JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
DITAWILDANA : PO713251201063
FITRIANI : PO713251201067
HARDIANTI KAHARUDDIN : PO713251201069
INDRIANA NATASYAH PUTRI : PO713251201073
IRHAM AHSAN : PO713251201074
MAGFIRATUL AWWALIAH : PO713251201076
KELOMPOK : B1/1
HARI PRAKTIKUM : JUMAT
PEMBIMBING : RAHMAWATI WAHID,S.Farm
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan Makalah Laporan Praktikum Fisika sesuai yang di harapkan.
Dalam proses pengerjaan tugas ini, kami melakukan berbagai penelitian yang tak
lupa mendapatkan bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga kami mampu
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Maka dari itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah laporan praktikum ini.
Kelompok kami berharap, makalah laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, menambah pengetahuan dan mempermudah percobaan yang hendak
dilakukan.
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan Praktikum..............................................................................1
C. Prinsip Percobaan...................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
A. TEORI UMUM......................................................................................................3
B. URAIAN BAHAN.................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................7
METODE KERJA..................................................................................................................7
A. ALAT DAN BAHAN............................................................................................7
B. CARA KERJA.......................................................................................................7
C. PERHITUNGHAN BAHAN..................................................................................7
BAB IV................................................................................................................................9
HASIL & PEMBAHASAN......................................................................................................9
A. Hasil Pengamatan...................................................................................................9
B. PEMBAHASAN....................................................................................................9
BAB V.............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. KESIMPULAN....................................................................................................15
B. SARAN................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
LAMPIRAN........................................................................................................................17
A. TALKUM............................................................................................................17
B. ZNO.....................................................................................................................18
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat
kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang
farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan
farmakologik dari bahan obat tersebut.
Pada percobaan ini, akan ditentukan diameter partikel dari amilum orizae
dan talkum dengan menggunakan metode ayakan, metode ini merupakan metode
yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah
analisis ayakan.
TUJUAN
C. Prinsip Percobaan
Pengukuran pertikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu
yang tertinggal pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada ayakan
1
dari nomor mesh rendah ke nomor mesh tinggi yang digerakkan oleh mesin
penggetar dengan waktu dan kecepatan tertentu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla
Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk
halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran
serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran
ayakan(3).
3
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear (5).
Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari
slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur (3).
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari
dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan
memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar
300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi ,
menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian
pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika
digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan
partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan
metode ini (3).
Pengayakan
4
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan
ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah
pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut
meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan
diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang
ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya.
Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada
ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada
penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui
penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali
pada setiap ayakan (3).
d=√
18 η
(ρ- ρo)g
√ ht
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini
adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.(1).
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran
kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus
mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk
ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah
“very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan
dengan bagian serbuk yang mempu melalui lubang-lubang ayakan yang telah
distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu
ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara
mekanis (2).
B. URAIAN BAHAN
Sinonim : Talk
5
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat
pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau
putih kelabu.
6
BAB III
METODE KERJA
Berat tertahan:
1. 0,368 - 0,364 = 0,004
2. 1,447 - 0,369 = 1,108
3. 0,467 - 0,358 = 0,109
4. 3,080 - 0,358 = 2,722
5. 1,166 – 0,366 = 0,8
7
Jumlah = 4,743
8
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
a. Talkum
1. Viscometer Ostwald
2. Zno
B. PEMBAHASAN
9
A. METODE UNTUK MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL
Pengayakan, pada metode ini digunakan suatu seri ayakan standar yang
dikalibrasi oleh The National Bureau of Standard. Ayakan umumnya digunakan
untuk memilih partikel-partikel yang lebih kasar; tetapi jika digunakan dengan
sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak bahan
sampai sehalus 44 mikrometer (ayakan no.325). menurut metode U. S. P untuk
menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang
cocok dan digoyangkan secara mekanik. Serbuk tersebut digoyang-goyangkan
selama waktu tertentu, dan bahan yang melalui satu ayakan ditahan oleh ayakan
berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian ditimbang. Jika
diinginkan analisis yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima berturut-turut mulai
dari yang kasar di atas, sampai dengan yang terhalus di bawah. Satu sampel
serbuk yang ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah
ayakan tersebut digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, serbuk yang
tertinggal di atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan pengayakan akan timbul dari
sejumlah variabel termasuk beban ayakan dan lama serta intensitas
penggoyangan.
10
Sedimentasi (pengayakan). Penggunaan ultrasentrifugasi untuk penentuan
berat molekul dari polimer tinggi. Penggunaan ultrasentrifugasi dapat menghasil
suatu kekuatan sejuta kali gaya gravitasi. Beberapa metode sedimentasi yang
digunakan adalah metode pipet, metode timbangan, dan metode hidrometer
namun hanya metode pipet yang akan dibicarakan karena teknik tersebut
mengkombinasikan kemudahan analisis, ketelitian/ketepatan, dan ekonomisme
alat tersebut. Cara analisisnya adalah : suspensi 1 atau 2% dari partikel-partikel
dalam suatu medium yang mengandung zat pendeflokulasi yang sesuai
dimasukkan ke dalam bejana selinder sampai tanda 550 ml. Bejana bertutup itu
dikocok untuk mendistribusikan partikel-partikel secara merata keseluruh
suspensi dan alat tersebut, dengan pipet di tempatnya, dijepit dengan kuat dalam
suatu bak yang bertemperatur konstan. Pada berbagai interval waktu, diambil 10
ml sampel dan dikeluarkan melalui penutupnya. Sampel tersebut diuapkan,
ditimbang atau dianalisis dengan cara lain yang cocok untuk mengoreksi zat
pendeflokulasi yang telah ditambahkan.
B. BENTUK PARTIKEL
11
mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas permukaan. Luas permukaan
persatuan berat atau volume merupakan suatu karakteristik serbuk yang penting
jika seseorang mempelajari adsorpsi permukaan dan laju disolusi.
Luas permukaan dari suatu sampel serbuk dapat dihitung dari pengetahuan
distribusi ukuran partikel yang diperoleh dengan menggunakan salah satu metode
yang telah diterangkan secara singkat sebelumnya. Ada dua metode yang biasa
digunakan : pertama, jumlah dari suatu zat terlarut gas atau cairan yang
adsorbsikan di atas sampel serbuk tersebut agar membentuk suatu lapisan tunggal
(monolayer) adalah suatu fungsi langsung dari luas permukaan sampel. Metode
kedua bergantung pada kenyataan bahwa laju suatu garis atau cairan
mempermeasi (menembus) suatu bentangan serbuk berhubungan dengan luas
permukaan yang mengadakan kontak dengan permean (zat yang menembus).
12
Oleh karena alatnya sederhana dan penetapan dapat dilakukan dengan cepat, maka
metode permeabilitas ini banyak digunakan secara luas dalam bidang farmasi
untuk penentuan permukaan spesifik, terutama bila tujuannya adalah untuk
mengontrol variasi dari suatu batch ke batch lainnya.
D. UKURAN PORI
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan atau pengaruh besar
dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya. Pada
percobaan kali ini dilakukan pengukuran diameter partikel serbuk talkum dan
seng oksida dengan mneggunakan metode ayakan. Keuntungan dari metode ini
adalah alat yang digunakan sangat sederhana, penggunaannya mudah dan cepat,
serta pengontrolan kecepatan dan waktu pengayakan yang konstan. Tetapi, jika
dibandingkan dengan metode mikroskopik, metode ayakan memberikan hasil
pengukuran yang kurang teliti dan kurang akurat serta memerlukan kuantitas
bahan yang cukup banyak.
13
tersebut. Jika derajat serbuk dinyatakan dengan no.2, dimaksudkan bahwa serbuk
tersebut dapat melewati pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40
% dapat melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Derajat halus serbuk tidak dapat diabaikan pada formulasi sediaan farmasi,
karena sifat ini berkaitan dengan kehomogenitasan bentuk sediaan dan
kandungannya, dimana persyaratan tersebut termasuk salah satu rangkian dari
evaluasi yang dilakukan terhadap produk jadi (segera setelah produk dihasilkan)
yang menyatakan layak atau tidaknya produk tersebut dipasarkan di masyarakat,
yang sangat berkaitan erat kembali pada memenuhi syarat atau tidaknya sediaan
tersebut mencapai efek terapi.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa ZnO
termasuk serbuk halus dan talk termasuk serbuk agak halus.
14
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mikromiretik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang
partikel kecil. Pengertian ini sangat penting untuk diketahui oleh
mahasiswa farmasi khususnya dalam membahas obat sediaan padat
seperti kapsul ,tablet, granul, sirup kering. Ukuran partikel dapat
dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran
luas permukaan rata-rata, volume rata-rata, volume rata-rata dan
sebagainya. Pada umumnya pengertian ukuran partikel disini adalah
ukuran diameter rata-rata.
Dari hasil percobaan maka disimpulkan bahwa :
1. Serbuk talk mempunyai ukuran diameter partikel rata-rata
0.435mm.
2. Serbuk ZnO mempunyai ukuran diameter partikel rata-rata
0.435mm
B. SARAN
Sebaiknya percobaan ini dilakukan dengan metode lain agar diperoleh
perbandingan yang lebih jelas antara metode satu dengan lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Voigt, R., (1994), “Buku Pelajaran teknologi Farmasi”, edisi V, Cetakan I, UGM
Press, Yogyakarta, 45, 47, 51.
Martin, A., (1990), “Farmasi Fisika”, Buku II, UI Press, Jakarta, 1022-1023,
1036-1038.
Moechtar., (1990), “Farmasi Fisika”, UGM Press, Yogyakarta, 169.
Parrot, L,E., (1970), “Pharmaceutical Technologi”, Burgess Publishing Company,
Mineapolish, 11, 12
Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, edisi III, Jakarta, 591, 635.
16
LAMPIRAN
A. TALKUM
Weight Retained (G) = (perkamen berisi sampel) – perkamen
kosong
1. Ayakan 20 = 0,368 – 0,364
= 0,004
TOTAL G = 4,743
berat tertahan(G)
%retained = x 100 %
jumlah seluruh massa yang tertahan
17
5. Ayakan 100 (diameter = 0,15)
0,8
%retained = x 100% = 16,866%
4,743
%retained x diameter = 2,529
dav =
∑ (%retained x diameter) = 38,5634 = 0,385634
100 100
B. ZNO
C. Nomor mesh 20
berat tertahan(G)
% tertahan= x 100 %
jumlah seluruh massa yang tertahan
0,006 G
% tertahan= x 100 %
0,326
= 1,8404 %
= 1,56434
D. Nomor mesh 35
berat tertahan(G)
% tertahan= x 100 %
jumlah seluruh massa yang tertahan
0,04 G
.% tertahan= x 100 %
0,326
= 12,2699 %
% retained x diameter = 12,2699 % x 0,5
= 6,13495
E. Nomor mesh 40
berat tertahan(G)
% tertahan= x 100 %
jumlah seluruh massa yang tertahan
18
0,011G
.% tertahan= x 100 %
0,326
= 3,3742 %
0,076 G
.% tertahan= x 100 %
0,326
= 23,3128 %
% retained x diameter = 23,3128 % x 0,25
= 5,8282
G. Nomor mesh 100
berat tertahan(G)
% tertahan= x 100 %
jumlah seluruh massa yang tertahan
0,193 G
.% tertahan= x 100 %
0,326
= 59,2024 %
% retained x diameter = 59,2024 % x 0,150
= 8,88036
19