Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

TABLET ASAM MEFENAMAT DENGAN METODE GRANULASI BASAH

( Kelompok 3 )

Dosen :

Yayah Siti Juariah, S.Si, M.Si, Apt

Disusun oleh :

Ata Rakhma Kumala 16330087

Selli Rahmawati 16330088

Irna Cecaria Agustin 16330089

Theodora Yonita Matie 16330090

Dina Lestari Putri 16330093

Alisyah Riefla Indriyani 16330094

PRODI FARMASI, FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum teknologi sediaan solida dengan judul pembuatan tablet asam mefenamat
dengan metode granulasi basah. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Yayah Siti
Juariah S.Si.,M.Si.,Apt selaku Dosen mata kuliah praktikum teknologi sediaan solid yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai metode pembuatan tablet asam mefenamat
dengan granulasi basah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 11 Januari 2019

Peny
usun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Tablet............................................................................................................................3
2.1.1 Jenis-Jenis Tablet...................................................................................................4
2.1.2 Macam-Macam Metode Pembuatan Tablet..........................................................7
2.2 Asam Mefenamat.......................................................................................................10
2.2.1 Farmakologi Asam Mefenamat...........................................................................10
2.3 Analgetik-Antipiretik.................................................................................................11
2.3.1 Non Steroidal anti-inflammatory Drugs (NSAIDs).............................................12
2.3.2 Nyeri....................................................................................................................13
BAB III METODA.............................................................................................................14
3.1 Preformulasi / Monografi Zat Aktif...........................................................................14
3.2 Preformulasi / Monografi Eksipien............................................................................15
3.3 Rasionalisasi Formula................................................................................................17
3.4 Formulasi....................................................................................................................18
3.5 Perhitungan Formula..................................................................................................19
3.6 Cara Kerja..................................................................................................................20
3.6.1 Pembuatan Granul...............................................................................................20
3.6.2 Pembuatan Tablet................................................................................................20
3.7 Evaluasi......................................................................................................................20
3.7.1 Bahan Aktif.........................................................................................................20
3.7.2 Granul..................................................................................................................23
3.7.3 Tablet...................................................................................................................26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................31
4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif............................................................31
4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul.....................................................................33
ii
4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet......................................................................36
BAB V PENUTUP.............................................................................................................39
5.1 Kesimpulan................................................................................................................39
5.2 Saran...........................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................40
LAMPIRAN.......................................................................................................................41

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan
sediaan yang paling popular. Bentuk sediaan tablet terbukti sangat menguntungkan,
karena dapat dibuat dengan mesin dan harganya relatif murah, takarannya tepat,
dikemas secara baik, praktis transportasi dan penyimpanannya serta mudah ditelan
(Voigt, 1995).
Asam mefenamat merupakan obat analgesik, anti inflamasi dan antireumatik
(Reynold, 1982). Karakteristik kimia fisika asam mefenamat yang praktis tidak larut
dalam air, bersifat hidrofob, sehingga sukar terbasahi, serta mempunyai
kompresibilitas yang jelek (Romilda, 2005). Oleh karena itu, untuk pembuatan tablet
asam mefenamat diperlukan bahan pengikat yang baik, yang dapat memperbaiki
pembasahan dan pengikatan antar partikel yang hidrofob (Ansel, 1989).
Tablet yang baik harus memenuhi persyaratan mutu fisik dan mutu kimiawi serta
harus dapat memberikan efek terapi untuk mencapai efek tersebut. Bahan obat harus
diabsorpsi oleh tubuh. Sebelum diabsorpsi tablet akan mengalami proses disintegrasi,
disolusi, dan selanjutnya diabsorpsi melalui saluran cerna (Shargel dan Yu, 1988).
Bahan tambahan memegang peranan penting dalam pembuatan tablet, agar
diperoleh konsistensi, bentuk dan bobot tablet yang dikehendaki (Siregar, 1992).
Bahan tambahan terdiri dari bahan pengikat, bahan penghancur atau disintegran,
bahan pengisi dan bahan pelicin atau dapat juga ditambahkan pemanis (Banker &
Anderson, 1986). Jenis dan jumlah bahan pengikat yang digunakan sangat
mempengaruhi ketahanan mekanik 2 serta waktu hancurnya (King, 1975). Bahan
tambahan lainnya adalah bahan penghancur atau disintegran, yang berfungsi untuk
mengembangkan tablet kemudian akan dihancurkan untuk diserap oleh tubuh (Banker
& Anderson, 1986).
Salah satu bahan tambahan dalam tablet adalah bahan pengikat. Efektifitas bahan
pengikat digambarkan oleh ketahanan mekanik tablet. Bahan pengikat berfungsi
memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta
untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat
dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan. Banyaknya larutan
pengikat yang diperlukan dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada jumlah

1
bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas,
kelarutan dalam larutan pengikat, dan metode penggranulan.
Pada umumnya, bila bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak atau
konsentrasinya terlalu tinggi, maka akan menyebabkan tablet menjadi keras sehingga
waktu hancurnya lama (King, 1975). Sebaliknya jika bahan pengikat yang
ditambahkan konsentrasinya kurang, maka gaya pengikatan yang ada pada massa
serbuk rendah dan cenderung akan menyebabkan terjadinya capping.
Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan,
namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa
yang akan digranul baru ditambahkan pelarut. Konsentrasi bahan pengikat dalam
bentuk larutan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis bahan pengikat. Pada
granulasi basah bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan sediaan tablet
antara lain: amilum, gelatin, polivinilpirolidon, derivate selulose (hidroksi propil metil
selulose, karboksi metil selulose, metil selulose) (Agoes, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja preformulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam mefenamat?
2. Apa saja formulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam mefenmat?
3. Bagaimana cara pembuatan tablet asam mefenamat dengan metode granulasi
basah?

1.3 Tujuan
Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Dapat mengetahui preformulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam
mefenamat
2. Dapat mengetahui formulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam
mefenmat
3. Dapat mengetahui cara pembuatan tablet asam mefenamat dengan metode
granulasi basah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk
umumnya pipih, permukaan rata atau cembung mengandung obat dengan atau tanpa
zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu dengan zat
tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian
dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantung dari
sifat obatnya (Admar, 2004).
Menurut Anief (1986), zat tambahan dapat berupa: bahan pengisi, penghancur,
pengikat dan pelicin. Penggunaan bentuk tablet dapat digunakan baik untuk tujuan
pengobatan lokal maupun sistemik. Pengobatan lokal misalnya:
− Tablet yang digunakan melalui vagina, dikenal sebagai tablet vagina, berbentuk
seperti amandel digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, dan penggunaan hormon
secara lokal.
− Lozenges, bentuk obat yang menyenangkan dan efektif untuk efek lokal di mulut
dan tenggorokan, umunya digunakan sebagai antiinfeksi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat Universitas Sumatera
Utara dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya
disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya
untuk hewan besar (Anief, 1986).
Tablet cetak dibuat tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet
tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya
dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang baik, antara lain:
1. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat pentabletan,
pengemasan,transportasi, dan penggunaannya.Perlu dilakukan uji kekerasan dan
kerapuhan tablet .
2. Kadar obat harus teepenuhi,sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam FI.
3
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif dialam tablet, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam FI
4. Penampilan baik dan menarik (diperlukanpewarna,perasa, dan pemberi aroma).
5. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya:Tablet harus tetap akseptabel,aman, dan
manjur bila digunakan.

2.1.1 Jenis-Jenis Tablet


Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.

2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang
biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien
seperti :
- Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
- Pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna) :
amylum, gelatin, tragakan
-  Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)

b. Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda


Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi
tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan.
Disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapt memisahkan zat
aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan).
c. Tablet Lepas Lambat

4
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul
dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif
dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu (misal tablet lepas lambat 6
jam, 12 jam, dsb).

d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)


Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan
terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang
pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.

e. Tablet Salut Gula


Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif terhadap
lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak,
menaikkan penampilan tablet.

f. Tablet Salut Film


Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
Penyalutan tidak perlu berkali-kali.

g. Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.

h. Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

5
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan pipi.
Biasanya keras dan berisis hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi
di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).

b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi
nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung
(angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek
terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.

c. Tablet Hisap atau Lozenges


Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau,
dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada
selaput lendir mulut.

d. Dental Cones (Kerucut Gigi)


Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di
dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya
untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi
dengan menggunakan suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara
perlahan-lahan, atau untuk mengurangi pendarahan dengan melepaskan suatu
astringen atau koagulan.

3. Tablet Kempa Digunakan melalui Liang Tubuh


a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal
(dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

b. Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina
yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya

6
mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina
dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi


Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet
harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah
kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain


a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan
tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris
digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk
peracikan obat (FI IV).Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di
atas lidah dan ditelan dengan air minum.

b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi
steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV).

c. Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat
atau cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume
tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan
obat dengan konsentrasi tertentu.

2.1.2 Macam-Macam Metode Pembuatan Tablet


1. Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk tanpa campuran pelembab atau
penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat, tetapi dengan cara
memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikan pecahan – pecahan menjadi granul yang lebih

7
kecil. Metode granulasi kering cocok untuk obat dosis tinggi, bahan – bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap
uap air atau karena obatnya peka terhadap panas. Pada pembuatan granul secara
kering dikerjakan dengan cara : zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila
perlu zat pengikat dicampur dan dibuat menjadi tablet yang lebih besar (slugging).
Setelah itu tablet yang sudah jadi dipecah menjadi granul lalu diayak. Setelah
pengayakan granul ditambah dengan bahan pelicin dan terakhir dikempa cetak
menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet (Anief, 2000: 211).

2. Granulasi Basah
Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan kecampuran serbuk (Lachman dkk,1994: 690).
Pada umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk dicampur
dengan perekat dalam bentuk cair. Akan tetapi jika bahan obat sangat dipengaruhi
oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat ditambahkan dalam keadaan
kering tanpa air. Jumlah bahan pengikat yang digunakan tergantung pada bahan
lainya dalam formula. Bahan pengikat yang ditambahkan harus memberikan
kelembaban yang cukup supaya serbuk dapat bercampur, tidak boleh terlalu basah
dan tidak boleh terlalu kering karena jika dibasahi secara berlebih akan
menghasilkan granul yang terlalu keras, sedangkan jika pembasahannya kurang
akan menghasilkan tablet yang terlalu lunak dan cenderung mudah remuk
(Ansel,2008:264).
Pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur homogen.
Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah dengan
pewarna. Setelah itu diajak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari
pengering pada suhu 40 – 50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin kemudian
dikempa menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 2000: 211).

8
Keuntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan kompaktibilitas,
sesuai untuk tablet dosis tinggi dengan sifat aliran/kompaktibilitas buruk,
mengurangi penjeratan udara, mengurangi debu, pembasahan granul sesuai untuk
homogenitas sediaan dosis rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui
hidrofilisasi (granulasi basah), dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa
kehilangan kualitas campuran (Agoes, 2006: 195).

3. Kempa Langsung
Metode kempa langsung dilakukan terutama pada keadaan dosis efektif terlalu
tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka terhadap pemanasan,
kelembaban, atau keduanya yang dapat mengganggu dalam proses granulasi basah.
Walaupun kempa langsung mempunyai beberapa keuntungan penting (tenaga kerja
yang sedikit, proses kering, tahap proses sedikit), tapi ada beberapa keterbatasan
pada tehnik ini :
a) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan pengisi dapat
menimbulkan stratifikasi dalam granul sehingga dapat menimbulkan
ketidakseragaman isi obat dalam tablet.
b) Obat dosis besar dapat menimbulkan masalah dengan kempa langsung bila
tidak dikempa dengan obatnya sendiri.
c) Dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan obat.
d) Karena kempa langsung keadaannya kering, sehingga tidak terjadi
pencampuran, hal ini dapat mencegah keseragaman distribusi obat dalam
granul (Lachman dkk. 1994: 687).
Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi
basah dan granulasi kering. Meskipun demikian sifat fisik masing – masing bahan
pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat mengubah sifat alir dan
kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung (Depkes RI, 1995:
5).

9
2.2. Asam Mefenamat

Rumus Molekul : C15H15NO2

Berat Molekul : 241,29

Nama Kimia : Asam N-2,3-xililantranilat [61-68-7]

Pemeriaan : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih

kurang 2300 disertai peruraian

Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut
dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes


RI,1995).

2.2.1 Farmakologi Asam Mefenamat


Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) yang banyak
digunakan oleh para pemakai, namun senyawa ini juga memiliki efek samping yang
merugikan bila dikonsumsi secara peroral seperti iritasi saluran cerna, mual, diare dan
nyeri abdominal sehingga konsumen tidak dapat meneruskan penggunaannya
(Siswandono dan Sukarjo, 2000).
Asam mefenamat adalah salah satu obat dari golongan AINS (Anti Inflamasi Non
Steroid) yang merupakan turunan dari asam Nphenylanthranilic. Asam mefenamat
bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi prostaglandin terganggu (Gilman, et al., 1996).
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik dan sebagai anti inflamasi, asam
mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin. Asam mefenamat terikat sangat kuat
pada protein plasma. Dengan demikian interaksi terhadap obat antikoagulan harus
diperhatikan (Wilmana dan Gan, 2007).
10
Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Asam mefenamat
mencapai kadar puncak dalam plasma dalam 2 – 4 jam setelah penggunaan dosis
tunggal. Rata-rata 50% dari dosis asam mefenamat diekskresikan di urin, umumnya
sebagai metabolit terkonjugasi 3- hidroksi metil dan metabolit 3- karboksil. Sejumlah
20% asam mefenamat ditemukan di feses, umumnya sebagai metabolit tak terkonjugasi
3- karboksil (Gilman, et al., 1996).
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare,
sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang
lanjut usia efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain yang
berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi dan anemia
hemolitik juga pernah dilaporkan (Wilmana dan Gan, 2007).
Asam mefenamat seperti juga obat analgesik non-narkotik yang lain bekerja secara
perifer, dengan mekanisme kerja menghambat sintesis prostaglandin dengan cara
menghambat aktivitas enzimsiklooksigenase pada pembentukkan prostaglandin. Asam
mefenamat yang menghilangkan rasa nyeri dengan cara menghambat sintesis
prostaglandin menyebabkan sekresi asam lambung tidak dihambat sehingga keasaman
lambung meningkat serta pertahanan mukosa lambung menurun sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada lambung.

2.3 Analgesik-Antipiretik
Analgesik-antipiretik adalah zat-zat yang mampu mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri sekaligus menurunkan panas tubuh. Nyeri adalah perasaan sensori yang
tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan
pribadi dengan ambang toleransi yang berbedabeda. Nyeri dianggap sebagai tanda
adanya gangguan di jaringan seperti peradangan dan infeksi.Sedangkan demam pada
umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Analgesik merupakan obat yang mampu mengurangi rasa sakit dengan
meningkatkan batas ambang rasa sakit.Analgesik digolongkan menjadi dua kelompok
besar, yakni (1) analgesik non narkotika; dan (2) analgesik narkotika. Analgesik non-
narkotika yang umum digunakan adalah asetosal dan parasetamol, sementara contoh
analgesik narkotika adalah morfin dan heroin.Selain itu, terdapat beberapa analgesik
narkotik sintetik seperti meperidin. Sementara itu, antipiretik adalah obat yang dapat
menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (90%) analgesik

11
mempunyai efek antipiretik.Karena alasan inilah, maka analisis obat analgesik dan
antipiretik dijadikan satu.Obat-obat analgesik non-narkotik juga berguna sebagai obat
antiinflamasi non steroid atau popular dikenal dengan obat NSAIDs (non steroid
antiinflammatory drugs) (Tjay dan Rahardja, 2007).
Analgesik-antipiretik dapat dikelompokkan sebagai turunan-turunan struktur asam
salisilat seperti asetosal, turunan p-aminofenol seperti parasetamol, turunan asam
fenamat seperti asam mefenamat, turunan asam propionat seperti ibuprofen, ketopren
dan naproksen, derivat asam fenilasetat seperti natrium diklofenak, turunan pirazolon
seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon, serta turunan oksikam seperti piroksikam dan
meloksikam (Sudjadi, 2012).

2.3.1 Non Steroidal anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)


Obat antiinflamasi utama adalah non steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
dan glukokortikoid. NSAIDs merupakan obat antiinflamsi yang paling banyak
digunakan. Obat NSAIDs mempunyai tiga efek farmakologi yaitu antiinflamasi,
analgesik dan antipiretik. Obat ini beraksi dengan menghambat enzimsiklooksigenase,
selanjutnya terjadi penghambatan pada produksi prostaglandin dan tromboksan.Obat
NSAIDs generasi awal menghambat baik pada COX-1 dan COX-2, bahkan lebih
dominan menghambat COX-1. Efek antiinflamsi berkaitan dengan penghambatan
pada manifestasi inflamasi yaitu vasodilatasi, edema dan nyeri. Manifestasi inflamasi
tersebut diperantarai oleh mediator-mediator yang merupakan produk dari aksi
COX2.NSAIDs beraksi menghambat COX, menurunkan produksi vasodilator
prostaglandin (PGE2 dan PGI2), sehingga menurunkan vasodilatasi, kemudian
menurunkan edema yang terjadi. Lebih lanjut, akumulasi sel inflamasi akan berkurang
(Endro, 2012).
NSAIDs juga termasuk analgesik karena menghambat salah satu manifestasi
inflamasi yaitu nyeri.Pada reaksi inflamasi, prostaglandin mensensitisasi nosiseptor
(reseptor nyeri) terhadap mediator nyeri yaitu bradikinin atau 5-hidroksitriptamin.
Secara klinik, NSAIDs digunakan untuk kasus nyeri ringan hingga moderat seperti
arthritis, sakit gigi, pusing, dan dismenorea (haid) (Munaf, 1994).
Efek antipiretik NSAIDs berkaitan dengan suhu tubuh yang diatur oleh pusat
keseimbangan panas di hipotalamus.Pusat keseimbangan tersebut ibarat suatu termostat.
Kondisi demam (panas) diakibatkan terjadinya gangguan pengaturan keseimbangan
panas di hipotalamus tersebut mengakibatkan kenaikan suhu tubuh.Pada reaksi

12
inflamasi, bakteri endotoksin menyebabkan pelepasan pirogen yaitu IL-1 dari
makrofag, yang menyebabkan produksi PGE yang dapat mengubah pengaturan suhu
menjadi meningkat.Berkaitan dengan produksi PGE tersebut, COX-2 dan COX-3
berperan dalam patofisiologis demam.NSAIDs berperan menurunkan panas dengan
menghambat produksi PGE tersebut, namun pada kondisi normal NSAIDs tidak
menurunkan suhu tubuh. Artinya, NSAIDs berperan dalam pengaturan kembali
keseimbangan panas pada demam(Endro, 2012) .

2.3.2 Nyeri
Menurut The International Associaton for the Study of Pain (IASP), nyeri
merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai oleh
kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu
yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius, epikritik)
misalnya: sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan. Definisi tersebut menjelaskan
konsep bahwa nyeri adalah produk kerusakan struktural, bukan saja respon sensorik
dari suatu proses nosisepsi, tetapi juga merupakan respon emosional (psikologik) yang
didasari atas pengalaman termasuk pengalaman nyeri sebelumnya.
Pada dasarnya nyeri adalah reaksi fisiologis karena reaksi proyektif untuk
menghindari stimulus yang membahyakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap berlangsung
walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi perubahan
patofisologis yang justru merugikan tubuh dan membutuhkan terapi. Menurut Berger
pada tahun 1992, nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu Nyeri akut dan Nyeri
kronis. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori, persepsi, dan
emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan,
dan emosional yang disebabkan oleh kerusakan jaringan. Nyeri akut biasanya
mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesisifk.
Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang
berlasang selama enam bulan atau lebih.

13
BAB III
METODA

3.1 Preformulasi / Monografi Zat Aktif

1. Asam Mefenamat (FI IV,1995)

No. Parameter Data


1. Pemerian Serbuk hablur ; putih atau hampir putih
2. Kelarutan Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut
dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan
metanol; praktis tidak larut dalam air.

3. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat


4. Dosis Dewasa & anak >14 tahun: awal 500 mg kemudian 250
mg setiap 6 jam maksimal 7 hari

5. Stabilitas Terhadap cahaya ; lebih mudah terurai dengan adanya


cahaya. Terhadap udara; higroskopis dan mudah
terurai dengan adanya udara
6. Inkomptabilitas Tidak ada reaksi inkompatibilitas dengan
senyawa lain.
7. Titik didih 398,8°C
8. Indikasi Analgesik untuk rheumatoid arthritis ,nyeri, dismenore
(gangguan nyeri saat haid) anti piretik, sakit kepala,
demam
9 Titik leleh 230-231 °C
10 pH stabilitas 3 –7

14
3.2 Preformulasi / Monografi Eksipien

1. Laktosa (FI III 1979 hal 338)

No Parameter Data
.
1. Rumus molekul C12H22O11
2. Berat molekul 36,30 
3. Pemerian Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih
krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
4. Kelarutan Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
5. Suhu Lebur 202,8 °C
6. Stabilitas Pada kondisi lembab (RH>80%) dapat terjadi
pertumbuhan kapang. Selama disimpan, laktosa dapat
berubah warna menjadi kecoklatan. Reaksi ini dipercepat
oleh panas dan kondisi lembab. Harus disimpan dalam
wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering
7. Penyimpanan Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau dan tidak
terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.
8. OTT Asam amino, aminofilin, lisinopril, amfetamin

9. Kegunaan Bahan pengisi

2. Amylum

No Parameter Data
.
1. Nama Kimia Strach [9005-25-8]
2. Berat molekul 300-1000 tergantung jenis amylum
3. Pemerian Amylum tidak berbau,tidak berasa,warna putih sampai
putih tua,serbuk halus
4. Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol 96% dan dalam air
dingin, pati mengembang seketika dalam air sekitar 5-
10% pada 37oC.Pati menjadi larut dalam air panas pada
suhu diatas suhu gelatinasi
5. Stabilitas Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembapan tinggi.
Pati dianggap sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada
kondisi penyimpanan dibawah normal. Larutan amilum
atau pada amilum tidak stabil dan mudh dimetabolisme
oleh mikroorganisme. Karena itu untuk granulasi basah

15
harus selalu dibuat baru.
8. Penyimpanan Dalam tempat sejuk dan kering
9. Inkomptabilitas Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat.
Berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan iodium
10. Kegunaan Desintegran

3. CMC Na (Handbook of Excipients Ed. VI Hal 118)

No Parameter Data
.
1. Nama Kimia CMC Na / Natrium Carboxy Metil Cellulose
2. Berat molekul 90000 – 700000
3. Pemerian Serbuk berwarna putih tidak berasa
4. Penyimpanan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal;
tidak larut dalam etanol, dalam eter dan pelarut organik
lain
5. Inkomptabilitas Sodium CMC inkompatibilitas dengan kuat pada larutan
asam dengan beberapa garam besi dan beberapa logam
atau baja, beberapa alumunium, merkuri, dan besi
6. Kegunaan Pengikat

4. Talkum (FI III 1979 Hal 591)

No. Parameter Data


1. Rumus molekul Mg6(S12O5)4(OH)4
1. Pemerian Sangat halus,warna puth sampai putih keabu-abuan,tidak
berbau,berkilat mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran
3. Kelarutan Tidak larut dalam hamper semua pelarut
4. Inkompatibilitas Tidak harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
tempat kering
5. Stabilitas Stabil,dapat disterilisasi dengan pemanasan sampai 160oC
tidak kurang dari 1 jam dapat juga disterilkan dengan gas
etilen oxide atau gama radiasi
6. Kegunaan Glidan

5. Mg Stearat (FI III 1979 Hal 354)

No Parameter Data
.
1. Berat Molekul 591,29
2. Rumus molekul C36H70MgO4

16
3. Pemerian Sebuk halus berwarna putih, bau samar rasa khas
4. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter
5. Kegunaan Lubricant
6. Stabiitas Mg Stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan kering
7. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering
8. Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan yang teroksidasi kuat.Mg
stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin,beberapa itamin dan garam besi.

3.3 Rasionalisasi Formula

Alternatif Pemecahan Masalah


No Rumusan Komponen Proses Pengawasan Keputusan
. Masalah Mutu
Metode apa - Granulasi Pencampuran Granulasi basah, karena
yang cocok Basah asam mefenamat
untuk - Granulasi memiliki sifat alir yang
pembuatan Kering buruk
tablet asam - Cetak
mefenamat? langsung
Fungsi aqua Pencampuran Uji Aqua digunakan sebagai
yang Homogenitas zat pengikat bukan
digunakan untuk melarutkan zat
dalam aktif. Karena,zat
pembuatan pengikat disini larut
tablet asam dalam air
mefenamat?
Pada tempratur Pengeringan Uji Stabilitas Asam mefenamat stabil
berapakah zat pada temperatur 30° C
aktif itu stabil
dalam
pemanasan?
Bahan - Zat pengisi Pencampuran Uji Bobot tablet yang dibuat
tambahan Homogenitas 600 mg sedangkan
apakah yang bobot asam mefenamat
digunakan 500 mg sehingga
untuk mengisi ditambahkan zat pengisi
bobot tablet? laktosa untuk
menambah bobot tablet
Untuk - Pelicin Pencampuran Untuk memperbaiki

17
memperbaiki - Pelincir sifat alir perlu
sifat alir perlu dtambahkan
penambahan pelicin/glidan yaitu
zat tambahan talkum
apa?
Zat tambahan - Mg.Stearat Pencampuran Mg stearat berfungsi
apa yang menurunkan friksi
digunakan antara serbuk dan die.
sebagai
penurun friksi
antara serbuk
dan die?

3.4 Formulasi
Fungsi (Untuk Penimbangan Bahan
Pemakaian
No. Nama Bahan Farmakologis/ Unit Batch
Lazim (%)
Farmasetik) 600 mg 200 tablet
1. Asam
Bahan aktif - 500 mg 100 g
Mefenamat
2. Amylum 10% Penghancur 10% 60 mg 12 g
3. CMC Na 2% Pengikat 2% 12 mg 2,4 g
4. Lactosa Pengisi qs 10 mg 2g
5. Mg. Stearat Lubrikan 1% 6 mg 1,2 g
1%
6. Talkum 2% Glidan 2% 12 mg 2,4 g
7. Aquadest Pelarut Qs - -

3.5 Perhitungan Formula

Kadar Asam Mefenamat = 500 mg


Bobot Tablet 600 mg = dibuat untuk 200 tablet
Fase Dalam (97%)
1 tablet = 97/100 x 600 mg = 582 mg
200 tablet = 582 mg x 200 = 116400 mg = 116,4 g

Fase Dalam (97%)

1. Asam Mefenamat 500 mg 500 mg x 200 = 100000 mg = 100 g

18
2. CMC Na 2% 
12 mg x 200 = 2400 mg = 2,4 g

3. Amylum 
60 mg x 200 = 12000 mg = 12 g

4. Laktosa  (582 – 500 – 12 – 60) mg = 10 mg


10 mg x 200 = 2000 mg = 2 g

Fase Luar (3%)

1. Talk 2% 
12g x 200 = 2400 mg = 2,4 g

2. Mg Stearat 1% 
6mg x 200 = 1200 mg = 1,2 g

3.6 Cara Kerja


3.6.1 Pembuatan Granul
 Pembuatan Larutan Pengikat
1. Dimasukan CMC Na sebanyak 2,4 g kedalam beaker glass
2. Ditambahkan air hangat kedalam beaker glass secukupnya
3. Diaduk hingga homogen

 Proses Granulasi
1. Diayak Amylum, dan Lactosa dengan menggunakan ayakan mesh 18
2. Dituang kedua bahan tadi ke dalam baskom
3. Diaduk hingga homogen
4. Ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang
kompak.
5. Diayak granulasi massa basah dengan ayakan mesh 18

19
6. Dikeringkan granulat dalam oven dengan suhu 37oC

3.6.2 Pembuatan Tablet


1. Diayak granulat yang telah kering dengan ayakan Mesh 18
2. Ditambahkan kedalam fase luar ( Asam Mefenamat, Talk, dan Mg Stearat )
3. Dicetak dalam mesin cetak
4. Tablet yang sudah jadi dihancurkan untuk dijadikan granul dan kemudian
dilakukan evaluasi granul
5. Granul yang sudah dievaluasi di kempa menjadi tablet dengan diameter tablet 10
mm.

3.7 Evaluasi
3.7.1 Bahan Aktif

a. Uji Bulk Density:


1. Ditimbang bahan aktif 50 g
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
3. Hasil Pengamatan:

b. Uji Tap Density


1. Gelas ukur sebanyak 50 g diketuk sebanyak 300 kali
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 70 ml
3. Hasil Pengamatan:

c. Uji Rasio Hausner

Hasil Pengamatan :

d. Uji Kompresibilitas

20
1. Kompresibilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan serbuk/granul untuk setiap
kompak apabiladiberi tekanan semakin kecilnilai maka semakin baik
2. Batasan nilai kompresibilitas
Kompresibilitas
Keterangan
(%)
5-15 Baik Sekali
12-16 Baik
18-21 Agak Baik
23-28 Buruk
28-35 Buruk Sekali
35-38 Amat Buruk
>40 Amat Sangat Buruk

Hasil Pengamatan :

(Buruk)

e. Uji Susut Pengeringan dan kadar air


1. Disiapkan alat dan bahan :
2. Masukkan wadah alumunium foil ke dalam alat, tutup alat.
3. Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan
(bobot basah)
4. Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC
5. Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan
6. Hasil Pengamatan :

7. Susut pengeringan (LoD/Loss on Drying) =

21
8. Kadar Lembab (MC/Moisture Content) =

f. Uji Sifat Alir


1. Ditimbang Asam Mefenamat sebanyak 100 mg
2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester
3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut)
4. Hasil pengamatan:

Tan α =
α = 41,828

g. Distribusi Ukuran Partikel


Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12, 14, 16, 18, 20
1. Ditimbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), beri kode mesh dan hasil
penimbangan
2. Ditimbang asam mefenamat 100 g, masukkan ke dalam mesh 12 kemudian
jalankan alat
3. Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
4. Timbang serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh (bobot serbuk, misal a
gram), hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (y gram).
Hasil Pengamatan 1:
Berat Wadah awal
Mesh 12 = A
Mesh 14 = B
Mesh 16 = C
Mesh 18 = D
Mesh 20 = E
Berat Wadah Akhir
Mesh 12 = 0,2 g

22
Mesh 14 = 0,27 g
Mesh 16 = 0,31 g
Mesh 18 = 0,29 g
Mesh 20 = 1,16 g
Wadah = 92,7 g

Perhitungan: % mesh =

% mesh 12 =

% mesh 14 =

% mesh 16 =

% mesh 18 =

% mesh 20 =

Grafik:

3.7.2 Granul
a. Uji Bulk Density
1. Ditimbang bahan aktif 50 g
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
3. Hasil Pengamatan:

b. Uji Tap Density


1. Gelas ukur sebanyak 50 g diketuk sebanyak 300 kali

23
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 72 ml
3. Hasil Pengamatan:

c. Uji Rasio Hausner

Hasil Pengamatan :

d. Uji Kompresibilitas

Hasil Pengamatan :

(Baik Sekali)

e. Uji Susut Pengeringan dan kadar air


1. Disiapkan alat dan bahan :
2. Masukkan wadah alumunium foil ke dalam alat, tutup alat.
3. Kemudian tara buka penutup alat, timbang 5 gram, catat hasil penimbangan (bobot
basah)
4. Kemudian tutup kembali, jalankan alat selama 10 menit pada suhu 105oC
5. Matikan alat, catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai bobot konstan
6. Hasil Pengamatan :

Susut Pengeringan (LoD / Loss on Drying) =

Kadar Lembab (MC / Moisture Content) =

f. Uji Sifat Alir


1. Ditimbang asam mefenamat sebanyak 50 g
24
2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester
3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut)
4. Hasil pengamatan:

Tan α =
α = 25,50

g. Distribusi Ukuran Partikel


Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20
1. Ditimbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), beri kode mesh dan hasil
penimbangan.
2. Ditimbang asam mefenamat 100 g, masukkan ke dalam mesh 12 kemudian jalankan
alat.
3. Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah.
4. Timbang serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh (bobot serbuk, misal a
gram), hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (y gram).

Hasil Pengamatan 1:
Berat Wadah awal
Mesh 12 = A
Mesh 14 = B
Mesh 16 = C
Mesh 18 = D
Mesh 20 = E

Berat Wadah Akhir


Mesh 12 = 0,23
Mesh 14 = 14,50
Mesh 16 = 11,31
Mesh 18 = 8,1
Mesh 20 = 11,25
Sisa = 82,44

Perhitungan: % mesh =

25
% mesh 12 =

% mesh 14 =

% mesh 16 =

% mesh 18 =

% mesh 20 =
Grafik :

3.7.3 Tablet
1. Uji Organoleptis

Kesimpulan :
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih
Bentuk : Bulat

2. Uji Keseragaman Bobot

Alat : Neraca Analitik


Tablet yang diuji : 20 tablet
Persyaratan :
- Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom “A” dan tidak

26
boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari harga dalam kolom “B”.
- Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom “A” maupun kolom “B”.

Bobot per Selisih bobot Persen penyimpangan


No tablet
tablet (mg) Tablet (mg) (%)

1 680 30

2 600 50 7,692
3 670 20 3,076
4 650 0 0
5 640 10 1,538
6 640 10 1,538
7 610 40 6,153
8 680 30 4,615
9 650 0 0
10 650 0 0
11 680 30 4,615
12 660 10 1,538
13 670 20 3,076
14 650 0 0
15 670 20 3,076
16 600 50 7,692
17 660 10 1,538
18 680 30 4,615
19 630 20 3,076
20 630 20 3,076
Rata rata
bobot 20 3,07645
tablet

Penyimpangan bobot rata-rata


Bobot rata-rata
A (%) B (%)
25 mg atau kurang 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10

Penyimpangan 5 % (Kolom A)
5% 650 mg = 32,5 mg
650 mg – 32,5 mg = 617,5 mg
27
650 mg + 617,5 mg = 1267,5 mg
Range 617,5 mg – 1267,5 mg
Penyimpangan 10 % (Kolom B)
10 % 650 mg = 65 mg
650 mg – 65 mg = 585 mg
650 mg + 585 mg = 1235 mg
Range 585 mg – 1235 mg
Kesimpulan : Hasil keseragaman bobot kurang baik karena erdapat 3 tablet yang
melebihi penyimpangan 5 % dan tidak ada satupun tablet yang melebihi 10 %
penyimpangan.

3. Uji Keseragaman Ukuran

Alat : Jangka Sorong


Tablet yang diuji : 10 Tablet
Persyaratan : Diameter tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebalnya tablet.

Tablet Tebal Diameter


(mm) (mm)
1 4 10 mm
2 4 10 mm
3 4 10 mm
4 4 10 mm
5 4 10 mm
6 4 10 mm
7 4 10 mm
8 4 10 mm
9 4 10 mm
10 4 10 mm
Rata-rata 4 mm 10 mm

Diameter tablet Asam Mefenamat 600 mg (tablet sedang)


10 mm = 3 x

x=

28
= 3,3 mm (minimal)

10 mm =

10 =

x = 10 x
= 7,5 (maksimal)
Kesimpulan : Hasil keseragaman ukuran memenuhi syarat karena masih berada dalam
batas minimal dan maksimal tablet yg diinginkan.

4. Uji Kekerasan
Alat : Hardness Tester
Tablet yang diuji : 5 tablet
Persyaratan : 4-10 kg/cm2

Tablet Kekerasan

(kg/cm2)
1 6,5
2 6
3 5
4 6
5 5
Rata-rata 5,7

Kesimpulan : Hasil uji kekerasan tablet memenuhi syarat karena masih berada pada
range 4 – 10 kg/cm2

5. Uji Kerapuhan
Alat : Friabilator / Friability Tester
Cara Kerja: Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan
putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan.

29
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% 
Bobot total : 14,32 g
Bobot setelah di uji kerapuhan : 13 g
Rumus :

%=

=
= 9,2 %
Kesimpulan : Hasil yg didapati dari evaluasi uji kerapuhan melebihi range yang
ditentukan yakni < 1 %

6. Uji Waktu Hancur


Alat : Desintegration tester
Cara Kerja : Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan
simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang
paling terakhir hancur.
Persyaratan:
Waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut
gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik
tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur
dalam medium basa 

Tablet Waktu Hancur


(menit)

1 10 menit
2 10 menit
3 10 menit
4 12 menit
5 12 menit
6 13 menit
Rata- 11,16
rata

30
Kesimpulan : Hasil uji waktu hancur memenuhi syarat karena masih < 15 menit untuk
tablet biasa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif


Pada praktikum ini, serbuk asam mefenamat dilakukan uji evaluasi serbuk sebelum
pembuatan granul dan dilakukan pencetakkan tablet. Alasan serbuk zat aktif ini yakni
Asam Mefenamat dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sifat-sifat serbuk Asam
Mefenamat agar didapati hasil untuk perlakuan metode pembuatan granul yang cocok.

1. Bulk Density
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan nya
dilakukan bulk density yaitu untuk mengetahui bobot jenis serbuk dalam volume zat
dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu.
Alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu: gelas ukur Hasil yang didapat dari

praktikum kemarin yaitu: = = 0,5208 g/ml

2. Tap Density
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan nya
dilakukan tap density yaitu untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas ukur
yang diketukkan dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit
volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periode tertentu. Hasil yang didapat

dari praktikum kemarin yaitu : g/ml

3. Rasio Hausner
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuannya
untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan goncangan kecil
(tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan untuk menganalisis karakteristik

laju alir serbuk. Hasil yang didapat dari praktikum kemarin yaitu: =
31
= 1,37, Dapat disimpulkan hasil yang kami dapatkan kemarin
masuk ke dalam indeks aliran yang buruk(poor/cohesive) karena berada pada range
kurang dari 1,5, Jika lebih dari 1,5 maka aliran serbuk itu baik.

4. Kompresibilitas
Tujuan dari kompresibilas adalah untuk mengetahui kemampuan granul agar
kompak dengan adanya tekanan, untuk mengetahui perilaku serbuk pada saat dikempa
dan dan untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat penabletan. Alat
yang digunakan pada kompresibilitas ini adalah gelas ukur, mesin tablet yang
dilengkapi “strain gauge” dan “oscilloscope”. Rumus yang gunakan dalam mengetahui
hasil dari kompresibilitas yaitu,

% Kompresibilitas =

Hasil dari % Kompresibilitas yang di dapat =

= 27,07 %
Dapat di simpulkan % kompresibilitas yang didapat yakni 27,07 %, dan masuk kedalam
kategori 23 – 28 % dimana kompresibilitas buruk dan sesuai dengan literatur, dimana
asam mefenamat mempunyai kompresibilitas yang buruk (Romilda, 2005).

5. Sifat alir/Sudut henti


Tujuan dari sifat alir atau sudut henti adalah untuk menentukan kecepatan aliran
suatu sediaan baik atau tidaknya. Alat yang digunakan pada sifat alir atau sudut henti
ini adalah flow rate tester, corong, statif. Rumus yang digunakan dalam mengetahui
hasil dari sudut henti atau sifat alir, yaitu ;

Tan α =

Hasil yang didapat adalah Tan α =

Dapat disimpulkan sudut henti yang didapat yakni, 41,828. Dimana masuk kedalam
range 25 – 45, yang menandakan asam mefenamat memiliki sifat alir yang mudah
mengalir.
32
6. Susut Pengeringan dan Kadar Lembab
Susut Pengeringan dan Kadar Lembab bertujuan untuk memberikan batas
maksimal atau rentang tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Untuk susut pengeringan dan kadar lembab digunakan alat yaitu Moisture Content
Balance. Rumus untuk menghitung susut pengeringan adalah Susut Pengeringan
(LoD/Loss on Drying)

% LoD =

Sedangkan menghitung Kadar Lembab MC/Moisture content

%MC =

Hasil dari susut pengeringan yang didapat % LoD = =

2,2%, dan hasil dari kadar lembab %MC = = 2,24%.

Dapat disimpulkan susut pengeringan asam mefenamat menurut FI V, tidak lebih dari
1,0%. Hal ini mungkin terjadi karena zat sudah terlalu lama kontak dengan udara.

7. Distribusi Ukuran Partikel (DUP)


Tujuan dari Distribusi ukuran partikel adalah mengukur partikel zat dengan metode
mikroskopi dan pengayakan atau sieving. Sebagai alat yang digunakan untuk distribusi
ukuran partikel adalah sieving analyzer atau ayakan dengan mesh 12, 14, 16, 18, 20.

Rumus %Mesh =

Hasil dari perhitungan tiap mesh yaitu :

Mesh 12 = 0,215%, Mesh 14 = 0,291%, Mesh 16 = 0,334%, Mesh 18 = 0,312%, dan


Mesh 20 = 1,25%.

33
Kesimpulan yang didapat dari distribusi ukuran partikel yang telah didapat, hasil grafik
dari setiap mesh didapati hasil yang berbeda berdasarkan ukuran dari setiap mesh-nya,
sehingga hasil grafik yang didapati kurang baik, ini perlu diberi zat tambahan untuk
memperbaiki distribusi partikel menjadi baik.

4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul


Pada praktikum ini, hasil granul yang didapat dilakukan uji evaluasi granul
sebelum pembuatan tablet dan dilakukan pencetakkan tablet. Alasan granul ini
dilakukan evaluasi adalah untuk mengetahui sifat-sifat granul agar didapati hasil untuk
perlakuan metode pembuatan tablet yang cocok.

1. Bulk Density
Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji bulk density ini
adalah untuk menjamin aliran granul baik. Dilakukan dengan cara bahan ditimbang
sebanyak 50 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Volume yang didapati
setelah granul dimasukkan ke dalam gelas ukur adalah 83 ml. Hasil yang didapati untuk
uji bulk density adalah 0,6024 g/ml.

2. Tap Density
Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji tap density ini
adalah untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas ukur yang diketukkan dan
untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu setelah
adanya hentakan dalam periodete tertentu. Dilakukan dengan cara bahan ditimbang
sebanyak 50 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml lalu diketukkan
sebanyak 300 kali. Volume yang didapati setelah dilakukan pengetukkan 300 kali
adalah 72 ml. Hasil dari perhitungan uji tap density adalah 0,694 g/ml.

3. Rasio Hausner
Pada rasio hausner dilakukan untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah
dipadatkan dengan goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan
menganalisis karakteristik laju alir granul. Hasil rasio hausner yang didapati adalah
1,15. Berdasarkan persyaratan hasil rasio hausner ini masuk ke dalam range 1,12 – 1,18
yang memiliki rasio hausner baik.

34
4. Uji Kompresibilitas
Pada uji kompresibilitas dlakukan untuk mengetahui kemampuan granul agar
kompak dengan adanya tekanan, mengetahui perilaku serbuk pada saat dikempa dan
untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat penabletan. Hasil uji
kompresibilitas yang didapati adalah 13,19 %. Berdasarkan persyaratan hasil rasio
hausner ini masuk ke dalam range 11 – 15 yang memiliki kompresibilitas baik.

5. Uji Susut Pengeringan dan Kadar Air


Pada uji susut pengeringan dan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Pada uji ini dilakukan menggunakan alat Moisture Content Balance. Didapati hasil dari
susut pengeringan adalah 4,2 %, sementara untuk hasil kadar air adalah 4,3 %.

6. Uji Sifat Alir


Pada uji sifat alir dilakukan untuk mengetahui sifat alir serbuk pada waktu
mengalami proses penabletan dan untuk menentukan kecepatan aliran suatu sediaan
baik / tidak. Pada uji ini dilakukan menggunakan alat Flow Rate Tester. Dengan cara
memasukkan granul tersebut ke dalam alat Flow Rate Tester lalu dihitung tinggi dan
diameter dan hasil α = 25,50. Dari hasil tersebut masuk ke dalam range 25 – 30 adalah
baik untuk uji sifat alir.

7. Distribusi Ukuran Partikel


Distribusi ukuran partikel untuk mengukur partikel tablet dengan metode
mikroskopi dan pengayakan/shieving menggunakan ayakan mesh no 12, 14, 16, 18 dan
20. Persentase mesh yang didapat adalah sebagai berikut :

% mesh 12 =

% mesh 14 =

% mesh 16 =

% mesh 18 =

% mesh 20 =

35
Grafik :

4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet


Pada praktikum kali ini tablet asam mefenamat yang telah dibuat menggunakan
metode granulasi basah dilakukan evaluasi tablet, berikut evaluasi tablet yang dilakukan

1. Uji Organoleptis
Hasil dari uji organoleptis pada tablet Asam Mefenamat terhadap rasa, bau, warna,
dan bentuknya dapat dikatakan bahwa tablet terlihat baik secara fisik, tanpa adanya
kerusakan.

2. Uji Keseragaman Bobot


Uji sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot dengan hasil % penyimpangan
bobot di mana bobot rata-rata dari tablet yang kami miliki sebesar 650 mg. Uji ini
dilakukan dengan jalan menimbang 20 tablet satu persatu kemudian dihitung rata-
ratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya. Sehingga dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang diuji memiliki 3
tablet yang melebihi penyimpangan 5 % yang telah ditentukan, sementara untuk nilai
10 % penyimpangan bobot tidak ada satupun tablet yang lebih dari 10%
penyimpangannya.  Sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat yang
sama.
Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai keseragaman mesin kempa dalam
menghasilkan tablet dan juga menentukan keseragaman dosis yang diberikan untuk
setiap terapi. Pengujian ini sangat penting untuk tablet dan sediaan padat lainnya,

36
karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet yang kecil menunjukan
semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya.

3. Uji Keseragaman Ukuran


Uji keseragaman ukuran penting dilakukan karena memudahkan tablet untuk
dapat dikemas karena memiliki ukuran yang seragam, meningkatkan keyakinan
pasien terhadap keaslian obat sehingga obat dapat diterima (acceptable) oleh
pasien, serta dapat dikatakan bahwa tablet memiliki keseragaman kadar yang
seragam. Uji keseragaman ukuran ini menggunakan jangka sorong. Menurut
Farmakope Indonesia edisi III (1979), persyaratan keseragaman ukuran tablet yaitu
diameter tablet tidak boleh kurang dari 4/3 dan tidak boleh lebih dari 3 kali tebal
tablet. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet
Asam Mefenamat generik pada praktikum ini memenuhi syarat karena masih
berada dalam batas minimal dan maksimal tablet yang diinginkan yakni rata-rata
keseragaman ukuran dengan tebal tablet 4 mm dan diameter tablet 10 mm. Hasil
tersebut sesuai dengan persyaratan range ketetapan tebal tablet yang digunakan
untuk ukuran 600 mg yakni tebal tablet tidak kurang dari 3,3 mm dan tidak lebih
dari 7,5 mm

4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan diartikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap
diameter tablet. Uji kekerasan ini menggunakan alat Hardness Tester. Uji
kekerasan pada tablet bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ketahanan tablet
terhadap guncangan atau kekuatan yang diberikan dari luar saat tablet didistribusi
dan penyimpanan sehingga tablet dapat sampai pada pasien dalam keadaan baik.
Menurut Sulaiman (2007), tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-10
kg/cm2
Berdasarkan hasil uji kekerasan, seperti yang terlihat pada tabel menunjukkan
bahwa kekerasan tablet Asam Mefenamat masih berada pada range 4 – 10 kg/cm 2
yakni dengan rata-rata kekerasan tablet 5,7 kg/cm 2. Sehingga kekerasan dari tablet
ini memenuhi persyaratan dan sesuai dengan teori yang berarti “tekanan yang
diberikan pada saat pembuatan tablet memiliki peranan penting, semakin besar
tekanan yang diberikan maka kekerasan tablet yang dihasilkan akan meningkat dan
37
sebaliknya bila tekanan yang diberikan kecil maka tablet tidak terlalu keras dan
dapat menyebabkan tablet cendrung rapuh”.

5. Uji Kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan
tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan pengikisan pada
permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet menggunakan alat Friability Tester. Uji
kerapuhan bertujuan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap adanya
pengikisan maupun guncangan pada waktu pengemasan dan pengiriman. Tablet
yang dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentasi kerapuhan, maka semakin besar massa tablet
yang hilang.
Berdasarkan hasil uji kerapuhan yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet
Asam Mefenamat memiliki persentase lebih dari 1% yang berarti tidak memenuhi
syarat dan tidak sesuai dengan teori dimana persentase yang diperoleh sebesar
9,2%. Ketidaksesuaian ini akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet. Faktor yang mempengaruhi persentase uji
kerapuhan yang tidak sesuai yaitu pengikat yang digunakan tidak terdistribusi
dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan kesalahan saat proses
kompresi, dan tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi
mudah rapuh.

6. Uji Disolusi / Waktu Hancur


Uji waktu hancur menggambarkan suatu tablet utuh (liberasi) yang
mengalami deagregasi menjadi partikel-partikel kecil hingga tidak mempunyai inti
yang jelas. Semakin cepat tablet hancur maka akan semakin cepat pula tablet
terdisolusi melepaskan zat aktif. Uji disolusi atau waktu hancur ini menggunakan
alat Desintegration Tester. Semakin cepat waktu hancur maka semakin cepat pula
obat menimbulkan efek. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979)
menyatakan bahwa waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari
15 menit dan untuk tablet bersalut adalah tidak lebih dari 60 menit. Tablet Asam
Mefenamat merupakan tablet yang tidak bersalut.

38
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet
Asam Mefenamat memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 15 untuk tablet yang tidak
bersalut.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari pembuatan tablet Asam Mefenamat dengan
metode pembuatan granulasi basah adalah :
1. Uji Organoleptis
Hasil yang didapati rasa pahit, tidak berbau, warna putih, bentuk bulat
2. Uji Keseragaman Bobot
Hasil uji keseragaman bobot didapati terdapat 3 tablet yang melebihi 5 %
penyimpangan dan tidak ada satupun tablet yang melebihi penyimpangan dari
10 %.
3. Uji Keseragaman Ukuran
Hasil uji keseragaman ukuran yang telah dilakukan adalah diameter rata-rata
yang didapat 10 mm dan tebal tablet yang diperoleh 4 mm. Hasil sesuai dengan
range ketetapan tebal tablet yang digunakan untuk ukuran 600 mg yakni tebal
tablet tidak kurang dari 3,3 mm dan tidak lebih dari 7,5 mm
4. Uji Kekerasan Tablet
Hasil uji kekerasan tablet yang telah didapat dengan rata-rata 5,7 kg/cm 2. Hasil
sesuai dengan range ketetapan kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg/cm2.
5. Uji Kerapuhan Tablet

39
Hasil uji kerapuhan yang didapat 9,2 %, hasil ini tidak memenuhi syarat yang
seharusnya kerapuhan tablet tidak boleh lebih lebih dari 1 % atau yang baiknya
tidak boleh lebih dari 0,8 %
6. Uji Disolusi / Waktu Hancur
Hasil uji disolusi / waktu hancur tablet sesuai syarat yakni 11,16 menit yang
masih dibawah 15 menit untuk syarat waktu hancur tablet biasa

5.2 Saran
Dalam proses pembuatan tablet membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai
agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM. Press.

Ansel, H. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke 4. Penerjemah: Farida.


Jakarta : UI Press. Terjemahan dari : Introduction to Pharmaceutical Dosage
Form.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Ed ke 3. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke 4. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Goth A. Medical Pharmacology, Principles and concept. Saint Louis : The CV.Mosby Co,
1978:340.

Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed ke
3. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press. Terjemahan dari: The Teory
and Practice of Industrial Pharmacy.

40
Reynold James E.F. Martindale The Extra Pharmacopoiea.London : The Pharmaceutical
Press, 1982 : 263

Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah: Noerono. Yogyakarta


: UGM Press.

LAMPIRAN

I. Evaluasi zat aktif dan granul

II. Pembuatan tablet

41
III. Evaluasi tablet

IV. Produk

42
43
SPESIFIKASI & SYARAT TABLET
SEDIAAN JADI PADAT YANG DIINGINKAN

Nama produk SAFEN


Bentuk sediaan Tablet Bulat Pipih
Bahan aktif Asam Mefenamat
Kemasan Botol Plastik
Pemerian Spesifikasi Syarat
Warna Putih Homogen
Rasa Pahit Pahit
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Bentuk Tablet Tablet
Stabilitas - -
Diameter 10 mm Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali
Tebal 4 mm dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal
tablet ( FI III)
Bobot 600 mg -
Jumlah Bahan Aktif 500 mg 500 mg
Pertablet
Kadar Bahan Aktif - Tidak kurang dari 95,0 % dan tidak boleh
lebih dari 105,0 % dari jumlah yg tertera
pada etiket
Keragaman bobot Ada 3 tablet yang Tidak boleh lebih dari dua tablet yang
melebihi penyimpangan mempunyai penyimpangan lebih besar
5 % dan tidak ada tablet dari kolom A dan tidak boleh ada satu
yang lebih dari tablet pun yang mempunyai
penyimpangan 10 % penyimpangan bobot lebih besar dari
kolom B. ( FI III)
Kekerasan tablet 5,7 kg/ cm T 4 – 10 kg/cm 2

Waktu Hancur Tidak lebih dari 15 menit Waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan keenam tablet tidak

44
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit
untuk tablet bersalut. ( FI III- IV )

SPESIFIKASI PRODUK JADI YANG DIINGINKAN

Nama Produk SAFEN


Bentuk Sediaan Tablet Bulat Pipih
Bahan Aktif Asam Mefenamat
Kemasan Botol Plastik dalam Dus Obat
Pemerian Spesifikasi Syarat
Kemasan Primer
Warna Putih Homogen / Putih
Bentuk Bulat Pipih Bulat pipih
Diameter Wadah 5, 8 cm
Tinggi Kemasan 8,2 cm
Primer
Jumlah unit 50 tablet 50 tablet
sediaan jadi per
Kemasan Primer
Pemerian Tertutup rapat. Tertutup rapat.
Kemasan
Sekunder
Warna Putih Putih
Bentuk Kotak Kotak
Diameter 6,5 cm
Kemasan
Sekunder
Tinggi Kemasan 9 cm
Sekunder
Jumlah unit 50 tablet
sediaan jadi per
kemasan
sekunder
Penandaan Obat keras simpan dalam Obat keras simpan dalam wadah tertutup

45
(contoh wadah tertutup rapat. rapat.
terlampir)

INSTRUKSI KERJA

IK : PENIMBANGAN BAHAN BAKU Hal 1 dari 1


LAB. SEDIAAN No.
FARMASETIKA Departemen Seksi
ISTN Tgl berlaku

Disusun oleh : Disetujui oleh : Pengganti No.


Tgl :
Tgl : Tgl : Tgl :
Tujuan : Memperoleh hasil timbang dari bahan dengan jumlah
yang sesuai dengan formula
Bahan : 1. Asam Mefenamat Alat :
2. Laktosa - Timbangan Analitik
3. Amilum - Spatel
4. Mg Stearat - Gelas ukur
5. Talkum
6. CMC Na
7. Aquadest
Tanda Tangan
INSTRUKSI Operato Pengawas
r
Identitas : Nomor Batch : -
Tgl Timbang :
Jam Timbang :
Cara Kerja :
1.Persiapan
a. Lihat IK cara penggunaan timbangan
b. Pilih bahan yang akan ditimbang dan siapkan

46
c. Pastikan identitas tgl dan kadaluarsa bahan
d. Siapkan wadah sesuai kapasitas & berat bahan
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker, sarung tangan dan alat pengambil bahan
g. Tara timbangan pada angka Nol/setimbang
h. Pastikan kehadiran petugas QC
2. Pelaksanaan
Timbang bahan sebagai berikut :
Jumlah
No Nama Bahan Fungsi Bahan Ditimbang
Seharusnya
Asam 100 gram 100 gram
1. Zat aktif
Mefenamat
2. Amylum Penghancur 12 gram 12 gram
CMC Na 2,4 gram 2,4 gram
3. Pengikat

4. Laktosa Pengisi 15 gram 15 gram


5. Talkum Glidan 2,4 gram 2,4 gram
6. Mg. Stearat Lubrikan 1,2 gram 1,2 gram
7. Aquadest Pelarut Qs qs

Kelompok 3 : IK: PENGGILINGAN


Hal 1 dari 1
BAHAN BAKU SEDIAAN
Departemen Seksi No.

Ata Rakhma Kumala 16330087


Selli Rahmawati 16330088
Tanggal berlaku
Irna Cecaria Agustin 16330089
Theodora Yonita Matie 16330090
Dina Lestari Putri 16330093
Alisyah Riefla Indriyani 16330094
Disusun Oleh : Disetujui Oleh: Pengganti No.
Tgl Tgl Tgl
Tgl : 30 November 2018 Tgl :
Tujuan : Memperoleh bahan baku sesuai dengan ukuran partikel yang diinginkan
Bahan : Alat :
1. Asam Mefenamat 1. Alat penggiling
2. Amylum 2. Ayakan 100 mesh
3. CMC Na
4. Laktosa
5. Talkum
6. Mg Stearat
7. Aquadest

TANDA TANGAN
INSTRUKSI
OPERATOR PENGAWAS

47
CARA KERJA
1. PERSIAPAN
a. Lihat Pedoman cara penggunaan alat penggilingan
b. Pilih bahan yang akan digiling dan disiapkan
c. Pakai masker, sarung tangan dan alat pengambil bahan
d. Pilih ukuran ayakan yang akan dipakai
e. Pastikan kehadiran petugas QC
2. Pelaksanaan
a. Siapkan alat penggiling dan ayakan
b. Masukan bahan baku, kemudian giling
c. Ayak bahan sudah digiling, ayak, pisahkan serbuk yang
lewat
d. Giling lagi sisa bahan yang belum melewati ayakan
Dilaksanakan dan diperiksa Dilaksanakan dan diperiksa
Oleh Oleh
Gudang QC Produksi Gudang QC Produksi
Jam
Tgl
Paraf

Kelompok 3 : IK: PENCAMPURAN


Hal 1 dari 1
AWAL SEDIAAN
Departemen Seksi No.

Ata Rakhma Kumala 16330087


Selli Rahmawati 16330088
Tanggal berlaku
Irna Cecaria Agustin 16330089
Theodora Yonita Matie 16330090
Dina Lestari Putri 16330093
Alisyah Riefla Indriyani 16330094
Disusun Oleh : Disetujui Oleh: Pengganti NO
Tgl Tgl Tgl
Tgl : 21 Desember 2018 Tgl :
Tujuan : Memperoleh granul yang homogen
Bahan : Alat :
1. Asam Mefenamat 1. Timbangan analitik
2. Amylum 2. Batang pengaduk
3. CMC Na 3. Beaker glass
4. Laktosa 4. Spatel
5. Talk
6. Mg Stearat
7. Aquadest
TANDA TANGAN
INSTRUKSI
OPERATOR PENGAWAS

48
CARA KERJA
15 PERSIAPAN
a. Ruangan dibersihkan
b. Peralatan dengan wadah dibersihkan
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai perlindung pernafasan dan jalankan exhaouster
e. Beri label identitas pada wadah
f. Pakai masker dan sarung tangan

Pelaksanaan :
Campurkan bahan berikut dalam wadah
Bahan Baku Jumlah Teoritis Jumlah Nyata PARAF
Asam Mefenamat 100 gram 100 gram
Amylum 12 gram 12 gram
CMC Na 2,4 gram 2,4 gram
Laktosa 15 gram 15 gram
Talkum 2,4 gram 2,4 gram
Mg. Stearat 1,2 gram 1,2 gram
Aquadest qs Qs
Lama pencampuran 15 menit, mulai jam 14.00
Giling ad homogen dan membentuk campuran yang homogeny
Pindahkan ke dalam wadah yang sudah diberi label

49
Kelompok 3 : IK: PEMERIKSAAN
Hal 1 dari 1
HOMOGENITAS
Departemen Seksi No.

Ata Rakhma Kumala 16330087


Selli Rahmawati 16330088
Tanggal berlaku
Irna Cecaria Agustin 16330089
Theodora Yonita Matie 16330090
Dina Lestari Putri 16330093
Alisyah Riefla Indriyani 16330094
Disusun Oleh : Disetujui Oleh: Pengganti No.
Tgl Tgl Tgl
Tgl : 21 Desember 2018 Tgl :
Tujuan : Memastikan massa granul sudah homogen
Bahan : Hasil pencampuran awal Alat : Alat penetapan kadar

TANDA TANGAN
INSTRUKSI
OPERATOR PENGAWAS
CARA KERJA
1. PERSIAPAN
a. Ruangan peralatan dibersihkan
b. Kebersihan diperiksa
c. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan exhauster
d. Beri label identitas tiap wadah
e. Pakai masker, sarung tangan

2. Ambil sampel melalui penimbangan, kemudian tetapkan

50
kadarnya sesuai metode penetapan kadar yang sesuai

Penimbangan Kadar
1. .................g ………%
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Std
Hitung kadar rata-rata
Deviasi

Hasil memenuhi syarat : Ya/Tidak


Tindak Lanjut :

Kelompok 3 : IK: PENCAMPURAN


BAHAN PADAT & Hal 1 dari 1
PENGIKAT
Departemen Seksi No.

Ata Rakhma Kumala


16330087
Selli Rahmawati 16330088 Tanggal berlaku
Irna Cecaria Agustin 16330089
Theodora Yonita Matie 16330090
Dina Lestari Putri 16330093
Alisyah Riefla Indriyani 16330094
Disusun Oleh : Disetujui Oleh: Pengganti No
Tgl Tgl Tgl
Tgl : 21 Desember 2018 Tgl :
Tujuan : Memperoleh massa granul basah yang homogen
Bahan : Alat :
1. Campuran bahan padat 1. Ayakan mesh 12
2. Campuran bahan pengikat
(Dicampurkan sedikit demi sedikit)

TANDA TANGAN
INSTRUKSI
OPERATOR PENGAWAS

51
CARA KERJA
1 PERSIAPAN
a. Bersihkan ruangan
b. Bersihkan peralatan dan wadah
c. Periksa kebersihan
d. Pakai pelindung pernafasan
e. Beri label identitas wadah
f. Pakai masker dan sarung tangan

2. Pelaksanaan :
a. Campurkan bahan 1 dan bahan 2, kemudian diaduk sambil
ditekan sampai massa padat menggumpal, homogen dan
gembur
b. Lewatkan massa liat dan gembur melalui ayakan mesh 100
c. Tampung massa yang melewati ayakan dalam wadah
untuk pengeringan

Kelompok 3 : Hal 1 dari 1


IK : PENCAMPURAN
No.
Departemen Seksi

Ata Rakhma Kumala 16330087


Tgl berlaku
Selli Rahmawati 16330088
Irna Cecaria Agustin 16330089
Theodora Yonita Matie 16330090
Dina Lestari Putri 16330093
Alisyah Riefla Indriyani 16330094
Disusun oleh : Disetujui oleh : Pengganti No.
Tgl : Tgl : Tgl : Tgl :
Tujuan : Memperoleh massa granul yang siap kempa
1. Hasil granulasi Alat :
Bahan : 2. Bahan aktif (Asam Mefenamat),
lubrikan (Mg.Stearat), glidan
(Talkum)
Tanda Tangan
INSTRUKSI Operator Pengawas
1.Persiapan
a. Ruangan dibersihkan menurut IK Nomor ..
b. Peralatan dan wadah dibersihkan menurut IK No...
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan exhauster
e. Beri label identitas tiap wadah
52
f. Pakai masker, sarung tangan
g. Pastikan identitas tgl dan kadaluarsa bahan
h. Siapkan wadah sesuai kapasitas & berat bahan
i. Beri label identitas tiap wadah
2. Pelaksanaan
Timbang granul
Berat Granul 128,01 gram

3. Hitung kebutuhan pelincir dan penghancur


a. Bahan lubrikan 1,2 gram
b. Bahan penghancur dalam 1,2 gram
4. Campurkan bahan 1, bahan 2, dan bahan 3 kemudian diaduk sampai
homogen 15 menit
5. Lakukan pemeriksaan sifat aliran sesuai IK No
Sudut henti 25,50
6. Jika memenuhi syarat, lanjutkan langkah pengempaan
7. Jika tidak memenuhi syarat, perbaiki lubrikasi dengan cara
penambahan pelincir
Bahan pelincir gram
8. Tambahkan pelincir aduk kembali selama menit
9. Lakukan pemeriksaan sifat aliran sesuai IK No.
Sudut henti
10. Hitung bobot fines (Jumlah Penghancur dan pelincir)

(Syarat tidak boleh lebih dari 20%)


11. Jika memenuhi syarat, lanjutkan langkah pengempaan.

53
LAB FARMASETIKA IK : PEMERIKSAAN MUTU Hal 2 dari 1
GRANUL No.
Dapartemen Seksi Tgl berlaku

Disusun oleh Disetujui oleh Pengganti No.


Tgl : 26 Desember 2018 Tgl : Tgl : Tgl: Tgl :
Tujuan : Memastikan granul yang memenuhi syarat

Bahan : Hasil Pengeringan Alat : Alat evaluasi granul

Tanda Tangan
INSTRUKSI
Operator Pengawas

54
1. Persiapan
a. Ruangan dibersihkan menurut IK Nomor….
b. Peralatan dan wadah dibersihkan menurut IK
Nomor :
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan
exhauster
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker, sarung tangan

2. Pemeriksaan Ukuran Partikel


a. Timbang seksama 100 gram granul kering
(128,01 g)
b. Masukkan ke dalam Sieving Analyzer
c. Hidupkan power alat dan biarkan sampai
10 menit
dan tidak ada lagi serbuk yang berkurang
pada bagian atas
Waktu ______s/d ______
d. Timbang masing-masing serbuk yang
terdapat pada setiap lapis ayakan

Jumlah Serbuk
Mesh
gram %
12 0,23 0,278%
14 14,50 17,58%
16 11,31 13,71%
18 8,1 9,82%
20 11,25 13,64%
Sisa 82,44
Total 127,83

3. Pemeriksaan Homogenitas Granul


a. Timbang seksama 1 granul kering
b. Lakukan penetapan kadar (PK) sesuai IK
No…..

Jumlah Serbuk
P.K ke- gram %
1
2
3
Rata-rata

4. Pemeriksaan Kompresibilitas
a. Timbang seksama 50 gram granul kering
( 50 gram)
b. Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
c. Catat volume serbuk yang ada di dalam gelas
55
ukur
Volume Serbuk __72_____ mL

Berat jenis awal = 0,694


g/ml
d. Ketukkan gelas ukur yang berisi serbuk
sebanyak 300 kali atau sampai serbuk tidak
lagi turun
Jumlah ketukan _300__kali_
Volume serbuk ____72___ ml
Berat jenis akhir

Hitung kompresibilitas serbuk=

x 100%

x
100%
= 13,19 % (baik
sekali)

5. Pemeriksaan Sifat Aliran


a. Timbang seksama 50 gram granul kering
(50 g)
b. Masukkan ke dalam corong serbuk dengan
bagian bawah tertutup dan terpasang di statip
c. Lepaskan tutup bagian bawah, biarkan serbuk
jatuh dan mengalir
Diameter Serbuk 15,5 cm
Tinggi Serbuk 3,7 cm
Suduh Henti _25,50 ̊
Sifat Aliran Mudah mengalir

Kelompok 3 : IK : Hal 1 dari 1

PENCAMPURAN AKHIR SEDIAAN No.

Departemen Seksi Tgl berlaku

56
Ata Rakhma Kumala 16330087

Selli Rahmawati 16330088

Irna CecariaDisusun
Agustin oleh :16330089 Disetujui oleh : Pengganti No.

Tgl : Tgl : Tgl : Tgl :

Tujuan : Memperoleh massa granul yang siap kempa

1. Granul kering Alat :


2. Bahan penghancur dalam
Bahan : 3. Bahan glidan dalam (Talkum) Mixer
4. Bahan lubrikan dalam ( Mg Stearat )
Tanda Tangan
INSTRUKSI
Operator Pengawas

1.Persiapan

a. Ruangan dibersihkan
b. Peralatan dan wadah dibersihkan
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan exhauster
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker dan sarung tangan
2. Pelaksanaan

1) Penimbangan
1. Asam Mefenamat (Zat Aktif) = 500 mg x 200 = 100000 mg = 100
g

2. Talk 2% (Glidan) = 2/100 x 600 mg = 12 mg


12 mg x 200 = 2400 mg = 2,4 g

3. Mg Stearat 1% (Lubrikan) = 1/100 x 600 mg = 6 mg


6 mg x 200 = 1200 mg = 1,2 g

2) Pencampuran
57
Granul yang sudah diuji + Asam Mefenamat 100 g ad homogen +
Talkum 2,4 g ad homogen + Mg Stearat 1,2 g ad homogen

LAB FARMASETIKA Hal 1 dari 1


IK : PENGEMPAAN TABLET
No.

Dapartemen Seksi Tgl berlaku


Ata Rakhma Kumala
16330087

58
Selli Rahmawati 16330088

Irna Cecaria Agustin 16330089

Theodora Yonita Matie 16330090

Dina Lestari Putri 16330093

Alisyah Riefla Indriyani 16330094

Disusun oleh Disetujui oleh Pengganti No.

Tgl : 26 Desember 2018 Tgl : Tgl : Tgl: Tgl :

Tujuan : Memperoleh tablet yang memenuhi syarat

Bahan : Hasil lubrikasi Alat : Mesin kempa tablet

Tanda Tangan
INSTRUKSI

Operator Pengawas

1. Persiapan
a. Ruangan dibersihkan menurut IK No...
b. Peralatan dan wadah dibersihkan menurut IK
No...
c. Kebersihan Diperiksa
d. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan
exhauster
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker, sarung tangan
2. Hitung volume granul yang akan masuk kedalam
die
Berat tablet yang diinginkan 600 mg
Berat jenis serbuk 50 g
Volume serbuk 73 cc
3. Sesuaikan ukuran dan tinggi rendah upper punch
Diameter die yang dipakai 1cm
Tinggi die yang diinginkan 0,4cm
4. Masukan granul kedalam hopper
5. Jalankan mesin tablet, sampai diperoleh lebih
kurang 30 tablet
6. Ambil 20 tablet, timbang
Berat 20 tablet yang ditimbang 14,32 gram
Berat tablet rata-rata 0,65 gram
Jika berat tablet sudah memenuhi syarat,
lanjutkan langkah 9
7. Jika berat tablet tidak sama dengan tablet yang
diinginkan, atur kembali tinggi rendah lower
59
0,4
punch
Tinggi die yang diinginkan cm
8. Ulangi langkah 5 dan 6 sampai diperoleh berat
yang diinginkan
Berat 20 tablet yang ditimbang gram
Berat tabler rata-rata gram
9. Ambil 5 tablet ukur kekerasan tablet
Kekerasan tablet yang diinginkan 4 - 10 kg
Kekerasan yang diperoleh 5,7 kg
Jika memenuhi syarat lanjutkan pengempaan
sampai habis
10. Jika tidak memenuhi syarat atur kembali tekanan
upper punch
Kekerasan yang diinginkan
Kekerasan yang diperoleh
Jika memenuhi syarat lanjutkan pengempaan
sampai massa habis
11. Timbang semua tablet yang dihasilkan
Berat tablet yang ditimbang kg

LAB FARMASETIKA Hal 3 dari 1


IK : PENGUJIAN MUTU
TABLET No.

Dapartemen Seksi Tgl berlaku


Ata Rakhma Kumala
16330087

Selli Rahmawati 16330088

Irna Cecaria Agustin16330089

Theodora Yonita Matie 16330090

Dina Lestari Putri 16330093

Alisyah Riefla Indriyani 16330094

Disusun oleh Disetujui oleh Pengganti No.

60
Tgl : 26 Desember 2018 Tgl : Tgl : Tgl: Tgl :

Memastikan bahwa tablet yang dihasilkan memenuhi kriteria dan syarat yang
Tujuan :
ditetapkan

Bahan : Tablet hasil kempa Alat : Alat evaluasi tablet

Tanda Tangan
INSTRUKSI

Operator Pengawas

1. Pemeriksaan Organoleptis Tablet


a. Ambil sejumlah tablet, cium bau tablet yang ada
Bau tablet: tidak berbau
b. Ambil sejumlah tablet, rasakan tablet yang ada
Rasa tablet : pahit

c. Ambil sejumlah tablet, amati warna tablet yang ada


Warna tablet : putih

2. Perhitungan Randemen tablet


a. Timbang seluruh tablet yang diperoleh
b. Hitung besarnya tablet yang diperoleh kembali
terhadap bahan yang direncanakan dan yang nyata
dipakai
Bobot massa tablet secara teoritis 0,6 gram
Bobot bahan yang nyata dipakai 128,01 gram
Bobot tablet yang diperoleh 0,65 gram
Presentase bahan nyata terhadap teoritis 0,46 %
Presentase tablet terhadap bahan nyata 0,5 %
Presentase tablet terhadap bahan 96,24 %
1. Pengujian Ukuran Tablet (diameter dan tebal tablet)
a. Ambil 20 tablet sebagai sampel
b. Ukur diameter masing-masing tablet, kemudian
catat
c. Ukur tebal masing-masing tablet, kemudian catat
d. Hitung rata-rata dan penyimpangannya

No.Tablet Diameter Tebal

1 10 4

2 10 4

3 10 4

4 10 4
61
5 10 4

6 10 4

7 10 4

8 10 4

9 10 4

10 10 4

Rata-rata 10 mm 4 mm

Syarat Minimal
3,3 mm
Maksimal
7,5 mm

Kesimpula Memenuhi Memenuhi


n syarat syarat

2. Pengujian keseragaman bobot (versi FI III)


a. Ambil 20 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu

b. Timbang 20 tablet tersebut

Berat Teoritis : 13 gram

Berat rata-rata 1 tablet : 0,65 gram

c. Timbang tablet satu persatu

d. Hitung penyimpangan tiap tablet

62
Selisih
Persen
Bobot bobot
No. Tablet penyimpangan
(mg) tablet
(%)
3. Pengujian (mg)
Kekerasan
Tablet 1 680 30 4,615
a. Ambil 2 600 50 7,692
5 tablet
sebagai 3 670 20 3,076
sampel
b. Ukur 4 650 0 0

5 640 10 1,538

6 640 10 1,538

7 610 40 6,153

8 680 30 4,615

9 650 0 0

10 650 0 0

11 680 30 4,615

12 660 10 1,538

13 670 20 3,076

14 650 0 0

15 670 20 3,076

16 600 50 7,692

17 660 10 1,538

18 680 30 4,615

19 630 20 3,076

20 630 20 3,076

Rata-rata 650 20 3,076

Syarat : Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang


menyimpang, bobot rata-rata lebih
besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A, dan tidak boleh ada satu
tabletpun yang bobotnya menyimpng
dari bobot rata-rata lebih dari harga
pada kolom B

Kesimpulan: Hasil keseragaman bobot kurang baik,


karena terdapat
63 3 tablet yang melebihi
penyimpangan 5%, tetapi tidak ada
satupun tablet yang melebihi 10%
penyimpangan
kekerasan satu persatu
c. Hitung rata-rata dan penyimpangan tiap tablet
No. Tablet Kekerasan

1 6,5

2 6

3 5

4 6

5 5

Rata-rata 5,7

Syarat 4 – 10 kg

Kesimpula Memenuhi
n syarat

4. Pengujian Keregasan Tablet

a. Ambil 20 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu


b. Timbang 20 tablet tersebut ( 14,32 g )
c. Masukkan ke dalam wadah pengukur keregasan
tablet/Friabilator
d. Jalankan power friabilator 25 putaran permenit
selama 4 menit
Waktu 4 menit
e. Ambil tablet yang sudah dibanting, kemudian
bersihkan
f. Timbang kembali tablet yang sudah dibersihkan
tersebut
Teoritis 13 g
g. Hitung bobot yang sudah hilang 1,32 g
h. Hitung Friabilitas 9,2 %

5. Pengujian Waktu Hancur Tablet

a. Ambil 6 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu


b. Panaskan suhu air pengatur temperatur 37 ̊C
Suhu 37 ̊C
c. Masukkan ke dalam wadah pengukur waktu hancur
satu persatu
d. Jalankan alat dengan turun naik 30 kali permenit
sampai semua bagian tablet lolos dari saringan
Waktu mulai 16.00 sampai _13_ menit

64
Syarat : __<15____ menit

Kesimpulan : Memenuhi syarat

e. Jika tidak memenuhi syarat, ulangi percobaan


menggunakan 6 tablet dengan bantuan cakram
Waktu mulai _________ sampai ____________
Syarat : __________ menit

Kesimpulan :

65

Anda mungkin juga menyukai