( Kelompok 3 )
Dosen :
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum teknologi sediaan solida dengan judul pembuatan tablet asam mefenamat
dengan metode granulasi basah. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Yayah Siti
Juariah S.Si.,M.Si.,Apt selaku Dosen mata kuliah praktikum teknologi sediaan solid yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai metode pembuatan tablet asam mefenamat
dengan granulasi basah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Peny
usun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Tablet............................................................................................................................3
2.1.1 Jenis-Jenis Tablet...................................................................................................4
2.1.2 Macam-Macam Metode Pembuatan Tablet..........................................................7
2.2 Asam Mefenamat.......................................................................................................10
2.2.1 Farmakologi Asam Mefenamat...........................................................................10
2.3 Analgetik-Antipiretik.................................................................................................11
2.3.1 Non Steroidal anti-inflammatory Drugs (NSAIDs).............................................12
2.3.2 Nyeri....................................................................................................................13
BAB III METODA.............................................................................................................14
3.1 Preformulasi / Monografi Zat Aktif...........................................................................14
3.2 Preformulasi / Monografi Eksipien............................................................................15
3.3 Rasionalisasi Formula................................................................................................17
3.4 Formulasi....................................................................................................................18
3.5 Perhitungan Formula..................................................................................................19
3.6 Cara Kerja..................................................................................................................20
3.6.1 Pembuatan Granul...............................................................................................20
3.6.2 Pembuatan Tablet................................................................................................20
3.7 Evaluasi......................................................................................................................20
3.7.1 Bahan Aktif.........................................................................................................20
3.7.2 Granul..................................................................................................................23
3.7.3 Tablet...................................................................................................................26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................31
4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif............................................................31
4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul.....................................................................33
ii
4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet......................................................................36
BAB V PENUTUP.............................................................................................................39
5.1 Kesimpulan................................................................................................................39
5.2 Saran...........................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................40
LAMPIRAN.......................................................................................................................41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas,
kelarutan dalam larutan pengikat, dan metode penggranulan.
Pada umumnya, bila bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak atau
konsentrasinya terlalu tinggi, maka akan menyebabkan tablet menjadi keras sehingga
waktu hancurnya lama (King, 1975). Sebaliknya jika bahan pengikat yang
ditambahkan konsentrasinya kurang, maka gaya pengikatan yang ada pada massa
serbuk rendah dan cenderung akan menyebabkan terjadinya capping.
Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan,
namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa
yang akan digranul baru ditambahkan pelarut. Konsentrasi bahan pengikat dalam
bentuk larutan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis bahan pengikat. Pada
granulasi basah bahan pengikat yang digunakan dalam pembuatan sediaan tablet
antara lain: amilum, gelatin, polivinilpirolidon, derivate selulose (hidroksi propil metil
selulose, karboksi metil selulose, metil selulose) (Agoes, 2006).
1.3 Tujuan
Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Dapat mengetahui preformulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam
mefenamat
2. Dapat mengetahui formulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet asam
mefenmat
3. Dapat mengetahui cara pembuatan tablet asam mefenamat dengan metode
granulasi basah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk
umumnya pipih, permukaan rata atau cembung mengandung obat dengan atau tanpa
zat pengisi. Obat tunggal atau campuran beberapa jenis obat, diramu dengan zat
tambahan yang cocok, digranulasikan, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian
dikempa cetak. Granulasi dilakukan dengan cara kering atau basah tergantung dari
sifat obatnya (Admar, 2004).
Menurut Anief (1986), zat tambahan dapat berupa: bahan pengisi, penghancur,
pengikat dan pelicin. Penggunaan bentuk tablet dapat digunakan baik untuk tujuan
pengobatan lokal maupun sistemik. Pengobatan lokal misalnya:
− Tablet yang digunakan melalui vagina, dikenal sebagai tablet vagina, berbentuk
seperti amandel digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, dan penggunaan hormon
secara lokal.
− Lozenges, bentuk obat yang menyenangkan dan efektif untuk efek lokal di mulut
dan tenggorokan, umunya digunakan sebagai antiinfeksi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat Universitas Sumatera
Utara dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan
cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya
disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya
untuk hewan besar (Anief, 1986).
Tablet cetak dibuat tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet
tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya
dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang baik, antara lain:
1. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat pentabletan,
pengemasan,transportasi, dan penggunaannya.Perlu dilakukan uji kekerasan dan
kerapuhan tablet .
2. Kadar obat harus teepenuhi,sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam FI.
3
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif dialam tablet, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam FI
4. Penampilan baik dan menarik (diperlukanpewarna,perasa, dan pemberi aroma).
5. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya:Tablet harus tetap akseptabel,aman, dan
manjur bila digunakan.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang
biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien
seperti :
- Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
- Pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna) :
amylum, gelatin, tragakan
- Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
4
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul
dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif
dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu (misal tablet lepas lambat 6
jam, 12 jam, dsb).
g. Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
h. Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
sebelum ditelan.
5
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan pipi.
Biasanya keras dan berisis hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi
di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi
nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung
(angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek
terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
b. Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina
yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya
6
mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina
dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi
steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV).
c. Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat
atau cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume
tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan
obat dengan konsentrasi tertentu.
7
kecil. Metode granulasi kering cocok untuk obat dosis tinggi, bahan – bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah karena kepekaannya terhadap
uap air atau karena obatnya peka terhadap panas. Pada pembuatan granul secara
kering dikerjakan dengan cara : zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila
perlu zat pengikat dicampur dan dibuat menjadi tablet yang lebih besar (slugging).
Setelah itu tablet yang sudah jadi dipecah menjadi granul lalu diayak. Setelah
pengayakan granul ditambah dengan bahan pelicin dan terakhir dikempa cetak
menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet (Anief, 2000: 211).
2. Granulasi Basah
Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk
dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan kecampuran serbuk (Lachman dkk,1994: 690).
Pada umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk dicampur
dengan perekat dalam bentuk cair. Akan tetapi jika bahan obat sangat dipengaruhi
oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat ditambahkan dalam keadaan
kering tanpa air. Jumlah bahan pengikat yang digunakan tergantung pada bahan
lainya dalam formula. Bahan pengikat yang ditambahkan harus memberikan
kelembaban yang cukup supaya serbuk dapat bercampur, tidak boleh terlalu basah
dan tidak boleh terlalu kering karena jika dibasahi secara berlebih akan
menghasilkan granul yang terlalu keras, sedangkan jika pembasahannya kurang
akan menghasilkan tablet yang terlalu lunak dan cenderung mudah remuk
(Ansel,2008:264).
Pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur homogen.
Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah dengan
pewarna. Setelah itu diajak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari
pengering pada suhu 40 – 50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin kemudian
dikempa menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 2000: 211).
8
Keuntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan kompaktibilitas,
sesuai untuk tablet dosis tinggi dengan sifat aliran/kompaktibilitas buruk,
mengurangi penjeratan udara, mengurangi debu, pembasahan granul sesuai untuk
homogenitas sediaan dosis rendah, meningkatkan keterbatasan serbuk melalui
hidrofilisasi (granulasi basah), dan memungkinkan penanganan serbuk tanpa
kehilangan kualitas campuran (Agoes, 2006: 195).
3. Kempa Langsung
Metode kempa langsung dilakukan terutama pada keadaan dosis efektif terlalu
tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka terhadap pemanasan,
kelembaban, atau keduanya yang dapat mengganggu dalam proses granulasi basah.
Walaupun kempa langsung mempunyai beberapa keuntungan penting (tenaga kerja
yang sedikit, proses kering, tahap proses sedikit), tapi ada beberapa keterbatasan
pada tehnik ini :
a) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan pengisi dapat
menimbulkan stratifikasi dalam granul sehingga dapat menimbulkan
ketidakseragaman isi obat dalam tablet.
b) Obat dosis besar dapat menimbulkan masalah dengan kempa langsung bila
tidak dikempa dengan obatnya sendiri.
c) Dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan obat.
d) Karena kempa langsung keadaannya kering, sehingga tidak terjadi
pencampuran, hal ini dapat mencegah keseragaman distribusi obat dalam
granul (Lachman dkk. 1994: 687).
Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi
basah dan granulasi kering. Meskipun demikian sifat fisik masing – masing bahan
pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat mengubah sifat alir dan
kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung (Depkes RI, 1995:
5).
9
2.2. Asam Mefenamat
Pemeriaan : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut
dalam air.
2.3 Analgesik-Antipiretik
Analgesik-antipiretik adalah zat-zat yang mampu mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri sekaligus menurunkan panas tubuh. Nyeri adalah perasaan sensori yang
tidak baik dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan
pribadi dengan ambang toleransi yang berbedabeda. Nyeri dianggap sebagai tanda
adanya gangguan di jaringan seperti peradangan dan infeksi.Sedangkan demam pada
umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Analgesik merupakan obat yang mampu mengurangi rasa sakit dengan
meningkatkan batas ambang rasa sakit.Analgesik digolongkan menjadi dua kelompok
besar, yakni (1) analgesik non narkotika; dan (2) analgesik narkotika. Analgesik non-
narkotika yang umum digunakan adalah asetosal dan parasetamol, sementara contoh
analgesik narkotika adalah morfin dan heroin.Selain itu, terdapat beberapa analgesik
narkotik sintetik seperti meperidin. Sementara itu, antipiretik adalah obat yang dapat
menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (90%) analgesik
11
mempunyai efek antipiretik.Karena alasan inilah, maka analisis obat analgesik dan
antipiretik dijadikan satu.Obat-obat analgesik non-narkotik juga berguna sebagai obat
antiinflamasi non steroid atau popular dikenal dengan obat NSAIDs (non steroid
antiinflammatory drugs) (Tjay dan Rahardja, 2007).
Analgesik-antipiretik dapat dikelompokkan sebagai turunan-turunan struktur asam
salisilat seperti asetosal, turunan p-aminofenol seperti parasetamol, turunan asam
fenamat seperti asam mefenamat, turunan asam propionat seperti ibuprofen, ketopren
dan naproksen, derivat asam fenilasetat seperti natrium diklofenak, turunan pirazolon
seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon, serta turunan oksikam seperti piroksikam dan
meloksikam (Sudjadi, 2012).
12
inflamasi, bakteri endotoksin menyebabkan pelepasan pirogen yaitu IL-1 dari
makrofag, yang menyebabkan produksi PGE yang dapat mengubah pengaturan suhu
menjadi meningkat.Berkaitan dengan produksi PGE tersebut, COX-2 dan COX-3
berperan dalam patofisiologis demam.NSAIDs berperan menurunkan panas dengan
menghambat produksi PGE tersebut, namun pada kondisi normal NSAIDs tidak
menurunkan suhu tubuh. Artinya, NSAIDs berperan dalam pengaturan kembali
keseimbangan panas pada demam(Endro, 2012) .
2.3.2 Nyeri
Menurut The International Associaton for the Study of Pain (IASP), nyeri
merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai oleh
kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu
yang berbahaya (noksius, protofatik) atau yang tidak berbahaya (non noksius, epikritik)
misalnya: sentuhan ringan, kehangatan, tekanan ringan. Definisi tersebut menjelaskan
konsep bahwa nyeri adalah produk kerusakan struktural, bukan saja respon sensorik
dari suatu proses nosisepsi, tetapi juga merupakan respon emosional (psikologik) yang
didasari atas pengalaman termasuk pengalaman nyeri sebelumnya.
Pada dasarnya nyeri adalah reaksi fisiologis karena reaksi proyektif untuk
menghindari stimulus yang membahyakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap berlangsung
walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi perubahan
patofisologis yang justru merugikan tubuh dan membutuhkan terapi. Menurut Berger
pada tahun 1992, nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu Nyeri akut dan Nyeri
kronis. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman sensori, persepsi, dan
emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan,
dan emosional yang disebabkan oleh kerusakan jaringan. Nyeri akut biasanya
mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesisifk.
Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang
berlasang selama enam bulan atau lebih.
13
BAB III
METODA
14
3.2 Preformulasi / Monografi Eksipien
No Parameter Data
.
1. Rumus molekul C12H22O11
2. Berat molekul 36,30
3. Pemerian Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih
krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
4. Kelarutan Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
5. Suhu Lebur 202,8 °C
6. Stabilitas Pada kondisi lembab (RH>80%) dapat terjadi
pertumbuhan kapang. Selama disimpan, laktosa dapat
berubah warna menjadi kecoklatan. Reaksi ini dipercepat
oleh panas dan kondisi lembab. Harus disimpan dalam
wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan kering
7. Penyimpanan Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau dan tidak
terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.
8. OTT Asam amino, aminofilin, lisinopril, amfetamin
2. Amylum
No Parameter Data
.
1. Nama Kimia Strach [9005-25-8]
2. Berat molekul 300-1000 tergantung jenis amylum
3. Pemerian Amylum tidak berbau,tidak berasa,warna putih sampai
putih tua,serbuk halus
4. Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol 96% dan dalam air
dingin, pati mengembang seketika dalam air sekitar 5-
10% pada 37oC.Pati menjadi larut dalam air panas pada
suhu diatas suhu gelatinasi
5. Stabilitas Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembapan tinggi.
Pati dianggap sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada
kondisi penyimpanan dibawah normal. Larutan amilum
atau pada amilum tidak stabil dan mudh dimetabolisme
oleh mikroorganisme. Karena itu untuk granulasi basah
15
harus selalu dibuat baru.
8. Penyimpanan Dalam tempat sejuk dan kering
9. Inkomptabilitas Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat.
Berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan iodium
10. Kegunaan Desintegran
No Parameter Data
.
1. Nama Kimia CMC Na / Natrium Carboxy Metil Cellulose
2. Berat molekul 90000 – 700000
3. Pemerian Serbuk berwarna putih tidak berasa
4. Penyimpanan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal;
tidak larut dalam etanol, dalam eter dan pelarut organik
lain
5. Inkomptabilitas Sodium CMC inkompatibilitas dengan kuat pada larutan
asam dengan beberapa garam besi dan beberapa logam
atau baja, beberapa alumunium, merkuri, dan besi
6. Kegunaan Pengikat
No Parameter Data
.
1. Berat Molekul 591,29
2. Rumus molekul C36H70MgO4
16
3. Pemerian Sebuk halus berwarna putih, bau samar rasa khas
4. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter
5. Kegunaan Lubricant
6. Stabiitas Mg Stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan kering
7. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering
8. Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan yang teroksidasi kuat.Mg
stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin,beberapa itamin dan garam besi.
17
memperbaiki - Pelincir sifat alir perlu
sifat alir perlu dtambahkan
penambahan pelicin/glidan yaitu
zat tambahan talkum
apa?
Zat tambahan - Mg.Stearat Pencampuran Mg stearat berfungsi
apa yang menurunkan friksi
digunakan antara serbuk dan die.
sebagai
penurun friksi
antara serbuk
dan die?
3.4 Formulasi
Fungsi (Untuk Penimbangan Bahan
Pemakaian
No. Nama Bahan Farmakologis/ Unit Batch
Lazim (%)
Farmasetik) 600 mg 200 tablet
1. Asam
Bahan aktif - 500 mg 100 g
Mefenamat
2. Amylum 10% Penghancur 10% 60 mg 12 g
3. CMC Na 2% Pengikat 2% 12 mg 2,4 g
4. Lactosa Pengisi qs 10 mg 2g
5. Mg. Stearat Lubrikan 1% 6 mg 1,2 g
1%
6. Talkum 2% Glidan 2% 12 mg 2,4 g
7. Aquadest Pelarut Qs - -
18
2. CMC Na 2%
12 mg x 200 = 2400 mg = 2,4 g
3. Amylum
60 mg x 200 = 12000 mg = 12 g
1. Talk 2%
12g x 200 = 2400 mg = 2,4 g
2. Mg Stearat 1%
6mg x 200 = 1200 mg = 1,2 g
Proses Granulasi
1. Diayak Amylum, dan Lactosa dengan menggunakan ayakan mesh 18
2. Dituang kedua bahan tadi ke dalam baskom
3. Diaduk hingga homogen
4. Ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang
kompak.
5. Diayak granulasi massa basah dengan ayakan mesh 18
19
6. Dikeringkan granulat dalam oven dengan suhu 37oC
3.7 Evaluasi
3.7.1 Bahan Aktif
Hasil Pengamatan :
d. Uji Kompresibilitas
20
1. Kompresibilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan serbuk/granul untuk setiap
kompak apabiladiberi tekanan semakin kecilnilai maka semakin baik
2. Batasan nilai kompresibilitas
Kompresibilitas
Keterangan
(%)
5-15 Baik Sekali
12-16 Baik
18-21 Agak Baik
23-28 Buruk
28-35 Buruk Sekali
35-38 Amat Buruk
>40 Amat Sangat Buruk
Hasil Pengamatan :
(Buruk)
21
8. Kadar Lembab (MC/Moisture Content) =
Tan α =
α = 41,828
22
Mesh 14 = 0,27 g
Mesh 16 = 0,31 g
Mesh 18 = 0,29 g
Mesh 20 = 1,16 g
Wadah = 92,7 g
Perhitungan: % mesh =
% mesh 12 =
% mesh 14 =
% mesh 16 =
% mesh 18 =
% mesh 20 =
Grafik:
3.7.2 Granul
a. Uji Bulk Density
1. Ditimbang bahan aktif 50 g
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
3. Hasil Pengamatan:
23
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 72 ml
3. Hasil Pengamatan:
Hasil Pengamatan :
d. Uji Kompresibilitas
Hasil Pengamatan :
(Baik Sekali)
Tan α =
α = 25,50
Hasil Pengamatan 1:
Berat Wadah awal
Mesh 12 = A
Mesh 14 = B
Mesh 16 = C
Mesh 18 = D
Mesh 20 = E
Perhitungan: % mesh =
25
% mesh 12 =
% mesh 14 =
% mesh 16 =
% mesh 18 =
% mesh 20 =
Grafik :
3.7.3 Tablet
1. Uji Organoleptis
Kesimpulan :
Rasa : Pahit
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih
Bentuk : Bulat
26
boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari harga dalam kolom “B”.
- Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom “A” maupun kolom “B”.
1 680 30
2 600 50 7,692
3 670 20 3,076
4 650 0 0
5 640 10 1,538
6 640 10 1,538
7 610 40 6,153
8 680 30 4,615
9 650 0 0
10 650 0 0
11 680 30 4,615
12 660 10 1,538
13 670 20 3,076
14 650 0 0
15 670 20 3,076
16 600 50 7,692
17 660 10 1,538
18 680 30 4,615
19 630 20 3,076
20 630 20 3,076
Rata rata
bobot 20 3,07645
tablet
Penyimpangan 5 % (Kolom A)
5% 650 mg = 32,5 mg
650 mg – 32,5 mg = 617,5 mg
27
650 mg + 617,5 mg = 1267,5 mg
Range 617,5 mg – 1267,5 mg
Penyimpangan 10 % (Kolom B)
10 % 650 mg = 65 mg
650 mg – 65 mg = 585 mg
650 mg + 585 mg = 1235 mg
Range 585 mg – 1235 mg
Kesimpulan : Hasil keseragaman bobot kurang baik karena erdapat 3 tablet yang
melebihi penyimpangan 5 % dan tidak ada satupun tablet yang melebihi 10 %
penyimpangan.
x=
28
= 3,3 mm (minimal)
10 mm =
10 =
x = 10 x
= 7,5 (maksimal)
Kesimpulan : Hasil keseragaman ukuran memenuhi syarat karena masih berada dalam
batas minimal dan maksimal tablet yg diinginkan.
4. Uji Kekerasan
Alat : Hardness Tester
Tablet yang diuji : 5 tablet
Persyaratan : 4-10 kg/cm2
Tablet Kekerasan
(kg/cm2)
1 6,5
2 6
3 5
4 6
5 5
Rata-rata 5,7
Kesimpulan : Hasil uji kekerasan tablet memenuhi syarat karena masih berada pada
range 4 – 10 kg/cm2
5. Uji Kerapuhan
Alat : Friabilator / Friability Tester
Cara Kerja: Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan
ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan
putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan
dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
29
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%
Bobot total : 14,32 g
Bobot setelah di uji kerapuhan : 13 g
Rumus :
%=
=
= 9,2 %
Kesimpulan : Hasil yg didapati dari evaluasi uji kerapuhan melebihi range yang
ditentukan yakni < 1 %
1 10 menit
2 10 menit
3 10 menit
4 12 menit
5 12 menit
6 13 menit
Rata- 11,16
rata
30
Kesimpulan : Hasil uji waktu hancur memenuhi syarat karena masih < 15 menit untuk
tablet biasa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bulk Density
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan nya
dilakukan bulk density yaitu untuk mengetahui bobot jenis serbuk dalam volume zat
dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu.
Alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu: gelas ukur Hasil yang didapat dari
2. Tap Density
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuan nya
dilakukan tap density yaitu untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas ukur
yang diketukkan dan untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit
volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periode tertentu. Hasil yang didapat
3. Rasio Hausner
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan serbuk asam mefenamat. Tujuannya
untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah dipadatkan dengan goncangan kecil
(tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan untuk menganalisis karakteristik
laju alir serbuk. Hasil yang didapat dari praktikum kemarin yaitu: =
31
= 1,37, Dapat disimpulkan hasil yang kami dapatkan kemarin
masuk ke dalam indeks aliran yang buruk(poor/cohesive) karena berada pada range
kurang dari 1,5, Jika lebih dari 1,5 maka aliran serbuk itu baik.
4. Kompresibilitas
Tujuan dari kompresibilas adalah untuk mengetahui kemampuan granul agar
kompak dengan adanya tekanan, untuk mengetahui perilaku serbuk pada saat dikempa
dan dan untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat penabletan. Alat
yang digunakan pada kompresibilitas ini adalah gelas ukur, mesin tablet yang
dilengkapi “strain gauge” dan “oscilloscope”. Rumus yang gunakan dalam mengetahui
hasil dari kompresibilitas yaitu,
% Kompresibilitas =
= 27,07 %
Dapat di simpulkan % kompresibilitas yang didapat yakni 27,07 %, dan masuk kedalam
kategori 23 – 28 % dimana kompresibilitas buruk dan sesuai dengan literatur, dimana
asam mefenamat mempunyai kompresibilitas yang buruk (Romilda, 2005).
Tan α =
Dapat disimpulkan sudut henti yang didapat yakni, 41,828. Dimana masuk kedalam
range 25 – 45, yang menandakan asam mefenamat memiliki sifat alir yang mudah
mengalir.
32
6. Susut Pengeringan dan Kadar Lembab
Susut Pengeringan dan Kadar Lembab bertujuan untuk memberikan batas
maksimal atau rentang tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
Untuk susut pengeringan dan kadar lembab digunakan alat yaitu Moisture Content
Balance. Rumus untuk menghitung susut pengeringan adalah Susut Pengeringan
(LoD/Loss on Drying)
% LoD =
%MC =
Dapat disimpulkan susut pengeringan asam mefenamat menurut FI V, tidak lebih dari
1,0%. Hal ini mungkin terjadi karena zat sudah terlalu lama kontak dengan udara.
Rumus %Mesh =
33
Kesimpulan yang didapat dari distribusi ukuran partikel yang telah didapat, hasil grafik
dari setiap mesh didapati hasil yang berbeda berdasarkan ukuran dari setiap mesh-nya,
sehingga hasil grafik yang didapati kurang baik, ini perlu diberi zat tambahan untuk
memperbaiki distribusi partikel menjadi baik.
1. Bulk Density
Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji bulk density ini
adalah untuk menjamin aliran granul baik. Dilakukan dengan cara bahan ditimbang
sebanyak 50 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Volume yang didapati
setelah granul dimasukkan ke dalam gelas ukur adalah 83 ml. Hasil yang didapati untuk
uji bulk density adalah 0,6024 g/ml.
2. Tap Density
Pada uji ini dilakukan menggunakan granul, tujuan dilakukan uji tap density ini
adalah untuk memperoleh kerapatan serbuk di dalam gelas ukur yang diketukkan dan
untuk mengetahui massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu setelah
adanya hentakan dalam periodete tertentu. Dilakukan dengan cara bahan ditimbang
sebanyak 50 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml lalu diketukkan
sebanyak 300 kali. Volume yang didapati setelah dilakukan pengetukkan 300 kali
adalah 72 ml. Hasil dari perhitungan uji tap density adalah 0,694 g/ml.
3. Rasio Hausner
Pada rasio hausner dilakukan untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah
dipadatkan dengan goncangan kecil (tapped) terhadap densitasnya tanpa pemadatan dan
menganalisis karakteristik laju alir granul. Hasil rasio hausner yang didapati adalah
1,15. Berdasarkan persyaratan hasil rasio hausner ini masuk ke dalam range 1,12 – 1,18
yang memiliki rasio hausner baik.
34
4. Uji Kompresibilitas
Pada uji kompresibilitas dlakukan untuk mengetahui kemampuan granul agar
kompak dengan adanya tekanan, mengetahui perilaku serbuk pada saat dikempa dan
untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat penabletan. Hasil uji
kompresibilitas yang didapati adalah 13,19 %. Berdasarkan persyaratan hasil rasio
hausner ini masuk ke dalam range 11 – 15 yang memiliki kompresibilitas baik.
% mesh 12 =
% mesh 14 =
% mesh 16 =
% mesh 18 =
% mesh 20 =
35
Grafik :
1. Uji Organoleptis
Hasil dari uji organoleptis pada tablet Asam Mefenamat terhadap rasa, bau, warna,
dan bentuknya dapat dikatakan bahwa tablet terlihat baik secara fisik, tanpa adanya
kerusakan.
36
karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet yang kecil menunjukan
semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya.
4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan diartikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap
diameter tablet. Uji kekerasan ini menggunakan alat Hardness Tester. Uji
kekerasan pada tablet bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ketahanan tablet
terhadap guncangan atau kekuatan yang diberikan dari luar saat tablet didistribusi
dan penyimpanan sehingga tablet dapat sampai pada pasien dalam keadaan baik.
Menurut Sulaiman (2007), tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-10
kg/cm2
Berdasarkan hasil uji kekerasan, seperti yang terlihat pada tabel menunjukkan
bahwa kekerasan tablet Asam Mefenamat masih berada pada range 4 – 10 kg/cm 2
yakni dengan rata-rata kekerasan tablet 5,7 kg/cm 2. Sehingga kekerasan dari tablet
ini memenuhi persyaratan dan sesuai dengan teori yang berarti “tekanan yang
diberikan pada saat pembuatan tablet memiliki peranan penting, semakin besar
tekanan yang diberikan maka kekerasan tablet yang dihasilkan akan meningkat dan
37
sebaliknya bila tekanan yang diberikan kecil maka tablet tidak terlalu keras dan
dapat menyebabkan tablet cendrung rapuh”.
5. Uji Kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan
tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan pengikisan pada
permukaan tablet. Uji kerapuhan tablet menggunakan alat Friability Tester. Uji
kerapuhan bertujuan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap adanya
pengikisan maupun guncangan pada waktu pengemasan dan pengiriman. Tablet
yang dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan
tablet. Semakin besar harga persentasi kerapuhan, maka semakin besar massa tablet
yang hilang.
Berdasarkan hasil uji kerapuhan yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet
Asam Mefenamat memiliki persentase lebih dari 1% yang berarti tidak memenuhi
syarat dan tidak sesuai dengan teori dimana persentase yang diperoleh sebesar
9,2%. Ketidaksesuaian ini akan mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif
yang masih terdapat pada tablet. Faktor yang mempengaruhi persentase uji
kerapuhan yang tidak sesuai yaitu pengikat yang digunakan tidak terdistribusi
dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan kesalahan saat proses
kompresi, dan tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi
mudah rapuh.
38
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel menunjukkan bahwa tablet
Asam Mefenamat memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 15 untuk tablet yang tidak
bersalut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari pembuatan tablet Asam Mefenamat dengan
metode pembuatan granulasi basah adalah :
1. Uji Organoleptis
Hasil yang didapati rasa pahit, tidak berbau, warna putih, bentuk bulat
2. Uji Keseragaman Bobot
Hasil uji keseragaman bobot didapati terdapat 3 tablet yang melebihi 5 %
penyimpangan dan tidak ada satupun tablet yang melebihi penyimpangan dari
10 %.
3. Uji Keseragaman Ukuran
Hasil uji keseragaman ukuran yang telah dilakukan adalah diameter rata-rata
yang didapat 10 mm dan tebal tablet yang diperoleh 4 mm. Hasil sesuai dengan
range ketetapan tebal tablet yang digunakan untuk ukuran 600 mg yakni tebal
tablet tidak kurang dari 3,3 mm dan tidak lebih dari 7,5 mm
4. Uji Kekerasan Tablet
Hasil uji kekerasan tablet yang telah didapat dengan rata-rata 5,7 kg/cm 2. Hasil
sesuai dengan range ketetapan kekerasan tablet yang baik adalah 4-10 kg/cm2.
5. Uji Kerapuhan Tablet
39
Hasil uji kerapuhan yang didapat 9,2 %, hasil ini tidak memenuhi syarat yang
seharusnya kerapuhan tablet tidak boleh lebih lebih dari 1 % atau yang baiknya
tidak boleh lebih dari 0,8 %
6. Uji Disolusi / Waktu Hancur
Hasil uji disolusi / waktu hancur tablet sesuai syarat yakni 11,16 menit yang
masih dibawah 15 menit untuk syarat waktu hancur tablet biasa
5.2 Saran
Dalam proses pembuatan tablet membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai
agar praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM. Press.
Goth A. Medical Pharmacology, Principles and concept. Saint Louis : The CV.Mosby Co,
1978:340.
Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed ke
3. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press. Terjemahan dari: The Teory
and Practice of Industrial Pharmacy.
40
Reynold James E.F. Martindale The Extra Pharmacopoiea.London : The Pharmaceutical
Press, 1982 : 263
LAMPIRAN
41
III. Evaluasi tablet
IV. Produk
42
43
SPESIFIKASI & SYARAT TABLET
SEDIAAN JADI PADAT YANG DIINGINKAN
Waktu Hancur Tidak lebih dari 15 menit Waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan keenam tablet tidak
44
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit
untuk tablet bersalut. ( FI III- IV )
45
(contoh wadah tertutup rapat. rapat.
terlampir)
INSTRUKSI KERJA
46
c. Pastikan identitas tgl dan kadaluarsa bahan
d. Siapkan wadah sesuai kapasitas & berat bahan
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker, sarung tangan dan alat pengambil bahan
g. Tara timbangan pada angka Nol/setimbang
h. Pastikan kehadiran petugas QC
2. Pelaksanaan
Timbang bahan sebagai berikut :
Jumlah
No Nama Bahan Fungsi Bahan Ditimbang
Seharusnya
Asam 100 gram 100 gram
1. Zat aktif
Mefenamat
2. Amylum Penghancur 12 gram 12 gram
CMC Na 2,4 gram 2,4 gram
3. Pengikat
TANDA TANGAN
INSTRUKSI
OPERATOR PENGAWAS
47
CARA KERJA
1. PERSIAPAN
a. Lihat Pedoman cara penggunaan alat penggilingan
b. Pilih bahan yang akan digiling dan disiapkan
c. Pakai masker, sarung tangan dan alat pengambil bahan
d. Pilih ukuran ayakan yang akan dipakai
e. Pastikan kehadiran petugas QC
2. Pelaksanaan
a. Siapkan alat penggiling dan ayakan
b. Masukan bahan baku, kemudian giling
c. Ayak bahan sudah digiling, ayak, pisahkan serbuk yang
lewat
d. Giling lagi sisa bahan yang belum melewati ayakan
Dilaksanakan dan diperiksa Dilaksanakan dan diperiksa
Oleh Oleh
Gudang QC Produksi Gudang QC Produksi
Jam
Tgl
Paraf
48
CARA KERJA
15 PERSIAPAN
a. Ruangan dibersihkan
b. Peralatan dengan wadah dibersihkan
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai perlindung pernafasan dan jalankan exhaouster
e. Beri label identitas pada wadah
f. Pakai masker dan sarung tangan
Pelaksanaan :
Campurkan bahan berikut dalam wadah
Bahan Baku Jumlah Teoritis Jumlah Nyata PARAF
Asam Mefenamat 100 gram 100 gram
Amylum 12 gram 12 gram
CMC Na 2,4 gram 2,4 gram
Laktosa 15 gram 15 gram
Talkum 2,4 gram 2,4 gram
Mg. Stearat 1,2 gram 1,2 gram
Aquadest qs Qs
Lama pencampuran 15 menit, mulai jam 14.00
Giling ad homogen dan membentuk campuran yang homogeny
Pindahkan ke dalam wadah yang sudah diberi label
49
Kelompok 3 : IK: PEMERIKSAAN
Hal 1 dari 1
HOMOGENITAS
Departemen Seksi No.
TANDA TANGAN
INSTRUKSI
OPERATOR PENGAWAS
CARA KERJA
1. PERSIAPAN
a. Ruangan peralatan dibersihkan
b. Kebersihan diperiksa
c. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan exhauster
d. Beri label identitas tiap wadah
e. Pakai masker, sarung tangan
50
kadarnya sesuai metode penetapan kadar yang sesuai
Penimbangan Kadar
1. .................g ………%
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Std
Hitung kadar rata-rata
Deviasi
TANDA TANGAN
INSTRUKSI
OPERATOR PENGAWAS
51
CARA KERJA
1 PERSIAPAN
a. Bersihkan ruangan
b. Bersihkan peralatan dan wadah
c. Periksa kebersihan
d. Pakai pelindung pernafasan
e. Beri label identitas wadah
f. Pakai masker dan sarung tangan
2. Pelaksanaan :
a. Campurkan bahan 1 dan bahan 2, kemudian diaduk sambil
ditekan sampai massa padat menggumpal, homogen dan
gembur
b. Lewatkan massa liat dan gembur melalui ayakan mesh 100
c. Tampung massa yang melewati ayakan dalam wadah
untuk pengeringan
53
LAB FARMASETIKA IK : PEMERIKSAAN MUTU Hal 2 dari 1
GRANUL No.
Dapartemen Seksi Tgl berlaku
Tanda Tangan
INSTRUKSI
Operator Pengawas
54
1. Persiapan
a. Ruangan dibersihkan menurut IK Nomor….
b. Peralatan dan wadah dibersihkan menurut IK
Nomor :
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan
exhauster
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker, sarung tangan
Jumlah Serbuk
Mesh
gram %
12 0,23 0,278%
14 14,50 17,58%
16 11,31 13,71%
18 8,1 9,82%
20 11,25 13,64%
Sisa 82,44
Total 127,83
Jumlah Serbuk
P.K ke- gram %
1
2
3
Rata-rata
4. Pemeriksaan Kompresibilitas
a. Timbang seksama 50 gram granul kering
( 50 gram)
b. Masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml
c. Catat volume serbuk yang ada di dalam gelas
55
ukur
Volume Serbuk __72_____ mL
x 100%
x
100%
= 13,19 % (baik
sekali)
56
Ata Rakhma Kumala 16330087
Irna CecariaDisusun
Agustin oleh :16330089 Disetujui oleh : Pengganti No.
1.Persiapan
a. Ruangan dibersihkan
b. Peralatan dan wadah dibersihkan
c. Kebersihan diperiksa
d. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan exhauster
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker dan sarung tangan
2. Pelaksanaan
1) Penimbangan
1. Asam Mefenamat (Zat Aktif) = 500 mg x 200 = 100000 mg = 100
g
2) Pencampuran
57
Granul yang sudah diuji + Asam Mefenamat 100 g ad homogen +
Talkum 2,4 g ad homogen + Mg Stearat 1,2 g ad homogen
58
Selli Rahmawati 16330088
Tanda Tangan
INSTRUKSI
Operator Pengawas
1. Persiapan
a. Ruangan dibersihkan menurut IK No...
b. Peralatan dan wadah dibersihkan menurut IK
No...
c. Kebersihan Diperiksa
d. Pakai pelindung pernafasan dan jalankan
exhauster
e. Beri label identitas tiap wadah
f. Pakai masker, sarung tangan
2. Hitung volume granul yang akan masuk kedalam
die
Berat tablet yang diinginkan 600 mg
Berat jenis serbuk 50 g
Volume serbuk 73 cc
3. Sesuaikan ukuran dan tinggi rendah upper punch
Diameter die yang dipakai 1cm
Tinggi die yang diinginkan 0,4cm
4. Masukan granul kedalam hopper
5. Jalankan mesin tablet, sampai diperoleh lebih
kurang 30 tablet
6. Ambil 20 tablet, timbang
Berat 20 tablet yang ditimbang 14,32 gram
Berat tablet rata-rata 0,65 gram
Jika berat tablet sudah memenuhi syarat,
lanjutkan langkah 9
7. Jika berat tablet tidak sama dengan tablet yang
diinginkan, atur kembali tinggi rendah lower
59
0,4
punch
Tinggi die yang diinginkan cm
8. Ulangi langkah 5 dan 6 sampai diperoleh berat
yang diinginkan
Berat 20 tablet yang ditimbang gram
Berat tabler rata-rata gram
9. Ambil 5 tablet ukur kekerasan tablet
Kekerasan tablet yang diinginkan 4 - 10 kg
Kekerasan yang diperoleh 5,7 kg
Jika memenuhi syarat lanjutkan pengempaan
sampai habis
10. Jika tidak memenuhi syarat atur kembali tekanan
upper punch
Kekerasan yang diinginkan
Kekerasan yang diperoleh
Jika memenuhi syarat lanjutkan pengempaan
sampai massa habis
11. Timbang semua tablet yang dihasilkan
Berat tablet yang ditimbang kg
60
Tgl : 26 Desember 2018 Tgl : Tgl : Tgl: Tgl :
Memastikan bahwa tablet yang dihasilkan memenuhi kriteria dan syarat yang
Tujuan :
ditetapkan
Tanda Tangan
INSTRUKSI
Operator Pengawas
1 10 4
2 10 4
3 10 4
4 10 4
61
5 10 4
6 10 4
7 10 4
8 10 4
9 10 4
10 10 4
Rata-rata 10 mm 4 mm
Syarat Minimal
3,3 mm
Maksimal
7,5 mm
62
Selisih
Persen
Bobot bobot
No. Tablet penyimpangan
(mg) tablet
(%)
3. Pengujian (mg)
Kekerasan
Tablet 1 680 30 4,615
a. Ambil 2 600 50 7,692
5 tablet
sebagai 3 670 20 3,076
sampel
b. Ukur 4 650 0 0
5 640 10 1,538
6 640 10 1,538
7 610 40 6,153
8 680 30 4,615
9 650 0 0
10 650 0 0
11 680 30 4,615
12 660 10 1,538
13 670 20 3,076
14 650 0 0
15 670 20 3,076
16 600 50 7,692
17 660 10 1,538
18 680 30 4,615
19 630 20 3,076
20 630 20 3,076
1 6,5
2 6
3 5
4 6
5 5
Rata-rata 5,7
Syarat 4 – 10 kg
Kesimpula Memenuhi
n syarat
64
Syarat : __<15____ menit
Kesimpulan :
65