Anda di halaman 1dari 28

BIOFARMASETIKA SEDIAAN ORAL

(ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN


CERNA SERTA FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ABSORPSI DARI
SALURAN CERNA)
KELOMPOK B-1 :
1. SINTA DEWI RAHMAWATI (K100160175)
2. SITI UMI NAZILAH (K100170101)
3. M. FARID ALFARIDZI (K100170103)
4. AZZAR AULIA MAHFUDHOH (K100170104)
5. SHAFIRA RISTYO NINGRUM (K100170105)
6. SHOFIATUL ULYA (K100170106)
7. HIMMATUL A’LA (K100170107)
8. TIARA NUR ARSANTI (K100170108)
ANATOMI DAN FISIOLOGI
SALURAN CERNA

Saluran pencernaan terdiri dari :


1. Mulut
2. Farinx
3. Esofagus
4. Lambung
5. Usus halus dan usus besar
6. Anus
1. MULUT

Mulut terdiri dari :


a. Bibir
b. Palatum (langit-langit)
c. Pipi
d. Gigi geligi dan pengunyahan
HISTO-PATOFISIOLOGI

1. Mukosa
Terdapat papil-papil sensoris pengecapan. Letaknya menempel pada
“tight junction” dan terdiri atas susunan epitel berlapis sel tanduk yang
saling menempel dan berdermis tebal. Permukaan bagian dalam mulut
lebih sempit, ditutupi lapisan mukosa yang sangat tipis.
HISTO-PATOFISIOLOGI

2. Kelenjar air ludah

 Fungsi :
mengeluarkan saliva untuk mencerna makanan (membasahi
mulut, membersihkan lidah, dan memudahkan orang untuk
mengunyah).
 Enzim yang terdapat pada kelenjar ludah : Amilase atau
Ptyalin dengan pH aktivitas optimu 6,7.

Di dalam mulut terdapat 3 kelenjar saliva yang utama, yaitu :


1. Kelenjar Parotis
2. Submandibularis
3. Kelenjar Sublingualis
2. FARINX

Dinding farinx tersusun atas 3 lapisan yaitu,


lapisan mukosa, lapisan fibrosa, dan lapisan
berotot. Otot utama dalam farinx ialah otot
konstriktor yang berfungsi mendorong makanan
ke dalam esophagus.
Farinx terdiri dari :
a. Nasofarinx
b. Farinx oralis
c. Farinx laringeal
3. ESOFAGUS

Esofagus dimulai dari belakang rongga mulut sampai lambung serta


dibatasi oleh cardia lambung dan sphincterpharingo-oesophagica yang
membuka 0,5-1 detik saat penelanan. Cardia merupakan saluran sempit yang
relaks setelah penelanan.
Esofagus dialiri oleh arteria aesophageae dan pembulu balik vena porta
● Bolus yang ditelan berjalan sepanjang esofagus dan didorong oleh
gelombang peristaltik lapisan otot.
● Gaya gravitasi berperan sekunder sehingga tidak terlalu mempengaruhi
pemberian obat pada penderita yang berbaring.
4. LAMBUNG

 Fungsi lambung:
Menerima makanan dari esophagus melalui
orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun
sementara, di dalam lambung terjadi gerakan
peristaltik.
GETAH LAMBUNG
 Struktur:
a. Enzim
Terdiri dari 4 lapisan, lapisan peritoneal, • Pepsin
lapisan berotot, lapisan sub mukosa dan lapisan
mukosa. • Katepsin
• Kimosin/renin
• Lipase
b. Asam Klorida (HCl)
c. Mukus
d. Air
e. Faktor intrinsik
f. Faktor bifidogen
VOLUME ISI LAMBUNG

Pada keadaan puasa lambung akan mengandung cairan yang bersifat asam
lemah. Pemberian padat peroral pada saat puasa sebaiknya disertai segelas air, agar
mempercepat terjadinya peluruhan, pelarutan dan transit.
Bentuk sediaan yang diberikan secara peroral mempunyai ketersediaan hayati yang
berbeda tergantung pada cara penelanan :
• Dengan atau tanpa air (peningkatan laju pelarutan, penurunan derajat keasaman
karena pengenceran, proses transit dipercepat bila subyek puasa).
• Sebelum atau selama makan, awal atau akhir makan : keasaman dan sekresi
proteolitik akan meningkat pada kahir makan.
PH ISI LAMBUNG

Keasaman (pH) cairan lambung mendekati


satu, tetapi karena adanya pengenceran biasanya
pH dapat berada antara 1-3.
Pada keadaan patologik, pH rata-rata lambung
dapat berbeda secara nyata, dan hasil ini Keadaan lapisan mukosa yang kurang
menyebabkan terjadinya perbedaan pelepasan dan asam dibandingkan dengan cairan sekitarnya
penyerapan zat aktif tertentu dari bentuk sediaan
bersalut. dapat meningkatkan fraksi zat aktif tak
terionkan dan selanjutnya akan mempengaruhi
penyerapan. Obat anti inflamasi jenis
difenilbutason dapat menghambat sintesa
glikoprotein sulfat, sehingga mengakibatkan
peningkatan kemampuan ulserigenik sebagai
akibat dari sekresi mukus perlindungan
mukosa yang berkurang.
KONSISTENSI ISI LAMBUNG

Kekentalan cairan lambung menentukan kecepatan pelarutan obat.

TEGANGAN PERMUKAAN ISI LAMBUNG.

 Tegangan permukaan cairan lambung yang rendah optimal untuk pembasahan


obat.
 Tegangan cairan lambung rendah 38-47 dyne/cm.
GERAKAN LAMBUNG DAN WAKTU LEWAT

 Gerakan lambung relatif lemah dan terjadi secara pristaltik.


 Gerakan lambung dimulai dari area fundus bagian tengah menuju pylorus.
 Waktu gerakan terjadi
o 5-10 menit setelah makanan masuk ke lambung, terjadi 4-6 gerakan per menit.
o Makanan akan sampai ke Pylorus dalam waktu 20 detik.

Apabila obat berada dalam area pylorus maka obat yang diserap akan tercampur dengan
massa makanan tanpa benar benar teraduk.
Mekanisme membuka dan menutupnya pylorus dipengaruhi fungsi pH pada cairan
duodenum.
Faktor yang mempengaruhi waktu Faktor yang mempengaruhi waktu
tinggal pada lambung: tinggal pada lambung:

1. Volume. 1. Kebasaan.
2. Konsistensi. 2. Gas CO2 berlebih.
3. Tingkat keasaman (pH). 3. Posisi tidur pada sisi kiri.
4. Kandungan bahan berlemak, 4. Keadaan berjalan.
asam lemah, dan gula.
5. Hipertonisitas larutan garam dan
gula.
6. Emosi yang menyebabkan
peutupan pylorus.
7. Posisi tidur pada sisi kanan.
5. USUS HALUS DAN PENCERNAAN DALAM USUS

Anatomi usus halus


• Duodenum
• Jejenum.
• Ileum.
Panjang jejenum dan ileum sekitar 6
meter, terbentuk atas 14-15 lipatan-
lipatan seperti telinga.
FISIOLOGI
FUNGSI PENGGETAHAN
 Empedu  Sukus enterikus
Diperlukan untuk pencernaan Enzim yang berfungsi untuk pencernaan
lemak yang diemulsikan dalam makanan
membantu kerja enzim lipase. o Enterokinase
o Erepsin
 Getah pankreas
Terdiri dari tiga jenis enzim antara
lain:
➢ Amilase.
➢ Lipase.
➢ Tripsin.
SEKRESI USUS HALUS

 Duodenum, ditemukan lendir


bersifat alkalis yang mengandung
banyak bikarbonat. Enzim yang dihasilkan oleh mukosa:
Fungsi: melindungi mukosa.
 Pada bagian akhir terdapat cairan 1. Kemampuan cerna getah usus
yang bersifat asam yang kemudian halus lebih rendah.
dinetralkan dan menjadi bersifat 2. Enzim erepsine,
alkali. 3. Nuklease dan nukleotidase,
 Getah: 1L / hari.
4. Enzim yang menghidrolisis gula
(invertase/sakrose, maltase, dan
lactose)
Getah Empedu

1. Mekanisme pengeluaran diatur oleh persarafan dan humoral.


2. Garam empedu berperan pada proses penyerapan vitamin yang larut dalam
lemak (A, D, E dan K), meningkatkan aksi dari enzim amilase, lipase dan
tripsin, serta meningkatkan intensitas peristaltik usus besar.
3. Garam empedu berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan isi usus
dan membantu membentuk emulsi dari lemak yang dimakan.
pH Usus Halus

Getah pencernaan masuk ke dalam pH


usus halus dengan pH sekitar 8, pada
Duodenum 5-6
saat bertemu dengan asam kimus
menjadikan pH usus relatif asam. Jejenum 6-7
Sedangkan pada saat berada di ileum pH Ileum 7-8
secara perlahan dinetralkan dan menjadi
berada pada kisaran 7,5-8.
Konsistensi Isi

• Bagian superior : Pasta lunak,


• Bagian inferior : Agak cair.
Terdapat gas seperti oksigen, nitrogen, karbonat dan hidrogen sulfida dalam jumlah yang
sedikit.

Tegangan Permukaan

Diturunkan dengan adanya garam-garam empedu.


GERAKAN USUS HALUS SAAT TRANSIT

a. Gerakan segmentasi
Terdapat peningkatan kontak dengan jonjot usus (villi intestinalis), mendorong
darah dan getah bening dari pembuluh darah usus menuju hati dan dada.

b. Gerakan peristaltic
Gerakan yang terjadi akibat regangan usus karena adanya aksi volume makanan.

c. Gerakan penduler
Gerakan yang terjadi pada lengkungan usus, menghambur ke seluruh dinding usus
dan mencampur homogen semua isi usus.
6. USUS BESAR

FUNGSI
1. Absorpsi air, garam, dan glukosa
2. Sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam
3. Penyiapan selulosa dan penyiapan sisa protein yang belum dicerna oleh kerja bakteri guna ekskresi.
4. Defekasi
ANATOMI

Usus besar berukuran panjang 1,4-1,8 meter dan


diameternya ke arah distal semakin membesar. Usus
besar dibedakan atas :
1. Usus besar menaik (Colon ascendens),
2. Usus besar melintang (Colon transversum), Caecum Kolon
sigmoid
3. Usus besar menurun (Colon ascendens),
4. Colon ileocaecal,dilanjutkan dengan Colon pelvinal
atau sigmoida yang muaranya lebih lebar.
FISIOLOGI

a. Fungsi penggetahan
Aktivitas penggetahan sangat lemah. Kemampuan mencerna oleh enzim di usus
besar mendekati nol. Getah tersebut merupakan cairan jernih dan sangat kental
karena konsentrasi mukus yang tinggi.

b. pH isi usus besar


pH berkisar antara 7,5-8 pada bagian akhir Ileum. Tampak ada penurunan pH
pada bagian pertama usus besar, diikuti dengan pembasaan yang diiringi dengan
berkembangnya flora pembusuk yang menghasilkan amoniak dan basa amina.
FISIOLOGI

c. Konsistensi isi usus besar


Penyerapan kembali air di usus besar menyebabkan terjadinya pengentalan secara nyata isi usus
besar hingga bahan-bahan feses dalam colon signoid mencapai konsistensi pasta.

d. Gerakan Usus Besar dan Transit


Caenum dan usus besar sebelah kanan mengalami gerakan peristaltik dan anti peristaltik.
Calon transversum dikosongkan 2-3 kali setiap hari ke dalam colon descendens diikuti oleh kontraksi yang
makin kuat.
Pilokarpin dan prostigmin dapat meningkatkan peristaltik usus.
Transit merupakan akibat dari gerakan tersebut yang relatif pelan.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI DARI
SALURAN CERNA

1. Keadaan lambung yang penuh atau kosong


Jika lambung terdapat dalam keadaan kosong , maka penyerapan secara filtrasi atau
difusi pasif terjadi lebih cepat .Pada saat lambung berisi makanan , maka senyawa yang
lama berada di lambung akan berdifusi lebih lambat
2. PH dan perubahan PH karena formulasi
Menurut teori “ partisi PH” , hanya bentuk zat aktif tak terionkan yang mengalami
penyerapan pasif, ditinjau dari PH lambung dan usus maka hanya zat aktif yang
bersifat asam lemah yang dapat diserap di lambung dan yang bersifat basa lemah
diserap di usus
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI DARI
SALURAN CERNA
3. Kekentalan
Kekentalan dari cairan cerna berpengaruh pada proses penyerapan , yaitu
dengan menghambat pembasahan partikel dan menekan laju pelarutan
4. Isi saluran cerna yang dapat mengubah aksi zat aktif
Adanya enzim tertentu dapat merusak zat aktif , misalnya enzim proteolitik
yang merusak zat aktif peptide seperti insulin dan ositosin.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI DARI
SALURAN CERNA

5. Tegangan permukaan
Pengurangan tegangan permukaan akan memudahkan pembasahan dan pelarutan
partikel yang semula belum larut.

6. Laju pelewatan dan waktu tinggal dalam lambung


Obat dalam kedaan terlarut melewati daerah penyerapan terlalu cepat maka
penyerapannya menjadi sangat sedikit , agar obat tersebut memiliki waktu tinggal yang
lama di lambung maka dapat ditambahkan larutan dapar
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai