PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat berpotensi dalam
negara yang memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
pulau yang kaya akan tanaman yang bermanfaat dan memiliki potensi pengetahuan
dalam genus Calicarpa. Tanaman ini mengandung sumber senyawa alam dan dapat
ini dimanfaatkan oleh salah satu suku asli Kalimantan yaitu suku Dayak Tunjung.
sebagai obat masuk angin dan bengkak pada bagian akar, sedangkan pada bagian
(Setyowati, 2010).
seperti tannin, saponin, dan flavonoid (Semiawan et al, 2015). Adapun penelitian
tentang kandungan senyawa kimia dari akar tanaman Sangkareho belum pernah
tanaman.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Batasan Masalah
flavonoid, uji saponin, uji kuinon, uji steroid dan uji tanin.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan yang dapat kita ambil dari kegiatan penulisan karya
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi kepada
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dari literatur
diseluruh pulau Kalimantan (Falah et al, 2013). Bagian akar dari tanaman
sangkareho ini berkhasiat sebagai obat masuk angin dan bengkak (Setyowati,
2010). Tanaman ini memiliki deskripsi perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-5
rambut halus, daun berbentuk lanceolatus dengan panjang 7,6-20 cm dan lebar 2,8-
9 cm pada permukaan daun terdapat banyak rambut dan warna daun muda hijau
kecoklatan, serta memiliki buah dan bunga yang kecil pada buah berbentuk bulat
sampai lonjong berwarna putih atau krem jika matang, buah diselubungi rambut-
rambut halus, untuk bunga memiliki warna merah muda atau agak keunguan
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Callicarpa
1. Uji Kualitatif
organoleptik dapat dilakukan dengan alat indera, yang memberikan cara untuk
Karakter organoleptik seperti bentuk, ukuran, warna, bau, rasa (Chanda, 2013).
ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi
obatan khususnya obat baru. Metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis
oleh makhluk hidup seperti tumbuhan, mikroba, atau hewan. Proses ini melewati
biosintesis yang digunakan untuk menunjang kehidupan namun tidak vital ( jika
tidak ada tidak mati) sebagaimana gula, asam amino dan asam lemak. Dibidang
a. Alkaloid
atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem
misalnya nikotina pada suhu kamar ). Alkaloid seringkali beracun bagi manusia
dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol yang digunakan
(Saifudin, 2012).
Gambar 2. Struktur adrenalin (alkaloid) (Saifudin, 2012)
b. Flavonoid
dua atau lebih gugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam
glikosida yang menyebabkan senyawa ini lebih mudah larut dalam pelarut
polar, seperti metanol, butanol, etanol, butil asetat (Hanani, 2014). Kandungan
alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah (Redha, 2010).
c. Tanin
dan pada beberapa tanaman terdapat dalam jaringan kayu seperti kulit batang
dan pada jaringan lain, yaitu daun dan buah. Tanin terbentuk amorf yang
mengakibatkan terjadinya koloid dalam air, memiliki rasa sepat, dengan protein
digunakan dalam industri sebagai penyamak kulit hewan. Sifat tanin sebagai
d. Saponin
menghemolisis darah. Saponin adalah glikosida tripena dan sterol yang telah
terdeteksi. Saponin memiliki rasa pahit atau getir, dapat mengiritasi mebran
saponin juga bersifat toksik terhadap ikan dan hewan berdarah lainnya. Hal
konsentrasi yang rendah saponin menyebabkan hemolisis sel darah merah pada
tikus. (Harbrone.J.B,1987).
Gambar 5. Struktur saponin triterpenoid , menurut Fengel (Rezky, 2011)
satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon 𝐶30 asiklik,
jantung. Kedua golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang
f. Kuinon
kromofor benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbnil yang brkonyugasi
sampai hampir hitam dan struktur yang telah dikenal jumlahnya lebih dari 450.
Pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau dalam jaringan lain (misalnya
(Harbrone.J.B,1987).
3. Ekstraksi
polaritas senyawa yang akan disari. Tujuan ekstraksi adalah menarik atau
penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Cara ini dapat menarik zat-zat
berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan (Depkes RI,
2000).
untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena dilakukan pada temperatur
prosesnya cukup lama dan dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa
minggu. Selain itu, beberapa senyawa tidak terekstraksi secara efisien jika kurang
serbuk bahan yang digunakan pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat
dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat
didasarkan pada adsorpsi, partisi atau kombinasi kedua efek yang tergantung dari
identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan
hampir sama, dengan menotolkan bahan uji dan pembanding pada lempeng yang
Nilai Rf diperoleh dengan mengukur jarak rambat senyawa dari titik awal
hingga pusat bercak pusat dibagi dengan jarak rambat fase gerak hingga garis
jarak rambat senyawa dari titik awal penotolan hingga pusat bercak pusat
Rf = jarak rambat fase gerak dari titik awal penotolan hingga garis depan
fase diam karena pengaruh fase gerak. KLT mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah waktu yang dibutuhkan tidak lama (2-5 menit) dan sampel yang
digunakan hanya sedikit (2-20 µg). Kerugiaan dari KLT sendiri yaitu, tidak efektif
Determinasi
tanaman
Pengolahan simplisia
Identifikasi Kromatografi
Organoleptik Makroskopik Mikroskopik Lapis Tipis
Senyawa
(KLT)
Alkaloid Flavonoid
Kuinon Saponin
Steroid Tanin
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu, jenis penelitian deskriptif
observasional.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juli 2018. Tempat penelitian
dilakukan pada Laboratorium Bahan Alam Stikes Borneo Lestari.
C. Tumbuhan Yang Digunakan
Tumbuhan Sangkareho diambil dari daerah Pelaihari. Bagian tumbuhan
yang digunakan adalah bagian akar.
D. Alat dan Bahan
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah aluminium foil, alat gelas,
ayakan, bejana kromatografi, blender, kapas, hotplate, kertas saring, silika gel
𝐹254 , mikroskop, mortir dan stampler, neraca analitik, objek glass, penjepit
kayu, pengaduk, pipit tetes, pisau silet, sendok tanduk, Rotary evaporator,
tabung reaksi, UV led ekposure box, dan waterbath.
2. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah daun tumbuhan sangkareho,
aquadest (𝐻2 𝑂), amonia 30%, amil alkohol, asam klorida (HCl), asam sulfat
(𝐻2 𝑆𝑂4), Dragondraff, etanol (𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻) 96%, eter minyak tanah P , kloroform
(𝐶𝐻𝐶𝑙3), larutan ferri (III) klorida 1%, Mayer, minyak emersi, amil alkohol,
NaOH 1N, plat silika gel 𝐺𝐹254 , serbuk magnesium P , ekstrak dan simplisia
akar sangkareho.
E. Cara Penelitian
1. Determinasi Tumbuhan Sangkareho
Determinasi sampel Sangkareho dilakukan di Laboratorium Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
2. Pengolahan Bahan
Pengambilan sampel akar sangkareho, kemudian dilakukan sortasi basah
yaitu memisahkan kotoran atau bahan asing. Dilakukan pencucian sampel dengan
tujuan memisahkan sampel dari zat pengotor. Selanjutnya proses perajangan akar
sangkareho menjadi bagian yang lebih kecil, Kemudian dilanjutkan dengan
pengeringan yaitu dipanaskan pada matahari langsung setelah itu diangin-anginkan
sampai kering. Tujuan dari pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air yang
ada pada daun sangkareho sehingga memudahkan pada proses ekstraksi.
Selanjutnya dilakukan penyerbukkan dengan menggunakan alat yaitu blender.
3. Pemeriksaan Farmakognostik Daun Sangkareho
a. Pemeriksaan Organoleptik
Bagian akar Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam) yang masih utuh
diamati warna, rasa dan bau.
a. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopis terhadap akar dari sangkareho dapat dilihat dari
: panjang, lebar dan bentuknya.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk sel dan
jaringan tumbuhan pada bagian dari akar Sangkareho (Callicarpa longifolia
Lam). Pemeriksaan mikroskopik akar sangkareho dilakukan dengan
mengambil beberapa serbuk dari akar sangkareho dan diletkkan diatas kaca
objek, kemudiaan diteteskan beberapa tetes minyak emersi, didamkan
selama ½ menit setelah itu dengan penutup objek. Kemudian bentuk sel,
stomata, epidermis, dan trikoma dari serbuk akar sangkareho diamati
menggunakan mikroskop dan didokumentasikan
4. Ekstraksi akar Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam).
Ekstrasi yang dilakukan yaitu dengan cara maserasi yaitu serbuk akar
dan dimasukkan kedalam alat maserasi berupa botol kaca yang tertutup
rapat. Cairan penyari (Etanol 96%) dituang dalam alat maserasi dengan
perlahan-lahan yang telah terisi sampel. Aduk cairan penyari sampai merata
Lam).
a. Identifikasi alkaloid
dan saring. Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, tambahkan 2 tetes
RI, 1989).
Larutan percobaan :
balik selama 10 menit. Saring panas melalui kertas saring kecil berlipat.
Encerkan filtrat dengan 10 ml air. Setelah dingin tambahkan 5 ml eter
Cara percobaan :
dan 10 tetes asam klorida pekat P, jika terjadi warna merah jingga
kuat selama 10 detik. Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang
tanin (Djamil,2009).
longifolia Lam).
a. Pembuatan eluen
kimia analit yang akan dianalisis dan jenis sorben fase diam yang
b. Penjenuhan eluen
Tiap eluen dimasukkan dalam bejana kromatografi yang berbeda
oleh karena eluen yang naik ke bagian atas kertas saring, hal tersebut
menanda eluen telah jenuh. Setelah itu kertas saring dikeluarkan dari
bejana kromatografi.
OH) silika gel agar pada proses elusi lempeng silika gel dapat menyerap
dengan pipa kapiler dan ditotolkan pada plate sedikit demi sedikit pada
bagian tengah yaitu 1 cm dari bawah plate. Kemudian plate yang telah
sampai eluen naik keatas sampai batas ( kurang dari 0,5 cm dari batas
plate). Setelah itu plate KLT dimasukkan dalam UV, untuk diamati
bercak pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Setalah diamati
didalam UV, plate KLT disemprot menggunakan asam sulfat 10% dan
Depkes RI. 2000. Parameter Standar umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Pengawas Obat Tradisional, Jakarta.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi ke-1. Departemen Kesehatan
Republik Iindonesia, Jakarta.
Djamil, Ratna dan Tria Anelia. 2009. Penapisan Fitokimia, Uji BSLT, dan Uji
Antioksidan Ekstrak Metanol beberapa Spesies Papilionaceae. Jurnal ilmu
kefarmasian indonesia. Vol. 7, No.2.
Falah, Faiqotul. Tri S. dan Noorcahyati. 2013. Keragaman Jenis dan Pemanfaatan
Tumbuhan Berkhasiat Obat oleh Masyarakat Sekitar Hutan Lindung
Gunung Beratus, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan
Komersial Alam. Vol. 10. No. 1.
Harley, RM.; Atkins, S.; Budantsev, AL.; Cantino, P.D.; Conn, BJ.; Grayer, R.; de
Kok, R.; Krestovskaja, T.; Morales, R.; Paton, AJ.; Ryding, O.; Upson, T.
Labiatae. In: Kadereit, JW.,editor. 2004. Flowering Plants, Dicotyledons:
Lamiales, except Acanthaceae, including Avicenniaceae,The Families and
Genera of Vascular Plants. Springer, New York. page 478.
Miksusanti., Betty sri laksmi,J.,Rizal syarief, Bambang pontjo, Gatot tri mulyadi.
2009. Antibacterial Activity Of Temu Kunci Tuber (Kaempheria
pandurata) Essential Oil Against Bacillus cereus. Medical Journal of
Indonesia. vol 18 No 1, p. 11.
Novadiana, A., Erwin, dan Pasaribu, S.P. 2013. Uji Toksisitas (Brine Shrimp
Lethality Test) Ekstrak dan Isolat Fraksi Kloroform dari daun Karehau
(Callicarpa longifolia Lamk.). hal. 134 – 140.. Prosiding Seminar Nasional
Kimia Tahunan 2013. Kalimantan Timur.
Pasaribu, S.P., Erwin and Istianti, P. 2014. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dari Daun Kerehau. Jurnal Kimia Mulawarman. Vol (2), 81-84.
Sa’adah, Lilis. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin Dari Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim ,Malang.
Saifudin, Azis. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder, teori, konsep dan teknik
pemurnian Ed.1, Cet. I. CV Budi utama, Yogyakarta.
Wulandari, Setyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. PT. Taman Kampus Presindo,
Jember.