Anda di halaman 1dari 5

Nama : Arona Salama

Nim : 821418023
Kelas : A-S1 Farmasi 2018
Tugas : Fitokimia II
1. Definisi Echinacea
Echinacea merupakan salah satu tanaman obat potensial dari famili Asteraceae, berfungsi
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh). Tanaman ini berasal dari Amerika dan telah
dikembangkan di berbagai negara, tetapi belum banyak dikenal di Indonesia. Echinacea pertama
kali diketahui khasiatnya dan dimanfaatkan sebagai pengobatan oleh suku Indian pada tahun
1600-an (Hobbs, 1994). Ahli botani Eropa mulai mengenal echinacea pada tahun 1690. Sejak itu
pengetahuan mengenai penggunaan Echinacea sebagai bahan baku obat mulai berkembang
(Douglas, 1993).
Tumbuhan Echinacea yang digunakan sebagai obat adalah akarnya. E. purpurea dan E.
pallid digunakan sebagai imunostimulan dan dalam pengobatan infeksi pernapasan. Kedua
spesies dimanfaatkan untuk pembuatan produk farmasetik dan terdapat sejumlah data mengenai
efikasinya. Spesies lain juga digunakan, tetapi tidak cukup data yang tersedia untuk memvalidasi
penggunaannya. Kandungan zat aktif tidak diketahui. Oleh karena itu, ekstrak kedua spesies ini
di pasaran (dan biasanya dianggap aktif secara farmakologis) dapat digolongkan sebagai tipe C.
(Heinrich., 2009)
2. Klasifikasi Echinacea
Adapun klasifikasi dari Echinacea Menurut Heinrich., 2009 sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Subkindom      : Traceobionta
Division           : Magnolyopita
Class               : Magnoliopsida
Subclass          : Asteridae
Family             : Asteraceae Tanaman Echinacea

Genus              : Echinaceae Moench Echinaceae Purpurea L.

Species            : Echinaceae Purpurea L.


3. Morfologi Echinacea
a. Aksesi BH2 Varian A (BH2-Va)
Tinggi tanaman mencapai 82 cm, batang hijau keunguan. Daun bulat telur memanjang,
tepi daun bergigi-bergerigi jarang, rasio panjang:lebar daun=4-5:1. Filaris 3-4, rapat,
melengkung. Reseptakel bentuk segitiga, tepi ungu tua. Bunga tepi berjumlah 18-21, warna
merah muda tingkat 2, rapat, bentuk bulat telur memanjang, rasio panjang:lebar=5:1, ujung
berlekuk 3, posisi bunga tepi terhadap ibu tangkai bunga 90⁰. Warna bunga saat kuncup
merah.
b. Aksesi BH2 Varian B (BH2-Vb)
Tinggi tanaman mencapai 50 cm, batang hijau keunguan. Daun bulat telur, tepi daun
hampir rata, rasio panjang:lebar daun=4:1. Filaris 3, tidak rapat, menyebar. Reseptakel
bentuk segitiga, tepi putih. Bunga tepi berjumlah 17-19, warna merah muda tingkat 1,
jarang, bentuk sudip/bulat telur terbalik, rasio panjang:lebar=3-3,5:1, ujung bercangap 2,
posisi bunga tepi terhadap ibu tangkai bunga 80-90⁰. Warna bunga saat kuncup merah tua
c. Aksesi BH2 Varian D (BH2-Vd)
Tinggi tanaman mencapai 80 cm, batang hijau kemerahan. Daun bulat telur, tepi daun
bergerigi-bercangap, rasio panjang:lebar daun=4:1. Filaris 3, rapat, melengkung.
Reseptakel bentuk segitiga, tepi ungu muda. Bunga tepi berjumlah 19-21, warna merah
muda, rapat, bentuk lanset, rasio panjang:lebar=3-4:1, ujung bergerigi 2, posisi bunga tepi
terhadap ibu tangkai bunga 80-90⁰. Warna bunga saat kuncup merah muda cerah.
4. Kandungan Senyawa
Echinacea purpurea mempunyai kandungan polisakarida yang lebih banyak dibandingkan
dengan jenis lainnya (Burick et al., 1997), sehingga mempunyai khasiat pengobatan lebih luas.
Selain itu, E. purpurea juga daya adaptasinya relatif lebih luas dibandingkan dengan E.
angustifolia, dan E. pallida. M. minyak atsiri, poliasetilen, alkilamid dan bahan kimia
karakteristik. Polisakarida yang larut air berfungsi sebagai stimulan terhadap ketahanan tubuh,
sedangkan komponen lemak yang larut berfungsi untuk meningkatkan fagositosis sel. Secara
spesifik bahan aktif tiga spesies Echinaceae yang banyak digunakan untuk bahan baku obat.
Kandungan yang menonjol adalah turunan asam kafeat (sekitar 1%), terutama ekinakosida
(E.pallida), asam sikorat (E.purpurea), alkamida (E.purpurea), sejumlah kecil minyak atsiri dan
polisakarida (keduanya dari spesies Echinacea spp.) (Heinrich., 2009).
Ekstrak Echinacea mengandung senyawa, atau kombinasi dari senyawa, dengan
kemampuan untuk berinteraksi secara khusus dengan virus dan mikroba. Selain itu, ekstrak ini
dapat mempengaruhi berbagai jalur sinyal sel epitel dan menghambat virus / bakteri yang
disebabkan sekresi sitokin / kemokin dan mediator inflamasi lainnya yang bertanggung jawab
untuk gejala paru. Karena banyak jalur sinyal dapat dipengaruhi oleh Echinacea dalam tipe sel
yang berbeda, termasuk sel-sel kekebalan tubuh, dapat dibayangkan bahwa efek menguntungkan
secara keseluruhan karena kombinasi senyawa tertentu bekerja secara sinergis. Contoh
sinergisme dalam pengobatan herbal telah dijelaskan dan dalam beberapa kasus divalidasi
eksperimental, dan ada kemungkinan bahwa Echinacea tertentu juga menampilkan sinergisme.
Dapat meningkatkan imunitas tubuh dengan cara mengaktifkan fagositosis, menstimulasi sel-sel
fibroblas, meningkatkan aktivitas respirasi, meningkatkan mobilitas leukosit (Hobbs, 1994).
5. Khasiat Echinacea
Echinacea sebagai obat sakit gigi, gangguan saluran pernapasan, batuk, demam, berbagai
infeksi, gigitan ular, gigitan serangga dan menambah stamina. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, dihasilkan berbagai obat moderen berbahan baku Echinacea, antara lain untuk
pengobatan demam, penghilang rasa sakit, herpes, flu, gangguan saluran pernapasan bagian atas,
candidiasis, infeksi saluran kencing, luka bakar, penyakit kulit, bronkhitis, alergi, gigitan
serangga, rematik, dan leucopenia Dewasa ini telah diuji kemungkinan penggunaan Echinacea
sebagai anti kanker, penyembuhan AIDS dan kelelahan yang kronis (Hobbs, 1994).
DAFTAR PUSTKA

Douglas, J. 1993. Echinacea-the purple coneflowers.Ruakura Agricultural Research Centre, 6p.

Heinrich, Michael, Publisher: Jakarta : EGC, 2009, Subject: Fitoterapi Tanaman obat


Farmakognosi , Isbn: 978-979-448-929-1,

Hobbs, C. 1994a. Echinacea A Literature Review, Botany, History, Chemistry, Pharmacology,


Toxicology, and Clinical Use. Special Supplement to Herbal Gram 30, p.35-48

Anda mungkin juga menyukai