Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum

FARMASI FISIKA
“MIKROMERITIK”
Diajukan untuk memenuhi nilai praktikum farmasi fisika

OLEH

NAMA : RAHMATIA ABDULLAH


NIM : 821420060
KELAS : B-S1 FARMASI
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : DWITA CAHYANI PANIGORO

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Lembar Pengesahan

FARMASI FISIKA
“ MIKROMERITIK”

OLEH

NAMA : RAHMATIA ABDULAH


NIM : 821420071
KELAS : B1-FARMASI 2020
KELOMPOK : V (LIMA)

Gorontalo, Oktober 2021 NILAI


Mengetahui Asisten

DWITA CAHYANI PANIGORO


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada asisten laboratorium yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul
“Mikromeritik”.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami harap para pembaca untuk dapat memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangaun untuk kesempurnaan dari laporan praktikum ini.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri. Semoga laporan
praktikum ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi para
pembaca. Amiin, Ya Rabal’Alamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2021

Rahmatia Abdullah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan....................................................................................2
1.4 Prinsip Percobaan....................................................................................3
1.5 Manfaat Percobaan..................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
2.1 Dasar Teori..............................................................................................4
2.2 Uraian Bahan.........................................................................................12
BAB III METODE KERJA...............................................................................14
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................14
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................14
3.3 Cara Kerja..............................................................................................14
BAB IV HASIL PENGAMATAN.....................................................................15
4.1 Tabel Hasil Pengamatan........................................................................15
4.2 Perhitungan............................................................................................15
BAB V PEMBAHASAN...................................................................................18
5.1 Pembahasan ..........................................................................................18
BAB VI PENUTUP............................................................................................21
5.2 Kesimpulan............................................................................................21
5.3 Saran .....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan kesehatan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan kesehatan dan kimia. Farmasi adalah suatu
profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pemgembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat. Dalam ilmu
farmasi ada empat bidang yang di pelajari, yaitu farmasi klinik, farmasi industri,
farmasi sains, dan farmasi tradisional. Kemampuan penunjang yang harus dimiliki
adalah senang dan familiar dengan fisika, kimia, biologi, dan matematika,
ketelitian dan kecermatan, hapalan dan kemampuan analisa, dan suka bekerja di
laboraturium.
Farmasi Fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara ilmu
fisika dengan ilmu farmasi. Ilmu fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika suatu
zat baik berupa sifat molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat. Sedangkan
ilmu Farmasi adalah ilmu tentang obat-obat yang mempelajari cara membuat,
memformulasi senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat beredar di
pasaran. Dasar-dasar pokok yang sering dibahas di dalam farmasi fisika yakni
Ukuran partikel bahan obat padat yang mempunyai peranan penting dalam bidang
farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia
danfarmakologik dari bahan obat tersebut. Ilmu yang mempelajari mengenai
ukuran partikel yakni mikromeritik.
Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan
teknologi partikel kecil. Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran
ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Secara klinik,
ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk
sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan tropical.
Ukuran partikel tidak hanya mempengaruhi luas permukaan suatu sediaan
obat, yang secara langsung mempengaruhi cepat atau lambatnya absorbsi obat dan
membantu daya larut suatu bahan obat tapi juga dapat mempengaruhi aktivitas
1
biologik dan efek terapinya. Mengingat pentingnya mikromeritik dalam bidang
farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi memahami mengenai
mikromeritik ini,termasuk cara-cara dalam melakukan pengukuran ukuran partikel
suatu zat. Banyak metode yang digunakan dalam menentukan ukuran partikel
suatu bahan yaitu metode mikroskopik, metode ayakan dan cara sedimentasi.
Dalam percobaan ini yang digunakan adalah metode ayakan karena metode ini
lebih sederhana, mudah dan murah serta waktunya relatif cepat.
Berdasarkan latar belakang diatas, dan mengingat tentang pentingnya cara
dalam melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat dengan cara menghitung
% tertinggal, diameter rata-rata, dan diameter sampel menggunakan metode
ayakan maka dilakukan percobaan mikromeritik menggunakan serbuk talkum
sebagai sampel dengan penerapan metode ayakan OPN.
1.2 Maksud Percobaan
1. Mengetahui dan memahami prinsip ayakan OPN dalam percobaan
mikromeritik
2. Mengetahui hasil dari bobot sampel tertinggal, % tertinggal, diameter rata-
rata, dan diameter sampel dalam pengukuran ukuran partikel.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prinsip ayakan OPN
dalam mikromeritik untuk penentuan ukuran partikel.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui hasil dari bobot sampel tertinggal, %
tertinggal, diameter rata-rata, dan diameter sampel dalam pengukuran
ukuran partikel.
1.4 Prinsip percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu
yang tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan dari
nomor OPN tertinggi ke nomor OPN terendah yang digerakkan dengan mesin
penggetar dengan waktu dan kecepatan tertentu.

2
1.5 Manfaat Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh ukuran partikel terhadap
biofarmasinya dan universitas dapat lebih mengetahui dan mengkaji lagi tentang
manfaat dalam mempelajari mikromeritik serta masyarakat dapat mengetahui
bahwa ukuran partikel itu bergantung dari besar-kecilnya sebuah ayakan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mikromeritik
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang
partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara.
Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan
sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata. (Tim
asisten, 2008)
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh
DallaValle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi sertaserbuk
halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran
serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan
(Martin, 2008).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah
sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan
seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus di cari jalan untuk
menggunakan garis tengah yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel
dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis
tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan, adalah garis tengah suatu
bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang
diperiksa (Martin, 2008).
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari
umunya jumlah bahan besar (ditandai dengan jumlah dasar) suatu contoh yang
representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari
suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar.
Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang
disebut pembagi, contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus
4
ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih
menurut program acak (Martin, 2008).
Menurut Martin (2008) Dalam suatu kumpulam partikel lebih dari satu
ukuran (yakni dalam suatu sampel polidispers), dua sifat penting yaitu:
a. Bentuk dan luas permukaan partikel
b. Kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada dan,
karenanya, luas permukaan total
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimetrisan dari partikel naik, bertambah
sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan
seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk
menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan
ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan,
volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan adalah garis
tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel
yang diperiksa (Martin, 2008).
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari
umumnya jumlah bahan besar (ditandai dengan jumlah dasar) suatu contoh yang
representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari
suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar.
Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang
disebut pembagi contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus
ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih
menurut program acak (Vadas, 2000).
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu
untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa
banyak partikel partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita
perlu suatu perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat
fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel
rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 2008).
5
Menurut Purnama (2017), pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral,
suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
2.1.2 Serbuk
Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihasilkan dan ditunjukan untuk pemakaina oral (melalui mulut) atau untuk
pemakaian luar serbuk tabur yang mencegah infeksi pada luka permukaan kulit.
Serbuk dapat mengandung sejumlah cairan yang disebarkan secara merata
pada campuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan serbuk yang terdiri
dari bahan padat yang kering.
Penggunaan obat dalam bentuk sediaan serbuk sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah untuk
menelan obat dalam bentuk sediaan tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk dapat
mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada cairan
yang disebarkan secara merata pada campuran bahan padat yang kering. Serbuk
dapat pula dibuat sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan
secara alamiah atau merupakan dua atau lebih campuran unsur kimia murni
(Anief, 2007).
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika derajat
halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dengan 2 nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih 40% melalui pengayak
dengan nomor tersebut (Anief, 2007).
Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan
penampang melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan
6
dengan nomor (5, 8, 10, 22, 25, 30, 36, 44, 60, 85, 100, 120, 150, 170, 200, 300)
yang menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang
kawat (Syamsuni, 2006).
Pengayak dan derajat halus serbuk dalam farmakope dinyatakan dalam
uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak
baku, seperti yang tertera pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Derajat kehalusan serbuk

Derajat Nomor Batas derajat Nomor Batas derajat


kehalusan nominal halus2) nominal halus2)
Nomor Nomor
Serbuk1) Serbuk1)
% Pengayak % Pengayak
Sangat kasar 8 20 60 - - -
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat halus 80 100 80 120 100 120
Keterangan:
1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu.
2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah
ditentukan.
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika derajat
halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu
serbuk dinyatakan dengan 2 nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih 40% melalui pengayak
dengan nomor tersebut (Anief, 2003).
Yang dimaksud dengan serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8), serbuk
kasar adalah serbuk (10/40), serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60), serbuk agak
halus adalah serbuk (44/85), serbuk halus adalah serbuk (85), serbuk sangat halus

7
adalah serbuk (120), dan serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300) (Anief,
2000).
Menurut Anief (2007), kelebihan dari serbuk yaitu :
1. Dokter lebih leluasa memilih dosis yang sesuai keadaan pasien
2. Lebih stabil, terutama untuk obat yang rusak oleh air
3. Penyerapan lebih sempurna dibandingkan dengan sediaan padat lainnya
4. Cocok untuk anak-anak dan dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet
Obat yang volumenya besar dan tidak dapat dibuat tablet dapat dibuat
serbuk
Menurut Anief (2007), kekurangan dari serbuk yaitu :
1. Rasa dan bau yang tidak enak tidak dapat ditutupi
2. Pada penyimpanan bisa menjadi lembab
3. Peracikannya membutuhkan waktu yang lebih lama
2.1.3 Metode Penentuan Ukuran Partikel dan Luas Permukaan
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
1. Mikroskopik Optik
Mikroskopis optik adalah metode yang digunakan untuk mengukur
partikel yang ukurannya berkisar dari 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm. Sediaan
yang diukur partikelnya menggunakan metode ini yaitu suspensi dan emulsi.
Dalam metode mikroskopis pengukuran diameter rata-rata dari sistem diperoleh
dengan pengukuran partikel secara acak sepanjang garis yang ditentukan. Partikel
yang tersusun secara acak diatur diameternya dengan frekuensi yang sama dalam
berbagai arah, sehingga partikel tersebut dianggap sebagai partikel yang
berbentuk bola dengan diameter yang sama. Untuk memperoleh data yang
statistik minimal harus diukur 200 partikel pada serbuk pharsetik. Pengukuran
biasanya dengan menggunakan mikroskopik mempunyai data pisah yang bagus.
Alat optik mikroskopik harus mempunyai jarum penunjuk yang digerakkan
dengan kalibrasi mikrometer sekrup (Santi Sinala, 2016).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa pada garis tengah yang diperoleh
hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar.
8
Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel
dengan memakai metode ini. Untuk jumlah yang di ukur menggunakan metode ini
harus sekitar (300-500) partikel untuk mendapatkan suatu perkiraan yang baik
(Santi Sinala, 2016).
2. Metode Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan
diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang
ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya.
Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada
ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada
penimbangan 40-150 setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan,
persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap
ayakan (Santi Sinala, 2016).
1. Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Metode
yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah metode
pipet, metode hidrometer dan metode malance. Partikel dari serbuk obat mungkin
berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10
milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron
atau lebih kecil (Tim asisten, 2008).
Ukuran partikel dari ukuran saringan seperti salah satunya seringkali
disangkutkan dalam bidang farmasi. Metode sedimentasi di dasarklan pada hukum
Stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan dalam cairan, dimana serbuk tidak
dapat larut. Suspensi ini ditempatkan pada sebuah pipet yang bervariasi. Sampel
ini diuapkan untuk dikeringkan dan residunya ditimbang. Setiap sampel ditarik
yang mempunyai ukuran partikel; yang lebih kecil dari yang dihubungkan dengan

9
kecepatan. Pengendapan karena semua partikel dengan ukuran yang lebih panjang
akan jatuh ke level bawah dari ujung pipet (Martin, 2008).
4. Pengukuran Volume Partikel (Coulter Counter)
Pengukuran volume partikel mempunyai prinsip yaitu jika suatu partikel
disuspensikan dalam suatu cairan elektrolit, kemudian dilewatkan melalui suatu
lubang kecil, yang pada kedua sisinya ada elektroda. Saat partikel melewati
lubang akan memindahkan sejumlah elektrolit sesuai dengan volumenya, maka
akan terjadi suatu perubahan tahanan listrik. Laju penghitungan yaitu 4000
partikel/detik. Kegunaan dari metode ini adalah menyelidiki diskusi dan
menyelidiki efek zat antibakteri terhadap pertumbuhan mikroorganisme (Sinala,
2016).
Menurut Santi Sinala (2016), Faktor-faktor yang memengaruhi proses
pengayakan antara lain:
1. Waktu atau lama pengayakan
Biasanya pengayakan dilakukan selama 5 menit. Pengayakan yang terlalu
lama dapat membuat sampel jadi pecah karena saling bertumbukan satu dengan
yang lain, sehingga bisa lolos melalui mesh selanjutnya. Jika kurang dari lima
menit, biasanya proses pengayakan akan kurang sempurna.
2. Massa sampel
Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel sedikit
maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran
Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi
tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan
demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
2. Pengukuran Volume Partikel (Coulter Counter)
Pengukuran volume partikel mempunyai prinsip yaitu jika suatu partikel
disuspensikan dalam suatu cairan elektrolit, kemudian dilewatkan melalui suatu
lubang kecil, yang pada kedua sisinya ada elektroda. Saat partikel melewati
lubang akan memindahkan sejumlah elektrolit sesuai dengan volumenya, maka
10
akan terjadi suatu perubahan tahanan listrik. Laju penghitungan yaitu 4000
partikel/detik. Kegunaan dari metode ini adalah menyelidiki diskusi dan
menyelidiki efek zat antibakteri terhadap pertumbuhan mikroorganisme (Sinala,
2016).
Penentuan Luas Permukaan pada partikel-partikel dapat dilakuakn dengan
beberapa metode, yaitu:
1. Metode Absorbsi
Partikel-partikel dengan luas permukaan spesifik besar merupakan
adsorben yang baik untuk adsorpsi. Dalam menentukan permukaan adsorben,
volume dari gas yang teradsorbsi di dalam cm³/gr adsorben bisa diplot terhadap
tekanan gas tersebut pada temperatur konstan untuk memberikan bentuk lapisan
tunggal yang diikuti oleh pembentukan lapisan rangkap. Alat yang digunakan
untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk menghitung luas permukaan dan
struktur pori dari serbuk-serbuk farmasetik ialah quantasorb. Alat ini sedemikian
sensitifnya sehingga sampel serbuk yang sangat sedikit dapat dianalisis.
Pengembangan alat ini dapat digunakan untuk sejumlah gas tunggal atau
campuran gas sebagai adsorban dalam suatu jarak temperatur (Sinko, 2006).
2. Metode Permeabilitas Udara
Prinsip tahanan terhadap aliran dari suatu cairan, melalui suatu sumbat dari
serbuk kompak adalah luas permukaan dari serbuk tersebut. Semakin besar luas
permukaan per gram serbuk, semakin besar pula tahanan untuk mengalir.
Selanjutnya, permeabilitas untuk suatu tekanan yang diberikan turun sepanjang
sumbat tersebut, berbanding terbalik dengan luas permukaan spesifik (Sinko,
2006).
2.1.4 Prinsip Kerja Ayakan OPN dan Ayakan Mesh
Prinsip kerja ayakan OPN dan ayakan mesh, yaitu pada ayakan OPN
serbuk yang dihasilkan semakin halus jika dapat melewati ayakan dengan nomor
yang semakin kecil begitupun sebaliknya. Sedangkan, pada ayakan mesh serbuk
yang dihasilkan semakin kasar jika hanya dapat melewati ayakan dengan nomor
yang semakin kecil begitupun sebaliknya (Mirawaty, 2013).
11
2.2. Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Depkes RI, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol.
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap


dapan mudah bergerak, bau khas, rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Khasiat : Sebagai antiseptik (membunuh mikrobakterium)
desinfektan (mencegah terjadinya infeksi).
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium.
2.2.2 Talk (Dirjen POM, 1979; Rowe 2009)
Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Talk
Rumus Molekul : Mg6(Si2O3)4(OH)4
Berat Molekul : 342.30 gr/mol
Rumus Struktur :

12
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
kelabu, mudah melekat pada kulit, bebas dari
butiran, warna
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Farmasi Fisika percobaan Mikromeritik dilaksanakan pada hari
Senin, tanggal 1 November 2021 pukul 13.00-15.00. Bertempat di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum yaitu Ayakan OPN, Lap
Halus, Lap Kasar, Neraca Analitik, dan Spatula.
3.2.2 Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum yaitu Alkohol 70%, Kertas
Perkamen, Talkum, dan Tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Disusun ayakan OPN dari nomor 72, 30, 26 dan 15
4. Ditimbang talkum sebanyak 10 g menggunakan neraca analitik
5. Dimasukkan talkum kedalam ayakan OPN kemudian ayakan ditutup
6. Diayak talkum secara konstan selama 5 menit
7. Diletakkan hasil ayakan di atas kertas perkamen sesuai nomor ayakan
8. Ditimbang masing-masing talkum sesuai nomor ayakan
9. Dicatat hasil penimbangan
10. Dilakukan perhitungan

14
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan

Bobot Persen Diameter


Nomor
Sampel tertinggal (a) Tertinggal (d) rata-rata
OPN
(g) (%) (g/µm)

Residu 9,46 g 63,1% 5,79


72 0,52 g 3,47% 0,017
Talkum 30 0,79 g 5,27% 0,040
26 0,569 g 3,73% 0,020
15 4,13 g 27,53% 1,102

4.2 Perhitungan
a. % Tertinggal
bobot tertinggal
d= x 100 %
jumlah bobot sampel
Diketahui : Residu = 9,46 g
72 = 0,52 g
30 = 0,79 g
26 = 0,56 g
15 = 4,13 g
Ʃ = 15,46 g
Ditanya : % tertinggal=...?
9,46 g
Penye : Residu : d = x 100 %
15 g
= 63,1 %
0 ,52 g
. a) 72 :d= x 100 %
15 g
15
= 5,27 %
0,79 g
b) 30 :d = x 100 %
15 g
= 5,27 %
0,569 g
c) 26 : d = x 100
15 g
= 3,73 %
4,13 g
d) 15 : d = x 100 %
15 g
= 27,53 %
b. Diameter rata-rata sampel
a.d
Rumus :
Ʃd
9,46 x 63,1 %
Residu =
1 03,1 %
= 5,79 g/μg
0 ,52 x 3,47 %
a) 72 =
1 03,1 %
= 0,017 g/μg
0,79 x 5,27 %
b) 30 =
1 03,1 %
= 0,040 g/μg
0,56 x 3,73 %
c) 26 =
1 03,1 %
= 0,020 g/μg
4,13 x 27,53 %
d) 15 =
1 03,1 %
= 1,102 g/μg

c. Diameter sampel

16
Ʃ (a.d )
Rumus =
Ʃd

596,926 + 1,8644 + 4,1633 + 2,0888 + 113,6989


=
10 3,1
= 6,971 µm

BAB V
17
PEMBAHASAN
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang
partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagaicara.
Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan
sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
(Tim asisten, 2008)
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya
jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang
representatif. Karenanya ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan
dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel
naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus di
cari jalan untuk menggunakan garis tengah yang ekuivalen, yang menghubungkan
ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan,
volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan, adalah garis
tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel
yang diperiksa (Martin, 2008).
Pada praktikum kali ini kami menggunakan ayakan OPN. Dimana
Menurut Prisca wicita (2012), prinsip kerja dari ayakan OPN yaitu semakin besar
nomor OPN maka semakin besar ukuran diameter partikel yang dapat lolos.
Semakin Kecil nomor OPN pada ayakan maka semakin kecil partikel yang
tertahan pada ayakan. Semakin lama pengayakan akan didapatkan produk akhir
yang semakin kecil.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu ayakan OPN,
lap halus, lap kasar, neraca analitik, dan spatula. Dan bahan yang digunakan untuk
praktikum yaitu Alkohol 70%, Kertas Perkamen, Talkum, dan Tisu.
Disiapakan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian membersihkan
alat yang akan dipakai menggunakan alcohol 70%. Menurut Hapsari (2015), kadar
70% alkohol dianjurkan untuk di gunakan sebagai cairan pembersih yang ampuh
untuk membunuh kuman maupun bakteri. Saat etanol dengan konsentrasi 70%
18
mengenai kuman, maka secara lambat etanol akan menembus sepenuhnya ke
dalam sel dan membuat kuman atau bakteri mati untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran oleh mikroorganisme atau untuk membasmi kuman
penyakit.
Selanjutnya disusun ayakan OPN, dalam percobaan kali ini digunakan 4
nomor ayakan OPN yang berbeda, yakni 75, 30, 26 dan 15. Menurut Prisca wicita
(2012), semakin besar nomor OPN maka semakin kasar serbuk yang dihasilkan.
Sebaliknya semakin kecil nomor OPN semakin haslus serbuk yang dihasilkan.
Sehingga hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan berat molekul yang seragam
dengan tingkat kehalusan yang berbeda.
Ditimbang talkum sebanyak 15 gram menggunakan neraca analitik,
digunakannya penimbangan terhadap talkum karena menurut Sinko (2006),
penimbangan penting dilakukan karena untuk menghindari kesalahan saat
pengukuran bobot/massa suatu bahan yang akan ditimbang. Alasan mengapa
digunakannya neraca analitik pada saat penimbangan karena Menurut
Pangajuanto (2020), neraca analitik dapat mengukur berat suatu zat atau bahan
kimia dalam jumlah sangat kecil, dan keakuratan neraca analitik tinggi, tidak
hanya mampu menimbang hingga ukuran miligram. Namun, hingga 4 angka
dibelakang koma dapat terbaca.
Dimasukan talkum yang telah ditimbang kedalam ayakan OPN, menurut
Partang (2008), keuntungan dari metode ini adalah alat yang digunakan sangat
sederhana, penggunaannya mudah dan cepat, serta pengontrolan kecepatan
dan waktu pengayakan yang konstan, ayakan ditutup.
Diayak talkum dengan kecepatan konstan selama 5 menit. Menurut Sinala
(2016), biasanya pengayakan dilakukan selama 5 menit, pengayakan yang terlalu
lama dapat membuat sampel jadi pecah karena saling bertumbuk satu dengan
yang lain, sehingga bisa lolos melalui ayakan OPN, selanjutnya jika kurang dari 5
menit biasanya proses pengayakan kurang semprna. Serta alasan mengapa
dilakuakn pengayakan dengan kecepatan yang konstan karena menurut Sinala
(2016), Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak terjadi
19
tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan
demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
Diletakkan hasil ayakan talkum diatas kertas perkamen sesuai nomor
ayakan. Digunakannya kertas perkamen karena kertas perkamen dapat dijadikan
sebagai wadah pembeda setiap hasil ayakan talkum sesui nomor ayakan, serta
menurut Ansel (2008), tujuan di letakkan diatas perkamen agar serbuk mudah
untuk di timbang, dan kertas perkamen ini sangat praktis bila digunakan untuk
sediaan serbuk, serta digunakannya kertas perkamen karena kertas perkamen
dapat sebagai pembeda setiap hasil ayakan
Ditimbang talkum yang terdapat pada setiap nomor ayakan OPN, hal ini
dilakukan karena menurut Nugraha (2010), dilakukan penimbangan untuk setiap
ayakan untuk mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat
disebabkan tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan dari
ayakan ketimbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung. Sedangkan
alasan mengapa digunakannya neraca analitik pada saat penimbangan karena
Menurut Pangajuanto (2020), neraca analitik dapat mengukur berat suatu zat atau
bahan kimia dalam jumlah sangat kecil, dan keakuratan neraca analitik tinggi,
tidak hanya mampu menimbang hingga ukuran miligram. Namun, hingga 4 angka
dibelakang koma dapat terbaca.
Dicatat hasil penimbangan. Dari percobaan diperoleh hasil bobot yang
tertinggal, yaitu diperoleh pada ayakan nomor 72 sebesar 0,52 g, ayakan nomor
30 sebesar 0,79 g, ayakan nomor 26 sebesar 0,57 g, ayakan nomor 15 sebesar
4,13 g, dan residu diperoleh sebesar 9,46 g. kemudian dilakukan perhitungan,dan
diperoleh nilai persen tertinggal dari talkum, yaitu diperoleh pada ayakan nomor
72 sebesar 3,47%, ayakan nomor 30 sebesar 5,27%, ayakan nomor 26 sebesar
3,73 %, ayakan nomor 15 sebesar 27,53 %, dan residu diperoleh sebesar 63,1 %.
Berdasarkan data hasil yang diperoleh diameter rata-rata untuk sampel
talkum pada nomor OPN 72 yaitu 0,017 g/µm, nomor OPN 30 yaitu 0,040 g/µm,
nomor OPN 26 yaitu 0,020 g/µm, nomor OPN 15 yaitu 1,102 g/µm, dan pada
residu yaitu 5,79 g/µm dan hasil pengukuran diameter sampel di peroleh sebesar
20
6,971 µm. Berdasarkan literatur yang kami peroleh, dimana Menurut Kibbe
(2005), talkum memiliki butiran kecil diameter <10 µm/butir sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur.
Kemungkinan kesalah pada percobaan kali ini yaitu kurangnya ketelitian
dalam melakukan penimbangan sampel dan pengayakan pada percobaan
mikromeritik sertakurangnya ketelitian dalam pengambilan data

21
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Prinsip dari ayaan OPN yaitu semakin besar nomor OPN maka semakin
baesar butiran serbuk yang dapat lolos dari lubang pengayak, sedangkan
bila semakin kecil nomor OPN, semakin sedikit butiran talkum yang dapat
lolos dan talkum yang dihasilkan dari penyakan adalah talkum yang halus.
2. Dari percobaan diperoleh hasil bobot yang tertinggal, yaitu diperoleh pada
ayakan nomor 72 sebesar 0,52 g, ayakan nomor 30 sebesar 0,79 g, ayakan
nomor 26 sebesar 0,57 g, ayakan nomor 15 sebesar 4,13 g, dan residu
diperoleh sebesar 9,46 g. kemudian dilakukan perhitungan,dan diperoleh
nilai persen tertinggal dari talkum, yaitu diperoleh pada ayakan nomor 72
sebesar 3,47%, ayakan nomor 30 sebesar 5,27%, ayakan nomor 26 sebesar
3,73 %, ayakan nomor 15 sebesar 27,53 %, dan residu diperoleh sebesar
63,1 %. Berdasarkan data hasil yang diperoleh diameter rata-rata untuk
sampel talkum pada nomor OPN 72 yaitu 0,017 g/µm, nomor OPN 30
yaitu 0,040 g/µm, nomor OPN 26 yaitu 0,020 g/µm, nomor OPN 15 yaitu
1,102 g/µm, dan pada residu yaitu 5,79 g/µm dan hasil pengukuran
diameter sampel di peroleh sebesar 6,971 µm.
6.2 Saran
6.2.1 Saran untuk jurusan
Diharapkan agar fasilitas lebih menunjang pada saat kegiatan pratikum
kimia organik agar pratikum berjalan dengan maksimal.
6.2.2. Saran untuk asisten
Diharapkan agar asisten dan pratikan tidak ada missed communication
selama pratikum berjalan agar hubungan asisten dan pratikan terjalin dengan baik
untuk terciptannya suatu keberhasilan dalam mengikuti pratikum farmasi sifika
ini.
6.2.3. Saran untuk pratikan

22
Diharapkan agar pratikan senantiasa belajar dengan baik untuk
mempersiapkan pratikum yang akan dilaksanakan, dapat mengikuti pratikum
dengan baik dan senantiasa selalu mengikuti arahan dan aturan yang sudah
ditetapkan. Selain itu, pratikan juga diharapkan agar fokus dan serius mengikuti
pratikum .

23
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Ibrahim, F., Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.

Adji, Suranto., 2004. Khasiat dan Manfaat madu Herbal. Agromedia Pustaka
Jakarta.

A.A. Ayu Nintya D. Cahya; dkk. 2018. Laporan Praktikum Farmasi Fisika
Viskositas Dan Rheologi. Program Studi Farmasi Klinis. Institut Ilmu
Kesehatan Medika Persada Bali

Atkins PW. 1994. Physical Chemistry. Ed ke-5. England: oxford Univ Pr.

Bird, T. (1993).Kimia Fisika untuk Universitas. PT. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta

Dugdale,R.H., Mekanika Fluida, Erlangga, Jakarta, 1986

Dirjen POM. 1997. Farmakope Indonesia edisi III. DEPKES RI. Jakarta

Devina , Apriani. 2013. Studi Tentang Nilai Viskositas Madu Hutan dari
Beberapa Daerah di Sumatera Barat untuk Mengetahui Kualitas Madu.
Universitas Negeri Padang. Padang.

Hapsari, D. N. (2015). Pemanfaatan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn)


Sebagai Hand Sanitizer. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Jati, B.M.E., Karyono, Supriyatin: Penyertaan Nilai Viskositas terhadap Indeks


Bias pada Zat Cair Bening. Berkala Fisika 13(4), 119–124 (2010

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Morris, Alan S., Measurement and Instrumentation Principles, 2001, Butterworth


Heinemann, ISBN

Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia I. Yogyakarta: UGM Press.

Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 2008, Farmasi Fisik, Edisi Ketiga,
Penerbit UI Press, Jakarta.

Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III.
Jakarta: UI Press. Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.

Moechtar. 1990. Viskositas Cairan. Yogyakarta. UGM-press


Prijono,Arko.1985. Mekanika Fluida.Jakarta:Erlangga.

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Streeter, V.L. 1996. “Mekanika Fluida”. Edisi delapan, Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga.

Sarojo, A. G., 2009. Seri Fisika Dasar Mekanika. Jakarta: Salemba Teknik

Anda mungkin juga menyukai