Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi dalam bahasa yunani disebut dengan “farmakon” (medikal/obat).
Farmasi sendiri yaitu seni dan ilmu dalam penyediaan bahan-bahan sumber alam dan
bahan sintesis yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan
pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi,
pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan
pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan diantaranya adlah matematika, biologi, kimia,
serta fisika yaitu farmasi fisika.
Farmasi Fisika adalah kajian atau cabang ilmu hubungan antara fisika (sifat-
sifat Fisika) dengan kefarmasian (sediaan Farmasi, farmakokinetik, serta
farmakodinamiknya) yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta kuantitatif
senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat fisikanya serta
menganalisis pembuatan dan pengujian hasil akhir dari sediaan obat dengan adanya
perkembangan teknologi, Farmasi Fisika juga dituntut berkembang, bukan hanya
mempelajari teknologi farmasetis, tetapi juga mempelajari bagaimana sisem
penghantaran bekerja dan memberi respons terhadap pasien. Misalnya, teknologi
penghantaran obat molekuler, skala nan, mikroskopik, Bobot jenis, kelarutan, serta
mikromeritik.
Mikromeritik yaitu suatu ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang partikel
kecil terutama mengenai ukuran partikel, Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta
kisaran ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Secara klinik, ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan
yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan tropical. Formulasi yang berhasil
dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik, dan respon farmakologis,
juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari produk itu. Mengingat
pentingnya mikromeritik dalam bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika

1
mahasiswa farmasi memahami mengenai mikromeritik ini, termasuk cara-cara dalam
melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat. Banyak metode yang digunakan
dalam menentukan ukuran partikel suatu bahan yaitu metode mikroskopik, metode
ayakan dan cara sedimentasi. Namun, dalam percobaan ini yang digunakan adalah
metode ayakan karena metode ini lebih sederhana, mudah dan murah serta waktunya
relatif cepat.
Oleh Karena itu dengan mengetahui mikromeritik maka kita dapat mengetahui
cara pengukuran diameter partikel suatu zat dengan metode pengayakan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mahasisswa mampu mengetahui dan memahami cara pengukuran diameter
partikel suatu zat dengan menggunakan metode tertentu.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu Mengukur diameter partikel dari laktosa dan magnesium
stearat dengan metode ayakan.
1.2.3 Prinsip Percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang
tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari nomor
OPN tertinggi ke nomor OPN terendah yang digerakkan dengan mesin dengan waktu
dan kecepatan tertentu.

2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Umumnya sediaan obat yang digunakan dalam farmasi mengandung komponen
bahan yang berupa paertikel-partikel baik sendirian maupun terdispersi sebagai
partikel-partikel halus dalam medium lain. Ukuran partikel dapat diperkecil baik
dengan metode fisis maupun metode kimiawi. Kominusi adlah suatu proses
memperkecil ukuran pertikel dari sayuran, obat-obat dari bahan hewani atau obat-
obat dari bahan kimiawi yang dilakukan secara fisis. Prinsip metode kimiawi yang
digunakan adalah pengendapan dari suatu larutan dengan jalan mereaksikan zat satu
dengan zat lainnya untuk menghasilkan senyawa kimia yang diingankan dalam
bentuk partikel-partikel halus. Metode kominusi meliputi : pemotongan, pemarutan,
pememaran, penggerusan, pembuatan serbuk dengan cara levigasi. Umumnya proses-
proses ini dilakukan dengna menggunakan alat mekanis seperti penggiling atau mortir
dan stamper (Ansel, 1989).
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel
yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter
rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya.
Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata . Ukuran partikel bahan
obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel
mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek
fisiologisnya (Moechtar.,1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu :
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).

3
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang
tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi
linear (Moechtar.,1990).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya.
Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula
menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak
ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu
garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis
tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang
sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Voight,
1994).
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel (Parrot,
1970):
a. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak
diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan
mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam
mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut
lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan
dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
b. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran
partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran
geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya
lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa
pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih

4
kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk
bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan
kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu. Untuk menentukan ukuran atau dimensi-
dimensi dari serbuk yang sesungguhnya adalah sukar sekali.
Sebab kumpulan dari paertikel tersebut bersifar heterogen, baik bentuk maupun
besarnya tidak sama. Namun berdasarkan pada sifat analogi tersebut di atas. Maka
dimensi tersebut dapat ditentukan menurut sifat-sifatnya seperti luas permukaan
volume sama dengan volume partikel yang diselidiki dinamakan diameter volume
(dv) sedangkan diameter terproyeksi adalah diameter partikel-partikel yang berbentuk
bola yang mempunyai daerah pengamatan partikel yang diselidiki jika dilihat secara
normal pada bidangnya yang paling stabil. pada penimbangan 40-150 g setelah kira-
kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang
telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan (Ansel, 1998).
c. Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Metode yang
digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah metode pipet, metode
hidrometer dan metode malance. Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat
kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin
juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran
partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan
dengan istilah “very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang
dihubungkan dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang ayakan yang
telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu
ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis.
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dngan dua nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui
pengayak dengan nomor tertinggi (Ditjen POM, 1979).

5
Biasanya pengayakan memiliki lubang berkotak-kotak. Dengan sebuah lubang
berkotak dengan sisi 1, Kristal halus dapat melewatinya jika dimensi tidak melewati
f . Ukuran rata-rata dari partikel melewati suatu ayakan dan tertahan oleh ayakan lain
hanya dapat diperkirakan dari ukuran lubang, karena pembagian ukuran tergantung
dari ukuran partikel dan bagaimana partikel melewati lubang. Misalnya, sebuah
Kristal lebih panjang dari f akan melewati pengayak jika disesuaikan dengan panjang
garis tegak lurus dengan pengayak. Saat kehadiran sebuah partikel yang berdimensi
sangat kecil dapat melewati pengayak. Klasifikasi partikel oleh pengayak akan
memiliki distribusi luas dari ukurannya (Parrot,1970).
Dalam beberapa hal digunakan juga istilah umum untuk menyatakan derajat
halus serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut (Anief, 1987)
1. Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
2. Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
3. Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
4. Serbuk halus adalah serbuk (85)
5. Serbuk sangat halus (120)
6. Serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300)
Kekuatan kompresif atau kekuatan pemecahan (crushing strength) dari granul
telah didapatkan dengan penempatan granul individual di antara lempengangan-
lempengan dan memecahkannya dengan menggunakan suatu beban kompresif. Pada
banyak formulasi terdapat suatu rentangan optimum dari rata-rata kekuatan
pemecahan granul untuk ukuran granu tertentu (Lachman, 1989).
Dalam penentuan ukuran partikel dengan pengayak, sekumpulan pengayak dari
terkasar yang paling di atas ditempatkan pada shaker dan sampel bubuk dimasukkan
pada pengayak bagian atas, bahan-bahan dikalsifikasi saat melewati satu
pengayakdan tertahan pada batasan pengayak yang lebih halus. Diameter partikel
dipertimbangkan sebagai ukuran dari lubang dalam pengayak yang lebih besar atau
lebih halus, atau ukuran pada aritmatika atau geometric yang berarti pada lubang pada
dua pengayak. Ukuran manapun yang dipilh, seharusnya diteraokan dan digunakan

6
selama pembelajaran. Batas yang digunakan pengayak dalam pengukuran ukuran
partikel adalah 44 (Parrot, 1970).
Pada praktiknya, suspense encer yang telah diketahui volumenya dipompakan
melalui lubang tersebut. Jika suspense tersebut cukup encer, partikel-partikel akan
padat melewati lubang tersebut satu persatu(Sinko, 2005).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Sweetman, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, Etanol, Etil alcohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak; bau khas ; rasa . Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan eter P
Khasiat : Antiseptik, desinfektan
Kegunaan : Untuk membersihkan alat
2.2.2 Talk(FI ed III Hal. 591)
Nama resmi : Talcum
Nama lain : Talk
Berat molekul : 379,259
Rumus molekul : Mg2(Si2O5)4(OH)4

7
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudhmelekat pada


kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih
kelabu.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sampel
2.2.3 Acidum Stearicum/ Asam Stearat (FI III hal. 57)
Rumus Empiric : C18H36O2
BM : 284,47.
Struktur : CH3(CH2)16COOH
Rumus Struktur :

Fungsi : Pengemulsi, Solubilizing Agent

Ointment/Krim : 1-20%.

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan


hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.

8
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian
etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam
3 bagian eter P.
Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama
dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan
dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan
konsentrasi 1-20%.

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasi Fisika tentang Mikromeritik dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 23 Oktober 2019, pukul 10.00 WITA sampai dengan 13.00 WITA. Bertempat
di Laboratorium Teknologi Farmasi, jurusan farmasi,Fakultas Olaharaga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Ayakan nomor (72,30,23,15) cawan Porselin, kain halus, neraca analitik,
Sudip.
3.2.2 Bahan
Alkohol 70%, kertas perkamen, laktosa, talkum, Tissue.
3.2 Cara kerja
3.3.1 Metode Ayakan Laktosa
1. Dibersihkan ayakan dahulu dari sisa-sisa bahan yang tertinggal sebelumnya
menggunakan Alkohol 70%.
2. Ditimbang Laktosa 10 g menggunakan neraca analitik.
3. Disusun ayakan OPN di mulai dari nomor 72 teratas dan ayaka OPN 15 yang
paling bawah.
4. Dimasukkan bahan Laktosa dalam ayakan OPN paling atas pada nomor 72.
5. Digerakkan ayakan menggunakan tenaga manusia dengan kecepatan konstan
selama 5 menit.
6. Ditimbang sampel yang tertinggal pada masing-masing ayakan. Ditimbang
menggunakan neraca analitik.
7. Dicatat berat yang diperoleh.
8. Dihitung diameter partikelnya.

10
3.2.2 Metode Ayakan Talkum
1. Dibersihkan ayakan dahulu dari sisa-sisa bahan yang tertinggal sebelumnya
menggunakan Alkohol 70%.
2. Ditimbang Talkum 10 g menggunakan neraca analitik.
3. Disusun ayakan OPN di mulai dari nomor 72 teratas dan ayaka OPN 15 yang
paling bawah.
4. Dimasukkan bahan Talkum dalam ayakan OPN paling atas pada nomor 72.
5. Digerakkan ayakan menggunakan tenaga manusia dengan kecepatan konstan
selama 5 menit.
6. Ditimbang sampel yang tertinggal pada masing-masing ayakan. Ditimbang
menggunakan neraca analitik.
7. Dicatat berat yang diperoleh.
8. Dihitung diameter partikelnya.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan

Diameter
JenisSampelyang Nomor Bobot Tertinggal Persen
rata-rata
diuji OPN (a) Tertinggal (d)
(µm)

Residu 1,91 7,64 0,1386

72 20,43 81,72 16,8641

Talkum 30 1,75 7 0,1164


26 1,20 4,8 0,0547
15 1,02 4,08 0,0395
∑ 26, 31 105,24 16,2133
Residu 3,65 0,146 0,0058
72 2,93 11,6 0,3677
30 13,96 55,84 8,5256
Asam Stearat
26 3,54 14,36 0,5636
15 2,38 9,52 0,2477
∑ 26,48 91,466 9,7104

4.2 Perhitungan
a) Talkum OPN : Residu
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d)= × 100%
jumlah bobot sampel
1,91
= × 100%
10
= 19,1 %
b) OPN : 72
Bobot tertinggal (a)
%tertinggal (d) = × 100%
jumlah bobot sampel

12
20,43
= × 100%
10

= 204,3%
c) OPN : 30
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d)= × 100%
jumlah bobot sampel
1,75
= × 100%
10
=17,5 %
d) OPN : 26
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d) = × 100%
jumlah bobot sampel
1,20
= × 100%
10

=12 %
e) OPN : 15
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d) = × 100%
jumlah bobot sampel
1,02
× 100%
10

=10,2 %
f) Talkum OPN : Residu
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d)= × 100%
jumlah bobot sampel
1,91
= × 100%
10
= 19,1 %
g) ASAM STEARAT OPN : Residu
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d)= × 100%
jumlah bobot sampel
3,65
= × 100%
10
= 36,5 %

13
h) OPN : 72
Bobot tertinggal (a)
%tertinggal (d) = × 100%
jumlah bobot sampel
2,93
= × 100%
10

= 29,3%
i) OPN : 30
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d)= × 100%
jumlah bobot sampel
13,96
= × 100%
10
=139,6 %
j) OPN : 26
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d) = × 100%
jumlah bobot sampel
3,54
= × 100%
10

=35,4 %
k) OPN : 15
Bobot tertinggal (a)
% tertinggal (d) = jumlah bobot sampel × 100%
2,38
× 100%
10

=23,8 %
 Diameter rata-rata (Talkum)
∑(a×d)
= ∑d
1,91 x 7,64
Residu = 105,24

= 0,1386 g/µm
20,43 x 8,72
72 = 105,24

= 15,8641g/µm
1,75 x 7
30 = 105,24

14
= 0,1164g/µm
1,20 𝑥 4,8
26 = 105,24

= 0,0547g/µm
1,02 x 4,08
15 =
105,24
= 0,0395g/µm

 Diameter rata-rataAsam Stearat


3,65 x 0,1406
Residu = 91,466

= 0,0008 g/µm

12,43 x 11,6
72 = 91,466

= 0,677 g/µm
13,6 x 55,84
30 = 91,466

= 8,5225 g/µm
5,59 x 14,36
26 = 91,466

= 0,5636 g/µm
2,38 x 9,52
15 = 91,466

= 0,2477 g/µm
∑(𝑎.𝑑)
Nilai D = ∑d

 Talkum = (1,91 x 7,64) + (20,43 x 81,72) + (1,75 x 7) + (1,20 x 4,8) +


(1,02 x 4,08)
1,706,3036
= 16,2133

= 105,2409 µm

15
 Asam stearat = (3,65 x 0,146) + (2,40 x 11,6) + (13,96x 55,84) + (3,59 x
14,36) + (1,38 x 9,52)
871,1573
= 9,7104

= 89,7138µm
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan tentang mikromeritik.
Menurut (Ansel, 1989) mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi
tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara.
Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan
sebagainya
Menurut (Martin, 1990) untuk menentukan partikel dapat dilakukan dengan 3
metode yaitu metode pengayakan, mikroskopis, dan sedimentasi. Namun yang
dilakukan pada praktikum ini hanyalah menggunakan metode pengayakan. Ayakan
umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar; tetapi jika
digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan untuk
mengayak bahan sampai halus.
Prinsip kerja dari ayakan opn adalah semakin besar lubang ayakan maka
semakin besar pula ukuran partikel yang dihasilkan (Voight,1994).
Menurut (Voight,1994) sebelum memulai percobaan, hal pertama yang
dilakukan pada praktikum ini adalah membersihkan ayakan menggunakan tissue dan
alcohol 70% lalu dikeringkan. Karena menurut Kimbal (1983) bahwa alkohol 70%
bertujuan agar alat-alat terbebas dari lemak dan debu serta organisme-organisme yang
dapat merusak sampel. Setelah itu, ditimbang asam stearat sebanyak 10 g dan
Talkum sebanyak 10 g. kemudian Disusun pengayak OPN dengan no OPN 72 paling
atas disusun secara berurutan ke bawah 30,26 dan 15. Sekelompok partikel
dinyatakan memiliki tingkat kehalusan tertentu jika seluruh partikel dapat melintasi
lebar lubang yang sesuai (artinya tanpa sisa diayakan). Dengan demikian ada batasan
maksimal dari ukuran partikel.

16
Dimasukan sampel yang telah ditimbang pada pengayak OPN no 72 atau yang
paling atas lalu dilakukan pengayakan secara konstan selama 5 menit menggunakan
stopwatch. agar hasil yang diperoleh dalam pengayakan akan sempurna. Waktu
pengayakan dilakukan selama 5 menit, hal ini dikarenakan waktu tersebut dianggap
waktu yang optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan
(nomor mesh). Bila waktu lebih dari 5 menit dikhawatirkan pertikel akan
bertumbukan sehingga pecah dan lolos ke ayakan berikutnya, dengan begitu akan
terjadi ketidakvadilan data. Jika kurang dari 5 menit partikel belum terayak sempurna
(Zulfikar, 2010).
Kemudian ditimbang serbuk yang tertinggal pada masing-masing pengayak
dengan nomor berbeda pada timbangan, lalu dicatat hasil yang diperoleh dan dihitung
nilai presentase tertahan. Keuntungan dari metode pengayakan adalah alat yang
digunakan sangat sederhana, penggunannya mudah dan cepat,serta pengontrolan
kecepatan dan waktu pengayakan yang konstan (Alfian,2008).
Hasil yang diperoleh dari nilai % tertahan pada sampel asam stearat dengan
ayakan OPN no 72 sebesar 11,6g, ayakan no OPN 30 sebesar 50,84 g, no OPN 26 g
sebesar 14,26 g dan no OPN 15 sebesar 9,52 g. Hasil yang di peroleh dari asam
stearat 26,48 adalah Sedangkan untuk sampel Talkum pada ayakan OPN no 72
sebesar 0,71 g, no 30 sebesar 7 g, no OPN 26 sebesar 4,8 g dan ayakan OPN no 15
sebesar 4,08 g. hasil yang di peroleh dari talkum adalah 16,31 g. Di lihat dari hasil
total jumlah sampel pada praktikum ini yaitu tidak sesuai dengan jumlah total sampel
yang telah di tentukan. Hasil dari talcum adalah 16,31 g/ µm dan asam stearat adalah
26,48 g/ µm. Menurut (Moechtar, 1990) ukuran diameter partikelnya yaitu 1,525 µm.
Kemungkinan kesalahan pada praktikum ini adalah kurang teliti dalam
membersihkan ayakan, akibatnya berat sampel pada jumlah akhir telah melebihi
jumlah yang di tentukan.

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa, setiap zat memiliki
ukuran diameter partikel berbeda-beda. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka
semakin halus zat tersebut. Adapun hasil yang di dapat dari percobaan kali ini yaitu,
ukuran diameter partikel rata-rata untuk asam stearat 89,9 µm dan untuk talcum 30,5
µm. Maka dapat disimpulkan pula bahwa laktosa lebih halus jika dibandingkan
dengan talcum.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran agar supaya bisa lebih memper hatikan alat yang mungkin sudah rusak
dan dapat segera diganti.
5.2.2 Saran Untuk laboratorium
Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-
alat dan bahan-bahan yang munanjang dalam proses-proses praktikum, agarpraktikum
dapat dilakukan dengan baik.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan asissten dan praktikan dapat berkerja sama dan ditingkatkan dengan
banyak memberi wawasan tentang farmasi fisika.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi, terjemahan Faridah
Ibrahim Universitas Muslim Indonesia
Alberty, Robert A and Robert J. Silbey. 1996. Physical Chemistry 2nd edition. USA:
Joh weley and sons inc.
Atikins, PW. 1994, “Kimia FIsika”. Jakarta: Erlangga.
Ditjen POM., 1979, “Farmakope Indonesia”, edisi III, Jakarta
Kimball, John W. 1983. Biologi Jilid. Bandung: Erlangga.
Martin, A., 1990, “Farmasi Fisika”, Buku II, UI Press, Jakarta
Moechtar., 1990, “Farmasi Fisika”, UGM Press, Yogyakarta
Parrot, L,E., 1970, “Pharmaceutical Technologi”, Burgess Publishing Company,
Mineapolish.
Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika . Buku II, UI Press, Jakarta

Voight, R., (1994), “Buku Pelajaran teknologi Farmasi”, edisi V, Cetakan I, UGM
Press, Yogyakarta.

Zulfikar. 2010. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

19

Anda mungkin juga menyukai