Oleh
KELAS A4C
KELOMPOK II
1. Ni Putu Juli Martasari (19021063)
2. Ni Putu Mitha Angelia Ningsih (19021064)
3. Ni Putu Mitha Meliani (19021065)
4. Ni Putu Widiantari (19021066)
5. Ni Wayan Yuniantari (19021067)
6. Novela Paulina Trihuldan Aun (19021068)
7. Nur Wahyuni (19021069)
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi; fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dalam fase
cairan lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (emulgator)
(Anonim, 1978). Di bidang farmasi dua cairan yang tidak saling bercampur
tersebut biasanya berupa minyak dan air. Ketika minyak dan air dikocok
bersamaan, terjadi pencampuran, namun bila pengocokan dihentikan akan
terjadi pemisahan yang cepat menjadi dua lapisan cairan. Untuk menghasilkan
emulsi yang stabil, ditambahkan zat ketiga, yaitu emulgator (White, 1964).
Dalam suatu emulsi, salah satu fase cair biasanya bersifat polar sedangkan
yang lainnya relatif non polar. Penetuan tipe emulsi tergantung pada sejumlah
faktor. Jika rasio volume fasa sangat besar atau sangat kecil, maka fasa yang
memiliki volume lebih kecil seringkali merupakan fasa terdispersi (Shelbat-
Othman & Bourgeat-Lami, 2009). Berdasarkan tipenya emulsi dibagi menjadi
empat yaitu:
Fase inversi mengubah sistem o/w menjadi w/o yang dibentuk dari
penambahan kelebihan fase terdispersi (Fase Inversi Konsentrasi) atau respon
terhadap temperatur (Fase Inversi Temperatur) ketika surfaktan non ionik
digunakan untuk mengubah kelengkungan spontan dari surfaktan yang
membawa sistem mendekati tegangan permukaan minimal dan membentuk
tetesan minyak yang terdispersi. Metode ini membuat perubahan fisik secara
drastis dalam sistem sepert ukuran partikel (Karasulu, 2008).
Aliran listrik dihantarkan oleh emulsi m/a karena adanya zat-zat ionic
dalam air.
2. Metode fluoresensi
3. Metode pewarnaan
Tujuan emulsi adalah untuk membuat suatu sediaan yang stabil dan rata
dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, untuk pemberian obat yang
mempunyai rasa lebih enak, serta memudahkan absorpsi obat (Ansel, 1989).
Emulsi terjadi bila ditambahkan suatu zat yang terdiri dari bagian polar
dan non polar. Karena kedua cairan yang akan dibuat emulsi berbeda pula
muatannya, maka zat ini akan menempatkan dirinya sesuai dengan
kepolarannya.
A. Metode Pembuatan
Emulsi dapat dibuat dengan metode-metode di bawah ini:
1) Metode Gom Kering (metode kontinental /metode 4:2:1)
Metode ini khusus untuk emulsi dengan zat pengemulsi gom kering.
Basis emulsi (corpus emuls) dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air
dan 1 bagian gom, lalu sisa air dan bahan lain ditambahkan kemudian.
Caranya, minyak dan gom dicampur, dua bagian air kemudian
ditambahkan sekaligus dan campuran tersebut digerus dengan segera dan
dengan cepat serta terus-menerus hingga terdengar bunyi “lengket”, bahan
lainnya ditambahkan kemudian dengan pengadukan.
2) Humektan
3) Pengawet
4) Pemberi rasa
5) Pewarna
6) Pendapar
C. Syarat pemilihan
D. Penggolongan
Zat pengemulsi dapat digolongkan berdasarkan sumber sebagai berikut:
1) Golongan karbohidrat, seperti gom, tragakan, agar dan pektin.
2) Golongan protein, seperti gelatin, kuning telur, dan kasein.
3) Golongan alkohol berbobot molekul tinggi, seperti stearil alkohol, setil
alkohol, gliseril monostearat, kolesterol, dan turunan kolesterol.
4) Golongan surfaktan (sintetik), bisa yang bersifat anionik, kationik, dan
nonionik.
5) Golongan zat padat terbagi halus, seperti bentonit, magnesium hidroksida,
dan alumunium hidroksida (Ansel, 1989).
E. Kestabilan Fisika
1) Creaming
f. Inversi
Inversi adalah peristiwa berubahnya jenis emulsi dari m/a menjadi a/m
atau sebaliknya (Aulton, 1988; Gennaro, 1990).
F. Kestabilan Kimia
Dalam suatu sistem emulsi, zat aktif serta zat-zat tambahan yang
digunakan harus tercampurkan secara kimia. Sebagai contoh, penambahan
alkohol dapat menyebabkan emulsi dengan koloid hidrofilik mengalami
pengendapan sedangkan perubahan pH yang drastis dapat mengakibatkan
pecahnya emulsi.
G. Kestabilan Biologi
R/ Minyak ikan 40 ml
Air 20 ml
PGA 10 ml
Sirup simplex 40 %
Aqua ad 200 ml
Rumus molekul :-
BM :-
Pemerian : cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak
tengik, rasa khas
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut
dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter
minyak tanah P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung
dari cahaya
Khasiat : sumber vitamin A dan vitamin D
(FI III 1979, halaman 457)
2. PGA (Gummi Acaciae/ Gom Akasia/ Gom arab)
Rumus molekul :-
BM : 240.000-580.000
Pemerian : hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lender
Kelarutan :mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol
(95%) P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : zat tambahan
c. Uji Viskositas
d. Uji pH
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya jika air atau larutan yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
penambahan bahan pengemulsi yg mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan
kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah
(Depkes RI, 1995).
1. Uji organoleptis
2. Uji viskositas
Dilakukan dengan mengukur viskositas sediaan dengan
menggunakan Viskometer Brookfield. Pada Viskometer ini nilai viskositas
didapatkan dengan mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder (spindle)
yang dicelupkan ke dalam sampel. Viskometer Brookfield memungkinkan
untuk mengukur viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometri.
Alat ukur kekentalan (viscosimeters) dapat mengukur viskositas melalui
kondisi aliran berbagai bahan sampel yang diuji. Untuk dapat mengukur
viskositas sampel dalam Viskometer Brookfield, bahan harus diam di
dalam wadah sementara poros bergerak sambil direndam dalam cairan
(Atkins, 1994).
Prinsip kerja dari Viscometer Brookfield yaitu semakin kuat
putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin
besar. Pada metode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan yang
akan diukur viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle dengan
cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan, semakin kuat putaran
semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar.
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil sebagai berikut
Sediaan Emulsi yang dibuat di laboratorium
- 5 (kertas lakmus)
- 7,8 ( pH meter)
Sediaan dipasaran ( Scoott’s emulsion )
- 3 (kertas lakmus)
- 7,0 (pH meter)
Xl. SARAN
Aulton M.E. 1988. Pharmaceutics: The Science Of Dosage Form Design: Health
Science Book. Churchill Livingstone. New York.
Anief. 1999. Ilmu Meracik Obat, Cetakan Ke-7. 71-73. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Attama, A.A., J, N.R.-O., E, M.U. & E, B.O. 2016. Nanomedicined For The Eye:
Current Status And Future Development. 1st Ed. United States:
Academia Press.
Ghosh, P.K. & Murthy, R.S. 2006. Micro Emulsions: A Potential Drug Delivery
System. Curr Drug Deliv, 3(2), Pp.167- 80
Lachman, L., & Lieberman, H. A. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua. 1091-1098. UI Press. Jakarta.
Lawrence, M.J. & Rees, G.D. 2000. Microemulsion-Based Media As Novel Drug
Delivery System. Adv Drug Deliv Rev, 45(6), Pp.89-121.
Martin alfred, Swarbick James, Arthur Cammarata. 1993. Farmasi Fisik Edisi 3
Jilid 2. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Rukmini, A., Hastuti, P., Raharjo, S. & Supriyadi, S. 2012. Formulation And
Stability Of Water-In-Virgin Coconut Oil Microemulsion Using
Ternary Food Grade Nonionic Surfactants. International Food
Research Journal, 19(1), Pp.259-64.
White , R.F. 1964. Pharmaceutical Emulsions And Emulsifying Agent 4th Edition.
The Chemist And Drugist, London, Pp. 4-62, 118-120.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Alat
Mixer
Viskometer brookfield
Spindel
Bahan
Pembuatan Emulsi
Uji Organoleptis
Emulsi Industri
Emulsi Praktikum
Emulsi Industri
Emulsi Praktikum
Menggunakan Kertas Lakmus
Emulsi Industri
Emulsi Praktikum
20 Rpm
30 Rpm
50 Rpm
60 Rpm
100 Rpm
Emulsi Praktikum
20 Rpm
30 Rpm
50 Rpm
60 Rpm
100 Rpm