Anda di halaman 1dari 17

“OBAT ANTI INFLAMASI”

MAKALAH PAKTIKUM

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK

Oleh :

Kelas E

Kelompok 4

DITA WAHYU MUHAMMAD YUSUP 200110170081

NUR SYAEFULLAH ISKANDAR 200110170088

RANTI NOVIANTI 200110170167

CHELINE FELIA PUTRI RONI 200110170267

FADEL PANWARI 200110170286

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah ini yang berjudul “Obat Anti Inflamasi”. Makalah ini juga disusun

dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan dan

Kesehajteraan Ternak. Studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran.

Penulisan laporan akhir ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak baik itu berbentuk moril maupun materil. Untuk itu

kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr. drh. Hj. Endang Yuni S.

M.Sc,.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kesehatan dan

Kesejahteraan Ternak, dan kepada Aisyah Ananda selaku Asisten praktikum

Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak yang telah berperan serta dalam

penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka

dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Sumedang, Maret 2019

Penyusun
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflamasi adalah respon normal terhadap cedera. Ketika terjadi cedera, zat

seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin serta serotonin dilepaskan.

Pelepasan zat-zat di atas menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas

dinding kapiler. Reseptor nyeri mengalami perangsangan, protein dan cairan

keluar dari pembuluh darah kapiler (sel). Aliran darah ke tempat cedera

meningkat, sel fagosit (leukosit) migrasi ke tempat cedera untuk merusak zat-zat

yang dianggap berbahaya. Jika fagositosis berlebihan justru akan meningkatkan

inflamasi yang ditandai dengan kemerahan, bengkak, panas, nyeri dan hilangnya

fungsi (Priyanto, 2008).

Pada ternak inflamasi dapat membuat ternak stres dan menunjukkan sikap

gelisah, agresif, ataupun sebaliknya menjadi lemas, lesu, tidak mau makan dan

terlihat tidak semangat. Hal ini dapat membuat produktifitas menjadi menurun

yang berdampak kerugian bagi peternak itu sendiri. Selain itu inflamasi yang

terjadi pada ternak merupakan bentuk pelanggaran terhadap kesejahteraan ternak

atau animal wefare.

Maka dari itu kita sebagai calon sarjana peternkan diwajibkan untuk

mengetahui dan mempelajari mengenai hal-hal yang berkaitan dengan inflamasi

besarta penangannya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai obat anti

inflamasi dimana hal ini berkaitan dengan prosedur yang harus diterapkan pada

usaha peternakan sehingga diharapkan kami memahami kondisi hewan ternak


yang mengalami inflamasi dan mengetahui bagaimana cara mengatasi hal

tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Apa pengertian inflamasi dan anti inflamasi ?

(2) Bagaimana contoh inflamasi pada ternak ?

(3) Bagaimana penggunaan obat anti inflamasi pada ternak ?

(4) Bagaimana efek penggunaan obat anti inflamasi pada ternak ?

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui dan memahami pengertian inflamasi dan anti inflamasi.

(2) Mengetahui dan memahami contoh inflamasi pada ternak.

(3) Mengetahui dan memahami penggunaan obat anti inflamasi pada ternak.

(4) Mengetahui dan memahamiefek penggunaan obat anti inflamasi pada

ternak.
II

TINJAUAN PUSTAKA

Inflamasi merupakan suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik

atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator

inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin yang

menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai

gangguan fungsi. Kerusakansel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada

selaput membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim

lisosomal dan asam arakhidonat. Metabolisme asam arakhidonat menghasilkan

prostaglandin-prostaglandin yang mempunyai efek pada pembuluh darah, ujung

saraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi (Katzung, 2004). Proses

terjadinya inflamasi sebenarnya merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri

dari tubuh terhadap benda asing, tetapi jika proses ini berlangsung secara terus

menerus (kronis) justru akan merusak jaringan (Dockedkk., 1997).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa inflamasi kronis berkaitan erat

dengan adanya peningkatan mutasi seluler yang menginisiasi terjadinya kanker

(Albini&Sporn, 2007). Inflamasi yang terjadi terus menerus pada pembuluh darah

berkontribusi langsung pada terbentuknya plak dalam dinding pembuluh arteri

sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah

tinggi, serangan jantung, serta stroke (Patel dkk., 2008). Penyakit lain yang

melibatkan adanya proses inflamasi kronis dalam tubuh antara lain, arthritis,

asma, diabetes, alergi, anemia, penyakit Alzheimer, fibrosis, fibromyalgia,

systemic lupus, psoriasis, pancreatitis,dan penyakit-penyakit autoimun (Borne

dkk., 2008) sehingga diperlukan obat anti inflamasi.


Sebagian obat-obat anti inflamasi bekerja pada mekanisme

penghambatan sintesis prostaglandin yang diketahui berperan sebagai mediator

utama dalam inflamasi.Terdapat beberapa golongan obat anti inflamasi

diantaranya obat anti inflamasi golongan steroid dan non steroid.Obat anti

inflamasi golongan steroid diketahui dapat menghambat phospholipase A2 dalam

sintesis asam arakhidonat, sehingga memiliki efek anti inflamasi yang poten,

namun diketahui penggunaan obat-obatan ini dalam jangka waktu yang lama

justru akan mengakibatkan efek samping berupa hipertensi, osteoporosis, dan

hambatan terhadap pertumbuhan. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa

penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker,

penyakit jantung dan hati. Disebutkan pula bahwa penggunaan steroid secara

topikal pada beberapa orang menunjukkan efek samping antara lain dermatitis,

diabetes mellitus dan atrofi jaringan (Judarwanto&Dewi, 2012).

Obat-obat anti inflamasi yang lain bekerja dengan mekanisme

penghambatan enzim siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2)

sehingga akan menghambat sintesis prostaglandin dan tromboksan (Robert &

Morrow, 2001). COX-1 diketahui berfungsi dalam memproduksi prostaglandin

yang berperan dalam melindungi mukosa lambung danginjal (Okazaki dkk.,

1981).Mekanisme penghambatan COX-1 dan COX-2 yang tidak selektif

berhubungan dengan toksisitas penggunaan obat-obat anti inflamasi golongan non

steroid (NSAIDs) pada dosist inggi (Dewick, 2009).Inhibitor selektif COX-2

diketahui dapat meminimalisasi efek samping yang disebabkan karena mekanisme

penghambatan COX-1, seperti kerusakan lambung dan ginjal tetapi belakangan ini

dilaporkan bahwa beberapa obat golongan inhibitor selektif terhadap COX-2

memiliki efek samping terhadap kardiovaskuler.Contohnya Rofecoxib (Vioxx)


dan Valdecoxib (Bextra) telah ditarik dari pasaran karena meningkatkan resiko

penyakit kardiovaskule rantara lain serangan jantung dan stroke (Dognedkk.,

2005).

Migrasi leukosit merupakan tahap yang penting dalam proses inflamasi

(Robert & Morrow, 2001). Indometasin diketahui dapat bekerja melalui

mekanisme penghambatan enzim COX dan migrasi leukosit polimor fonuklear

seperti yang terlihat pada Gambar 1 (Caramanis & Varonos, 1980).Obat ini

merupakan obat yang poten pada pengobatan anti inflamasi, tetapi pada saat ini

obat tersebut sudah mulai jarang digunakan karena tingginya insidensi dan

keparahan efek samping yang ditimbulkan akibat pemberian dalam jangka waktu

yang lama.Obat ini hanya digunakan pada kondisi tertentu jika demam tidak dapat

memberi respon terhadap obat lain (Roberts & Morrow, 2001). Penggunaan obat-

obatan tradisional menjadi salah satu alternative dalam pengobatan inflamasi yang

dinilai lebih aman dari segi efek sampingdantoksisitas (Awang, 2009).Salah satu

obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai anti inflamasi

adalah dauns ukun (Artocarpusaltilis (Park.)Fosberg). Beberapa penelitian telah

menunjukkan adanya khasiat daun sukun sebagai anti inflamasi. Dekok tadari

daun sukun telah diteliti memiliki aktivitas antiinflamasi (Abdassahdkk., 2009).

Daun sukun pada dosis 60mg/kg BB terbukti mampu meningkatkan aktivitas anti

inflamasi dengan durasi 0,5 sampai 4 jam, dan bereaksi sebagai antagonis PGE-2

dan bradikinin padat rakea (Singh dkk., 2001). Menurut Abdassahdkk.(2009)

formulasi gel ekstrak daun sukun dengan konsentrasi 16% mampu memberikan

efek inhibisi radang sebesar 6,96%. Penelitian ini perlu dilakukan karena belum

terdapat penelitian mengenai aktivitas Inflamasi daun sukun berdasarkan migrasi

leukosit secara in vivo.


III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Inflamasi dan Anti Inflamasi

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan

olehcedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,mengurangi,

atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupunjaringan yang cedera

itu (Dorland, 2002).

Inflamasi (peradangan) merupakan reaksi kompleks pada jaringan

ikatyang memiliki vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen.Dalam

arti yang paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektifyang ditujukan

untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel sertamembuang sel dan jaringan

nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel(Robbins, 2004).

Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-

zatkimia, dan pengaruh fisika. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalahmenarik

protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atauterinvasi agar

dapat mengisolasi, menghancurkan, atau menginaktifkanagen yang masuk,

membersihkan debris dan mempersiapkan jaringanuntuk proses penyembuhan

(Corwin, 2008).

Antiinflamasi didefinisikan sebagai obat-obat atau golongan obat yang

memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Radang atau inflamasi

dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan yang mencakup lukaluka fisik,

infeksi, panas dan interaksi antigen-antibodi (Houglum, dkk 2005). Berdasarkan

mekanisme kerja obat-obat antiinflamasi terbagi dalam dua golongan, yaitu obat

antiinflamasi golongan steroid dan obat antiinflamasi non steroid. Mekanisme


kerja obat antiinflamasi golongan steroid dan non-steroid terutama bekerja

menghambat pelepasan prostaglandin ke jaringan yang mengalami cedera

(Gunawan, 2007).

3.2 Inflamasi pada Ternak

Terdapat beberapa hal yang menyatakan bahwa modulasi inflamasi relevan

dengan produk siternak modern.Pertama, inflamasi membutuhkan energi.

Kenaikan suhu sebesar satu derajat saja memang tidak memperlihatkan dampak

yang besar.Akan tetapi, kenaikan tersebut memerlukan energi yang besar,

terutama pada hewan yang relative kecil seperti unggas.Semua pengeluaran energi

berkaitan dengan biaya konversi pakan yang dapat memengaruhi produksi.

Sementara itu, diantara perdebatan panjang di kalangan ilmuwan, telah

disepakati bahwa fisiologi hewan memprioritaskan pemanfaatan energi.Selama

seekor hewan mengalami kekurangan energi karena peningkatan energi akibat

inflamasi, hewan tidak dapat mencapai potensi genetik secara optional dalam hal

pertumbuhan maupun hasil produksi seperti susu dan telur.

Inflamasi juga menyebabkan rusaknya integritas usus. Pada kasus

disbakteriosis parah, hal tersebut bisa dilihat secara makroskopis. Pada tingkat

seluler, efeknya bisa dilihat dari tight junction yang tidak tertutup sempurna,

produksi mucus yang berlebihan, danhilangnyastrukturusus (berkurangnyapanjang

villi dan kedalaman crypt).Rusaknya dinding usus membuat pathogen seperti

Enterococcus cecorumatau Compylobacter lebih mudah untuk berpindah tempat

kedinding epitel. Pada saat yang sama, zat tambhaan seperti mikotoksin atau

kontaminan, pada tingkat yang lebih tinggi saat peradangan, akan semakin

melemah kan struktur.


3.3 Obat Anti Inflamasi untuk ternak beserta dosis

(1) DEXADRESON

Intervet Intl. B.V. Belanda/ Intervet Indonesia bentuk sediaan cairan

(injeksi) komposisi setiap ml mengandung 2,77 mg Dexamethasone disodium

phosphate setaradengan 2,0 mg Dexamethasone Indikasi penggunaan untuk anti

inflamasi, anti alergi, anti shock dan bersifat glukoneogenik pada sapi, kuda,

kambing, domba, anjing dan kucing dosis dan Cara pemakaian Injeksi secaraim

atau iv, untuk kasus shock diberikansecara iv. Sapi dan kuda lokal 1-5 ml/hewan

(2-10 mg), sistemik 0,06 mg/kg secaraim; Kambing dan dombal okal 1-2,5

ml/hewan (2-5 mg), sistemik 0,06 mg/kg secaraim; anjing dan kucing 0,01 mg/kg

secaraim kemasan vial 50 ml.Deptan RI No. I 98072390 PKC. Obat keras.

(2) NOVALDON

Bernofarm/Lestari Agrisatwa Husada Bentuk Sediaan Cairan injeksi

Komposisi Tiap ml mengandung Metampiron 250 mg, Piramidon 50 mg,

Lidocain 15 mg Indikasi Antipiterik, analgesik, antiinflamasi, dan spasmo litik

pada kolik intestinal Kontra Indikasi Hewan yang menderita penyakit jantung,

hati, ginjal peringatan jangan dipakai pada hewan pacu 3-5 hari sebelum lomba,

Jangan diberikan bersama dengan fenilbutazon dan klorpromazin dosis dan cara

pemakaian melalui injeksi intra muskuler sapi, kuda 10-20 ml per ekor Domba,

kambing 3-5 ml per ekor Anjing, kucing 1-2 ml per ekor Kemasan100 ml Deptan

RINo D 02062183 PKC 1 Obat keras.

(3) RIMADYL

Pfizer Inc., Amerika Serikat/Indovetraco Makmur Abadi Bentuk sediaan

tablet Komposisidalam 1 tablet mengandung Karprofen 25 mg Indikasi

menghilangkan rasa nyeridaninflamasi yang disebabkanoleh osteoarthritis


padaanjingDosisdan Cara Pemakaian diberikan secara per oral pada anjing, 4.4

mg/kg BB satu kali sehariatau 2.2 mg/kg BB dua kali sehari kemasan 25

mg,60tablet. Deptan RI No. I. 03122689 PKM Obat keras.

(4) SULPIDON®

Injeksi sanbe farma Bentuk sediaan cairan komposisi Tiap ml mengandung

Dipyrone 250 mg, Lidocaine 2%. Indikasi digunakan sebagai analgesik, anti

piretik dan anti spasmodic pada sapi, kuda, kambing, domba, babi, anjing dan

kucing. peringatan air susu sapi boleh dikonsumsi 2 hari setelah pengobatan

dihentikan. Dosis dan cara pemakaian sapi, kuda 10-20 ml / 200-400 kg BB,

Domba, kambing 5-10 ml / 30-60. Babi 10 ml / 50-100 kg BB. Anjing, kucing 3-6

m / 5-10 kg BB. Kemasan 20 ml, 50 ml, 100 ml. Deptan RI No. D 0009975 PKC

Obat keras.

3.4 Efek Pemberian Obat Anti Inflamasi Pada Ternak

Salah satu obat antiinflamasi yang diberikan kepada ternak ialah

dexamethasone, obat ini sangat membantu menangani keradangan terutama untuk

ternak sapi. Pemakaian yang sesuai dengan aturan dan skala prioritas menjadi

pertimbangan yang utama untuk menghindari efek Immunosuppressant. Jika obat

anti inflasi diberikan dalam jangka waktu lama, dan diberikan lebih dari beberapa

hari atau pemberian terlalu sering akan menimbulkan efek samping pada systemic

glucocorticoid. Efek samping tersebut meliputi meningkatnya sensitivitas

lambung menjadi lebih asam, menyebabkan ulcerasi pada esophagus, lambung,

dan duodenum. Efek lainnya menimbulkan efek Immunosuppressant, dan jika

pemberiannya dikombinasi dengan senyawa immunosuppressant lain seperti

cyclosporine, maka agen infeksius bakterial, viral, and fungal / jamur akan
menyerang dengan mudahnya, menimbulkan demam dan terjadi penurunan

kekebalan sehingga sapi akan mudah sakit terkena infeksi. Efek samping lainya

atrophy otot, negatif protein balance, degenerasi melemak pada hati, hypertensi,

gangguan pengapuran tulang, oedema, meningkatnya tekanan intraocular/mata

(glaucoma, katarak), pada kulit berakibat allergi dermatitis, erythema, urticaria

dan kulit menjadi kasar.


IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan dalam makalah ini dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh

cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi,

atau mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang

cedera itu sedangkan antiinflamasi dapat didefinisikan sebagai obat-obat atau

golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan.

2. Hewan tidak akan menghasilkan tingkat produksi yang tinggi apabila

mengalami inflamasi sehingga energy tidak berfokus digunakan untuk

produksi melainkan untuk pertahanan tubuh melawan inflamsi

3. Beberapa obat antiinflamasi yang diberikan kepada ternak diantaranya

Dexadreson, Novaldon, Rimadyl, dan Sulpidon® yang harus diberikan sesuai

dengan dosis penggunaan dari setiap jenis obat.


4. Efek yang ditimbulakan dari obat antiinflamasi akan menyebabkan

kerugian bila obat tersebut diberikan berlebihan dan dalam jangka waktu

yang lama.

4.2 Saran

Topik mengenai obat antiinflamasi pada ternak masih sedikit bahasannya

sehingga pada makalah inipun pembahasannya sedikit karena minimnya literatur

yang didapatkan. Hal ini baik karena dapat menambah pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, M.,Sumiwi, S.A., &Hendrayana, J. 2009.FormulasiEkstrakDaunSukun

(Artocarpusaltilis(Parkins.) Fosberg) dengan Basis Gel

SebagaiAntiinflamasi, JurnalFarmasi Indonesia, 4(4), 199 -209.

Albini, A. &Sporn., M.B. 2007.The Tumour Microenvironment as a Target for

Chemoprevention. Nature Reviews Cancer, 7, 139-147.

Awang, D.V.C. 2009.Tyler’s Herbs of Choice : The Therapeutic Use of

Phytomedicinals, 3rd Ed., 2-5, CRC Press, Boca Raton.

Borne, R., Revi, M., & Wilson, N. 2008.Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs

dalam Lemke, T.L., Williams, D.A., Roche, V.F., &Jito, S.W., (Eds.),

Foye’s principles of medicinal chemistry 6th Ed., 2-5, William &

Wilkins. Philadelphia..

Caramanis, C. &Varonos, D.D. 1980.The Influence of Acetylsalicylic Acid,

Phenylbutazone, Indomethacin, and Flufenamic Acid on The Kinetics of

Leucocytes During Acute Inflammation, Arch. Toxicol., 4, 485-491.

Corwin E.J. 2008. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Edisi ke 3. EGC. Jakarta.

Dewick, P. M. 2009.Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach, 3rd

Ed., 61-62, John Wiley & Sons Ltd., West Sussex.

Docke, W.D., Randow F., Syrbe U. 1997.Monocyte deactivation in Septic

Patients: Restoration by Interferon Gamma Treatment, Nat. Med., 3,

678– 68.

Dogne, J.M., Supuran, C.T., &Pratico, D. 2005.Adverse Cardio-vascular Effects

of the coxibs, J. Med. Chem., 48, 2251–2257.


Garćia,Lafuente A, Guillamón E, Villares A, Rostagno M A, Martínez J A.

2009.Flavonoids as antiinflammatory agents: implications in cancer

andcardiovascular disease.Inflammation Research 58 : 537 - 552

Gunawan S.G., 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi

dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Houglum, J.E., Harrelson, G.L., Leaver-Dunn, D., 2005. Principles o

fPharmacology for Athletic Trainers, Slack incorporated, United

State,143.

Judarwanto, W. &Dewi, N. 2012. Kortiko steroid Topikal, Jenis Penggolongan

dan Efek Sampingnya. [Online]. Available at

:http://allergyclinic.wordpress.com/2012/06/04/ kortikosteroid-topikal-

jenis-penggolongan-dan-efek-sampingnya/ (diaksespada 23 Maret 2019,

pukul 18.58 WIB).

Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik . Edisi XIII. Buku

3.Translation of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih

bahasa oleh Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas

Airlangga. Salemba Medika. Jakarta.

Okazaki, T , Sagawa, N., &Okita J.R. 1981.Diacyl Glycerol Metabolism and

Arachidonic Acid Release in Human Fetal Membranes and Deciduas

Vera, J. Biol. Chem,. 256, 7316–7321.

Patel, S. &Celermajer, D.S. 2008. Artherosclerosis : Underlying Inflammatory

Mechanisms and Clinical Implications, Int. J. Biochem. Cell Biol.,

40(4): 576-580.

Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Keperawatan dan Farmasi,

Leskonfi, Jakarta
Poultry Indonesia.2018. Efek Anti-inflamasiunutk alternative AGP yang sukses.

[Online]. Available at :http://www.poultrryindonesia.com/efek-anti-

inflamasi-untuk-alternatif-agp-yang-sukses/ (diakses pada 23 Maret

2019, pukul 22.58 WIB).

Robbins. 2004. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 1. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Roberts, L.J. & Morrow, J.D. 2001.Senyawa Analgetik-anti piretik dan anti

radang serta obat-obat yang digunakan dalam penanganan pirai,dalam

Gilman, A.G., Hardman, J.G., &Limbird, L.E., Goodman & Gilman

Dasar Farmakologi Terapi Volume I, diterjemahkan oleh Amalia Hanif ,

666-685, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sakadoci.com. 2018. Mengenal Dexamethasone Obat Anti Radang. Dari

http://www.sakadoci.com/2018/10/mengenal-dexamethasone-obat-anti-

radang.html. [Diakses, 22 Maret 2019]

Singh, P.D.A., Simon, O.R., & Donaldson, K. 2001. Investigation of the

antiinflammatory properties of leaves of Artocarpusaltilis (breadfruit),

West Indian med. j., 50(5),15.


LAMPIRAN

Pembagian Tugas

No
Nama NPM Tugas
.

Dita Wahyu Muhamad Tinjauan pustaka,


1. 200110170081
Yusup Inflamsi pada ternak

Cover,
Nur Syaefullah
2. 200110170088 Kata pengantar,
Iskandar
Pengertian Inflamasi

Penutup,

3. Ranti Novianti 200110170167 Efek pemberian obat anti

inflamasi untuk ternak

Cheline Felia Putri Ppt,


4. 200110170267
Roni Obat anti inflamasi pada ternak

Editor(nyusun makalah,

5. Fadel Panwari 200110170286 Daftar Pustaka,

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai