Anda di halaman 1dari 4

II.

1 Diltiazem HCl
Diltiazem HCl merupakan obat golongan BCS kelas 1 yang berarti
memiliki kelarutan dan pemeabilitas yang tinggi. Diltiazem termasuk
antriaritmia kelas IV dan golongan benzozotizepin penghambat kanal
kalsium.Diltiazem HCl diberikan secara oral untuk terapi angina pectoris dan
hipertensi dan tersedia dalam beberapa formulasi untuk dosis sekali, dua kali
dan tiga kali sehari. (4)

Gambar 1: Struktur Diltazem HCl(5)

II.2 Sifat Fisiko Kimia Diltiazem HCl


pH kelarutannya pada pH 3,6 adalah 879,03 mg / mL,
pada pH 6,0 adalah 378,68 mg / mL, dan pada pH
7.4 dikurangi menjadi 71.42 mg / mL
(15)
pKa 8,06 (nilai pKa berbanding terbalik dengan
nilai Ka, asam yang lebih kuat memiliki nilai Ka
yang lebih besar, sehingga diltiazem HCl
merupakan asam yang lebih lemah)
Kelarutan mudah larut dalam kloroform, methanol, air dan
asam; agak sukar larut dala etanol mutlak dan
tidak larut dalam eter
Log P 2,79 (log P pada entang 0-3 menunjukkan bahwa
permeabilitasnya baik pada senyawa yang bersifat
hidrofilik dan lipofilik)
Nilai bioavailabilitas 40% (karena tidak di absorbsi seluruhnya dan
mengalami FPE)
Protein binding The protein binding of diltiazem is 80-90% (15)
II.3 Sediaan Diltiazem HCl di Pasaran
Sediaan diltiazem HCl yang beredar dipasaran yaitu dalam bentuk tablet
30 mg.(9) Waktu paruh yang pendek menyebabkan penggunaan diltiazem HCl
mencapai 4 kali sehari dengan dosis 30 mg dan dapat ditingkatkan hingga 360
mg/hari dalam dosis terbagi.(11) Efek samping yang dapat terjadi pada
penggunaan diltiazem HCl antara lain, akit kepala, terjad dema pada
pergelangan kaki, hipotensi, pusing, kemerahan, kelelahan, mual dan
gangguan gastrointertinal yaitu anoreksia, muntah, sembelit dan diare.(4)

II.4 Profil Pelepasan Diltiazem HCl dalam Bentuk Tablet


Sediaan film transdermal diltiazem HCl dengan polimer polivinil
alkohol (PVA) memberikan profil pelepasan obat secara in vitro dan permeasi
kulit secara ex vivo yang baik.(14). Pelepasan diltiazem HCl dari keenam
formulasi cenderung mengikuti persamaan Higuchi. Pelepasan zat aktif yang
mengikuti persamaan Higuchi menunjukkan bahwa jumlah obat yang terlepas
sebanding dengan akar waktu. Kinetika ini menjelaskan kecepatan pelepasan
obat yang semakin lambat seiring waktu disebabkan oleh bertambahnya jarak
obat di dalam matriks dari permukaan disolusi sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk terlarut dan diabsorbsi meningkat.(13)

II.5 Hubungan Alat Uji Disolusi, Sifat Fisiko Kimia Bahan Aktif, serta Formulasi
Produk Obat dengan Mutu dan Mekanisme Pelepasan Obat Diltiazem HCl

Rancangan alat disolusi mempunyai pengaruh pada hail uji disolusi.


Tidak satupun alat uji yang dapat digunakan untuk seluruh produk obat. Tiap
produk obat harus di uji secara individual dengan uji disolusi yang
memberikan korelasi yang paling baik dengan bioavailabilitas in vivo.(1)

Tabel 2. Kondisi yang Dapat Mempengaruhi Pelarutan dan Pelepasan Obat (1)
Formulasi film transdermal diltiazem HCl dengan polimer etil selulosa
(EC) dan polivinil pirolidon (PVP) pada rasio 8:2 memiliki profil
farmakokinetika dan farmakodinamika yang baik. Penelitian lain
menyebutkan bahwa kombinasi polimer hidroksi propel metal selulosa
(HPMC) dan EC pada perbandingan 8:2 memiliki karakteristik fisik dan
profil pelepasan diltiazem HCl yang baik. Sediaan film transdermal diltiazem
HCl dengan polimer polivinil alkohol (PVA) memberikan profil pelepasan
obat secara in vitro dan permeasi kulit secara ex vivo yang baik.(14) Beberapa
penelitian di atas menunjukkan bahwa formulasi dan sifat fisiko kimia bahan
aktif mempengaruhi mekanisme pelepasan obat diltiazem HCl.

II.6 Uji Disolusi Diltiazem HCl


Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe 2
(dayung), medium disolusi air sebanyak 900 ml, dan dengan kecepatan
pengadukan 100 rpm. Uji dilakukan selama 12 jam dengan pencuplikan tiap
15 menit pada jam pertama, dan tiap jam pada jam berikutnya. Pencuplikan
dilakukan sebanyak 5 ml dan segera digantikan dengan medium disolusi baru
sejumlah volume yang sama untuk mempertahankan sink condition. Medium
disolusi yang digunakan pada uji disolusi ini adalah air yang berpatoan pada
metode yang tertera pada USP XXX.(12)
DAFTAR PUSTAKA
1. Shargel, L, Susanna, Wu Pong, Andrew. Applied Biopharmaceutics
and Pharmacokinetics Fifth Edition. USA : McGraw-Hill’s; 2004.
4. Sweetman, S et al. Martindale 36th. The Pharmaceutical. London Press;
2009.
9. Departemen Kesehatan RI. Daftar Obat Esensial Nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2008.
11. Chandira, M., dkk. Studies on formulation and evaluation of floating
tablet containing anti-ulcer drugs, De Pharmacia Lettre. 2009; 1(2):
102-104.
12. Annajiah, W. Evaluasi Profil Disolusi Sediaan Lepas Lambat
Diltiazem Hidroklorida yang Beredar di Pasaran. Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah; 2015.
13. Putri, KSS., Bambang S, Silvia S. Kompleks Polielektrolit Kitosan-
Xanthan sebagai Matriks Sediaan Mukoadhesif. Pharm Sci Res. 2017;
4(1): 1-12.

14. Rao, P.R. and Diwan, P.V. Formulation and In vitro Evaluation of
Polymeric Film of Diltiazem Hydrochloride and Indomethacin for
Transdermal Administration, Drug Development and Industrial
Pharmacy. 1998; 24 (4): 327-336.

15. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada 27 Maret 2019 pukul 21.37


wib.

Anda mungkin juga menyukai