Anda di halaman 1dari 23

SKRINING FITOKIMIA DARI DAUN DAN BATANG SELEDRI (Apium Graveolens

L.), DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) , DAN BUAH CABE (Capsicum annum
L.)
Muhammad Dailami
Kimia FMIPA UNIPA
Laporan Praktikum Kimia Bahan Alam Tahun 2009
I.
ABSTRACT
Done skrining fitokimia from leaf and celery stick, leaf guava, with chilli fruit. test result
demoes that leaf extract and celery stick demoes positive one to saponin, two to tannin and
three to flavanoid. to eskstrak leaf guava demoes positive two in test saponin, three in tannin
and one in flavanoid. while chilli fruit extract demoes positive one to tannin and one to
flavonoid.
Keywords : celery, guava, chilli, fitochemical.
II.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi, sehingga
memungkinkan tumbuhnya berbagai macam jenis flora. Bahkan Indonesia dikenal sebagai
Negara nomor dua yang memiliki kelengkapan jenis flora dari sekian banyak Negara di dunia
ini. Hutan hujan tropis yang merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya,
menyimpan berbagai macam rahasia alam yang semakin hari semakin banyak diketahui oleh
manusia.
Papua merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan hutannya yang begitu luas,
dan keanekaragaman hayati yang sangat khas. Sekitar 3000 jenis tanaman di papua telah
dimanfaatkan secara turun temurun oleh masyarakat sekitar sebagai obat, sebagai contoh,
buah merah telah banyak digunakan sebagai obat dari berbagai macam penyakit. Demikian
juga dengan sarang semut yang tidak kalah populernya sebagai sang raja herbal.
Letak geografis, iklim dan kesuburan tanah mempengaruhi kandungan kimia yang
terdapat dalam suatu herbal. Seledri, jambu biji, dan juga cabe, merupakan tanaman yang
umum kita jumpai hampir diseluruh wilayah nusantara ini. Akan tetapi kandungan kimia dari
ketiga jenis tumbuhan tersebut belum tentu sama untuk setiap daerahnya. Terlebih di Papua
yang memiliki iklim dan kesuburan tanah yang jauh berbeda jika dibanding daerah lain
sangat berpeluang adanya perbedaan kandungan kimianya.
Seledri yang biasa dimanfaatkan sebagai sayur dan memiliki aroma yang sedap pada
masakan seperti sayur sup, soto dan lainnya. Ternyata seledri juga memiliki kegunaan sebagai

obatobatan. Pemanfaatan seledri sebagai obat telah popular sejak masa yunani klasik dan
masa Romawi sebagai penyejuk perut. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi.
Fungsi lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu
makan (karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan
pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual).
Kandungan utamanya adalah butilftalida dan butilidftalida sebagai pembawa aroma
utama. Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti graveobiosid A (1-2%)dan B (0,1 - 0,7%),
serta senyawa golongan fenol. Komponen lainnya apiin, isokuersitrin, furanokumarin, serta
isoimperatorin. Kandungan asam lemak utama dalah asam petroselin (40-60%). Daun dan
tangkai daun mengandung steroid seperti stigmasterol dan sitosterol.
Klasifikasi botani dari seledri yaitu :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Apiales

Famili

: Apiaceae

Genus

: Apium

Spesies

: A. graveolens
Jambu Biji (Psidium guajava) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk

Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Srilangka. Jambu biji termasuk tanaman perdu dan
memiliki banyak cabang dan ranting; batang pohonnya keras. Permukaan kulit luar pohon
jambu biji berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu jambu biji tersebut dikelupas, akan
terlihat permukaan batang kayunya basah. Bentuk daunnya umumnya bercorak bulat telur
dengan ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan muncul dari balik
ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai pada
ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun jambu biji sudah mulai
berbuah. Bijinya banyak dan terdapat pada daging buahnya.
Jambu biji memiliki nama lain yang biasa dikenal yaitu Psidium guajava
(Inggris/Belanda), Jambu Biji (Indonesia), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa),
Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura).
Kandungan kimia dari buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji yaitu tanin,
sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung
zat lain selain tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam
oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) - Kalori 49 kal -

Vitamin A 25 SI - Vitamin B1 0,02 mg - Vitamin C 87 mg - Kalsium 14 mg - Hidrat Arang


12,2 gram - Fosfor 28 mg - Besi 1,1 mg - Protein 0,9 mg - Lemak 0,3 gram - Air 86 gram.
Keguanaan dari daun jambu biji sangat banyak beberapa diantaranya yaitu: sebagai
obat diare, obat maag, masuk angin, beser, prolapsisani, sariawan, sakit kulit dan obat luka
baru. Selain itu daun jambu biji juga bisa dimanfaatkan sebagai antioksidan, obat batuk dan
membantu mengobati penyakit diabetes mellitus.
Klasifikasi botani dari jambu biji yaitu :
Kerajaan : Plantae
Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Upafamili : Myrtoideae
Bangsa

: Myrteae

Genus

: Psidium

Spesies

: P. guajava

Cabai

adalah tanaman yang termasuk ke dalam keluarga tanaman Solanaceae.

Tanaman yang berbuah pedas ini digunakan secara luas sebagai bumbu masakan

di

seluruh dunia. Spesies tanaman cabai yang paling sering digunakan meliputi Capsicum
annum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense, Capsicum pubescens, dan Capsicum
baccatum.
Apabila cabai dimakan, senyawa-senyawa capsaicinoids berikatan dengan reseptor
nyeri di mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa pedas. Kemudian reseptor ini
akan mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan bahwa sesuatu yang pedas telah dimakan.
Otak merespon sinyal ini dengan menaikkan denyut jantung

, meningkatkan pengeluaran

keringat, dan melepaskan hormon endorfin.


Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6nonenamide). Selain itu, terkandung juga berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin,
yang dinamakan capsaicinoids. Cabai merah juga mengandung vitamin C
besar, juga mengandung karoten

(pro vitamin A).

Kalsifikasi botani untuk cabai kecil adalah


Kerajaan
Ordo

: Plantae
: Solanales

Famili

: Solanaceae

Genus

: Capsicum

Spesies

: Frutescens

dalam jumlah

Cabe memiliki beberapa nama daerah yaitu : untuk Sumatera: campli, capli (Aceh),
ekiji-kiji, kidi-kidi (Enggano), leudeu (Gayo), lacina (Batak Karo), lasiak, lasina (Batak
Toba), lada sebua (Nias), raro sigoiso (Mentawai), lado (Minangkabau), cabi (Lampung),
cabe, lasinao (Melayu). Jawa: cabe, lombok, sabrang (Sunda), lombok, mengkreng, cabe
(Jawa), cabhi (Madura), tabia (Bali): Nusa Tenggara: sebia (Sasak), saha, sabia (Bima),
mbaku hau (Sumba), koro (Flores), hili (Sawu). Kalimantan: sahang (Banjar), rada (Sampit),
sambatu (Ngaju). Sulawesi: rica (Mana-do), bisa (Sangir), mareta (Mongondow), malita
(Gorontalo), lada (Makasar), ladang (Bugis). Maluku: manca (Seram), siri (Ambon), kastela
(Buru), maricang (Halmahera), rica lamo (Ternate, Tidore), maresen (Kalawat), rihapuan
(Kapaon), riksak (Sarmi), ungun gunah (Berik), rica (Papua).
Tujuan dari praktikum ini adalah : untuk mengetahui kandungan kimia dari daun dan
batang seledri, daun jambu biji, dan buah cabe asal kota manokwari. Setelah dilakukan
praktikum ini diharapkan bisa diketahui perbedaan kandungan kimia dari tumbuhan yang ada
di manokwari di banding di daerah lainnya. Selain itu tujuan praktikum ini yaitu untuk
melatih ketrampilan mahasiswa dalam melakukan uji fitokimia.

III.
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu:
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 29 April, 6 dan 20 Mei 2010. Jam 10.20 12.50
WIT.
3.1.2 Tempat :
Pelaksanaan praktikum ini yaitu di Laboratorium Jurusan Kimia Universitas Negeri Papua
Manokwari.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
Mortar, gelas piala, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur, pemanas, corong,
kertas saring, pisau, gunting.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu :
Sampel segar (batang dan daun seledri, daun jambu biji, buah cabe), air, HCl 5%, Reagen
meyer, FeCl3, Methanol, Eter, Liebermen bochard, H2SO4
3.3 Cara kerja
3.3.1 Preparasi sampel
Sampel segar diiris kecil, ditumbuk halus, ditambahkan air secukupnya kemudian dipanaskan
selama 25 menit. Untuk uji alkaloid, pelarut air diganti dengan HCl 5%.
Setelah dipanaskan kemudian disaring dengan kertas saring sehingga didapat ekstrak dari
sampel.
3.3.2 Skrining fitokimia
3.3.2.1 Uji Alkaloid
Ambil 5 mL ekstrak sampel kemudian ditambahkan dengan reagen meyer. Perubahan warna
dan terbentuknya endapan menunjukan uji positif alkaloid.
Jumlah endapan banyak : +++, sedang : ++, sedikit : +
3.3.2.2 Uji Saponin
Ambil ekstrak sampel sebanyak 5 mL, kocok dengan kuat kemudian diamkan selama 15
menit. Setelah itu amati busa yang terbentuk :
Jumlah busa banyak : +++, sedang : ++, sedikit : +
3.3.2.3 Uji Tannin
Ambil 5 mL ekstrak sampel, tambahkan FeCl3. Perubahan warna hijau, biru kehijauan atau
biru kehitaman, atau adanya endapan menunjukan positif tannin. Jumlah endapan banyak : +
++, sedang :++, sedikit : +
3.3.2.4 Uji Flavanoid
Ambil 5 mL ekstrak sampel, isikan pada 3 tabung reaksi, tambahkan eter secukupnya,
kemudian tabung 1 tambahkan 3 tetes H 2SO4 pekat. Perubahan warna merah menunjukan
positif flavanoid. Warna merah sekali : +++, merah sedang : ++, sedikit : +.
Tabung 2 tambahkan 0,5 mL HCl pekat, serta berikan sedikit serbuk Mg. perubahan warna
menjadi merah Menunjukan positif flavanoid.
Tabung 3 tambahkan dengan NaOH, jika terjadi perubahan warna menjadi kuning
menunjukan positif flavanoid.
3.3.2.5 Uji steroid/Triterpenoid
Ambil sampel 5 mL, tambahkan pereaksi Lieberman bochard jika terbentuk warna merah
atau ungu adalah posotif triterpenoid. Jika warna hijau menunjukan positif steroid.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN


Hasil uji skrining fitokimia dari ekstrak daun dan batang seledri, daun jambu biji, serta buah
cabe, bisa dilihat pada table 1 berikut ini:
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia dari daun seledri, daun jambu biji, dan buah cabe.
Sampel
Daun Seledri
Daun jambu biji
Buah Cabe
Uji Fitokimia
Alkaloid
Saponin
+
++
Tannin
++
+++
+
Flavanoid (H2SO4)
Flavanoid(HCl+Mg
+
)
Flavanoid (NaOH)
+++
+
Triterpenoid
Steroid
4.2 PEMBAHASAN
Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis kualitatif
kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Pada praktikum ini skrining yang
dilakukan terbatas pada uji alkaloid, uji flavanoid, saponin, tannin, triterpenoid dan steroid.
Setiap golongan senyawa metabolit skunder yang terkandung dalam tumbuhan memiliki cirri
dan karakter tersendiri. Dengan mempelajari sifat kimia dari masing-masing golongan
metabolit sekunder tersebut maka muncullah suatu metode atau cara untuk mengetahui
adanya senyawa tertentu dalam tumbuhan tersebut.
Dalam uji fitokimia kita menggunakan pereaksi yang berbeda untuk setiap golongan
yang akan di uji. Demikian halnya dengan pelarut yang digunakan pada proses isolasi
semestinya menggunakan pelarut yang berbeda. Penggunaan pelarut yang berbeda ini
didasarkan pada sifat kepolaran dari senyawa yang akan di isolasi dan selanjutnya di skrining.
Penggunaan pelarut yang tidak sesuai akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Boleh
golongan senyawa tertentu tidak akan Nampak pada skrining yang kita lakukan, atau bahkan
kita tida mendapatkan senyawa yang kita inginkan.
Pada praktikum ini pelarut yang kita gunakan untuk mengisolasi senyawa yang ada
dalam tumbuhan itu yaitu pelarut air. Yang mana air ini memiliki sifat yang sangat polar
sehingga memungkinkan dapat mengambil semua senyawa yang terkandung dalam sampel
kita meskipun ada beberapa senyawa yang tidak dapat terambil.
Proses ekstraksi dari semua sampel tumbuhan dilakukan secara seragam, baik ekstrak
yang akan digunakan untuk uji flavanoid, saponin, tannin, tritrpenoid, dan steroid. Yaitu
dengan menggunakan pelarut air dan dipanaskan selama 25 menit. Kemudian disaring
sehingga bias kita pisahkan antara ekstrak dan residunya. Perbedaan proses ekstraksi
dilakukan hanya pada ekstrak yang akan digunakan untuk uji alkaloid. Dalam hal ini,
pelarutnya yang digunakan yaitu methanol.
Berdasarkan prosedur yang ada, waktu pemanasan juga berfariasi untuk beberapa
ekstrak yang akan digunakan pada setiap ujinya. Secara teoritis lama waktu pemanasan akan
berpengaruh pada kadar atau kandungan senyawa tertentu yang terdapat pada ekstrak yang
kita lakukan. Boleh jadi senyawa yang kita inginkan mengalami perubahan dan modifikasi

akibat pemansan yang terlalu lama, atau boleh jadi senyawa yang kita inginkan belum
terekstrak karena proses pemanasa yang kurang lama.
Untuk uji alkaloid, dari ketiga herbal diatas menunjukan hasil yang negative. Pada uji
ini, sampel yang telah dihaluskan diekstrak dengan menggunakan methanol dan dipanaskan
selama 25 menit. Kemudian ditambahkan dengan reagen meyer dan setelah didiamkan
selama sepuluh menit ternyata ketiga-tiganya tidak menunjukan adanya endapan. Hal ini
menunjukan hasil negative untuk uji alkaloid pada ketiga herbal tersebut. Berdasar beberapa
referensi yang saya dapatkan ketiga herbal tersebut memang tidak mengandung alkaloid
untuk daerah lain.
Pengujian saponin dilakukan dengan cara mengocok ekstrak air yang didapat
kemudian didiamkan selama sepuluh menit jika terdapat busa menunjukan uji positif untuk
saponin. Jumlah kadar busa menunjukan kadar saponin yang ada pada ekstrak tersebut. Dari
ketiga ekstrak tersebut yang menunjukan positif saponin adalah daun jambu biji dan daun
seledri. Untuk daun seledri menurut dedewijaya (2007) mengandung saponin. Hal ini sesuai
dengan hasil yang saya dapatkan yaitu positif satu untuk uji saponin. Sedangkan pada daun
jambu biji, saya tidak menemukan literature yang mengatakan bahwa daun jambu biji
mengandung saponin. Hal ini mungkin saja terjadi akibat pengaruh letak geografis Papua
yang berbeda dengan daerah lain. Selain dari itu, kandungan saponin ini yang juga
memberikan effect anti bakteri disamping taninnya. Itulah sebabnya daun jambu biji bias
digunakan sebagai obat diare.
Ketiga herbal sampel ini menunjukan hasil yang positif untuk uji tannin. Warna yang
ditunjukan adalah biru kehitaman. Urutan kadar tannin dari ketiga herbal dimulai dari positif
1,2 dan 3 adalah buah cabe, seledri, dan daun jambu biji. Kandungan tannin tertinggi terdapat
pada daun jambu biji. Untuk daun jambu biji dari daerah lain juga mengandung tannin.
Kandungan tannin ini yang menyebabkan daun jambu biji sangat aktif dalam mengobati
diare. Kandungan tannin dari cabe, tidak ditemukan pada beberapa literatur yang lain.
Untuk uji flavanoid, pada praktikum ini dilakukan tiga uji yaitu menggunakan H 2SO4,
NaOH, dan HCl+Mg. penggunaan H2SO4 untuk uji flavanoid, akan memberikan warna merah
jika ekstrak menagndung flavonoid. Sementara untuk NaOH kita akan mendapatkan warna
kuning jika ekstrak mengandung falvonoid. Sedangkan untuk penggunaan HCl+Mg maka
akan memberikan warna merah.
Penggunaan H2SO4 ketiga herbal tidak memberikan warna merah, hal ini berarti
bahwa ketiga herbal tersebut tidak mengandung flavanoid. Sementara untuk NaOH, daun
seledri menunjukan positif 3 sedangkan buah cabe menunjukan positif 1. Ketiga pereaksi
memiliki reaksi yang spesifik untuk jenis flavonoid tertentu. Jika ekstrak tidak menunjukan
hasil positif pada salah satu pereaksi flavonoid, berarti jenis dari flavonoid yang terkandung
dalam ekstrak tersebut tidak memberi efek pada pereaksi tersebut.
Kandungan flavonoid pada herbal seledri asal manokwari menunjukan hasil yang
sama untuk daerah asal lain. Demikian juga dengn ekstrak daun jambu biji juga sama
mengandung flavonoid.
Pengujian troterpenoid dan steroid merupakan satu kesatuan uji, hanya saja efek yang
diberikan berbeda untuk triterpenoid dan steroid. Triterpenoid akan memberikan warna merah
atau ungu sementara untuk steroid akan memberikan warna hijau. Dari ketiga ektsrak herbal,
tidak menunjukan hasil positif, baik untuk triterpenoid, maupun steroid.
Susi indriani mengatakan bahwa ekstrak daun jambu biji mengandung steroid. Tetapi
hasil saya menunjukan hasil negative. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh pelarut yang
digunakan yaitu air sehingga kurang bisa melarutkan senyawa steroid yang merupakan
turunan dari lipid. Demikian halnya untuk ekstrak buah cabe, seharusnya dia mengandung
steroid tetapi karena pelarutnya terlalu polar sehingga tidak dapat mengambil senyawa steroid
yang bersifat non polar.

Untuk kandungan triterpenoid, pada ketiga herbal tidak ditemukan literature yang
mangatakan bahwa cabe, daun seledri, dan daun jambu biji mengandung triterpenoid.

V.

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa :
Estrak daun seledri mengandung : saponin, tannin dan flavonoid.
Ekstrak daun jambu biji mengandung : saponin, tannin dan flavonoid.
Ekstrak buah cabe mengandung : tannin dan flavonoid.
Kandungan kimia suatu herbal juga dipengaruhi oleh letak geografis, kesuburan tanah, dan
juga iklim
5. Pada uji steroid kita tidak mendapat hasil positif sementara pada literature sebenarnya herbal
daun jambu biji dan buah cabe mengandung steroid, hasil ini terjadi karena pelarut yang kita
gunakan sangat polar.
1.
2.
3.
4.

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Jambu Biji. http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya download at: 19/05/2010 07:23 pm.
Anonim. 2010. Cabai Merah. http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai download at : 09/05/2010 12.10 pm.
Anonim. 2010. Seledri. http://id.wikipedia.org/wiki/seledri download at : 09/05/2010
Harbon J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penentuan cara modern menganlisis tumbuhan. Terbitan ke dua.
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan iwang soediro. Bandung. ITB Press.
IPTEKNET.2005. Tanaman Obat Indonesia Cabe Rawit. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=2 download
at : 25-5-2010 8:35 pm.
IPTEKNET.2005. Tanaman Obat Indonesia Seledri. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=2 download at :
25-5-2010 09:20 pm.
IPTEKNET.2005. Tanaman Obat Indonesia jambu biji. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=2 download at
: 25-5-2010 10:12 pm.
Kamadatu, Lingga. 2010. Skrining fitokimia dan penetapan kadar flavanoid total dari ekstrak etanol
70% daun seledri. Jurusan kimia. Manokwari.
http://kimiaunipa.blogspot.co.id/2010/05/skrining-fitokimia-herbal-seledridaun.html

Nama Tanaman
Nama daerah: Di Sunda terkenal terkenal dengan nama saladri dan di Jawa terkenal dengan
nama seledri.
2. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
3.Morfologi
Tanaman
Batang : Tidak berkayu, beralus, beruas, bercabang, tegak, hijau pucat.
Daun : Tipis majemuk, daun muda melebar atau meluas dari dasar, hijau mengkilat, segmen
dengan hijau pucat, tangkai di semua atau kebayakan daun merupakan sarung.
Daun bunga: Putih kehijauan atau putih kekuningan -3/4 mm panjangnya.
Bunga : Tunggal, dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak yang tersembunyi, daun bunga putih
kehijauan atau merah jambu pucat dengan ujung yang bengkok. Bunga betina majemuk yang
jelas,tidak bertangkai atau bertangkai pendek, sering mempunyai daun berhadapan atau
berbatasan
dengan
tirai
bunga.
Tirai bunga: Tidak bertangkai atau dengan tangkai bunga tidak lebih dari 2 cm panjangnya.
Buah : Panjangnya sekitar 3 mm, batang angular, berlekuk, sangat aromatik.
Akar : Tebal

4.Habitat dan Penyebaran


Berasal dari Eropa Selatan, sekarang ada dimana-mana banyak ditanam orang untuk diambil
daun, akar, dan buahnya.
5.Kandungan
kimia
Seluruh herba seledri mengandung glikosida apiin (glikosida flavon), isoquersetin, dan
umbelliferon. Juga mengandung mannite, inosite, asparagine, glutamine, choline, linamarose,
pro vitamin A, vitamin C, dan B. Kandungan asam-asam dalam minyak atsiri pada biji antara
lain : asam-asam resin, asam-asam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat, dan petroselinat.
Senyawa kumarin lain ditemukan dalam biji, yaitu bergapten, seselin, isomperatorin,
osthenol, dan isopimpinelin (Sudarsono dkk., 1996).
6.Kegunaan dan khasiat

Secara tradisional tanaman seledri diguanakan sebagai pemacu enzim pencernaan atau
sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, dan penurun tekanan darah. Di samping itu
digunakan pula untuk memperlancar keluarya air seni, mengurangi rasa sakit pada rematik
dan gout, juga digenakan sebagai anti kejang. Selebihnya daun dan batang seledri digunakan
sebagai sayur dan lalap untuk penyedap masakan (Sudarsono dkk., 1996).
Daftar Pustaka
Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad, M., Wibowo,
S., dan Ngatidjan, 1996, Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, 4452, Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM, Yogyakarta.

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=225

Suku : Apiaceae (Umbilliferae)


Kandungan kimia
Seluruh herba (termasuk akar) mengandung glikosida apiin (glikosida flavon)
isoquersitrin dan umbelliferon. Juga mengandung mannit, inosit, asparagin,
glutamin, kolin, linamarosa, pro vitamin A, vitamin C dan B.12)
Kandungan asam-asam dalam minyak atsiri biji antara lain asam-asam resin, asamasam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat dan petroselinat (sebagai komponen
utama).12)

Senyawa kumarin lain ditemukan dalam biji, yaitu bergapten, seselin,


isoimperatorin, astenol, isopimpinelin dan apigrafin.6,14,15)
Daun mengandung minyak atsiri, protein, kalsium, garam fosfat, vitamin A, B, dan
C.9) Batang, daun dan bijinya mengandung apiin, apigenin. Dalam biji ditemukan
alkaloid yang strukturnya belum dapat diidentifikasi.4)

Di India, herbanya mengandung zat warna karotenoid total sebesar 435 g/g dan
bauh/bijinya mengandung tiamin 7,9 /g.13)

Buah atau seledri mengandung 2-3% minyak atsiri, terdiri antara lain. 15) :
3-Butiltetrahidrofthalida
3-Butilfthalida
3-Isobutiliden-3,4,5,6-tetrahidrofthalida
3-Propilidennephthalide
3-Isovaliden-3,4-dihidrofthalida
Apiol
Bisabolen
Butilfthalida
Butil-4,5-dihidrofthalida
Kalamenen
Kamfen
Karvakol
-Kariofillen
Kuminal
5-pentasikloheksa-1,3-dien
p-Simene
Dihidrokarvon
Elemen
-Elemen

Mirsene
Miristisin
3-Butilheksahidrofthalida
3-Isovalidenefthalida
3-Propilidenefthalida
3-Sedanolida
Neoknidilida
allo-Osimen
cis-b-Osimen
trans-b-Osimen
Pentilbenzen
Sedanonida
-Selinene
-Pinen
-Pinen
Santalol
Sedaenolida
Asam sedanonat
Sedanolida

-Elemen
Elemisin
Farnesen
(E)- Farnesen
iso-Furanogermakren
Humuladienon
Humulen
Iso-knidium lakton
Limonen
Z-Ligustilida

Senkyunolide
Sesquiterpene acetatea-Terpinene
-Terpinen
A-Terpineol
-Thujen
-Thujon
Timol
Tiglat ester
Trisiklen
Valerofenon

Komponen-komponen minyak atsiri lainnya terdiri dari senyawa sejenis kamfor


yang tersusun dalam minyak atsiri yang dikenal sebagai apiol. 1)
Di samping itu terdapat pula golongan senyawa kumarin: ostenol, apigravin, selerin
(suatu C-prenil-kumarin), glikosida furanokumarin, furokumarin, apiumetin,
rtaretin, nodakenetin; golongan senyawa flavonoid : apigenin isoquesitrin dan
golongan senyawa alkaloid.
Efek biologik
Pemberian intravena ekstrak daun seledri pada anjing dapat menurunkan tekanan
darah normal. Efek hipotensif juga ditunjukkan oleh pemberian intravena pada
anjing dan kelinci. Telah dibuktikan pula adanya efek menurunkan tekanan darah

pada 16 orang laki-laki bertekanan darah tinggi yang diberi 40 ml campuran ekstrak
seledri dan madu atau sirup secara oral 3 kali sehari.
Senyawa ftalid terkandung dalam minyak atsiri biji mempunyai efek sedatif
spasmolitik pada mencit.6,15)
Seluruh bagian tanaman berefek me-nurunkan tekanan darah pada hewan yang
dibuat hipertensi. Pada pemberian intravena apigenin 10 mg/kg pada anjing dan
kelinci dapat menurunkan tekanan darah dari 120 mmHg menjadi 70 mmHg. Efek
tersebut dapat dilihat pada anjing dengan hipertensi esensial.
Pemberian per-oral dan intravena cairan segar seluruh bagian tanaman dapat
menurunkan tekanan darah anjing sampai sebesar 50%.
Efek penurunan tekanan darah tersebut disebabkan karena terjadinya stimulasi pada
reseptor kimia (chemoreceptor) pada "carotid body" dan "aorticarch". Dan efek ini
ada kaitannya dengan sistem syaraf simpatik.
Apigen diketahui pula dapat berefek pada pelebaran pembuluh darah perifer. Apiin
dan Apigenin yang diberikan peroral dapat merupakan antagonis eksitasi mencit
yang diberi kokain.
Minyak atsiri biji berefek antikejang (trianquilizer dan anticonvulsant) pada mencit,
sedangkan alkaloid yang terdapat pada biji seledri mempunyai potensi sebagai
penenang dan anti kejang pada mencit. Indeks terapi efek penenang daripadanya
relatif tinggi.
Minyak atsiri biji seledri dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dan
Histoplasma capsulatum. Minyak atsiri seledri bersama dengan asam ferulat
mempunyai aksi saling menguatkan efek anti jamur.
Bijinya tidak terbukti berpotensi sebagai anti malaria dan seluruh herba juga tidak
terbukti berpotensi sebagai antibiotik.13)
Sucapigraveol mempunyai peran pada peningkatan jumlah urine dan penurunan
urea dari anion klorida.
Komponen terpenoid minyak atsiri dapat menyebabkan kontraksi uterus, baik pada
keadaan hamil maupun tidak hamil.3,10) Alkaloid dan beberapa senyawa kumarin
kemungkinan mempunyai efek sebagai tranquilizer.15)
Toksisitas
Dapat menyebabkan iritasi epitel dan menimbulkan reaksi fotosensitivitas.
Beberapa pengamatan toksisitas telah dilaporkan berkaitan dengan konsumsi pucukpucuk seledri dengan kandungan nitrat tinggi, yaitu 3,2-7% bobot kering dapat
menyebabkan menurunnya berat badan sapi di California.
Pekerja di perkebunan seledri mempunyai resiko tinggi terkena penyakit kulit, gatal
berbintik-bintik.
Dosis
Biji: 1,3 sampai 5 gram
Kegunaan di masyarakat
Secara tradisional herba seledri digunakan sebagai pemacu enzim perncernaan atau
sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, dan penurun tekanan darah. 1)
Di samping itu digunakan pula untuk memperlancar keluarnya air seni, mengurangi
rasa sakit pada rematik dan gout, juga digunakan sebagai anti kejang.15) Dekok biji
digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri lambung, rematik dan encok. 13)
Bijinya juga diyakini memiliki efek sedatif terhadap sistem saraf sentral. Sering

dipakai untuk mengobati penderita bingung.


Selebihnya daun dan batang seledri sangat populer sebagai sayur, lalap untuk
penyedap masakan tradisional.
Cara pemakaian di masyarakat
Mengobati tekanan darah tinggi
Seledri seutuhnya 16 batang, dicuci lalu direbus dengan air bersih 2 gelas minum
sehingga hanya tinggal kira-kira 3/4nya, sesudah dingin airnya diminum, seledrinya
dimakan ( 2 x sehari nya).
Deskripsi Tanaman
Perawakan : Herba setahunan atau dua tahunan, tegak, 0,25 - 1 m. Batang: bersudut
tajam, berlubang di tengah, gundul.
Daun : majemuk menyirip tidak sempurna, rangkap 1-3, pina 1 - 3 tangkai dengan
pelepah pendek.
Anak daun : bulat telur melebar, pangkal pasak, hijau mengkilat, bergerigi sepanjang
tepi anterior, persegmen dengan mukro (rambut).
Bunga : susunan majemuk payung, majemuk duduk atau bertangkai tidak lebih dari
2 cm, anak payung 6-15, 1-3 cm, anak payung terdiri dari 6 - 25 bunga, tangkai bunga
2 - 3 mm.
Kelopak : 5 daun kelopak, tersembunyi.
Mahkota : 5 daun mahkota, putih kehijauan - putih kekuningan, 0,5 - 0,75 mm.
Putik : Bakal buah menunmpang, 5 ruang.
Buah : elip - membulat, kurang lebih 1 mm.3)
Asal-usul
: Eropa
Waktu berbunga: Januari - Desember.
Distribusi
Di Jawa tersebar pada elevasi 1000 - 2100 m.dpl. Di tanam untuk lalapan atau
sayuran.
Sifat khas
Bau remasan aromatik, batang akar tebal semacam umbi.
Keanekaragaman
Apium (bahasa Latin) berarti beraroma, graveolens (bahasa Latin) penyebar bau.
Dalam perdagangan dikenal ada 3 macam seledri, yaitu seledri air (A. graveolens var.
sylvestre Alef.); seledri daun (A graveolens var. secalinum Alef.) dan seledri putih
atau seledri pucat (A. graveolens var. dulce. Mill. DC.). Seledri air batang semunya
kecil kurus, berwarna hijau gelap, liat dan sulit dipatahkan, tumbuh di tanah yang
selalu berair (seperti kangkung), sedang seledri daun (disebut juga seledri tanah,
batang semunya menggembung dan lebih renyah. Dapat tumbuh di tanah kering
yang relatif miskin hara. Seledri putih jarang dijumpai di pasar, karena warnanya
terkesan tidak segar. Di pasaran internasional (juga ditemui di Indonesia) juga
masih ada seledri lain yang jenisnya berbeda dengan ke tiga seledri di atas, yaitu
seledri gedhe (bah. Jawa) atau giant celery (A. graveolens var. repaceum Alef.) Yang
dikembangkan dari Eropa. Sesuai dengan namanya, seledri ini, batang dan daunnya

besar-besar dan diperoleh dari hasil pemuliaan bibit unggul. 4,6,9)


Banyak ditanam di sawah atau ladang.8) Di kalangan masyarakat tanaman ini
termasuk komoditi sayuran yang sangat populer.
Budidaya
Seledri ditanam terutama pada daerah ketinggian 1000 - 2100 m di atas permukaan
laut, diperbanyak dengan biji atau anakan rumpun. Biji disebar merata dalam
barisan di atas bedengan yang gembur. Jarak antara barisan 25 cm. Biji mulai
berkecambah setelah 3 minggu. Kemudian berangsur-angsur diperjarang hingga
jarak tanam akhirnya 25x25 cm. Tanaman ini tahan hidup sampai lebih dari dua
tahun. Penyiangan diperlukan untuk membersihkan gulma dan menggemburkan
tanah.8)
Pemupukan nitrogen dilakukan setelah umur 4-5 minggu, kemudian disusul lagi 2
minggu berikutnya. Pupuk dapat dilarutkan dalam air siraman atau ditugalkan di
dekat tanaman. Diusahakan agar rumpun tanaman tidak terlalu banyak anakannya,
karena akan berakibat batang dan daunnya tumbuh kecil-kecil.
Seledri baru dapat dipungut hasilnya apda umur 1,5 bulan (dalam hal ini dipanen
daunnya). Tangkai daun yang agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun
muda dibiarkan tumbuh terus, jangan dipetik. Kadang-kadang panen juga dilakukan
dengan cara mengambil sebagian dari anakan rumpun batang. 8)
Pustaka
1. Anonim, 1985, Materia Medika Indo-nesia., Jilid I., Departemen Kesehatan RI., Jakarta.,
P.14

2. Anonim, 1988, Application of Gas-Liquid Chromatography to the Analysis of Essential Oils.,


Part XIV. Monographs for Five Essential Oils Royal Society of Chemistry., Burlington House.,
Piccadilly, London Wiv OBN., UK Analyst; Vol. 113., p. 1134

3. Backer, C.A. and Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III, P.Noordhoff, Groningen.
4. Chan, HM., But, PPH., 1986, Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica.,
Vol.2., World Scientific Publishing Co. Pte.Ltd., Singapore, p.893-895.

5. Claus EP., 1961, Pharmacognosy., 4th Ed., Lea & Febiger., Philadelphia., P.203.
6. Duke, J. A., 1985, CRC-Handbook of Medicinal Herbs., CRC-Press Inc., Boca Raton., P.45-46.
7. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid I (terjemahan)., Yayasan Sarana Wana
Jaya, Jakarta., p. 1547-1548.

8. Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Soemarno, 1991, Budidaya Berbagai Jenis Tanaman Tropika.,
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya., Malang., P.386-387.

9. Mardisiswoyo S., Radjak Mangun-sudarso, H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang.,
Cetakan pertama, Penerbit Prapantja., P.59

10. Ochse J.J., 1977, Vegetables of The Dutch East Indies., English Edition., A. Asher & Co. B.V.
Amsterdam., P.699-702.

11. Osol A., & Farrar GE., 1955, The Dispensatory of The United States of America., 25th Ed., J.B.
Lippingcott Co., Philadelphia., USA, p.1620.

12. Perry L. M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia: Attributed, Properties, and
Uses., The MIT Press., Massachusetts., P.413.

13. Watt J.M., & M.G. Breyer-BrandWijk, 1962, The Medicinal and Poisonous Plants of Southern
and Eastern Africa., 2nd Ed., E.S. Livingstone Ltd. London., p. 1033-1034

14. Wichtl, M., 1994, Herbal Drugs and Phytopharmacochemistry., MedPhar Scientific
Publishers., CRC-Press., P.81-82

15. Zwaving, 1989, Mid Career Training in Pharmacochemistry., Joint Project between Fakultas
Farmasi UGM, Yogyakarta and the Department of Pharmacochemistry Vrij Universiteit,
Amsterdam., p.46-47

Daun seledri tidak asing lagi bagi masyarakat. Tanaman yang memiliki nama latin Apium
graveolens, L. itu memiliki bentuk daun dan aroma yang khas seringkali ditemui sebagai
pelengkap santapan bubur ayam, sup atau bakso.
Bagi bangsa Romawi Kuno tumbuhan seledri digunakan sebagai karangan bunga.
Menurut ahli sejarah botani, daun seledri telah dimanfaatkan sebagai sayuran sejak abad
XZII atau tahun 1640, dan diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah baru
pada tahun 1942. Pengembangbiakan tanaman seledri dapat digunakan 2 cara, yaitu
melalui bijinya atau pemindahan anak rumpunnya.
Daun seledri berpangkal pada batang dekat tanah, berbentuk lekuk tangan, baunya agak
sedap. Seledri banyak ditanam di sawah dan di ladang yang tanahnya agak lembab di
daerah pegunungan. Seluruh bagian tumbuhan dapat digunakan sebagai obat.
Seledri (Apium graveolens, L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa
digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina dan Korea
mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di Indonesia tumbuhan ini
diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup
atau sebagai lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai
daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan.
Tanaman seledri memiliki tinggi 25-100 cm. Batang bersegi dan beralur membujur.
Memiliki bunga yang banyak dengan ukuran yang kecil. Bunga-bunga tersebut berwarna
putih kehijauan. Seledri digolongkan sebagai tumbuhan sayur-mayur.

Seledri (Apium graveolens, L.) sudah lama dikenal sebagai obat hipertensi. Tanaman yang
juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu dimanfaatkan sebagai bumbu
masakan. Daun seledri biasa dipakai untuk memperkaya cita rasa sajian atau kaldu. Sup
kacang merah dan bubur ayam kurang lengkap rasanya jika tanpa taburan daun seledri di
dalamnya. Di Eropa, batang seledri yang besar sering dibuat sebagai salad dengan saus
mayones atau bechamel (saus berbahan dasar susu) sebagai isi roti sandwich.
Masyarakat pedesaan memanfaatkan seledri untuk menyembuhkan sakit panas pada anakanak dengan cara menumbuk dan membalurkannya ke kepala anak yang terserang
demam. Air perasan seledri yang mempunyai sifat mendinginkan dipercaya dapat
mendinginkan kepala. Berdasarkan pengalaman beberapa orang, air perasan daun seledri
dapat sekaligus menyuburkan dan menghitamkan rambut serta tidak mempunyai efek
samping. Jus seledri dari seledri berdaun besar juga dipercaya bisa meningkatkan
kecerdasan, mengatasi herpes, dan gondok.
Tanaman yang sudah dikenal sejak sejarah awal Mesir, Yunani dan Romawi ini
sebenarnya termasuk jenis sayuran yang diambil batangnya. Meski demikian dalam
kesusastraan kuno terdapat dokumen yang menyebutkan seledri atau tanaman sejenisnya
telah ditanam guna keperluan pengobatan sejak 850 Sebelum Masehi. Biji tanaman asli
lembah sungai Mediterranian ini digunakan oleh tabib Ayurveda kuno untuk mengobati
demam, flu, penyakit pencernaan, beberapa tipe arthritis, penyakit limpa dan hati.
Berdasarkan penelitian, tanaman keluarga Apiaceae ini mengandung natrium yang
berfungsi sebagai pelarut untuk melepaskan deposit kalsium yang menyangkut di ginjal
dan sendi. Ia juga mengandung magnesium yang berfungsi menghilangkan stres. Daun
seledri mengandung protein, belerang, kalsium, besi, fosfor, vitamin A, B1 dan C.
Berdasarkan hasil penelitian, seledri juga mengandung psoralen, zat kimia yang
menghancurkan radikal bebas biang penyebab kanker. Tingginya kadar sodium dalam
seledri sangat berguna untuk menjaga ketahanan tubuh.

Nama Lain :
Celery (Inggris),
Celeri (Perancis),
Seleri (Italia),
Selinon (Italia),
Parsley (Jerman),

Seledri (Indonesia); Sledri (Jawa),


Saledri (Sunda);

Tumbuh :
Seledri (Apium graveolens) dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi.
Tumbuhan seledri dikatageorikan sebagai sayuran, perkebunan seledri di Indonesia
terdapat di Brastagi, Sumatera Utara dan di Jawa Barat tersebar di Pacet, Pangalengan
dan Cipanas yang berhawa sejuk.

Klasifikasi dan Pemerian


Seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu di Eropa sebagai unsur pengobatan dan
penyedap masakan. Plinius Tua telah menuliskannya sejak awal penanggalan modern.
Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi pertama Species Plantarum. Ia
memasukkan seledri dalam suku Umbelliferae, yang sekarang dinamakan Apiaceae (suku
adas-adasan).
Seledri adalah terna kecil, yang hanya memiliki tinggi 25-100 cm. Daun tersusun
majemuk dengan tangkai panjang. Tangkai ini pada kultivar tertentu dapat sangat besar
dan dijual sebagai sayuran terpisah dari daunnya. Batangnya biasanya sangat pendek.
Pada kelompok budidaya tertentu membesar membentuk umbi, yang juga dapat dimakan.
Bunganya tersusun majemuk berkarang, khas Apiaceae. Buahnya kecil-kecil berwarna
coklat gelap.

Macam
Ada tiga kelompok seledri yang dibudidayakan, yaitu:
1. Seledri daun atau seledri iris (A. graveolens Kelompok secalinum) yang biasa diambil
daunnya dan banyak dipakai di masakan Indonesia.
2. Seledri tangkai (A. graveolens Kelompok dulce) yang tangkai daunnya membesar dan
beraroma segar, biasanya dipakai sebagai komponen salad.
3.

Seledri umbi (A. graveolens Kelompok rapaceum), yang membentuk umbi di

permukaan tanah; biasanya digunakan dalam sup, dibuat semur, atau schnitzel. Umbi ini
kaya provitamin A dan K.

Kandungan :
Seledri mempunyai banyak kandungan gizi antara lain, (per 100 gr):
kalori sebanyak 20 kalori,
protein 1 gram
lemak 0,1 gram
hidrat arang 4,6 gram
kalsium 50 mg
fosfor 40 mg
besi 1 mg
Vitamin A 130 SI
Vitamin B1 0,03 mg
Vitamin C 11 mg Dan 63% bagian dapat dimakan.
Kandungan kimia lainnya yang terdapat dalam seledri yaitu antara lain :

Asparagin Manit

Zat pati

Lendir

Pentosan

Glutamina

Tirosin

Flavon glukosida

Vitamin

Kolin

Linase

Zat pahit

Minyak atsiri

Kegunaan
Seledri adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Sebagai
sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup. Daun juga dipakai sebagai

lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan di atas sup bakso, soto, macam-macam
sup lainnya, atau juga bubur ayam.
Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan obat telah disebut-sebut oleh Dioskurides serta
Theoprastus dari masa Yunani Klasik dan Romawi sebagai "penyejuk perut". Veleslavin
(1596) memperingatkan agar tidak mengonsumsi seledri terlalu banyak karena dapat
mengurangi air susu. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi lainnya
adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan
(karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan pula
sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual). Daun seledri juga banyak mengandung
apiin, di samping substansi diuretik yang bermanfaat untuk menambah jumlah air
kencing.
Namun demikian, seledri berpotensi menimbulkan alergi pada sejumlah orang yang peka.
Penderita radang ginjal tidak dianjurkan mengonsumsinya.
Aromanya yang khas berasal dari sejumlah komponen mudah menguap dari minyak atsiri
yang dikandung, paling tinggi pada buahnya yang dikeringkan. Kandungan utamanya
adalah butilftalida dan butilidftalida sebagai pembawa aroma utama. Terdapat juga
sejumlah flavonoid seperti graveobiosid A (1-2%)dan B (0,1 - 0,7%), serta senyawa
golongan

fenol.

Komponen

lainnya

apiin,

isokuersitrin,

furanokumarin,

serta

isoimperatorin. Kandungan asam lemak utama dalah asam petroselin (40-60%). Daun dan
tangkai daun mengandung steroid seperti stigmasterol dan sitosterol.

Cara Pengobatan :
1.

Hipertensi

Bahan : daun seledri secukupnya.


Cara membuat: diperas dengan air masak secukupnya kemudian disaring.
Cara menggunakan: diminum 3 kali sehari 2 sendok makan, dan dilakukan secara teratur.
Catatan : penggunaan berlebihan berbahaya!
2. Untuk obat mata.
Bahan: 2 tangkai daun seledri, 2 tangkai daun bayam, 1 tangkai daun kemangi.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk bersama kemudian diseduh dengan 1
gelas air panas dan disaring.
Cara menggunakan: di minum biasa.

3. Reumatik
Bahan: 1 tangkai daun seledri
Cara menggunakan: dimakan dan dilalap mentah setiap kali makan dapat mengurangi
gejala rematik.

4. Perawatan kecantikan
Seledri juga dapat digunakan untuk perawatan kecantikan, seperti menggurangi minyak di
wajah, menyuburkan rambut bahkan mengonsumsi seledri dapat membersihkan noda
pada email gigi. Untuk wajah berminyak gunakan tiga batang seledri. Dicuci kemudian
diiris kecil-kecil, seduh dan tutupi. Biarkan dingin, lalu simpan di lemari es. Menjelang
tidur malam, oleskan sari seledri ke wajah yang sudah bersih. Setelah kering baru bilas
muka hingga bersih. Lakukanlah dengan teratur.

5. Perawatan Rambut
Bagi anda yang meninginkan rambut subur, gunakan air perasan dari lima tangkai seledri
yang diberi tiga sendok makan air sebagai olesan kepala. Untuk hasil terbaik gunakan
setiap hari. Menggunakan bahan alami seledri sebagai obat atau perawatan tubuh mudah
didapat, serta minim efek samping.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Seledri
http://pikojogja.wordpress.com/2007/03/08/seledri-seharum-khasiatnya/
http://masenchipz.com/seledri-mampi-hajar-hipertensi
http://www.republika.co.id/berita/13115.html
http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/16/seledri/
Hasil positif alkaloid pada uji Mayer dit
andai
dengan
terbentuknya
endapan
putih.
Diperkirakan
endapan
tersebut
adalah
kompleks kalium
alkaloid. Pada pembuatan
pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida

ditambah kalium iodida akan bereaksi


membentuk endapan merah merkurium(II)
iodida. Jika kal
ium iodida yang ditambahkan
berlebih maka akan terbentuk kalium
tetr
aiodomerkurat(II)
[7]

. Alkaloid mengandung
atom nitrogen yang mempunyai pasangan
elektron bebas sehingga dapat digunakan
untuk membentuk ikatan kovalen koordinat
dengan
ion logam
[4]

. Pada u
ji alkaloid dengan
pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada
alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K
+

dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk


kompleks kalium
alkaloid yang mengendap
[4]

.
Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Mayer
ditunjukkan pada G
ambar 1

Anda mungkin juga menyukai