Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM PENGHANTARAN OBAT

“PULMONARY DRUG DELIVERY SYSTEM”

Disusun Oleh :
Kelompok IV

Anggota Kelompok :
1. M.Wildan Firdaus (K100170123)
2. Wahyu Eki Lailatul Azizah (K100170125)
3. Arini Nur Yunia P.R. (K100170127)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................2
3. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
ISI......................................................................................................................................3
1. Definisi...................................................................................................................3
2. Prinsip Pulmonary Drug Delivery System..............................................................3
3. Keuntungan dan Kerugian Pulmonary Drug Delivery System...............................4
4. Mekanisme.............................................................................................................5
a. Impaksi (Impaction)...........................................................................................5
b. Sedimentasi........................................................................................................5
c. Intersepsi............................................................................................................6
d. Difusi..................................................................................................................6
5. Bentuk Sediaan.......................................................................................................8
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP........................................................................................................................11
1. Kesimpulan..........................................................................................................11
2. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Jutaan orang terinfeksi oleh penyakit paru-paru dan populasinya


terus meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini termasuk Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD), tuberkulosis, kanker paru-paru,
cyctic fibrosis dan asma. Dengan demikian, penghantaran obat ke paru-
paru telah berkembang menjadi salah satu peghantaran obat yang paling
banyak diteliti untuk terapi sistemik atau lokal pada beberapa penyakit.
Rute paru-paru sebagai penghantar obat berfungsi sebagai cara yang
efisien penargetan pasif pada terapi penyakit paru-paru seperti asma,
bronkitis, emfisema dan infeksi sistem pernafasan.
Ciri fisiologis pada paru-paru memberikan rute alteratif sebagai
penghantaran obat, termasuk kedalamnya :
a. Luas permukaan alveolus yang besar untuk absorbsi obat
b. Barrier epitel yang tipis sehingga memiliki permeabilitas yang tinggi
c. Metabolisme hepar dengan by-pass
d. Memberikan onset yang cepat
Melalui jalur ini, obat dapat ditargetkan ke saluran udara dengan
ukuran tertentu. Hal ini memungkinkan untuk penghantaran obat ke
spesifik sel seperti makrofag, limfosit, neutrofil, sel endotelium atau sel
epitelium.
Hingga saat ini, penghantaran obat paru-paru masih terbatas pada
asma dan terapi COPD. Namun, dengan munculnya berbagai teknologi
terbaru, sistem penghantaran ini memungkinkan untuk terapi diabetes,
kanker, dll. Pemberian obat pada bagian alveolus memberikan hasil yang
baik untuk sistemik. Sebagai contoh, pengembangan formulasi insulin
yang dapat dihirup dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.

1
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, beberapa hal yang dapat menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
a. Apa itu Pulmonary Drug Delivery System ?
b. Apakah keuntungan dan kerugian dari Pulmonary Drug Delivery
System ?
c. Bagaimana mekanisme pengendapan obat didalam paru-paru?
d. Apa saja bentuk sediaan yang menggunakan Pulmonary Drug
Delivery System?

3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :


a. Untuk mengetahui prinsip dari Pulmonary Drug Delivery System
b. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari Pulmonary Drug
Delivery System
c. Untuk mengetahui mekanisme pengendapan obat dalam Pulmonary
Drug Delivery System
d. Untuk mengetahui bentuk sediaan Pulmonary Drug Delivery System

BAB II

2
ISI

1. Definisi

Pulmonary Drug Delivery System (sistem penghantaran obat melalui


paru-paru) merupakan suatu formulasi, pendekatan, sistem, dan teknologi
yang membawa senyawa obat dalam tubuh guna mencapai efek terapi
yang diinginkan dengan aman ke bagian paru-paru. Sistem penghantaran
obat melalui paru-paru ini merupakan rute yang potensial untuk
menghantarkan obat secara lokal ke paru-paru maupun secara sistemik.
PDDS dapat digunakan untuk mengobati paru-paru lokal (misalnya, asma,
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), infeksi mikroba) dan penyakit
sistemik (misalnya, diabetes).
Penggunaan sistem penghantaran obat untuk pengobatan penyakit
paru semakin meningkat karena potensinya untuk terapi topikal
terlokalisasi di paru-paru. Rute ini juga memungkinkan untuk menyimpan
obat yang lebih spesifik lokasi pada konsentrasi tinggi di dalam paru-paru
yang sakit sehingga mengurangi jumlah keseluruhan obat yang diberikan
kepada pasien (10-20% dari jumlah per oral). Selain itu juga meningkatkan
aktivitas obat lokal sementara mengurangi efek samping sistemik dan
metabolisme lintasan pertama.

2. Prinsip Pulmonary Drug Delivery System

Obat-obatan pada umumnya dikirim ke saluran pernapasan untuk


pengobatan atau profilaksis penyakit saluran napas, seperti asma bronkial
dan fibrosis kistik. Pemberian obat sebagai tempat kerjanya dapat
mengakibatkan onset aktivitas yang cepat, yang mungkin sangat
diinginkan, misalnya saat memberikan obat bronkodilator untuk
pengobatan asma. Selain itu, dosis yang lebih kecil dapat diberikan secara
lokal dibandingkan pengiriman melalui rute oral atau parenteral, sehingga
mengurangi potensi kejadian efek sistemik yang merugikan dan

3
mengurangi biaya obat. Rute paru juga berguna jika obat sulit diserap
secara oral, mis. natrium kromoglikat, atau di mana ia dimetabolisme
dengan cepat secara lisan, misalnya isoprenalin. Menghindari metabolisme
jalur pertama di hati juga dapat menguntungkan, meskipun paru-paru itu
sendiri memiliki beberapa kemampuan metabolik. Paru dapat digunakan
sebagai jalur pengiriman obat yang memiliki aktivitas sistemik, karena
luas permukaannya yang besar, banyaknya kapiler dan penipisan
penghalang udara-darah. Ini telah dimanfaatkan dalam pengobatan migrain
dengan ergotamin, penelitian telah menunjukkan potensi untuk
mengirimkan protein dan peptida seperti insulin dan hormon pertumbuhan
melalui saluran udara.

3. Keuntungan dan Kerugian Pulmonary Drug Delivery System

a. Keuntungan
❏ Memberikan tindakan lokal di dalam saluran pernapasan
❏ Memberikan aksi obat yang cepat
❏ Memberikan dosis yang dikurangi
❏ Memungkinkan untuk pengurangan efek samping sistemik. Dapat
digunakan sebagai rute alternatif untuk interaksi obat ketika dua
atau lebih obat digunakan secara bersamaan
❏ Mengurangi kadar enzim ekstraseluler dibandingkan dengan
saluran GI karena luas permukaan alveolar yang besar
❏ Mengurangi penghindaran metabolisme hati lewat pertama oleh
obat yang diserap
❏ Menawarkan potensi administrasi paru bahan aktif sistemik

b. Kerugian
Durasi aktivitas seringkali berumur pendek karena pengangkatan obat
yang cepat dari paru-paru atau karena metabolisme obat.
❏ Membutuhkan dosis yang sering.

4
4. Mekanisme

Pengendapan partikel yang terhirup pada bagian berbeda dari sistem


pernafasan sangatlah kompleks, dan bergantung pada beberapa faktor :

1. Kecepatan pernafasan

2. Pernafasan mulut atau hidung

3. Volume paru-paru

4. Volume pernafasan

5. Kesehatan masing-masing personal

Bergantung kepada ukuran partikel, laju udara dan lokasi dari sistem
pernafasan, pengendapan partikel terjadi mengikuti mekanisme :

a. Impaksi (Impaction)

Setiap kali aliran udara berubah karena bifurkasi di saluran


udara, partikel yang terendap cenderung bergerak mengikuti alur
utama karena inersia dan berdampak pada permukaan saluran udara.
Mekanisme ini sangat bergantung pada diameter aerodinamik, karena
jarak henti untuk partikel yang sangat kecil cukup rendah. Impaksi
terjadi paling banyak pada partikel yang lebih besar yang dekat
dengan saluran udara, dekat dengan jalur nafas bifurkasi di saluran
udara. Oleh karena itu, pengendapan dengan impaksi terjadi paling
besar di daerah bronkial. Mekanisme impaksi menyumbang sebagian
besar partikel.

b. Sedimentasi

Sedimentasi adalah pengendapan partikel di saluran udara yang


lebih kecil di bronkiolus dan alveoli, dimana aliran udara rendah dan

5
dimensi saluran nafas yang kecil. Laju sedimentasi bergantung kepada
kecepatan pengendapan akhir partikel, sehinga sedimentasi
memainkan peran yang lebih besar pada pegendapan partikel
aerodinamis yang lebih besar.

c. Intersepsi

Intersepsi terjadi ketika partikel kontak dengan permukaan jalan


nafas karena ukuran atau bentuknya. Intersepsi kemungkinan besar
terjadi dalam saluran udara yang keci atau ketika aliran udara dekat
dengan dinding saluran udara. Intersepsi paling signifikan untuk serat,
yang mudah bersentuhan permukaan saluran napas sesuai dengan
panjangnya. Selain itu, serat memiliki diameter aerodinamis yang
relatif kecil terhadap ukurannya, sehingga bisa mencapai saluran
udara paling kecil.

d. Difusi

Difusi adalah mekanisme utama pengendapan partikel dengan


diameter kurang dari 0,5 mikron dan diatur oleh geometris dan bukan
ukuran aerodinamis. Difusi adalah pengangkutan partikel dari daerah
dengan konsentrasi tinggi ke wilayah konsentrasi rendah karena
gerakan Brown. Gerakan Brown adalah gerakan menggoyangkan acak
suatu partikel karena tumbukan konstan molekul udara. Difusi
sebagian besar terjadi ketika partikel baru saja memasuki nasofaring,
dan juga kemungkinan besar terjadi di saluran udara yang lebih kecil
di daerah paru (alveolar), tempat aliran udara rendah.

Mekanisme absorbsi pada Pulmonary Drug Delivery System :

Membran paru secara alami dapat ditembus oleh obat molekul kecil,
peptida dan protein. Epitel paru, merupakan penghalang yang signifikan
untuk absorpsi obat yang dihirup, tebal (50-60 μm) di trakea, tetapi

6
berkurang ketebalannya menjadi 0,2 μm yang sangat tipis di alveoli.
Perubahan jenis dan morfologi sel terjadi pada trakea, bronkus, dan
bronkiolus. Paru-paru lebih permeabel terhadap makromolekul daripada
jalan masuk lain di tubuh. Beberapa agen terapeutik yang paling
menjanjikan adalah peptida dan protein yang dihirup alih-alih disuntikkan,
sehingga meningkatkan kepatuhan. Khususnya, peptida yang telah diubah
secara kimiawi dapat menghambat enzim peptidase menunjukkan
ketersediaan hayati yang sangat tinggi melalui jalur paru. Molekul kecil
dapat membuat waktu absorbsi lebih jika sangat larut atau sangat kationik.

Parameter penentuan pengendapan partikel pada paru-paru :

1) Partikel aerodinamik (ukuran, massa jenis, higroskopisitas, bentuk)


2) Pola pernafasan pasien (Kecepatan pernafasan, Volume)
3) Waktu injeksi aerosol kedalam siklus pernafasan
4) Anatomi sistem pernafasan

Dari semua faktor, ukuran partikel aerosol dan distribusi ukuran


paling berpengaruh terhadap pengendapan aerosol. Diameter partikel
aerodinamik adalah diameter bola dengan massa jenis 1 g/cm3 dan
mempunyai sifat yang sama terhadap partikel yang dikarakterisasi.

Sifat Aerodinamik Partikel :

Ukuran partikel merupakan faktor kritis yang mempengaruhi tempat


pengendapan, karena akan menentukan mekanisme dan tingkat penetrasi
kedalam paru-paru. Ukuran aerosol dinyatakan dalam Aerodynamic
Diameter (AD). Ukuran distribusi aerosol dikategorikan sebagai
monodisperse (satu ukuran) atau polidispers.

Saluran udara bagian atas (hidung, mulut, laring dan faring)


merupakan anatomi percabangan dari trakeobronkial yang berperan
sebagai filter atau penyaring pada partikel yang dihirup. Partikel aerosol

7
yang lebih besar dari 100 μm tidak masuk ke dalam sistem pernafasan dan
terjebak di dalam naso/orofaring. Partikel yang mempunyai ukuran lebih
dari 10 μm cenderung untuk tertinggal di dinding tenggorokan dan secara
umum tidak akan mencapai tenggorokan. Partikel dengan diameter 5μm
hingga 0.5 μm akan mengendap bronkiolus dan partikel dengan diameter 2
hingga 0.05 μm mengendap di alveoli. Ukuran partikel harus tepat,
misalkan dengan diameter kurang dari 10 μm. Relevan mekanisme untuk
terapi dengan aerosol dapat dijelaskan dengan Gerak Brown (ukuran
partikel <0,5μm), sedimentasi (ukuran partikel >0,5 μm) dan impaksi
(ukuran partikel >3 μm)

5. Bentuk Sediaan

Bentuk sediaan pulmonal yang ada dipasaran :

Bentuk
Deskripsi Contoh Gambar
Sediaan

Sistem yang sederhana dan Albumin serum


nyaman untuk pemberian obat manusia (HAS)
Tetes yang disimpan ke tempat disimpan lebih
pemberian dan kemudian efisien melalui
diserap ke tempat kerja bentuk sediaan ini

Semprotan Bentuk sediaan yang lebih Ukuran partikel,


efisien yang dapat morfologi (untuk
memberikan obat dalam suspensi) obat dan
bentuk bubuk, larutan dan viskositas
semprotan suspensi formulasi
menentukan
pilihan sistem
pengiriman seperti
pompa dosis

8
terukur, aktuator,
inhaler, dll.

Gel merupakan larutan atau Gel Lidokain


suspensi dengan viskositas hidroklorida
tinggi yang memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan
Gel
bentuk sediaan lain seperti
pengurangan tetesan paru,
pengaruh rasa, kebocoran
formulasi, dan iritasi.

Lebih disukai daripada bentuk Inhalasi serbuk


sediaan lain seperti larutan salbutamol
dan suspensi karena lebih menunjukkan
stabil perlindungan
broncho yang jauh
Bubuk
lebih signifikan
dibandingkan
dengan larutan
salbutamol yang
dihirup

Contoh Bentuk Sediaan :


a. Metered-Dose Inhaler (Inhaler dosis terukur)
MDI (Metered-Dose Inhealer) ditemukan untuk mengatasi masalah
nebulizer dengan tangan sebagai alat inhalasi pertama yang portabel dan
sekarang paling banyak digunakan sebagai penghantar aerosol. MDI
mengeluarkan obat aerosol yang digerakkan oleh propellan seperti
hlorofluorocarbons (CFC) dan yang baru digunakan, hydrofluoroalkanes
(HFAs) melalui kecepatan (> 30 m s−1). MDI hanya menghantarkan
sedikit fraksi obat kedalam paru-paru, hanya 10-20% dari dosis yang

9
diendapkan kedalam paru-paru. Kecepatan yang tinggi dan ukuran partikel
yang besar dari semprotan menyebabkan 50-80% obat aerosol berdampak
pada daerah orofaring.

Efisiensi penghantaran dari MDI bergantung kepada pola pernafasan


pasien, Laju aliran inspirasi, dan koordinasi antara mulut dengan tangan.
Meningkatnya laju aliran inspirasi akan menurunkan pengendapan dosis
paru total dan penetrasi ke dalam saluran nafas perifer. Inhalasi yang
cepat (60 l/min) berdampak pada pengurangan pengendapan periferal
karena aerosol lebih mudah diendapkan dengan inersia impaksi di daerah
orofaring. Ketika aerosol dihirup secara perlahan, pengendapan secara
sedimentasi pada daerah periferal meningkat. Saat volume yang dihirup
menignkat, aerosol mampu menembus periferal kedalam paru-paru. Saat
menahan nafas setelah menghirup, memungkinkan partikel untuk
menembus periferal dan mengendap di wilayah tersebut, bukan
dihembuskan saat ekspirasi. Kondisi optimal untuk penggunaan MDI
adalah 10 menit menahan nafas saat menghirupnya.

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Sistem penghantaran obat melalui paru-paru ini merupakan rute yang


potensial untuk menghantarkan obat secara lokal ke paru-paru maupun
secara sistemik.
b. Terdapat 4 mekanisme pengendapan obat di dalam paru-paru yaitu :
impaksi, sedimentasi, intersepsi dan difusi
c. Bentuk sediaan melalui Pulmonary Drug Delivery System adalah :
tetes, semprot, gel dan bubuk

2. Saran

Penghantaran obat melalui paru-paru memiliki banyak keuntungan


yang dapat meningkatkan efikasi dan mengurangi efek samping yang tidak
diinginkan. Memiliki area absorbsi yang luas, cepat dan tidak mengalami
first-pass metabolisme. Teknologi baru yang bervariasi dapat berfokus
pada pengembangan obat yang bertarget pada berbagai gangguan paru-
paru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gangurde H.H., Chordiya M.A., Baste N.S., Tamizharasi S. and Upasani


C.D., 2012, Approaches and devices used in pulmonary drug delivery
system: A review, Asian Journal of Pharmaceutical Research and
Health Care, 4 (1), 11–27.

Shah N.D., Shah V. V. and Chivate N.D., 2012, Pulmonary Drug Delivery:
A promising approach, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 2
(6), 33–37.

Singh A., Malviya R. and K. Sharma P., 2011, Pulmonary Drug Delivery
System: A Novel Approach for Drug Delivery, Current Drug Therapy,
6 (2), 137–151.

12

Anda mungkin juga menyukai