Pada praktikum ini dilakukan untuk mengukur konsentrasi obat sipro dalam
ekskresi urin dan menghitung parameter-parameter farmakokinetika suatu obat dari sampel
urin dengan menggunakan dua metode yaitu metode laju reaksi dan metode sigma minus.
Sampel yang digunakan adalah urin sukarelawan, urin tersebut mengandung berbagai
senyawa, salah satunya adalah senyawa eksogen yaitu siprofloksasin yang digunakan
sebagai antibiotik, dimana senyawa eksogen adalah senyawa yang berasal dari luar tubuh
dan sengaja dimasukkan dengan tujuan tertentu. Obat berkhasiat tersebut tentunya akan
berinteraksi dengan molekul-molekul yang penting secara fungsional dalam tubuh (reseptor)
sehingga menghasilkan respon biologis. Jika proses biofarmasetik berlangsung dengan baik, maka
seharusnya jumlah siprofloksasin meningkat dalam urin. Proses biofarmasetik sendiri adalah
proses yang menggambarkan obat mulai dari pemberian sampai terjadinya penyerapan zat aktif
kemudian diekskresikan. Siprofloksasin lah yang akan menjadi acuan nilai konstanta eliminasi dan
dari data urin memberikan proses analisis yang lebih mudah karena tidak terdapat protein yang
terlarut di urin seperti pada plasma, sehingga pemisahannya lebih mudah. Namun perbedaan pH
dan volume urin dapat menyebabkan perbedaan yang bermakna terhadap laju ekskresi urin.
Fungsi dari penetapan parameter farmakokinetika suatu obat adalah untuk mengkaji kinetika
Sistem urin adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan
saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak
diperlukan. Sebanyak 1 cc urin dihasilkan oleh kedua ginjal kiri dan kanan setiap menitnya
dan dalam 2 jam dihasilkan sekitar 120 cc urin yang akan mengisi kandung kemih. Saat
kandung kemih sudah terisi urin sebanyak itu mulai terjadi rangsangan pada kandung
muncul, tetapi biasanya masih bisa ditahan jika volumenya masih berkisar dibawah 150 cc.
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air ( 96%) air dan
sebagian kecil zat terlarut ( 4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara dalam kandung
kemih dan dibuang melalui proses mikturisi. Di dalam urin terkandung bermacam –
macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan
amoniak, (2) zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam,
terutama NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan
obat – obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya
dalam glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat bermolekul
besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerulus (urin primer).
Di dalam filtrat ini terlarut zat seperti glukosa, asam amino dan garam-garam.
urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+
dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus
Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginjal obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolinya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses
yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif ditubulus proksimal, dan rebasorpsi pasif
membran. Disposisi dari obat ditentukan oleh mekanisme obat terhadap membran dan
Pergerakan obat dan availability obat tergantung pada ukuran dan bentuk molekul,
derajat ionisasi, kelarutan relative lipid dari bentuk ionik dan nonionik dan yang mengikat
Obat yang digunakan pada percobaan ini adalah sipro. Siprofloksasin merupakan
golongan florokuinolon. Mekanisme kerja antibiotik tersebut adalah menghambat sintesis asam nukleat
sel bakteri. Siprofloksasin memiliki spektrum lebih luas terhadap bakteri gram negatif daripada kuinolon
dalam sampel urin adalah metode laju eksreksi dan metode sigma minus. Pada Rate metode,
perhitungan parameter farmakokinetika dilakukan berdasarkan pada perkiraan data tengah (Mid
Point Time) tiap interval pengambilan sampel urin. (Hakim, 2013). Sementara itu pada metode
diperoleh tanpa mencari data tengah. Pengambilan sampel urin dalam metode Sigma-minus akan
berpengaruh pada jumlah kumulatif obat yang dieksresikan melalui urin karena pada metode ini
nilia kumulasi obat pada waktu tak terhingga dianggap sama dengan nilai kumulasi obat dalam
urin pada waktu terakhir pengambilan urin. Hal tersebut yang menjadi dasar lamanya waktu
pengambilan urin pada metode Sigma-minus (Paradkar dan Bakliwal, 2008; Hakim, 2013).
Langkah perama adalah pengumpulan urin sukarelawan dengan rentang waktu yang telah
dientukan. Hal ini dilakukan agar jumlah obat yang diekskresikan memiliki kecepatan eliminasi
yang tetap sehingga data urin yang diperoleh menjadi valid. Penggunaan sampel urin dalam
percobaan ini karena volume yang didapat banyak dan pada obat sipro merupakan salah satu obat
yang bisa dieksresikan dalam bentuk utuh melalui urin. Untuk mendapatkan data urin yang valid
harus diperhatikan beberapa hal seperti, pH dan volume urin berpengaruh padakecepatan
ekskresi obat, cara analisis spesifik dan selektif, obat tidak berubah yang diekskresikan dalam
jumlah bermakna di
Pada urin yang pertama ditampung adalah urin blanko, dimana pada urin tersebut belum
mengandung senyawa obat sipro. Penggunaan urin blanko digunakan untuk membandingkan
antara urin yang mengandung sipro dan dengan yang tidak. Urin blanko menandakan ada atau
tidaknya partikel lain yang terukur nantinya selain urin itu sendiri. Langkah selanjutnya adalah
sukarelawan diberikan obat yang ekivalen dengan dosis 500 mg siprofloksasi sehari sebelum
percobaan. Di pasaran, Ciprofloxacin memiliki sediaan 250 mg per tablet atau Ciprofloxacin 500
mg per tablet. Penggunaan dosis tersebut karena dosis tersebt merupakan dosis lazim dimana
dapat memberikan efek farmakologis sesaui dengan jendela terapi, dimana efek tersebut berada
diantara MEC (minimum effective concentration) dan MTC (minimum toxic concentration). Pada
obat yang diminum sehari sebelum percobaan dilakukan memaksimalkan proses biofarmasetik
dimana obat akan mengalami proses ADME. Pada saat pengumpulan urin, perlu dilakukan
pengukuran volume urin, dimana volume urin tersebut dimaksudkan aar dapat ditentukan berapa
jumlah obat yang telah diekskresikan. Volume urin yang didapat berdasarkan waktu yang telah
ditentukan berturut-turut 200, 240, 195, 260,165, 150, dan 230 mL.volume urin pada pagi hari
memiliki volume urin yang paling banyak yaitu 260 mL karena pada malam hari tubuh tidak
melakukan aktivitas sehingga energy akan difokuskan pada sistem pencernaan dan hasil
metabolismenya dikeluarkan melalui sistem ekskresi urinary, dimana semakin banyak volume urin
yang dihasilakn maka akan semakin banyak senyawa yang terdapat didalamnya. Sampel urin yang
didapat menjaga kestabilan sampell dan agar tidak terkontaminasi mikroba, karena komosisi urin
sekitar 70-80% adalah air, dimana air sendiri adalah media pertumbuhan mikroba yang baik.
Tahap selanjurnya adalah perlakuan sampel, yaitu pada sampel di encerkan dengan dapar
ammonium asetat. Penggunaan dapat ammonium asetat untuk menjaga pH sampel, karena
apabila pH tidak stabil pada saat dianalisis dengan HPLC, kromatogram yang kurang baik seperti
pada kromatogram terbentuk tailing sehingga yang terukur bukan obat sipro saja. Sampel
sebelum diinjeksikan pada HPLC, dilakukan penyaringan dulu dengan menggunakan membran
filter untuk menghilangkan pengokor atau partikulat sehingga sampel yang diinjeksikan bebas dari
particular sehingga yang terbaca hanya senyawa yang akan dianalisis. Penggunakan HPLC dalam
analisis obat sipro dalam urin karena pada urin banyak komponen sehingga digunakan hplc karena
hplc memili sifat yang selektif dan spesifik. Prinsip HPLC, pemisahan solute – solute diatru oleh
distribusi solute dalam fase ferak dan fase diam. Pada waktu retensi yang didapat harus memiliki
nilai yang sama karena obat yang dianalisi sama. Pada praktikum digunakan sistem kromatografi
fase balik, Teknik ini menggunakan fase gerakyang bersifat polar dan fase diam besifat non polar
atau kurang polar. Sipro memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air sehingga memiliki sifat
polar, sehingga ketika sipro diinjeksikan ke dalam kolom HPLC akan tertarik atau terlarut dengan
fase gerak yang memiliki sifat polar sehingga sipro akan terdeteksi di hplc. Pada senyawa lain yang
memiliki sifat nonpolar, akan terjerap atau tertarik di fase diam sehingga senyawa nonpolar tidak
akan terukur. Pada fase gerak ditambahkan TEA dan H2so4 untuk menghasilkan puncak yang baik.
H2so4 digunakan untuk mempertahan pH agar berda pada pH 2,5 karena pada sipro mudah larut
dalam air tapi dalam suasana asam. Deterktor yang digunakan adalah spektro uv Karena pada
sipro memiliki gugus kromofor, dengan Panjang gelombang di 280 nm, Nilai tersebut merupakan
rentang sinar tampak biru violet yang akan diabsorpsi oleh senyawa (siprofloksasin)
sehingga terjadi eksitasi elektron dari keadaan dasar (ground state) menuju keadaan
tereksitasi (excited state) dan diperoleh nilai AUCLuas daerah auc digunakan untuk
mendapatkan konsentrasi sampel dengan cara mensubstituvikan nilai auc ke dalam ersamaan
menggunakan metode laju eksresi dan sigma minus. Laju reaksi persamaan regresi ln dxu/dt vs
mengetahui hubungan alat dengan analit. Selain itu, untuk menghilangkan kegalatan
semakin tinggi AUC siprofloksasin maka akan semakin tinggi pula kadarnya.
bioavailabilitas oral ciprofloxacin mutlak berada dalam kisaran 70-80% tanpa kehilangan
substansial pada metabolisme yang pertama. Ikatan siprofloksasin terhadap protein serum
adalah 20-40% sehingga tidak cukup untuk menyebabkan interaksi ikatan protein yang
bermakna dengan obat lain. Waktu untuk konsentrasi plasma puncak: 1-2 jam (oral). Setelah
cairan serebro spinal, namun konsentrasi di CSS adalah kurang dari 10% konsentrasi serum
puncak. Waktu paruh eliminasi serum pada subjek dengan fungsi ginjal normal adalah
sekitar 3-5 jam. Sebesar 40-50% dari dosis yang diminum akan diekskresikan melalui urin
dalam bentuk awal sebagai obat yang belum diubah. Ekskresi siprofloksasin melalui urin
akan lengkap setelah 24 jam . Dalam urin semua fluorokuinolon mencapai kadar yang
melampaui konsentrasi hambat minimal (KHM) untuk kebanyakan kuman patogen selama
minimal 12 jam. Klirens ginjal dari siprofloksasin, yaitu sekitar 300 mL/menit, melebihi
laju filtrasi glomerulus yang sebesar 120 mL/menit (katzung,2011. Hal. 870, MMI, 2017)
Interaksi Obat Siprofloksasin sediaan tablet bila diberikan bersama makanan, akan
mengalami terjadi keterlambatan absorpsi, sehingga konsentrasi puncak baru akan dicapai
2 jam setelah pemberian. Pada siprofloksasin sediaan suspensi, tidak terjadi keterlambatan
absorpsi bila diberikan bersama makanan sehingga konsentrasi puncak dicapai dalam 1
jam. Bila diberikan bersama dengan antasid yang mengandung magnesium hidroksida atau
µg/mL. Konsentrasi tersebut kemudian dikalikan dengan faktor pengenceran. Hal ini bertujuan
agar dapat diperoleh konsentrasi siprofloksasin yang sebenarnya pada urin. Untuk metode laju
eksresi ditentukan terlebih dahulu Jumlah obat tersebut dibagi selisih selang waktu, maka
diperoleh DU/t. tmid merupakan waktu pertengahan antara selang waktu yang digunakan.
Terakhir, dilakukan regresi antara ln DU/t dengan tmid. Untuk metode laju eksresi didapatkan
persamaan regresi linier yaitu y=3,856 – 0,138 x. dari persaman tersebut kemudia ditentukan nilai
parameter k, t ½, ke dan km. nilai K yang didapat yaitu 0,138/jam sedangkan nilai Ke yang didapat
yaitu 0,095/jam dimana konstanta eliminasi merupakan nilai tetapan laju eksresi ginjal yang
menunjukan bagaimana obat dimetabolisme dalam ginjal. Nilai k>Ke menunjukkan bahwa obat
siprofloksasin mengalami metabolisme dalam tubuh sehingga tidak diekskresikan secara utuh
Pada metode sigma minus (ARE) untuk menentukan persamaan regresi linier, dilakukan
regresi antara Ln ARE dengan nilai t. pada metode ini didapatkan persamaan regresi linier
y=0,198x + 6,117. Parameter farmakokinetika yang ditentukan pada metode sigma minus hanya
nilai K dan t1/2. Berdasarkan perhitungan nilai K yang didapat yaitu 0,198/jam sedangkan nilai