Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PEMBERIAN NACMC, WARFARIN, DAN FENILBITAZOL TERHADAP

CLOTTING TIME DAN BLEEDING TIME PADA MENCIT (Mus musculus).

Nurun Nahda adnan, kelompok III


Laboratorium Biofarmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.

ABSTRAK
Distribusi obat adalah perpindahan obat dari sirkulasi darah ke suatu tempat di dalam tubuh (cairan
dan jaringan). Setelah obat masuk ke dalam sirkulasi darah (sesudah absorpsi), obat tersebut akan
dibawa ke seluruh tubuh oleh aliran darah dan kontak dengan jaringan-jaringan tubuh di mana
distribusi terjadi. Adapun parameter dalam distribusi obat yakni Volume distribusi. Vd adalah
volume dalam tubuh dimana obat terlarut .Volume distribusi menyatakan suatu factor yang harus
di perhitungkan dalam memperkirakan jumlah obat dalam tubuh dari konsentrasi obat yang di
temukan dalam kompartemen cuplikan.Factor-faktor yang berhubungan dengan distribusi obat
dalam tubuh adalah, PH, dan ikatan zat dengan makromolekul, Ikatan obat dengan protein plasma.
Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obat dengan ikatan protein yang lebih
kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada
protein plasma. Akibatnya maka kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada darah
dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya peningkatan efek toksik. Sebagai contoh,
misalnya meningkatnya efek toksik dari antikoagulan warfarin atau obatobat hipoglikemik
(tolbutamid, kolrpropamid) karena pemberian bersamaan dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin
Keyword : Distribusi obat, Volume distribusi, Warfarin, Fenilbutazol, Protein Plasma

PENDAHULUAN eliminasi merupakan proses-proses yang


Fase Farmakokinetik. Fase ini meliputi menyebabkan penurunan konsentrasi obat
proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan dalam organisme.
ekskresi. Fase ini berperan dalam Setelah obat diabsorpsi kedalam
menentukan ketersediaan obat dalam plasma aliran darah, untuk mencapai tepat pada letak
(ketersediaan hayati) sehingga dapat dari aksi harus melalui membrane sel yang
menimbulkan efek. Fase ini termasuk bagian kemudian dalam peredaran, kebanyakan
proses invasi dan eliminasi. Yang dimaksud obat-obatan didistribusikan melalui cairan
dengan invasi adalah proses-proses badan. Distribusi merupakan transfer obat
yang berlangsung pada pengambilan suatu yang reversible antara letak jaringan dan
bahan obat dalam organisme, sedangkan plasma. Pola distribusi menggambarkan
permainan dalam tubuh oleh beberapa factor distribution, yang untuk selanjutnya disebut
yang berhubungan dengan permeabilitas, volume distribusi.
kelarutan dalam lipid dan ikatan pada
Interaksi dalam proses distribusi
makromolekul. Distribusi obat dibedakan
terjadi terutama bila obat-obat dengan ikatan
menjadi dua faase, pertama terjadi segera
protein yang lebih kuat menggusur obat-obat
setelah penyerapan yaitu kedalam organ yang
lain dengan ikatan protein yang lebih lemah
perfusinya sangat baik misalnya jantung,
dari tempat ikatannya pada protein plasma.
hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya distribusi
Akibatnya maka kadar obat bebas yang
fase kedua jauh lebih luas, yaitu mencakup
tergusur ini akan lebih tinggi pada darah
jaringan yang perfusinya tidak sebaik
dengan segala konsekuensinya, terutama
jaringan diatas yang meliputi otot, visera,
terjadinya peningkatan efek toksik. Sebagai
kulit dan jaringan lemak.
contoh, misalnya meningkatnya efek toksik
Volume distribusi , Vd adalah volume dari antikoagulan warfarin atau obatobat
dalam tubuh dimana obat terlarut .Volume hipoglikemik (tolbutamid, kolrpropamid)
distribusi menyatakan suatu factor yang karena pemberian bersamaan dengan
harus di perhitungkan dalam memperkirakan fenilbutason, sulfa atau aspirin. Hampir sama
jumlah obat dalam tubuh dari konsentrasi dengan interaksi ini adalah dampak
obat yang di temukan dalam kompartemen pemakaian obat-obat dengan ikatan protein
cuplikan. Volume distribusi juga dapat yang tinggi pada keadaan malnutrisi
dianggap sebagai volume (Vd) dimana obat (hipoproteinemia). Karena kadar protein
pelarut. Db= Vd Cp. Untuk sebagian besar rendah, maka obat-obat dengan ikatan
obat dianggap bahwa obat bersetimbangan protein yang tinggi akan lebih banyak dalam
secara tepat dalam tubuh. Tiap jaringan dapat keadaan bebas karena kekurangan protein
mengandung suatu konsentrasi obat yang untuk mengikat obat sehingga dengan dosis
berbeda sehubungan dengan perbedaan yang sama akan memberikan kadar obat
afinitas obat terhadap jaringan tersebut. Oleh bebas yang lebih tinggi dengan akibat
karena harga volume distribusi tidak meningkatnya efek toksik.
mengandung suatu arti fisiologik yang
sebenarnya dari pengertian anatomic, maka
digunakan istilah apparent volume
METODE PENELITIAN Setelah setiap kelompok memberikan
perlakuaan pada mencit, biarkan selama 15
Bahan
menit agar obat dapat terabsorpsi ke dalam
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini darah. Lalu tentukan Clotting time dengan
adalah NaCMC, Warfarin, Fenilbutazol, mengoleskan Alkohol 70% pada ekor mencit,
Alkohol 70%, Kapas. potong ujung ekor mencit dengan gunting,

Alat lalu letakkan 2-3 tetes darah di atas object


glass dan nyalakan stopwatch. Setelah itu
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
periksa pembentukan benang-benang fibrin
adalah lancet, gunting, kanula, spoit 1 ml,
dari specimen darah setiap 30 detik dengan
kaca preparat, kertas saring.
menggunakan lancet. Setelah benang fibrin
Hewan terbentuk (terlihat adanya gumpalan kenyal)
hentikan stopwatch dan catat waktu yang
Mencit dengan bobot 20-30 gram
dibutuhkan untuk menggumpal (Clotting
Cara Kerja time). Bandingkan hasilnya dengan
1. Perlakuaan pada hewan coba kelompok lain dan lakukan analisis statistik.

Setiap kelompok mengambil dua ekor 3. Penentuan Bleeding Time.


mencit. Kelompok I dan II tidak memberi Mencit yang telah dipotong ekornya,
perlakuaan terhadap mencitnya (Kontrol kemudian diukur bleeding timenya. Setelah
sehat). Kelompok III dan IV memberi ekor dipotong dengan gunting, nyalakan
NaCMC sebagai perlakuan pada mencit stopwatch. Biarkan darah dari ekor mencit
(Kontrol negatif). Kelompok V dan VI yang terpotong menetes. Kemudian periksa
memberi Warfarin pada mencit sebagai pendarahan yang terjadi setiap 30 detik
perlakuan. Kelompok VII, VIII dan IX dengan menempelkan pada kertas saring di
memberi Warfarin. dan Fenilbotazol pada ujung ekor yang terpotong sampai tidak ada
mencit sebagai perlakuaan. Masing-masing lagi bekas darah yang tertempel pada kertas
mencit diberi perlakuan melalui per-oral saring. Jika tidak ada lagi bekas darah di
menggunakan kanula dan spoit.
kertas saring, hentikan stopwatch dan catat
2. Penentuan Clotting Time
waktunya (Bleeding time). Bandingkan
hasilnya dengan kelompok lain. Dan lakukan mencit I,II,II adalah 840, 1260, 1200 detik.
analisis statistic. Waktu bleeding untuk perlakuaan Warfarin
pada mencit I, II, III adalah 2400, 2161, 1447
HASIL DAN PEMBAHASAN detik. Waktu bleeding untuk perlakuaan
Warfarin dan Fenilbutazol adalah 2040,
Pada percobaan ini dilakukan penyuntikkan 2161, 1447 detik.
per oral yang merupakan rute pemberian jalur Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Bleeding
external melalui gastrointestinal. Pada cara Time
ini dilakukan dengan bantuan jarums suntik I II III
Perlakuaan
yang ujungnya tumpul (Kanula). Pada (detik) (detik) (detik)

percobaan ini, kelompok kami mendapatkan sehat 1440 1620 1500


NaCMC 840 1260 1200
NaCMC sebagai perlakuaan dengan volume
Warfarin 2400 2786 2747
cairan yang digunakan 0,2 ml. Berdasarkan
Warfarin+Fenilbutazol 2040 2161 1447
percobaan, kondisi mencit sebelum diinjeksi
adalah sehat dan bergerak aktif. Kemudian
b. Clotting Time
dilakukan penginjeksian per oral pada
Clotting time adalah percobaan untuk melihat
mencit. Waktu onset dihitung dari saat
waktu terbentuknya benang-benang fibrin
pemberiaan obat hingga timbulnya efek
dari specimen darah yang ditetes pada glass
selama 15 menit pada mencit.
object serta pengaruh obat-obat seperti
a. Bleeding Time
Warfarin dan Fenilbutazol pada
Bleeding time adalah percobaan untuk
pembentukannya.
melihat waktu pendarahan sesaat setelah luka
Dari percobaan diambil tiga sampel
atau factor serupa hingga darah tak menetes
mencit. Pada perlakuaan sehat didapat data
lagi dari sisi tubuh yang luka serta pengaruh
waktu Clotting tanpa perlakuaan, mencit I,
obat-obat seperti Warfarin dan Fenilbutazol
II, III adalah 100, 360, 390 detik. Waktu
pada pembekuan darah
clotting untuk perlakuan NaCMC pada
Dari percobaan diambil tiga sampel
mencit I,II,II adalah 210, 187, 330 detik.
mencit. Pada perlakuaan sehat didapat data
Waktu clotting untuk perlakuaan Warfarin
waktu Bleeding tanpa perlakuaan, mencit I,
pada mencit I, II, III adalah 90, 76, 75 detik.
II, III adalah 1440,1620,1500 detik. Waktu
Waktu clotting untuk perlakuaan Warfarin
bleeding untuk perlakuan NaCMC pada
dan Fenilbutazol adalah 420, 827, 822 detik.
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Clotting
ime pada mencit
Anief,Moh,1993, Farmasetika, Gadjahmada
I II III University Press,Yogyakarta
Perlakuaan
(detik) (detik) (detik)
Sehat 100 360 390 Anonim,1995, Farmakope Indonesia edisi
NaCMC 210 187 330 IV ,Depkes RI,Jakart
Warfarin 90 76 75
Ansel, H. C, 1986, Pengantar Bentuk
Warfarin+Fenilbutazol 420 827 822 Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.

c. Analisis Statistika Joenoes, Z. N., 2002, Ars Prescribendi Jilid


3, Airlangga University Press, Surabaya

Lullmann Heinz et al, 2000, Color Atlas of


Pharmacology
2nd edition,Thieme,Stuttgart-New York

Mutschler,Ernest,1991, Dinamika Obat


edisi V ,Penerbit ITB,Bandung

Anda mungkin juga menyukai