Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI ANALITIK
“ PENETAPAN KADAR SARI DALAM PELARUT DAN SUSUT
PENGERINGAN ”

OLEH :

 ARIKA SANJAYA ( 15.01.143 )


 CENDY ALVANDO ( 16.01.002 )
 DEA YUDITH ANUGERAH ( 16.01.020 )
 EGA DESNIATI PALULUN ( 16.01.051 )
 EUNIKE LAMBA LIMBU DATU ( 16.01.028 )
 FATRIK INDRAWAN ARIS ( 15.01.004 )
 HASNIDAR ( 16.01.026 )
 MONNY P PATANDEAN ( 16.01.042 )
 MIKE SIOLET ( 14.01.105 )
 NUR LAILA FITRAH ( 16.01.049 )
 PRISQILA TRIVENA YAHYA ( 16.01.035 )
 PRADINA WIDIASARI RUSTAM ( 16.01.023 )
 RISKA AYU SAPUTRI AWALUDDIN ( 16.01.021 )
 YOLANDA SARI ( 16.01.007 )

KELAS : STIFA. A 016


KELOMPOK : III
ASISTEN : MUHAMMAD AMINUL MA’ARIF

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional
yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat
tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan
dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
Kemajuan pengetahuan dan teknologi modern tidak mampu
menggeser peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini pemerintah
tengah menggalakkan pengobatan kembali ke alam.
Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan
dengan pengobatan modern. Berbagai penelitian dan pengembangan
yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga dilakukan sebagai
upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan
dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat
tradisional tersebut. Pengembangan obat tradisional juga didukung
oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, tentang
fitofarmaka yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu
simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan
galenik.
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah
dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan
agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat
menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. Standarisasi simplisia
mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk
obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu.
Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar
abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut
etanol serta kadar senyawa identitas.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia.
2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia.
3. Untuk mengetahui susut pengeringan dari suatu sampel.

I.3 Prinsip Percobaan


Penetuan kadar sari berdasarkan jumlah kandungan senyawa
dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu yaitu air dan
etanol, serta kadar susut pengeringan dari suatu simplisia.
BAB III
METODE KERJA

III.1 Penetapan Kadar Sari Larut Air.


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang sampel simplisia sebanyak 1 gram.
3. Dimasukkan ke dalam gelas beker 50 ml.
4. Dibuat larutan 2,5 ml kloroform yang di cukupkan dengan aquadest
1000 ml.
5. Ditambahkan larutan yang telah dibuat kedalam gelas beker
sebanyak 20 ml.
6. Distirer sampel selama 6 jam dan diamkan selama 18 jam,
kemudian disaring.
7. Diuapkan filtrat hingga kering dalam cawan yang telah ditara.
8. Dipanaskan residu pada suhu 105o C hingga bobot tetap.
9. Dihitung kadar persen senyawa yang larut dalam air terhadap berat
simplisia awal.

III.2 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol.


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang sampel simplisia sebanyak 1 gram.
3. Dimasukkan ke dalam gelas beker 50 ml.
4. Ditambahkan etanol 95 % sebanyak 20 ml.
5. Distirer sampel selama 6 jam dan diamkan selama 18 jam,
kemudian disaring.
6. Diuapkan filtrat hingga kering dalam cawan yang telah ditara.
7. Dipanaskan residu pada suhu 105o C hingga bobot tetap.
8. Dihitung kadar persen senyawa yang larut dalam air terhadap berat
simplisia awal.
III.3 Penentuan Susut Pengeringan.
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang sampel simplisia sebanyak 1 gram.
3. Ditimbang krus kosong yang telah dipanaskan pada suhu 105 oC
selama 30 menit.
4. Diratakan simplisia dalam krus porselen dengan menggoyangkan
krus hingga merata.
5. Dimasukka kedalam oven panaskan pada suhu 100oC – 105oC
6. Dilakukan penimbangan setiap + 1 jam hingga diperoleh bobot
konstan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil Praktikum


IV.1.1 Penetapan kadar sari ekstrak

Parameter Bobot bobot Bobot cawan + Bobot Kadar sari


simplisia cawan residu residu
kodong
Senyawa 1g 38,40 g 45,077 g - 6,677
1g 36, 44 g 55,138 g - 18,698
terlarut pada
1g 38,45 g 53, 891 g - 15, 441
pelarut air 1g 38, 09 g 59,77 g - 21, 68
1g 38, 40 g 45, 064 g - 6, 664
Senyawa
terlalrut pada 1g 36, 44 g 55, 100 g - 18, 66
1g 38, 45 g 53,855 g - 15, 405
pelarut etanol
1g 38, 09 g 59, 750 g - 21, 66

IV.1.2 Penetapan Susut Pengeringan


Awal Jam ke- 1 Jam ke- 2 Susut
pengeringan

54, 90 53, 891 53, 855 2, 83 %


IV.2 Perhitugan
IV.2. 1 Senyawa Terlarut Pada Pelarut Air
1. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 45, 077 g
w0 : 38, 40 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 45, 077 – 38, 40 x 100 %
1g
= 6,677

2. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 55, 138 g
w0 : 36, 44 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 55, 138 – 36,44 x 100 %
1g
= 18, 698

3. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 53, 891 g
w0 : 38, 45 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 53, 891 – 38, 45 x 100 %
1g
= 15, 441
4. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 59, 77 g
w0 : 38, 09 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 59, 77 – 38, 09 x 100 %
1g
= 21, 68

IV.2. 2 Senyawa Terlarut Pada Pelarut Etanol


1. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 45, 064 g
w0 : 38, 40 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 45, 064 – 38, 40 x 100 %
1g
= 6,664

2. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 55, 100 g
w0 : 36, 44 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 55, 100 – 36, 44 x 100 %
1g
= 18, 66

3. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 53, 855 g
w0 : 38, 45 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 53, 855 – 38, 45 x 100 %
1g
= 15, 405

4. Diketahui : w1 : 1 g
w2 : 59, 750 g
w0 : 38, 09 g
% kadar : w2 – w0 x 100 %
w1
= 59, 750 – 38, 09 x 100 %
1g
= 21, 66

IV.2.3 Perhitungan Susut Pengeringan


Susut pengeringan : 53, 891 – 53, 855
= 0,036 g
% Susut pengeringan : w1 – ( w2 – w0) x 100%
w1
= 54, 90 – ( 0,036 – 53, 38 ) x 100%
54, 90
= 0,028 x 100%
= 2,03 %
IV. 4 Pembahasan

Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah


kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari
yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Cara ini di
dasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia
(sabarwati, 2006).
Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut
organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif dari
perlakuan temperature ruangan, akan mudah pelarutan terdistribusi ke
dalam tumbuhan. Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena
pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan
mengakibatkan tardegrasinya senyawa- senyawa metabolit sekunder.
Pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan memberikan
aktivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan
alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup lama
dengan sampel ( D jarwis, 2004 ).
Pada percobaan penetapan kadar sari larut air didapatkan
persentasi kada dari masing – masing sampel daun suruhan 6,677%,
daun beluntas 18, 698 %, daun dewa 15, 44 % dan daun sambiloto
21,68%. Dari keempat sampel tersebut yang memenuhi kadar air hanya
daun suruhan yang tidak lebih dari 10%. Untuk penetapan kadar sari larut
etanol dengan menggunakan sampel yang sama tidak jau berbeda
dengan kadar air yaitu daun suruhan larut etanol 6,664%. Jika
dibandingkan kandugan simplisia lebih banyak terkandung dalam pelarut
air dibandingkan larut etanol.
Pada percobaan penetapan susut pengeringan hanya daun
suruhan yang memiliki nilai susut pengeringan. Semua sampel tidak
memenuhi persyaratan yang tertera pada farmakope herbal Indonesia
dimana susut pengerigan tidak lebih dari 10% nilai susut penegringan
dalam hal khusus ( jika tidak mengandung minyak atsirih yang tinggi ).
Simplisia yang kadar airnya melebihi 10% maka sediaan larutan dengan
pencemaraan mikroorganisme.
Pada percobaan dengan penambahan cur klorofrom jenuh dan
etanol dimaksudkan sebagai larutan penarik zat aktif dari simplisia,
dimana zat aktif yang bersifat polar diekstraksi dengan menggunakan
pelarut polar. Pengecekan secara kostan selama 6 jam bertujuan untuk
melunakan simplisia agar cairan ekstraksi lebih mudah masuk kedalam
simplsia dan dan menarik zat aktifnya. Maserasi hingga 24 jam dilakukan
untuk memaksimalkan penarikan zat aktif dari simplisia.
Pengeringan dilakukan pada suhu 105ºC secara bertahap untuk
mendapatkan hasil penimbagan yang konstan dan ditetapkan sebagai
bobot residu tetap dari hasil ekstraksi yang telah dilakukan.
Untuk hasil uji larut etanol dan uji larut air, berdasarkan ;iteratur
pada jurnal terlihat bahwa sampel larut dalam air lebih besar dibandingkan
larut dalam etanol, artinya senyawa tersebut lebih cenderung mempunyai
kandugan mineral yang tinggi dari senyawa yang mengandung bahan-
bahan seperti karbohidrat garam- garam dan sebagian vitamin, serta
bahan organik.
Adapun faktor – faktor dari kesalahan percobaan ini adalah :
1. Kesalahan pada saat penimbagan hasil residu.
2. Waktu strirer yang tidak teratur atau konstan.
3. Penggunan strirer yang tidak stabil.
4. Kesalahan pada saat penambahan pelarut.
5. Kurang ketersediaannya sampel.
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu adapun cara
penetapan kadar sari pada simplisia yaitu dengan cara kuantitatif yaitu
penetapan kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol. Pada
penetapan kadar sari larut air, Disiapkan alat dan bahan. Ditimbang
sampel simplisia sebanyak 1 gram. Dimasukkan ke dalam gelas beker
50 ml. Dibuat larutan 2,5 ml kloroform yang di cukupkan dengan
aquadest 1000 ml. Ditambahkan larutan yang telah dibuat kedalam
gelas beker sebanyak 20 ml. Distirer sampel selama 6 jam dan
diamkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan filtrat hingga
kering dalam cawan yang telah ditara. Dipanaskan residu pada suhu
105o C hingga bobot tetap. Dihitung kadar persen senyawa yang larut
dalam air terhadap berat simplisia awal. Pada penetapan kadar sari
larut etanol hamper sama dengan penetapan kadar sari larut air hanya
saja pada penambahan aquadest diganti dengan etanol. Adapun Pada
susut pengeringan daun dewa (Phaleria macrocarpa) yaitu 0,036 g,
sedangkan pada % susut pengeringan yaitu 2,03 %.

V.II Saran
V.II.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan di laboraorium lebih dilengkapi
lagi agar praktikum dapat terlaksana dengan baik.
V.II.2 Saran untuk Dosen
Sebaiknya dosen lebih mengawasi lagi praktikan agar
praktkum dapat berjalan dengan baik.
V.II.3 Saran untuk asisten
Sebaiknya asisten hadir saat kami melaksanakan
praktikum agar praktikum dapat berjalan dengan efisien.

Anda mungkin juga menyukai