hilangnnya


gejala

-Monitoring ESO
Kasus 7

Nn.J seorang wanita 29 tahun datang ke apotek. Saat ditanya, Nn. J mengatakan bahwa dia mengalami sakit perut dan gangguan pencernaan
selama beberapa bulan, 2-3 kali sebulan. Dia berpikir gejalanya berhubungan dengan pekerjaannya Keluhan yang dialami seperti sakit perut,
begah, diare, mual dan terkadang muntah. Ketika ditanya tentang gejala di pagi hari, Nn. J menjawab terkadang dia perlu ke toilet di pagi hari
dan mungkin beberapa kali. Terkadang dia terlambat bekerja karena dia merasa tidak bisa pergi akibat diare yang dirasakan.

Nn. J mengatakan dia bekerja sebagai marketing executive yang penuh dengan tekanan dan stres ketika ada deadlines atau pertemuan dengan
klien. Nn. J mengatakan dia minum 6-7 gelas kopi sehari dan yang dikonsumsinya adalah “apapun yang dia dapatkan saat bekerja dan apapun
yang ada di kulkas ketika pulang”. Dia tidak meminum obat apapun dan belum ke dokter.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

PROBLEM MEDIK TERAPI Subjektif & Objektif Assessment Plan

IBS diare predominan tidak ada Subjektif: sakit perut, Rekomendasi:


gangguan pencernaan - Menurut Dipiro ed. 11, 2020; - Terapi Farmakologi
selama beberapa bulan, 2-3 hk. 1645 dan 1648, IBS merekomendasikan
kali sebulan, begah, diare, muncul sebagai penyakit yang pemberian antispasmodik,
mual, dan terkadang dominan diare atau sembelit mebeverine 135 mg p.o 3x
muntah. dan dapat didefinisikan sehari (Blenkinsopp et al.,
sebagai nyeri perut bagian 2009; hk. 123-124).
Objektif: - bawah, gangguan buang air
besar (sembelit, diare, atau Dan loperamid, dengan
pola bolak-balik keduanya), dosis awal 4 mg
dan kembung tanpa adanya
dilanjutkan 2 mg setiap
faktor struktural atau biokimia setelah BAB, tidak lebih
yang mungkin menjelaskan dari 16 mg/hari
gejala-gejala ini. Kafein, (Blenkinsopp et al., 2009;
alkohol, dan pemanis buatan hk. 125 dan Dipiro ed. 11,
(sorbitol, fruktosa, dan 2020; hk. 1618).
manitol) diketahui mengiritasi
usus dan menghasilkan efek - Terapi Non
pencahar. Farmakologi
- Gejala yang muncul berkaitan diet bebas laktosa dan
dengan kondisi stress dan bebas kafein, serta
konsumsi kafein (Blenkinsopp konseling pada pasien
et al., 2009; hk. 123). tentang makanan dan obat
- Pasien belum mengonsumsi pemicu diare lain yang
obat apapun. harus dihindari (Dipiro ed.
- Adanya problem medik yang 11, 2020; hk. 1647).
belum diterapi. Disarankan agar makan
secara teratur dan hindari
melewatkan waktu makan,
Minum setidaknya delapan
cangkir cairan per hari,
terutama minuman non-
kafein, kurangi asupan
makanan berserat (Rutter,
2013; hk. 187).

Monitoring Efektivitas
Terapi Obat (METO):
perbaikan gejala sakit
perut, rasa begah dan
frekuensi tinja (Dipiro ed.
11, 2020; hk. 1650)

Monitoring Efek
Samping Obat (MESO):
alverine citrate: mual,
pusing, pruritus, ruam dan
sakit kepala (Blenkinsopp
et al., 2009; hk. 124)

loperamide: sembelit,
kram perut, mual, pusing
(DH ed 17, 2009).

Kasus 8

Tn.Sw, 56 tahun datang ke apotek dan mengeluhkan konstipasi beberapa pekan ini. Beliau merasa susah dan sakit ketika buang air besar. Beliau
tidak mengonsumsi obat untuk mengatasi konstipasinya, karena beliau merasa akan sembuh dengan sendirinya. Sebelumnya tidak pernah
mengalami konstipasi. Sejak 1 tahun terakhir beliau menggunakan obat atenolol tablet 50 mg. Tidak ada gejala lain kecuali perut yang tidak
nyaman.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.


PROBLEM MEDIK TERAPI Subjektif & Objektif Assessment Plan

KONSTIPASI Belum diterapi Subjektif : Perut Tidak Direkomendasikan terapi Rekomendasi:


nyaman dengan golongan bulk - Terapi Farmakologi
Riwayat Pengobatan : forming agentI, yaitu : Dirujuk, karena
Atenolol tablet 50mg Objektif : - metilselulose 4-6g/hari po. sudah lebih dari
berdasarkan Dipiro ed 10 14 hari.
(2017) - Terapi Non
Farmakologi
Tepat Indikasi: - mengonsumsi
Metilselulosa banyak serat
diindikasikan untuk - banyak minum air
konstipasi golongan bulk putih, hindari
forming agent. (Dipiro minuman bersoda,
9ed, 197) kopi dan alkohol
- banyak makan
Tepat Obat: sayur dan buah-
Golongan bulk forming buahan
agent dan asupan tinggi - hindari makan
serat direkomendasikan dalam porsi besar
untuk firstline terapi 3x sehari tetapi
konstipasi. makan porsi kecil
dan sering
Tepat Pasien: - hindari ketegangan
Kontraindikasi : kesulitan psikis dan stress
menelan, obstruksi usus, - jangan menahan
atoni kolon. Pasien Tidak rasa ingin buang
dikontraindikasikan air besar.
terhadap metil selulosa (Sembiring, 2015)
Monitoring Efektivitas
Tepat Dosis: Terapi Obat (METO):
Tepat. Menurut Dipiro ● -
9ed, 197 dosis Pasien dirujuk.
metilselulosa adalah 4-6
gram perhari. Monitoring Efek
Samping Obat (MESO):
-Dirujuk

Kasus 9

Bp.At datang ke apotek dan meminta obat laksativa. Beliau menceritakan obat tersebut untuk ayahnya, 72 tahun yang mengalami konstipasi
selama 2-3 bulan ini dan sudah meminum obat senna namun tidak juga sembuh.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.

PROBLEM MEDIK TERAPI Subjektif & Assessment Plan


Objektif

KONSTIPASI Obat Senna selama Subjektif : sulit Obat Senna Rekomendasi:


2-3 bulan buang air besar. Obat senna merupakan pencahar - Terapi Farmakologi
stimulan golongan antrakuinon Daun senna pemberiannya dihentikan.
Objektif : - (PIONAS). Tidak boleh diberikan pada penderita
gangguan pencernaan seperti nyeri perut,
Tepat Indikasi: mual dan muntah. Tidak boleh digunakan
Merupakan laksatif yang secara terus – menerus. Pemakaian Obat
diindikasikan untuk konstipasi senna ini juga harus dikonsultasikan
yang menghasilkan tinja lunak dengan dokter jika digunakan bersama
atau semisolid dalam kurun waktu obat lain (Direktorat Registrasi Obat
6-12 jam. (Dipiro 9ed, hlm196) Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik, 2019)
Tidak Tepat Obat: Direkomendasikan untuk dirujuk
penggunaan obat senna (agen dikarenakan konstipasi sudah kronis dan
laksativ stimulan) tidak sudah diterapi dengan obat senna selama
direkomendasikan sebagai terapi beberapa bulan.
lini pertama. golongan ini - Terapi Non Farmakologi
biasanya untuk penggunaan a. Peningkatan asupan serat
intermediet dan pada pasien Diet tinggi serat dapat dilakukan
kronis yang pasien tidak minimal 1 bulan dengan
merespon laksativ bulking dan mengonsumsi makanan tinggi
osmotik. (Dipiro ed 10, 2017; serat seperti sayur, buah maupun
1651). sereal. (Dipiro 9th ed, hlm 195)
b. banyak minum air putih, hindari
Tepat Pasien: minuman bersoda, kopi dan
Daun Senna dikontraindikasikan alkohol
pada penderita dengan gangguan c. banyak makan sayur dan buah-
ginjal, jantung, sumbatan buahan
(obstruksi) usus, radang usus, d. hindari makan dalam porsi besar
usus buntu, nyeri perut yang tidak 3x sehari tetapi makan porsi kecil
diketahui penyebabnya, kondisi dan sering
dehidrasi dan gangguan elektrolit. e. hindari ketegangan psikis dan
(Direktorat Registrasi Obat stress
Tradisional, Suplemen Kesehatan, f. jangan menahan rasa ingin buang
dan Kosmetik, 2019) air besar. (Sembiring, 2015)

Monitoring Efektivitas Terapi Obat


Tepat Dosis: (METO):
Lama pemakaian : 2-3bulan ● Dirujuk.
dosis - Monitoring Efek Samping Obat
(MESO):
Daun Senna : Dapat menyebabkan urin
berubah warna menjadi kuning atau
merah.

Kasus 10

Sdr. Hd (17 Th) datang ke apotek dengan keluhan sejak 2 hari yang lalu mengalami BAB sangat encer, pada hari I BAB 10 kali dan hari kedua
BAB 7 kali. Tinja tidak disertai darah dan suhu tubuh normal. Tubuh terasa lemas tidak bertenaga, sekitar mata terlihat agak cekung dan mulut
terasa kering. Sdr.Hd telah mengkonsumsi sediaan Diapet (daun jambu biji, rimpang kunyit, buah mojokeling, kulit buah delima) selama 2 hari,
namun hasilnya belum dirasakan.

Lakukan analisis kasus dengan metoda SOAP.


Problem Medik Terapi Subjektif, Objektif Assessment Plan

Diare akut Diapet Subjektif: Tepat Indikasi : Penggunaan Terapi Farmakologi:


selama 2 - BAB sangat diapet tepat untuk mengobati - Penggunaan diapet dihentikan karena tidak
hari encer diare, mengurangi frekuensi memberikan hasil yang diinginkan
- BAB frekuensi buang air besar (BAB) dan - Terapi diganti dengan Loperamid dengan
hari pertama 10 memadatkan kembali feses yang dosis awal 4 mg per oral, diikuti 2 mg setelah
kali dan hari cair, dan meredakan rasa mulas setiap buang air besar, hingga 16 mg / hari.
kedua BAB 7 akibat diare - Diberikan Suplemen zinc 20 mg per hari
kali selama 10 hari (Dipiro 11th Ed 2020, hk:
- Tubuh lemas Tepat Obat: Diapet bukan 1613, 1617, 1618).
tidak bertenaga merupakan obat lini pertama
- Sekitar mata untuk mengatasi diare Terapi Non Farmakologi:
terlihat agak - Diberikan cairan rehidrasi oral
cekung Tepat Pasien: Sediaan diapet yang sebanyak 2200-4000 mL untuk
- Mulut terasa dikonsumsi pasien tidak pasien dengan usia ≥ 15 tahun
kering dikontraindikasikan pada pasien (MIMS 2019/2020, hk: 62)
Objektif: - - Menghindari konsumsi makanan berserat dan
Tepat Dosis: Dosis diapet untuk makanan atau minuman yang banyak
pasien dewasa sehari 2 kali @ 2 mengandung gula
kapsul, dan untuk penyembuhan - Meningkatkan konsumsi asupan lemak eperti
diare akut : 2 kali @ 2 kapsul, susu, keju dan asupan serat dari buah dan
dalam selang waktu 1 jam. sayur
Sediaan diapet yang dikonsumsi
Sdr. Hd tidak diketahui konsumsi Monitoring Efektivitas:
perharinya Diare yang dialami pasien terkontrol dengan
penurunan frekuensi BAB serta menghilangnya
gejala-gejala subjektif.

Monitoring Efek Samping Obat: Pusing,


Sembelit/Konstipasi, Kram perut, Mual (DIH 17th
Ed, 2009)

Anda mungkin juga menyukai