Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus Mauritiana)

OLEH :

RISKA ANGGIA JUITA


NIM.P05150218039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2020
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus Mauritiana)

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Pedoman Pelaksanaan


Penelitian Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Oleh :

RISKA ANGGIA JUITA


NIM.P05150218039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah

IDENTIFIKASI KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus Mauritiana)

Yang Dipersiapkan dan Dipresentasikan Oleh :

RISKA ANGGIA JUITA


NIM.P0515021803

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui


Untuk dipresentasikan dihadapan Tim Penguji
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Prodi Diploma III Farmasi

Tanggal :

Oleh :

Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing I Pembimbing II

Zamharira Muslim,M.Farm,Apt Avrilya Iqoranny, M.Pham.Sci.,Apt


NIP. 198812012014021003 NIP. 198204212009032008

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan karunia yang dicurahkan-Nya serta kemudahan yang diberikan-Nya

sehingga dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan Judul

“Identifikasi Kualitatif Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Daun Bidara

(Ziziphus Mauritiana)” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah

Karya Tulis Ilmiah.

Dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penyusun telah

mendapat masukan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Eliana,SKM.,MPH, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

2. Bapak Sahidan, S.Sos, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

3. Ibu Resva Meinisasti,M.Farm.,Apt, selaku Ketua Program Studi Diploma III

Farmasi Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

4. Bapak Zamharira Muslim,M.Farm.,Apt, selaku Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberi semangat.

5. ........... selaku Pembimbing II yang telah memberi semangat dan memberi

bimbingan.

iii
6. Kedua orang tua dan keluargaku tercinta yang selalu memberikan semangat

dan dukungan penuh kepadaku serta terima kasih atas doanya untuk penulis.

7. Para sahabat tersayang yang selalu memberikan banyak masukan dan tetap

menyemangati penulis.

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penyusun

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar

dapat membantu perbaikan selanjutnya. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bengkulu, 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.................................................................................................5
Keaslian Penelitian.........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Tanaman Bidara (Ziziphus Mauritiana)..................................................................6
B. Senyawa Metabolit Sekunder...............................................................................10
C. Simplisia...............................................................................................................13
D. Ekstrak dan Ekstraksi............................................................................................15
E. Cara Ekstraksi.......................................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................22
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................22
B. Variabel Penelitian...............................................................................................22
C. Definisi Operasional.............................................................................................22
D. Waktu Dan tempat Penelitian..............................................................................23
E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian..........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
LAMPIRAN...........................................................................................................32

v
DAFTAR TABE

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian.........................................................................................5


Tabel 2.2 Klasifikasi Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)...........................................7

vi
DAFTAR GAMBA

Gambar 2.1 Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana).........Error! Bookmark not


defined.
Gambar 2.3 Batang Tanaman Bidara...................................................................8
Gambar 2.4 Daun Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)..................................8
Gambar 2.5 Buah Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2.6 Bunga Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)Error! Bookmark not
defined.
Gambar: 2.7 Kerangka dasar flavonoid..............................................................11
Gambar 2.8 Struktur dasar saponin steroid........................................................ 12
Gambar 2.9 Struktur Unsur Tanin......................................................................12

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan dikenal mengandung berbagai golongan senyawa kimia tertentu

sebagai bahan obat yang mempunyai efek fisiologis terhadap organisme lain atau

sering disebut sebagai senyawa bioaktif. Senyawa alam hasil isolasi dari

tumbuhan juga digunakan sebagai bahan asal untuk sintesis bahan-bahan biologis

aktif dan sebagai senyawa model untuk merancang senyawa baru yang lebih aktif

dengan sifat toksik yang lebih rendah (Salni, Hanifa Marisa, 2011).

Di Indonesia sendiri memiliki ribuan jenis tumbuhan yang tersebar di

berbagai daerah. Keanekaragaman hayati yang ada tersebut dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku obat modern dan tradisional. Masyarakat Indonesia telah lama

mengenal dan memakai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam

penyakit (Fauziah Nugraha. 2016).

Sumber alam hayati tropika Indonesia ini merupakan gudang senyawa bahan

alam dengan keanekaragaman struktur dan keteraturan yang tinggi serta

mempunyai aktivitas biologi yang luar biasa. Namun, sebagian besar sumber alam

hayati tersebut belum tergali secara kimiawi, sehingga perlu diberdayakan secara

ilmiah dan dilestarikan untuk memenuhi berbagai keperluan hidup manusia di

bidang kesehatan dan lainnya (Yunita, Azidi Irwan, 2009).

viii
Faktor iklim yang di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari,

kelembaban udara dan angin serta keadaan tanah sangat berpengaruh terhadap

proses pertumbuhan tanaman hingga variasi metabolit sekunder yang terkandung

(Artini, P. E. U. D., Astuti, K. W. , Warditiani, 2008).

Uji fitokimia merupakan suatu pemeriksaan golongan senyawa kimia yang

terdapat dalam suatu simplisia tumbuhan. Uji tersebut dapat digunakan untuk

membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan untuk dapat

dikaitkan dengan aktivitas bioliginya sehingga dapat membantu langkah-langkah

fitofarmakologi (Artik Elisa Angkawijaya, Felycia Edi Soetaredjo, 2013).

Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat adalah

bidara (Ziziphus mauritiana). Contohnya di India masyarakat menggunakan

bidara (Ziziphus mauritiana) sebagai obat diare, kencing manis, demam dan

malaria sedangkan di Malaysia rebusan kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat

sakit perut dan sebagian masyarakat lagi menggunakan daun bidara (Ziziphus

mauritiana) untuk mengatasi masalah kecantikan seperti mengatasi jerawat,

keriput dan lingkaran hitam pada bawah mata (Nugraha, 2016).

Upaya untuk memberikan nilai tambah dari tanaman ini yaitu perlu dilakukan

penelitian terhadap kandungan metabolit sekundernya, kandungan metabolit

sekunder diantaranya adalah Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tanin, dan Terpenoid.

Dalam skrining fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain

sederhana, cepat, dapat dilakukan dengan peralatan minimal, bersifat semi

kuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawa yang bersangkutan,

selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari (A.P,Nirwana 2014).

ix
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik utuk meneliti terkait

senyawa metabolit sekunder tanaman daun bidara (Ziziphus Mauritiana) yang

berasal dari Kota Bengkulu sehingga dapat dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan

khususnya dibidang farmasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah senyawa metabolit sekunder apakah yang terkandung dalam tanaman daun

bidara (Ziziphus Mauritiana).

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman

daun bidara(Ziziphus Mauritiana).

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi senyawa golongan Alkaloid dari ekstrak daun

bidara (Ziziphus Mauritiana)

b. Untuk mengidentifikasi senyawa gologan Saponin dari ekstrak daun

bidara (Ziziphus Mauritiana)

c. Untuk mengidentifikasi senyawa golongan Flavonoid dari ekstrak daun

bidara (Ziziphus Mauritiana)

d. Untuk mengidentifikasi senyawa golongan Tanin dari ekstrak daun

bidara (Ziziphus Mauritiana)

x
e. Untuk mengidentifikasi senyawa golongan Terpenoid dari ekstrak

daun bidara (Ziziphus Mauritiana)

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan

senyawa metabolit sekunder tanaman daun bidara(Ziziphus Mauritiana)

serta fungsi dan manfaatnya.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi

informasi pengetahuan dan referensi bacaan tentang kandungan senyawa

metabolit sekunder tanaman daun bidara(Ziziphus Mauritiana) serta

fungsi dan manfaatnya.

3. Bagi Peneliti Lain

Untuk mengembangkan penelitian yang terbaru dan dapat digunakan

sebagai salah satu bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat

melakukan penelitian tentang Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit

Sekunder Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana).

xi
Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
Nama Lokasi dan Variabel
N Jenis
Judul Peneliti Waktu Penelitian
o Penelitian
Utama Penelitian

1. Identifikasi Amandus L Lokasi Jenis Uji Alkaloid,


Senyawa Kimia G I Sapu penelitian penelitian Tanin, Steroid,
Daun Bidara Ghari. dilaksanakan ekperimen dan Saponin.
(Ziziphusmauritia di Secara
na) Laboratorium Kromatografi
Dari Kabupaten Fitokimia Lapis Tipis
Timor Tengah Akademi Dan
Selatan Provinsi Farmasi Sandi Kromatografi
Karsa Makassar
Ntt Kolom.
Provinsi
Secara Sulawesi
Kromatografi Selatan. Pada
Lapis Tipis Dan Tahun 2018.
Kromatografi
Kolom.

2. Identifikasi Riska Lokasi jenis Uji Senyawa


Senyawa Alkaloid Aksara, penelitian penelitian Alkaloid
Dari Ekstrak Weny J.A. dilaksanakan eksperimen Ekstrak Kulit
Metanol Kulit Musa, La di dengan Batang Mangga
Batang Mangga Alio tini, P. laboratorium metode
(Mangifera E. U. D., Kimia, Spektrometri
indica L) Astuti, K. FMIPA UV-VIS dan
W. , Universitas IR.
Warditiani, Negeri
N. K. Gorontalo

3. Penentuan Kadar Haeria, Lokasi Jenis Uji Kadar


Flavonoid Total Hermawati, penelitian penelitian Flavonoid
Dan Aktivitas Andi Tenri dilaksanakan adalah Total Ekstrak
Antioksidan Ugi Dg. di Jurusan eksperimen daun bidara
Ekstrak Etanol Pine. Farmasi dengan dan
Daun Bidara Fakultas menggunakan Kandungan
(Ziziphus Spina- Kedokteran spektrofotom
Christi L.) dan Ilmu Antioksidan
eter UV-Vis.
Kesehatan
UIN Alauddin
Makassar,
Indonesia.201
8.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Bidara (Ziziphus Mauritiana)

Gambar 2.1 Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)


(Sumber: Dokumentasi Camera Pribadi)

Tanaman bidara adalah sejenis pohon kecil yang selalu hijau,

penghasil buah yang tumbuh di daerah afrika utara dan tropis serta asia

barat, tumbuh di Israel di lembah-lembah sampai ketinggian 500 mdpl.

Khususnya di Indonesia tanaman ini banyak tumbuh di daerah sumbawa

(Nusa Tenggara Barat) (Heyne, 1987). Bidara banyak digunakan dalam

pengobatan tradisional antara lain semua bagiannya (daun, buah, biji,

akar, dan batang).

Tanaman bidara ini di indonesia Banyak dibudidayakan di pulau

Madura, Maluku, Bali hingga Jawa. Bidara dipulau jawa dapat tumbuh

6
pada ketinggian kurang lebih 500m diatas permukaan laut (Ria

Cahyaningsih, 2017).

Tanaman bidara bisa hidup diberbagai kondisi. Akan tetapi

tanaman bidara bisa cepat tumbuh diudara yang panas dengan curah

hujan berkisar 125 mm dengan suhu minimum 7-13°C dan maksimum

37-48°C, (Tjitrosoepomo, 2010).

1. Taksonomi Tanaman Bidara

Menurut (Tjitrosoepomo,2010), klasifikasi atau kedudukan tanaman

bidara dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana).

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Rosales

Famili Rhamnaceae

Genus Ziziphusa

Spesies Ziziphus Mauritiana

(Tjitrosoepomo, 2010)

7
2. Morfologi Tanaman Bidara

a. Batang

Gambar 2.3 Batang Tanaman Bidar


(Sumber: Dokumentasi Camera Pribadi)

Pada gambar di atas terlihat jelas bahwa bentuk dari batang pada

tanaman bidara yaitu bulat dan berkayu, memiliki warna hijau keabu-

abuan, dan pada setiap ruas pada batang tersebut terdapat duri yang

tajam berwarna kemerahan.

b. Daun

Gambar 2.4 Daun Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)


(Sumber: Dokumentasi Camera Pribadi)

8
Daun pada tanaman bidara berbentuk bundar atau bulat telur

oval, memiliki tulang daun 3, berwarna hijau muda dan hijau tua, tepi

daun tumpul atau membulat dari bawah daun berwarna putih (Sareng,

2018).

c. Buah

Gambar 2.5 Buah Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)


(Sumber: https://tanamanmart.com/khasiat-daun-bidara-pohon-bidara/)

Buah pada bidara berbentuk bulat meyerupai buah tomat, daging

buah berwarna putih serta memiliki rasa yang manis, memiliki biji

yang kecil berwarna coklat, kulit buah halus berwarna hijau mengkilat

jika masih muda akan berwarna hijau dan berwarna merah ketika

sudah matang.

d. Bunga

9
Gambar 2.6 Bunga Tanaman Bidara(Ziziphus Mauritiana)

(Sumber: Dokumentasi Camera Pribadi)

Pada tanaman bidara bunga tumbuh disekitar ketiak daun,

berwarna putih kekuningan, bentuk bunga seperti bintang, jenis bunga

pada tanaman bidara termasuk bunga tunggal (Kamila, 2017).

3. Manfaat Tanaman Bidara

Manfaat dari tanaman bidara (Ziziphus Mauritiana) yaitu untuk

mengobati abses (bisul), gangguan hati, demam, asma, luka, bengkak,

dan diare (Sareng, 2018). Selain n itu tanaman bidara juga bisa berguna

sebagai antiinflamasi (meredakan peradangan, serta nyeri), antimikroba

(sebagai antibiotik), mencegah timbulnya penyakit tumor, antifungi

(mencegah jamur), antioksidan (mencegah penuaan) (Ashari, 2015).

10
B. Senyawa Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi

pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau

berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Tumbuhan menghasilkan

berbagai molekul bioaktif melalui jalur metabolit sekunder. Senyawa ini

diduga sebagai alat pertahanan diri dari infeksi dan predator (Salmiwati,

2016).

1. Flavonoid (polifenol)

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang tersebar luas di alam.

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-

C6 yang artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin

benzene tersubstitusi), disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon

(Raden, 2017).

Gambar: 2.7 Kerangka dasar flavonoid


(Sumber: http://febeunike93.blogspot.com/2013/11/penentuan-struktur-flavonoid.html)

Fungsi flavonoid pada tumbuhan adalah untuk mengatur proses

fotosintesis, zat mikroba, antivirus, dan antiinsektisida. Flavonoid

dihasilkan oleh jaringan tumbuhan sebagai respon terhadap infeksi atau

11
luka yang kemudian berfungsi menghambat fungi yang menyerangnya.

Pereaksi yang biasa digunakan untuk flavonoid adalah HCl pekat yang

akan merubah warna sampel menjadi merah atau jingga jika sampel

mengandung flavonoid (Ashari, 2015).

2. Saponin

Saponin berasal dari bahasa latin sapo yang berarti sabun, karena

sifatnya sama seperti sabun. “Sampel yang mengandung saponin akan

menghasilkan busa yang bertahan selama 10 menit apabila direaksikan

dengan asam klorida 1 M” (Morton, Arbonnier, 2019).

Dua jenis saponin yang dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol

dan glikosida struktur steroid. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh

dengan hidrolisis dalam asam atau menggunakan enzim (Raden, 2017).

Gambar 2.8 (a) Struktur dasar saponin steroid,


(b) Struktur dasar saponin tripenoid
(Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/9681/3/2BL01236.pdf)
3. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin tergolong Edisi

April 2008 45 senyawa polifenol dengan karakteristiknya yang dapat

membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin

dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan

12
tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer

gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula,

sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa fl avonoid

dengan ikatan karbon-karbon (C.McNabb, 2020).

Gambar 2.9 Struktur Unsur Tanin ( Harborner, 1987)

4. Alkaloid

Alkaloid merupakan salah satu metabolisme sekunder yang

terdapat pada tumbuhan, yang bisa dijumpai pada bagian daun, ranting,

biji, dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan

berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa

sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan lain-lain

lain (Simbala, 2009).

5. Terpenoid

Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang

mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan

penyulingan dan disebut sebagai minyak atsiri. Terpenoid memiliki

beberapa nilai kegunaan bagi manusia, antara lain minyak atsiri sebagai

13
dasar wewangian, rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri

makanan. Fungsi terpenoid bagi tumbuhan adalah sebagai pengatur

pertumbuhan (seskuitertenoid abisin dan giberelin), karotenoid sebagai

pewarna dan memiliki peran membantu fotosintesis. (Salmiwati, 2016).

C. Simplisia

1. Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan

untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Pengeringan dapat

dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari, diangin-angin,

atau menggunakan oven, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan

dengan oven tidak lebih dari 60° (Kemenkes RI, 2017).

Serbuk Simplisia Nabati adalah bentuk serbuk dari simplisia nabati,

dengan ukuran derajat kehalusan tertentu. Sesuai dengan derajat

kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus

dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak boleh mengandung

fragmen jaringan dan benda asing yang bukan merupakan komponen asli

dari simplisia yang bersangkutan antara lain telur nematoda, bagian dari

serangga dan hama serta sisa tanah (Kemenkes RI, 2017).

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan. Contohnya adalah minyak ikan dan

madu (Gunawan et al, 2010).

14
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana.

Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan et al, 2010).

2. Pengumpulan Simplisia

Simplisia yang digunakan adalah simplisia nabati dimana bagian

yang digunakan adalah bagian daun dari tanaman Bidara (Ziziphus

Mauritiana). Daun yang diambil adalah daun yang segar, tidak rusak

serta bebas dari hama.

3. Serbuk Simplisia

Serbuk Simplisia adalah sediaan Obat Tradisional berupa butiran

homogen dengan derajat halus yang sesuai,terbuat dari simplisia atau

campuran dengan Ekstrak yang cara penggunaannya diseduh dengan air

panas (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014).

Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu : Kadar air

tidak lebih dari 10%, Angka Lempeng Total ≤106 koloni/g, Angka

Kapang Khamir: ≤4 koloni/g, Escherichia coli:negatif/g,

Salmonella.sp:negatif/g, Pseudomonas aeruginos negatif/g,

Staphylococcusaureus: negatif/g. Aflatoksintotal (aflatoksin B1, B2, G1

dan G2) Kadar aflatoksin total (aflatoksin B1, B2, G1 dan G2) ≤20 g/kg

dengan syarat aflatoksin B1 ≤5 g/kg. Cemaran Logam Berat, Pb: ≤10

mg/kg atau mg/L atau ppm, Cd: ≤0,3 mg/kg atau mg/L atau ppm, As: ≤5

mg/kg atau mg/L atau ppm, Hg:≤0,5 mg/kg atau mg/L atau ppm (Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014).

15
16
D. Ekstrak dan Ekstraksi

1. Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan

dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Farmakope Indonesia Edisi IV

Departemen Kesehatan RI, 1995).

2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Ekstrak

Faktor yang dapat mempengaruhi mutu ekstrak yang telah dibuat

menurut (Depkes RI, 2000), yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Biologi

Identitas tanaman seperti asal tumbuhan, jenis tumbuhan yang akan

digunakan, umur tumbuhan, bagian yang digunakan pada tanaman,

lokasi tumbuhan, periode pemanenan, penyimpanan bahan. Semua

faktor yang telah dijelaskan diatas akan mempengaruhi mutu ekstrak

yang digunakan.

b. Faktor Kimia

Kandungan kimia pada bahan yang digunakan antara lain zat aktif

yang terkandung pada bahan yang digunakan, kadar rata-rata total dari

senyawa aktif, kualitas ekstrak juga dipengaruhi oleh bahan tambahan

seperti larutan yang digunakan pada saat melakukan ekstraksi.

15
3. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi yaitu proses melarutkan senyawa kimia pada sampel

yang digunakan dengan pelarut yang sesuai. (Dirjen POM, 1986 dalam

(Nugrahawati, 2016).) Ekstraksi juga dapat diartikan sebagai pemisahan

antara bahan dengan pelarut yang sesuai. Prinsip ekstraksi yaitu

menyeimbangkan konsentrasi senyawa dalam pelarut dan konsentrasi yang

berada dalam sel suatu tanaman. Setelah kedua konsentrasi seimbang

maka proses ekstraksi dihentikan dan dilanjutkan dengan

proses penyaringan untuk memisahkan pelarut dengan sampel

(Mukhriani, 2014).

4. Macam-macam Ekstraksi

Menurut (Novalia, 2014), berdasarkan ada tidaknya proses

pemanasan, ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Ekstraksi Dingin

Ekstraksi dingin merupakan proses ekstraksi yang berlangsung

tanpa adanya proses pemanasan yang dapat merusak senyawa yang

diinginkan. Beberapa jenis metode ekstraksi yaitu, cara dingin,

meserasi dan peroklasi.

b. Ekstraksi Panas/Tahan Pemanasan

Ekstraksi panas merupakan proses ekstraksi yang melibatkan

proses pemanasan yang secara otomatis akan mempercepat proses

penyaringan. Beberapa jenis metode ekstraksi yaitu, refluks, ekstraksi

dengan alat soxhlet dan influsa.

16
5. Metode Ekstraksi

Menurut (Depkes RI, 2000), terdapat beberapa jenis metode ekstraksi

yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut


1) Cara dingin
a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

meng gunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi

termasuk eks traksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang

kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama, dan seterusnya.

b) Perkolas

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus

sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali

bahan.

17
2) Cara panas
a) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5

kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b) Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu

baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

c) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

40 - 50°C.

d) Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air

mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama waktu tertentu

(15 - 20 menit ).

18
e) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (˃230°C)

dan temperatur sampai titik didih air.

b. Destilasi Uap

Destilasi Uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap

(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air

berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap

dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan

diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan

menguap ikut didestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa

kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.

Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air

yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan

menguap ikut terdestilasi.

c. Cara Ekstraksi Lainnya

1) Ekstraksi berkesinambungan.

Proses ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan pelarut yang

berbeda atau sirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun

berturutan beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan

efisiensi (jumlah pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah

besar yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi.

19
2) Superkritikal karbondioksida

Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk

simplisia, dan umumnya digunakan gas karbondioksida. Dengan

variabel tekanan dan temperatur akan diperoleh spesifikasi kondisi

polaritas tertentu yang sesuai untuk melarutkan golongan senyawa

kandungan tertentu. Penghilangan cairan pelarut dengan mudah

dilakukan karena karbondioksida menguap dengan mudah,

sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak.

3) Ekstraksi Ultrasonik

Getaran ultrasonik (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada

proses ekstraksi dengan prinsip meningkatkan permeabilitas

dinding sel, menimbulkan gelembung spontan (cavitation) sebagai

stres dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi

tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas alat dan lama proses

ultrasonikasi.

4) Ekstraksi energi listrik

Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan

magnet serta "electric discharges" yang dapat mempercepat proses

dan meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan gelembung

spontan dan menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan

ultrasonik.

20

Anda mungkin juga menyukai