Disusun oleh
ILVIANI
1413206024
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Tujuan. ............................................................................................ 6
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi BCS. .................................................................................... 7
2.2 Tujuan Pembuatan BCS.................................................................... 7
2.3 Klasifikasi BCS ................................................................................ 8
2.4 Kelas BCS ........................................................................................ 9
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi BCS ........................................ 11
2.6 .......................................................................................................... 13
2.7 .......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
3. Untuk merekomendasikan suatu metode untuk klasifikasi yang
sesuai dengan disolusi bentuk sediaan dengan karakteristik
kelarutan dan permeabilitas produk obat.
7
3. BCS Kelas III (Permeabilitas rendah, Kelarutan tinggi)
Pada BCS kelas III permeabilitas obat berpengaruh pada tingkat
penyerapan obat, namun obat ini mempunyai laju disolusi sangat
cepat. Obat ini menunjukkan variasi yang tinggi dalam tingkat
penyerapan obat. Karena pelarutan yang cepat, variasi ini
disebabkan perubahan permeabilitas membran fisiologi dan bukan
faktor bentuk sediaan tersebut. Jika formulasi tidak mengubah
permeabilitas atau waktu durasi pencernaan, maka kriteria kelas I
dapat diterapkan. Contoh obatnya Simetidin, Acyclovir, Neomycin
B, Captopril (Reddy dkk., 2011).
4. BCS Kelas IV (Permeabilitas rendah, Kelarutan rendah)
Misalnya taxol, hydroclorthiaziade, furosemid. Senyawa ini
memiliki bioavailabilitas yang buruk. Biasanya mereka tidak
diserap dengan baik dalam mukosa usus. Senyawa ini tidak hanya
sulit untuk terdisolusi tetapi sekali didisolusi, sering menunjukkan
permeabilitas yang terbatas di mukosa GI. Obat ini cenderung
sangat sulit untuk diformulasikan (Wagh dkk., 2010).
8
menggunakan alat disolusi I atau II dalam volume 900 ml larutan
buffer.
9
3.Permeabilitas
Permeabilitas didasarkan langsung pada tingkat penyerapan
usus suatu obat pada manusia atau tidak langsung pada pengukuran
laju perpindahan massa melintasi membran usus manusia.
Suatu obat dikatakan sangat permeabel ketika tingkat penyerapan
pada manusia adalah 90% atau lebih dari dosis yang diberikan,
berdasarkan pada keseimbangan massa atau dibandingkan dengan
dosis pembanding intravena (Reddy dkk., 2011).
10