OLEH :
MAPPIDANRIS
20013059
STIFA B 2020
DOSEN :
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh setelah kulit yang memegang peranan
penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolisme
tubuh. Oleh karena itu organ ini sangat rentang terhadap jejas sampah metabolit, zat toksik,
dan jejas yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi (Guyton, 2011)
Kerusakan pada hati disebabkan beberapa faktor, diantaranya obat, infeksi, alkohol,
autoimun atau hepatitis (Wahyuningsih dan Sutjiatmo, 2015). Jika organ ini mengalami
kerusakan, mka fungsi-fungsi hati akan terhambat
Data statistik tahun 2007-2013 menyatakan bahwa peringkat penyakit hati sebagai
penyakit hati yang mematikan di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 1,7% menjadi
3,4% (Menkes RI, 2014). Tumbuhan obat telah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai
penyakit hati tersebut, seperti Hepatitis, sirosis, kolestasis, dan kanker hati. Penggunaan bahan
alam sebagai obat tradisional tidak cukup hanya berdasarkan pengalaman, tetapi juga perlu
dibuktikan secara ilmiah. Beberapa poteni sebagai hepatoprotektor adalah kayu manis (Eidi, et
al.,2012), putri malu (Rajendran, et al.,2009), kumis kucing (Maheswari, et al.,2008), legundi
(Manjunatha & Vidya,2008), dan trengguli (Ramadhani, 2015).
Hepatoprotektor (pelindung hati) adalah istilah yang diberikan pada produk yang
dipasarkan untuk melindungi hati dan/atau memulihkan hati yang telah dirusak oleh racun,
obat atau penyakit. Sampai saat ini, belum ada obat yang disetujui sebagai hepatoprotektor.
Tetapi ada berbagai jenis jamu atau campuran jamu yang dipasarkan di Indonesia sebagai
Hepatoproktektor. Produk tersebut Hepasil dari Kalbe Farma, Hepacomb dari Sidomuncul,
Hepagard dari Phapros, HP-Pro, Lesipar, Hepimun dan beberapa produk lain .
Hepatoprotektor adalah senyawa yang dapat melindungi sel-sel hati terhadap pengaruh
zat toksik yang dapat merusak sel hati. Mekanisme kerja obat hepatoprotektor antara lain
dengan cara detoksilasi senyawa racun, baik yang masuk dari luar (eksogen) maupun yang
terbentuk dalam tubuh (endogen) pada proses metabolisme, meningkatkan regenerasi sel hati
yang rusak, anti radang, dan sebagai immunostimulator (Dalimartha, 2005).
A. Hepatoprotektor
2. Aminoleban Infusion
Efek samping penggunaan aminoleban yang mungkin terjadi adalah:
a. Hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
b. Hiperamonemia (kadar amonia dalam darah tinggi)
c. Mual dan muntah
d. Nyeri vaskular
e. Sakit kepala
f. Ketidaknyamanan dada
g. Jantung berdebar
h. Menggigil, demam
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi gangguan ginjal yang serius dan
metabolisme asam amino yang abnormal.
3. Curcuma Domestica
Berikut beberapa efek samping yang mungkin muncul yaitu, Sakit perut
Mengencerkan darah.
Bila dipakai dengan takaran yang diusulkan, kurkuma dianggap aman. Beberapa
ahli menganjurkan agar kurkuma tidak dipakai dengan takaran tinggi oleh
perempuan hamil,karena dapat menimbulkan masalah rahim. Orang dengan batu
empedu atau hambatan pada saluran empedu sebaiknya bicara dengan dokter
sebelum memakai kurkuma.
KESIMPULAN
Hepatoprotektor adalah senyawa yang dapat melindungi sel-sel hati
terhadap pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati. Hepatoprotektor adalah
‘obat’ campuran jamu yang dipasarkan oleh beberapa produsen obat di Indonesia.
Tampaknya ‘obat’ ini sering diresepkan oleh dokter pada orang dengan HIV dan hepatitis
bersamaan, dan dengan ALT/AST tinggi. Menurut laporan anekdot, penggunaan
hepatoprotektor sering berhasil untuk mengurangi tingkat enzim hati. Namun belum
ada dasar bukti yang mendukung penggunaan hepatoprotektor dalam kasus koinfeksi
HIV/ virus hepatitis.
Obat golongan hepatoprotektor sudah banyak beredar di Indonesia, di antaranya :
Aminofusin Hepar, Aminoleban Infusion, Aminoleban Oral, Bio-EPL, Chenofalk, Comafusin
Hepar, Curliv, Cursii/Cursil 70, Curson, Curcuma, Curcuma plus, Epatin, Estazor,
Hepachol,Heparviton, Hepatofalk Planta, Hevtin, Lanagogum, Lesichoi/Lesichoi-300/Lesichol-
600, Lesifit, Lipagent, Livolin, Methicol, Methioson, Pramur, Sandrin, Sensikol, Solucur, Tutofusin
LC, Urdafalk, Ursochol. ( MIMS Indonesia I I 2001).
Kerusakan pada hati disebabkan beberapa faktor, diantaranya obat, infeksi,
alkohol, autoimun atau hepatitis (Wahyuningsih dan Sutjiatmo, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik DITJEN Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemrn Kesehatan RI, jakarta,
2007;Hlm.11-12.
Dalimartha, S.2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta : Puspa Swara.
Dixit, N., B Sanjula, K.K. & Ali, A. J. 2007. Silymarin: a review of pharmacological aspects of
potent herbl hepatoprotective drugs. International Journal of Research in
Pharmaceutical adn Biomedical Sciences, 39(4), pp.172-179.
Guyton AC, Hall JE. Metabolism and temperature regulation In: Wiidjajakusumah MD,editor.
Guyton and Hall Textbook of Medical Phyziology (12th ed). Saunders, an imprint of
Elsevier Inc, 2011; p.807-77
Menkes RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan analisis
Hepatitis, September, pp, 1-6
MIMS Indonesia. MIMS. Volume 30 Number 1 2001, MEDIMEDIA International Group, Hal. 28-
31, 312,366
Panjaitan, R. G. P., Handharyani, E., Chairul, M., Zakiah, Z., & Manalu, W. 2007. Pengaruh
Pemberian Karbon tetraklorida terhadap fungsi hati dan ginjal tikus. Makara
Kesehatan, 11(1), 11-6.
Wahyuningsih, S., & Sutjiatmo, A. B. 2015. Uji Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Air Akar Kuning
(Fibraurea tinctoria Lour) Pada Tikus Puti Betina Galur Wistar. Aristoteles,4(1).