Disusun oleh :
Ike Widiya 202306050563
Junieta Fara Syafirah 202306050568
Pramesti Tyas Palupi 202306050583
Elma Choirun Nisa 202306050585
Vika Septiana 202306050589
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya. Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada
Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca.serta membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca.
(Penyusun)
PAGE \* MERGEFORMAT 11
DAFTAR ISI
MAKALAH...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1. Definisi Sediaan Patch..................................................................................3
2.2. Sifat Fisika Kimia.........................................................................................4
2.2.1. Keterlarutan...........................................................................................4
2.2.2. Difusi.......................................................................................................4
2.2.3. Kohesi dan adhesi..................................................................................4
2.2.4. Kelembaban...........................................................................................4
2.2.5. Ketebalan................................................................................................5
2.2.6. Stabilitas Kimia......................................................................................5
2.2.7. Disolusi dan Pelepasan Obat................................................................5
2.3. Rute Pemakaian............................................................................................5
2.4. Sifat Anatomi dan Fisiologi..........................................................................5
2.4.1. Anatomi..................................................................................................5
2.4.2. Fisiologi.......................................................................................................7
2.5. Efek Farmakodinamik....................................................................................10
2.6. Sifat Toksikologi..........................................................................................11
2.7. Keamanan Eksipien....................................................................................11
PAGE \* MERGEFORMAT 11
2.8. Pengaruh Eksipien......................................................................................11
BAB III.......................................................................................................................14
PENUTUP..................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan......................................................................................................14
3.2. Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
PAGE \* MERGEFORMAT 11
BAB 1
PENDAHULUAN
Patch merupakan salah satu sediaan yang dapat menghantarkan dosis obat
secara terkendali melalui kulit dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan metode
formulasinya, patch dibagi menjadi dua yaitu membran controlled system dan
matrix controlled system. Pada penelitian ini digunakan matrix controlled system
karena mempunyai keuntungan yaitu dapat menghasilkan sediaan patch yang
tipis dan elegan, sehingga nyaman untuk digunakan, proses pembuatan yang
mudah, cepat, dan murah dibandingkan dengan membran controlled system
(Gungor et al., 2012).
Transdermal patch adalah salah satu bentuk sediaan farmasi baru untuk
mengantarkan obat ke aliran darah setelah dilekatkan ke kulit. Patch dimaksudkan
untuk mendistribusikan obat dengan cara yang diatur, dimodifikasi, dan dibatasi
waktu dengan kecepatan yang telah ditentukan sebelumnya. Sistem transdermal
patch sangat efektif dan hemat biaya, dan memberikan alternatif yang baik untuk
pembuatan patch untuk molekul obat yang sangat manjur (Alkilani ct.al., 2023).
PAGE \* MERGEFORMAT 11
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan ditulisnya makalah ini
adalah sebagai berikut :
PAGE \* MERGEFORMAT 11
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sediaan Patch
Sistem penghantaran obat transdermal adalah sistem penghantaran yang
mempertahankan efektivitas pelepasan obat dalam waktu yang lama, mengurangi
intensitas administrasi dan efek samping yang terkait dengan rute pemberian oral.
Obat transdermal adalah kategori obat yang sangat luas yang didefinisikan untuk
mengantarkan obat dengan mekanisme aksi lokal atau sistemik melalui formulasi
dosis tertentu (Khan S., and Sharman T., 2023). Sediaan transdermal memiliki
banyak manfaat dibandingkan penghantaran obat secara oral, termasuk
menghindari metabolisme jalur pertama melindunginya dari kerusakan,
melindungi obat sensitif dari lingkungan gastrointestinal yang keras,
memungkinkan pelepasan obat yang berkelanjutan, dan mempertahankan
konsentrasi plasma yang lebih seragam serta meningkatkan kemungkinan
penggunaan pasien secara konsisten, dan memungkinkan pemberian obat dengan
cara interval stabil yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan permeabilitas obat
melintasi subcutan, pendekatan pasif digunakan untuk memengaruhi interaksi
obat seperti peningkat permeasi, nanoemulsi, dan vesikel (Alkilani et.al., 2023).
Sistem penghantaran obat transdermal biasanya memberikan obat yang ditujukan
untuk orang lanjut usia (CHMP, 2014).
PAGE \* MERGEFORMAT 11
wadah obat dan mengontrol laju pelepasan obat), dan sistem reservoir mikro (Yati
and Pamungkas, 2018).
2.2.1. Keterlarutan
Obat harus larut dalam matriks atau lapisan adhesif untuk memungkinkan
penyerapan melalui kulit.
2.2.2. Difusi
Molekul obat harus dapat berdifusi melalui lapisan kulit untuk mencapai
aliran darah.
2.2.4. Kelembaban
Kelembaban harus dijaga agar tidak merusak sediaan obat. Penggunaan
bahan impermeabel membantu melindungi patch dari kelembaban eksternal.
PAGE \* MERGEFORMAT 11
2.2.5. Ketebalan
Ketebalan patch mempengaruhi tingkat penyerapan dan kenyamanan
penggunaan.
PAGE \* MERGEFORMAT 11
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme
biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara teru-menerus
(keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin
untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba
dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi luar (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Menurut Kalangi (2013), kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu:
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel
berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari
jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limfa oleh
karena itu semua nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada
lapisan dermis. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke
luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lusidum, dan stratum corneum. Berikut penjelasannya:
1. Stratum basal (lapis basal, lapis benih)
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel
yang tersusun berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada
dermis di bawahnya. Sel-selnya kuboid atau silindris. Intinya besar,
jika dibanding ukuran selnya, dan sitoplasmanya basofilik.
2. Stratum spinosum (lapis taju)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang besar-besar berbentuk
poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Stratum
granulosum (lapis berbutir). Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel
gepeng yang mengandung banyak granula basofilik yang disebut
granula keratohialin, yang dengan mikroskop elektron ternyata
merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.
3. Stratum granulosum
PAGE \* MERGEFORMAT 11
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula keratohialin.
4. Stratum lusidum (lapis bening)
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya,
dan agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organe pada sel-sel lapisan
ini.
5. Stratum corneum (lapis tanduk)
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak
berinti serta sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling
permukaan merupakan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu
terkelupas.
b. Dermis
Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis,
batas antara kedua lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.
Berikut penjelasannya:
1. Stratum papilaris
Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis
yang jumlahnya bervariasi antara 50–50/mm. Jumlahnya terbanyak
dan lebih dalam pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti
pada telapak kaki. 2. Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan
sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler.
Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di
antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta
folikel rambut.
c. Subkutan (Hypodermis)
Hypodermis atau lapisan lemak subkutan merupakan lapisan
kulit yang terletak paling dalam. Lapisan ini merupakan kumpulan dari
sel lemak yang berfungsi dalam penyimpanan energi, pengaturan
temperatur, dan pelindung mekanik tubuh (Lund, 1994).
PAGE \* MERGEFORMAT 11
2.4.2. Fisiologi
1. Pernapasan Kulit
PAGE \* MERGEFORMAT 11
di permukaan kulit dan bahanbahan dalam stratum corneum yang bersifat
higroskopis, dapat menyerap air, dan berada dalam hubungan yang
fungsional, disebut Natural Moisturizing Factor (NMF). Kemampuan stratum
corneum untuk mengikat air sangat penting bagi fleksibilitas dan kelenturan
kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Bahan yang berbasis lemak lebih mudah mempenetrasi kulit dari pada
yang berbasis garam atau yang lainnya. Emulsi O/W lebih tinggi daya
penetrasinya dari pada emulsi W/O. Berbagai cara penetrasi yang mungkin ke
dalam kulit, yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):
PAGE \* MERGEFORMAT 11
d. Melalui kelenjar sebasea.
PAGE \* MERGEFORMAT 11
hanya terjadipada 0,1% dari permukaan kulit sehingga memiliki pengaruh yang
sedikit (Jhawat et al., 2013)
.Patch merupakan salah satu sediaan yang dapat menghantarkan dosis obat
secara terkendali melalui kulit dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan metode
formulasinya, patch dibagi menjadi dua yaitu membran controlled system
danmatrix controlled system.
Sediaan transdermal memiliki beberapa keuntungan antara lain mudah dapat
menghindari first pass metabolism, obat dapat dihantarkan dalam waktu lama
serta obat tidak berinteraksi dengan cairan lambung dan usus ( Sharma et al,.
2013). Pada penggunaan transdermal pengobatan bias dapat di hentikan ketika
terjadi ketoksikkan ( Jhawat et al 2013). Kerugian transdermal antara lain dapat
menyebabkan iritasi jika dosis obat yang dibutuhkan besar,ketebalan barrier kulit
berbeda, serta tidak dapat menghantarkan obat dengan ukuran partikel yang besar
( Kadam 2014).
PAGE \* MERGEFORMAT 11
menjadi penghantar untuk sistemik. Berikut zat eksipien yang sering digunakan
untuk pembuatan sediaan ini:
1. Asam Oleat
2. Asam Laurat
Asam laurat berfungsi sebagai enhancer yang bekerja dengan
meningkatkan permease metaproterenol dan anti estrogen yang sangat
lipofilik.Mekanisme kerja asam laurat adalah dengan cara berintraksi dan
memodifikasi bagian lipid dari stratum korneum.
3. DMF
DMF (Dimethylformamide) bekerja dengan cara meningkatkan
permease dari beberapa senyafa hidrofilik dan hidrofobik, terutama permeasi
pada beta bloker dan juga efedrin klorid.
4. DMSO
DMSO (Dimethyl sulfoxide) bekerja dengan cara meningkatkan
absorbsi senyawa-senyawa yang bersifat polar dengan cara meningkatkan
difusi dan partisi.
5. Etanol
Etanol merupakan enhancer, yang bekerja dengan cara mengganggu
susunan stratum korneum guna meningkatkan kemampuannya untuk
menembus lipid.
6. Mikroemulsi
Mikroemulsi digunakan karena dapat meningkatkan absorbsi obat
pada saat pemakaian topikal, mikroemulsi bekerja dengan cara meningkatkan
daya penetrasi pembawa oleh asam lemak pada fase minyak. Contohnya
adalah: asam oleat, tween 80 dan propilenglikol.
PAGE \* MERGEFORMAT 11
7. Peningkat Permeasi Kimia
Peningkat permease kimia biasa digunakan untuk meningkatkan
kecepatan difusi obat yang bekerja melalui stratum korneum dan epidermis.
Berrikut merupakan contoh-contoh dai peningkat permease kimia: Dimetil
formamide, dimetil sulfoksid, dimetilasetamid, asam lemak sederhana dan
alkohol, surfaktan lemah yang mengandung senyawa polar berukuran sedang
(azones).
8. Pirolidon
N-metil-2-pirrolidon dan 2-Pirrolidone dapat meningkatkan
bioavaibilitas dari pemakaian topikal steroid betamethasone 17-Benzoat.
9. Surfaktan
Berikut merupakan contoh-contoh dari surfaktan: tween dan sodium
lauryl sulphate. Surfaktan termasuk kedalam formulasi yang dapat membantu
untukmelarutkan zat aktif (yang bersifat lipofil atau hidrofil) serta membantu
penetrasi dengan cara melarutkan bagian lipid stratum korneum.
10. Urea
Urea biasa dikenal sebagai agen pembasah (hidrasi) yang digunakan
untuk membantu penetrasi pada kondisi kulit yang keratotik seperti pada
psoriasis, ichthyosis, dan lainnya. Peningkatan penetrasi ini dapat berkaitan
dengan peningkatan aktivitas keratolitik dari stratum korneum (Suwarlie et al.,
2017).
PAGE \* MERGEFORMAT 11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Patch dimaksudkan untuk mendistribusikan obat dengan cara yang diatur,
dimodifikasi, dan dibatasi waktu dengan kecepatan yang telah ditentukan
sebelumnya. Sistem transdermal patch sangat efektif dan hemat biaya, dan
memberikan alternatif yang baik untuk pembuatan patch untuk molekul obat yang
sangat manjur. Jalur Transappendageal merupakan jalur terpendek yang dilalui obat
untuk dapat mencapai sirkulasi sitemik. Jalur ini juga menyediakan area yang cukup
luas untuk difusi obat. Patch transdermal adalah atribut yang penting atau merugikan
keamanan dan kemanjuran produk.
3.2. Saran
Makalah ini berisikan materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk
menambah wawasandan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana manusia yang tidak luput dari kesalahan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya
PAGE \* MERGEFORMAT 11
DAFTAR PUSTAKA
Alkilani A.Z., Musleh B., Hamed R., Swellmeen L., and Basheer H.A.,
2023,Preparation and Characterization of Patch Loaded with Clarithromycin
Nanovesicles for Transdermal Drug Delivery, J. Funct. Biometer, Vol. 14,
No.2,https://doi.org/10.3390/jfb14020057
Committee for Medicinal Products for Human Use (CHMP), 2014,Guideline onthe
pharmacokinetic and clinical evaluation of modified release dosage forms, European
Medicines Agency Science Medicines Health.
Jhawat, V.C., Saini, V., Kamboj, S., and Maggon, N. 2013. Transdermal Drug
Delivery Systems Approa.(20): 47–56.
PAGE \* MERGEFORMAT 11
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex,12th Edition, the Pharmaceutocal Press,
London.
Okyar, A., Ozsoy,Y., & Gungor, S. 2012. Novel Formulation Approaches for Dermal
and TransdermalDelivery of Non- Steroidal Anti-Inflammatory Drugs. A. Lemmey
(Editor). Rheumatoid Arthritis-Treatment. www.intechopen.com.
Suwalie, E.R., dan Mita, S.W. 2017. Terpen sebagai Peningkat Penetrasi pada
Sediaan Transdermal. Farmaka. Vol.15(3):102-110.
Tranggono, R.I.S. dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
PAGE \* MERGEFORMAT 11