Anda di halaman 1dari 30

2

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI HEDONIK MINUMAN


HERBAL KASUMBA TURATE
(Carthamus tinctorius L.)

ZUMRATUL INAYAH
15020140111

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019

*) Sari proposal ini diseminarkan di Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia


pada :
Hari / tanggal :
Pukul :
Tempat :

Universitas Muslim Indonesia


3

UJI HEDONIK DAN EVALUASI LARUTAN FORMULASI


MINUMAN HERBAL KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)

NAMA : ZUMRATUL INAYAH


STAMBUK : 15020140111
PEMBIMBING : 1. Dr. Mirawati, S.Farm., Apt
2.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman obat sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup

manusia. Dalam dunia farmasi, tanaman obat merupakan sumber bahan

baku obat tradisional maupun modern. Sekarang ini ada kecenderungan

masyarakat untuk mengkonsumsi obat tradisional, karena adanya

perubahan gaya hidup back to nature dan mahalnya obat-obatan modern

yang membuat permintaan tanaman obat semakin tinggi, tidak hanya di

Indonesia tetapi juga dunia (Salim dan Munadi, 2017 h 5).

Al-Qur’an banyak menyebutkan tentang potensi tumbuh-tumbuhan

untuk dimanfaatkan oleh manusia. Sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam Q.S. Al-An’am/ 6: 99

Universitas Muslim Indonesia


4

Artinya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami

tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami

keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami

keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari

mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun

anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan

yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah

dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang

demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang

beriman.

Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah

masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari.

Keadaan ini didukung oleh keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam

berbagai tipe ekosistem yang pemanfaatannya telah mengalami sejarah

panjang sebagai bagian dari kebudayaan (Rahayu, 2006)

Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keragaman

tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Pengetahuan tentang

tanaman obat merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan

pengalaman secara turun temurun, sehingga tercipta berbagai ramuan

tumbuhan obat yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional

Indonesia (Wijayakusuma, 2008).

Salah satu tanaman sering digunakan dalam pengobatan adalah

adalah kasumba turate (Carthamus tinctorius L.). Secara empiris,

Universitas Muslim Indonesia


5

kasumba turate banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat

kolesterol, angina pektoris (nyeri dada akibat penyempitan pembuluh

darah jantung), hipertensi, kanker, nyeri haid dan sakit perut setelah

Melahirkan Selain itu kasumba turate juga digunakan untuk mengobati

arthritis rheumatoid dan bronkhitis kronis (Wijayakusuma, 2008).

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang timbul dari uraian diatas ialah:

1. Bagaimana memformulasi kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

menjadi sediaan minuman herbal yang stabil?

2. Bagaimana hasil dan uji hedonic sediaan minuman herbal ykasumba

turate (Carthamus tinctorius L.)?

3. Bagaimana kestabilan sediaan minuman kasumba turate (Carthamus

tinctorius L.) setelah dilakukan evaluasi ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memformulasi, evaluasi

dan uji hedonic minuman herbal kasumba turate (Carthamus tinctorius

L.).

2. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan

formula sediaan minuman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

yang selanjutnya akan dilakukan evaluasi dan uji hedonic

Universitas Muslim Indonesia


6

3. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk memperoleh formula sediaan minuman herbal kasumba

turate (Carthamus tinctorius L.) yang stabil.

b. Untuk menghasilkan sediaan minuman herbal kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) yang mempunyai tingkat kesukaan yang

tinggi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menambah data ilmiah tentang formulasi

sediaan minuman herbal kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

b. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

pengembangan formulasi sediaan minuman herbal (Carthamus

tinctorius L.) serta dapat dikembangkan kepengujian yang lebih lanjut.

Universitas Muslim Indonesia


7

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dapat ditarik kerangka pikir yang

disajikan dalam bentuk bagan berikut :

Bunga Kasumba Turate


Tanaman herbal
(Carthamus tinctorius L.)

Memiliki aktivitas
Potensi Antioksidan

Evaluasi Produk Formulasi Minuman


Minuman herbal herbal

Minuman herbal yang Uji Hedonik


stabil dan memiliki
aktivitas antioksidan

Universitas Muslim Indonesia


8

F. Hipotesis Penelitian

Kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dapat diformulasi menjadi

sediaan minuman herbal yang stabil dan memiliki daya tarik rasa serta

mamfaat yang baik untuk tubuh manusia.

Universitas Muslim Indonesia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kasumba Turate jenis Carthamus tinctorius L.

1. Klasifikasi Tanaman Kasumba Turate

Klasifikasi tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) (The

Integrated Taxonomic Information System 2019) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Asterales

Family : Asteraceae

Genus: : Carthamus L.

Species : Carthamus tinctorius L.

Gambar 2 . Kasumba turate (Carthamus tictorius L.) (Asgarpanah et al.,2013)

2. Nama Daerah

Indonesia : Kasumba Turate (Makassar), Kasumba Ugi’ (Bugis),

Kaise’ (Enrekang), Kesumba (Melayu), Kembang Pulu (Jawa),

Kesombha (Madura) (Wijayakusuma, 2008 h. 45)

6
Universitas Muslim Indonesia
3. Nama Asing

Malaysia : kesumba, Filipina : Kasubha (Pilipino, Tagalog),

kasabha (Bisaya), kasaba (Ilokano), Thailand : kham (umum), khamfoi

(utara), kham young (Lampang), Vietnam : h (oof) ng hoa; c (aa) yr um

(Vossen & Umali 2001 h. 70).

7
Universitas Muslim Indonesia
7

4. Deskripsi Tanaman Kasumba Turate

Safflower adalah tanaman suhu hangat, yang dibudidayakan

pada sebagian besar daerah tropis seperti Asia, Afrika, Rusia dan

Cina (Machewad, 2012 h. 1)

Safflower pada dasarnya adalah tanaman daerah subtropis

yang gersang, tetapi telah diperluas oleh seleksi dan

perkembangbiakan. Didistribusikan antara garis lintang 20°S dan 40°U

dan baru saja bahkan budidayanya telah menyebar ke Kanada. Pada

daerah tropis ini kebanyakan tumbuh diketinggian 1600-2200 m, tetapi

skala besar produksi komersial terkonsentrasi di daerah-daerah yang

gersang di bawah 1000 m. Biji dan minyak menghasilkan konten jatuh

lebih banyak dengan bertambahnya ketinggian. Bibit dapat mentolerir

suhu -7°C, beberapa kultivar bahkan hingga suhu - 12°C. Mereka

menjadi lebih rentan terhadap embun beku kerusakan setelah tahap

pembentukan daun. Suhu rata-rata 17-20°C muncul untuk menjadi

yang terbaik untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan suhu optimum

untuk berbunga adalah 24-32°C. Kelembaban tanah yang memadai

mengurangi dampak merugikan pada suhu yang lebih tinggi (Vosen,

2001 h, 53).

Safflower memerlukan sekitar 600 mm curah hujan dengan

sebagian besar jatuh sebelum berbunga. Dibawah kondisi kering,

berangin, yang sangat cocok untuk produksi safflower karena

terjangkit penyakit lebih rendah penyakit, dibutuhkan 800- 1000 mm.

Pada tempat dimana terdapat angin tidak panas yang kering, hasil

Universitas Muslim Indonesia


8

resonabel masih dapat diproduksi selama tersedia 300 mm curah

hujan sebelum berbunga. Karena sistem akar yang luas, safflower

dapat tumbuh pada tanah dengan sisa kelembaban. Jika pratanam

kelembaban tanah meliputi sekitar dua-pertiga dari kebutuhan total air,

sisanya bisa disediakan oleh curah hujan (Vosen, 2001 h. 54).

Safflower ditanam oleh petani diberbagai macam tanah dengan

pH 5-8. Untuk produksi skala besar, tanah liat, kering, berpasir dan

reaksi netral lebih disukai. Hasil tertinggi yang diperoleh di daerah

kering tanah liat berpasir dengan irigasi. Terlepas dari hal tersebut,

dangkal tanah jarang menghasilkan imbal hasil tinggi, dan hal ini

selalu disebabkan kurangnya kelembaban. Safflower dianggap dapat

mentolerir garam, meskipun banyak kultivar komersial sensitif garam.

Hal ini terutama toleran garam natrium, tetapi tidak pada garam

kalsium dan magnesium (Vosen, 2001 h.45).

5. Manfaat Tanaman Kasumba Turate

Kasumba turate yang merupakan golongan tumbuhan dengan

famili compositae telah dikultur selama lebih dari dua tahun dan

berdasarkan sejarah minyak yang berasal dari kasumba turate berada

pada peringkat ketiga tertinggi dalam kandungan poly-unsaturatednya

(PUFA). Kasumba turate juga memiliki kandungan fenolik yang tinggi

(63 %) dimana senyawa fenolik kandungan tocopherols dan

tocotrienols yang memiliki aktivitas antioksidan. Selain itu kasumba

Universitas Muslim Indonesia


9

turate juga berkhasiat melawan berbagai infeksi menular seperti

campak dan penyakit kanker. Berdasarkan pada hal menarik

mengenai penggunaan produk herbal untuk meningkatkan kesehatan

manusia dan hewan, produk berbahan dasar kasumba turate banyak

menarik perhatian sebagai imunomodulator atau imunostimulan.

Kasumba turate juga tidak bersifat toksisitas untuk dijadikan spesies

rumput sebagai pakan hewan seperti domba dan sapi pada beberapa

perusaha olahan domba dan sapi perah. Sehingga khasiat dari

kasumba turate yang dijadikan sebagai pakan domba dan sapi akan

menghasilkan kualitas yang bagus untuk sistem (Landau et al.,2005).

6. Kandungan Kimia Kasumba Turate

B. Larutan

1. Definisi Larutan

Larutan adalah sistem satu fase homogen yang terdiri dari dua

atau lebih komponen. Pelarut adalah fase yang umumnya mendispersi

dan zat terlarut adalah komponen yang terdispersi sebagai molekul

kecil atau ion dalam pelarut. Secara umum pelarut berjumlah banyak

didalam larutan namun ada beberapa pengecualian. Contohnya, Sirup

BP mengandung 66,7% b/b sukrosa sebagai zat terlarut dalam 33,3%

air sebagai pelarut (Aulton M,E.1988, h. 254).

Universitas Muslim Indonesia


10

Larutan berair – Air adalah pelarut yang secara luas digunakan

sebagai pembawa dalam produk farmasetik karena toksisitasnya

rendah, kompatibiltas secara fisiologi dan mampu melarutkan banyak

bahan secara luas (Aulton M.E 1998, h. 255).

2. Komposisi Larutan

a. Pembawa

Pembawa yang paling disukai dan banyak digunakan untuk

larutan dalam pemberian secara oral adalah air murni USP,

karena rendahnya toksisitas dan kurangnya biaya untuk bahan ini.

Dalam keadaan normal (untuk diminum) air sebaiknya tidak

digunakan karena kemungkinan ada komponen kimia yang tidak

kompatibel dengan formula. Fitur utama dari air murni USP adalah

sebagai berikut (Jones 2008, h. 6) :

 Dibuat dengan destilasi, pertukaran ion atau osmosis terbalik.

 Residu zat padat (diperoleh setelah penguapan) kurang dari 1

mg per 100 mL sampel evaporasi.

 Tidak boleh untuk pembuatan formulasi sediaan parenteral.

b. Kosolven

Kosolven digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari bahan

terapetik dalam formulasi. Kosolven utama yang digunakan dalam

formulasi untuk larutan oral adalah gliserol, alkohol USP, propilen

glikol USP, poli etilen glikol (PEG), bahan miselar yang digunakan

untuk meningkatkan kelarutan dari bahan terapi (Jones 2008, hh.

6-7)

Universitas Muslim Indonesia


11

c. Bahan Aktif Permukaan

Bahan aktif permukaan adalah bahan yang memiliki sifat hidrofilik

(suka air) dan hidrofobik (tidak suka air). Pada konsentrasi encer

bahan aktif permukaan akan mengarahkan pada antarmuka

antara dua fase (misalnya air/minyak, air/udara), dengan daerah

hidrofilik dan hidrofobik dari molekul yang diposisikan masing-

masing untuk fase hidrofilik dan hidrofobik. Pada konsentrasi yang

meningkat, antarmuka akan menjadi jenuh dengan bahan aktif

permukaan dan molekul yang hadir dalam fase berair massal akan

mengarahkan diri dalam upaya untuk melindungi daerah

hidrofobik dari bahan aktif permukaan. Orientasi ini disebut

sebagai micelle dan konsentrasi bahan aktif permukaan itu disebut

konsentrasi micelle kritis (CMC) (Jones 2008, h. 8).

d. Kompleksasi

Kompleksasi mengacu pada interaksi bahan terapeutik yang

kurang larut dengan molekul organik, misalnya bahan aktif

permukaan, polimer hidrofilik untuk menghasilkan kompleks

intermolekul larut (Jones 2008, h. 8).

e. Dapar

Dapar digunakan dalam larutan farmasi untuk mengontrol pH

produk yang diformulasikan dan dengan demikian

mengoptimalkan kinerja fisikokimia produk. Biasanya kontrol pH

dilakukan untuk mempertahankan kelarutan dari bahan

terapeutik dalam produk diformulasi, untuk meningkatkan

Universitas Muslim Indonesia


12

stabilitas produk di mana stabilitas kimia dari bahan aktif yang

bergantung pada pH (Jones 2008, h. 9).

f. Bahan Pemanis

Bahan pemanis digunakan dalam formulasi larutan yang

dirancang untuk pemberian oral secara khusus untuk

meningkatkan palatabilitas agen terapeutik. Bahan pemanis

utama yang digunakan dalam sediaan oral adalah sukrosa,

glukosa cair, gliserol, sorbitol, natrium sakarin dan aspartam.

Penggunaan bahan pemanis buatan dalam formulasi meningkat

dan dalam banyak formulasi, natrium sakarin banyak digunakan

sebagai satu-satunya bahan pemanis atau dalam kombinasi

dengan gula atau sorbitol untuk mengurangi konsentrasi gula

dalam formulasi. Penggunaan gula dalam formulasi oral untuk

anak dan pasien dengan diabetes mellitus harus dihindari (Jones

2008, h. 9).

g. Bahan Peningkat Viskositas

Viskositas larutan farmasi dapat dengan mudah ditingkatkan

(dan dikontrol) dengan penambahan polimer hidrofilik non-ionik

atau ionik. Contoh dari kedua kategori ini adalah polimer non

ionik (netral) seperti derivat selulosa (metilselulosa, hidroksi etil

selulosa, hidroksi propil selulosa) dan polivinil pirolidon. Juga

polimer ionik yaitu natrium karboksi metil selulosa (anionik), dan

natrium alginat (anionik) ( Jones 2009 h. 10).

h. Pengawet

Universitas Muslim Indonesia


13

Bahan pengawet termasuk dalam larutan farmasi untuk

mengendalikan bioburden mikroba formulasi. Idealnya, bahan

pengawet harus menunjukkan sifat sebagai berikut: 1). Memiliki

aktivitas spektrum antimikroba yang luas meliputi bakteri gram

positif dan gram-negatif dan jamur, 2). secara kimiawi dan fisika

stabil dengan waktu paruh dari produk dan 3). memiliki toksisitas

yang rendah. Berbagai bahan pengawet tersedia untuk

digunakan dalam larutan farmasi untuk penggunaan oral yaitu

asam benzoat dan garam (0.1 – 0.3%), asam sorbik dan

garamnya (0.05 – 0.2%), Ester asam alkil beratydroxybenzoat

(0.001 – 0.2%). Biasanya kombinasi dari dua jenis seri ini

digunakan dalam larutan farmasi, yaitu metil dan propil

parahydroxybenzoates (dalam rasio 9:1). Kombinasi kedua

pengawet ini meningkatkan spektrum antimikroba (Jones 2008, h.

11).

i. Perasa dan Pewarna

Sayangnya sebagian besar obat dalam larutan tidak enak dan

karenanya, penambahan rasa sering diperlukan untuk menutupi

rasa substansi obat. Menutupi rasa menggunakan perasa adalah

tugas yang sulit. Namun, ada beberapa pendekatan empiris yang

dapat diambil untuk menghasilkan formulasi yang enak. Empat

sensasi rasa dasar yang asin, manis, pahit dan asam. Telah

diusulkan bahwa rasa tertentu harus digunakan untuk menutupi

Universitas Muslim Indonesia


14

sensasi rasa tertentu. Secara khusus rasa yang dapat digunakan

untuk menutupi rasa asin yaitu butterscotch, aprikot, persik, vanili,

Wintergreen mint. Perasa yang dapat digunakan untuk menutupi

rasa pahit misalnya ceri, mint, adas manis. Perasa yang dapat

digunakan untuk menutupi rasa manis yaitu vanili, beri dan buah-

buahan. Perasa yang dapat digunakan untuk menutupi rasa

asam yaitu rasa jeruk, Raspberry (Jones 2008, hh. 14-15).

Evaluasi larutan meliputi beberapa tahap yaitu (Indri & Yostiana, 2017

h.81) :

a. Pemeriksaan organoleptik

Pemeriksaan meliputi perubahan warna dan bau. Sirup yang telah

dibuat diperiksa bau dan warnanya sebelum dan sesudah dilakukan

penyimpanan yang dipercepat, tiap satu siklus

b. Pemeriksaan homogenitas

pemeriksaan meliputi ada atau tidaknya gumpalan atau endapan pada

larutan.

c. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter terhadap

pH sirup sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan yang dipercepat.

d. Pengukuran viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan terhadap sirup yang telah dibuat

sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat. Pengukuran

viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ostwald

Universitas Muslim Indonesia


15

C. Uji Hedonik

1. Definisi Uji Hedonik

Uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori

organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan

kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan

penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk

mengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk (Stone dan Joel,

2004)

Uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori

organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan

kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan

penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk

mengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk. Tingkat kesukaan ini

disebut skala hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak

tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka dan lain-lain (Stone dan Joel,

2004). Uji kesukaan digunakan untuk mengukur kesukaan, biasanya

dalam jangka waktu penerimaan atau preferensi tetentu.

Prinsip uji hedonik yaitu panelis diminta tanggapan pribadinya

tentang kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap komoditi yang

Universitas Muslim Indonesia


16

dinilai, bahkan tanggapan dengan tingkatan kesukaan atau tingkatan

ketidaksukaannya dalam bentuk skala hedonik. Dalam penganalisisan,

skala hedonik ditransformasi menjadi skala numerik dengan angka

menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat

dilakukan analisis statistik. Aplikasi dalam bidang pangan dalam

bidang pangan untuk uji hedonik ini digunakan dalam hal pemasaran,

yaitu untuk memperoleh pendapat konsumen terhadap produk baru,

hal ini diperlukan untuk mengetahui perlu tidaknya perbaikan lebih

lanjut terhadap suatu produk baru sebelum dipasarkan, serta untuk

mengetahui produk yang paling disukai oleh konsumen (Susiwi, 2009).

Biasanya tes hedonik melibatkan sampel 75-150 konsumen yang

biasa menggunakan produk. Uji ini menyangkut penilaian seseorang

akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang

menyenangi. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi

yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan

senang atau tidaknya terhadap sifat sensoris atau kualitas yang dinilai.

Uji penerimaan lebih subyektif dari uji pembedaan (Susuwi, 2009).

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan

sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang

ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam

Universitas Muslim Indonesia


17

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala

pengukuran, maka variabel yang diukur dengan instrument tertentu

dapat dinyatakan dalam bentuk angka sehingga akan lebih akurat,

efisien, dan komunikatif. (Sugiyono, 2012)

Skala Hedonik Skala Numerik

Amat sangat suka 6

Sangat suka 5

Suka 4

Agak suka 3

Netral 2

Tidak suka 1

D.Ekstraksi

Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat

tradisional adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi

tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Sebelum

memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih dahulu.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika

tercapai kesetim-bangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut

Universitas Muslim Indonesia


18

dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut

dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan

melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.

Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang

memiliki polaritas dan uku-ran molekul yang sama (Muhkriani, 2014)

Identifikasi golongan senyawa dilakukan dengan uji warna,

penentuan kelarutan, bilangan Rf dan ciri spectrum UV. Identifikasi yang

paling penting dan digunakan secara luas ialah pengukuran spektrum

serapan dengan menggunakan spektrofotometer. Ada beberapa target

ekstraksi, diantaranya (Sarker SD, dkk., 2006):

1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui

2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme

3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan

secara struktural.

Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu

sumber tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang

berbeda, misalnya dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang

sama tetapi berada dalam kondisi yang ber-beda. Identifikasi seluruh

metabolit sekunder yang ada pada suatu organisme untuk studi sidik jari

kimiawi dan studi metabolomik. Proses ekstraksi khususnya untuk bahan

yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai berikut :

1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan

dan penggilingan bagian tumbuhan.

2. Pemilihan pelarut

Universitas Muslim Indonesia


19

3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.

4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.

5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petrole-um eter, kloroform, dan

sebagainya (Muhkriani, 2014)

Maserasi

Maserasi merupakan metode seder-hana yang paling banyak

digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri.

Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut

yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar.

Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara

konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel

tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah

memakan ban-yak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan

besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa sen-

yawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,

metode maserasi dapat menghindari rusaknya sen-yawa-senyawa yang

bersifat termolabil (Agoes,2017).

Perkolasi

Pada metode perkolasi, serbuk sam-pel dibasahi secara perlahan

dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran

pada bagian bawahnya). Pela-rut ditambahkan pada bagian atas serbuk

sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan

dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru.

Universitas Muslim Indonesia


20

Sedangkan kerugiannya ada-lah jika sampel dalam perkolator tidak ho-

mogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu,

metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan me-makan banyak

waktu. (Muhkriani, 2014)

Soxhlet

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam

sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang

ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai

dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu

reflux. Ke-untungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu,

sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehing-ga tidak

membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.

Kerugiann-ya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi

karena ekstrak yang di-peroleh terus-menerus berada pada titik didih

(Muhkriani, 2014).

Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, sampel di-masukkan bersama pelarut ke

dalam labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pel-arut dipanaskan

hingga mencapai titik did-ih. Uap terkondensasi dan kembali ke da-lam

labu. (Muhkriani, 2014)

Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan

untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa

menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah

sebagai 2 bagian yang tidak sal-ing bercampur) ditampung dalam wadah

Universitas Muslim Indonesia


21

yang terhubung dengan kondensor. Keru-gian dari kedua metode ini

adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (Seidel V

2006).

Universitas Muslim Indonesia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2019 sampai selesai. Lokasi

pelaksanaan penelitian ini adalah bertempat di Laboratorium

Farmaseutika dan Laboratorium Kimia Farmasi Universitas Muslim

Indonesia.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman

Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.). Sampel yang digunakan

adalah bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) Desa Cabbeng,

Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, provinsi Sulawesi Selatan.

C. Metode Kerja

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang merupakan

penelitian laboratorium, yaitu melakukan pengujian aktivitas antioksidan

sediaan minuman herbal kasumba turate Carthamus tinctorius L. dengan

menggunakan rancangan eksperimental sederhana.

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan yaitu alat gelas (Pyrex), Erlenmeyer (Pyrex®

Iwaki), gelas piala (Pyrex® Iwaki), gelas ukur (Pyrex® Iwaki), kaca

bulat, kompor listrik (penangas air) (Ika®) Labu ukur (Pyrex® Iwaki),

19
Universitas Muslim Indonesia
Lampu Uv 256 dan 366 nm, pinset, pipet tetes, pipet volume (Pyrex®

Iwaki),

plastic wrap, sendok/spatula, timbangan analitik (Electronlcscale®),

toples (wadah), dan spektrofotometer UV-Vis (Thermo Scientific).

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu aluminium foil,

aquadest, sari bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.), DPPH

(1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazil), quarsetin, FeCl3, lempeng silika gel

F254, dan sukrosa.

E. Prosedur Penelitian

1. Pengolahan Sampel

Sampel Kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dipanen terlebih

dahulu kemudian dicuci dengan air mengalir, setelah itu disortasi

basah kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.

Selanjutnya sortasi kering dan ditimbang. Simplisia yang diperoleh

kemudian disari dalam wadah.

2. Uji Aktivitas Antioksidan

a. Identifikasi Fenolik

Ekstrak kering didalam tabung reaksi ditambahkan dengan

sedikit aquadest kemudian dipanaskan diatas penangas air lalu

diteteskan dengan FeCI3 (1: 1) hasil positif yaitu timbul warna biru

kehitaman (Harbone 1987).

b. Uji Pendahuluan dengan DPPH

20
Universitas Muslim Indonesia
21

Pengujian dilakukan dengan cara sampel ekstrak etanol

bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dilarutkan dengan

methanol. Kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel F254

dengan menggunakan pipa kapiler. Lempeng yang sudah ditotol

dielusi dengan eluen yang sesuai. Selanjutnya disemprot dengan

larutan DPPH. Lempeng dibiarkan selama beberapa menit,

kemudian bercak yang muncul diamati. Setelah itu diamati profil

KLT pada sinar UV 254 nm dan UV 366 nm. Noda-noda senyawa

flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Brand

Williams 1995).

c. Pengukuran Daya Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan

menggunakan metode DPPH. Sampel dan pembanding

(quarsetin) dilarutkan dalam metanol PA kemudian ditambahkan

larutan stok DPPH dengan perbandingan volume (1:1), kemudian

di inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar menggunakan

wadah gelap dan dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan

spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 516 nm.

Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan

serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentase inhibisi

serapan DPPH (Molyneux 2003).

3. Uji Aktivitas Antioksidan pada Sediaan Minuman Herbal

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan

metode DPPH. Sampel dan pembanding (quarsetin) dilarutkan dalam

Universitas Muslim Indonesia


22

metanol PA kemudian ditambahkan larutan stok DPPH dengan

perbandingan volume (1:1), kemudian di inkubasi selama 30 menit

pada suhu kamar menggunakan wadah gelap dan dilakukan

pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis

dengan panjang gelombang 516 nm. Aktivitas antioksidan sampel

ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal DPPH melalui

perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan

rumus (Molyneux 2003):

Abs.Kontrol - Abs.Sampel
% Inhibisi= ×100%
Abs.Kontrol

Setelah didapatkan % aktivitas hambatan diperolehi nilai IC50

melalui persamaan regresi linier y = bx + a, dimana y adalah %

hambat (senilai 50) dan x adalah nilai IC50.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitiaan akan diolah dengan

analisis statistic yang sesuai.

Universitas Muslim Indonesia


23

DAFTAR PUSTAKA

Agoes.G.2007. Teknologi Bahan Alam, ITB Press Bandung

Asgarpanah, J. & Kazemivash, N., 2012, Phytochemistry and


pharmacologic properties of Myristica fragrans Hoyutt.: A review,
African Journal of Biotechnology, 11 (65), 12787-12793.

Auton M, E. 1988, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design,


Shurchill Livingstone, New York, hal. 254-255.

Ditjen POM 1979, Farmakope Indonesia, edisi 3. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta, hal. 96, 75.

Integritas Taxonomic Information System, 2019, Carthamus tinctorius L,.


www.itis.gov.<http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRptse
arch topic=TSN&search_value=501305>, viewed 12 July 2019.

Jones, David. 2008. Fast Track : Pharmaceutics Dosage Form and Design,
London : London Pharmaceutical Press, hal. 5-15.
Indri & Yostiana, 2017, Uji Stabilitas Fisik dan Hedonik Sirup Herbal Kunyit
Asam, Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Jamu, hal 81
Landau, P, David., Binder, Kurt. (2005). A Guide to Monte Carlo
Simulations in Statistical Physics. New York: Cambridge
University Press.

Machewad, G. Studies on Extraction of Safflower Pigments and its


Utilization in Ice Cream. Food Processing & Technology. vol. 3
Research Artikel. 2012.

Muhkriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa


Aktif, Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar,
Makassar
Rahayu, 2006, Pemamfaatan Tumbuhan Obat Secara Tradisional Oleh
Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.
Salim & Munadi, 2017, Info Komoditi Tanaman Obat, Jakarta : Badan
Pengkaji dan Pengembangan Perdagangan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia, hal 5.
Sarker SD, Latif Z, & Gray AI. 2006. Nat-ural products isolation. In: Sarker
SD, Latif Z, & Gray AI, editors. Natural Products Isolation. 2nd
ed. Totowa (New Jersey). Humana Press Inc. hal. 6-10, 18.

Universitas Muslim Indonesia


24

Seidel V. Initial and ulkextraction. In: Sarker SD, Latif Z & Gray Al, edi-tors.
Natural product Isolation, 2nd ed. Totowa ()Ney Jersey).
Humana Press Inc. 2006. hal. 31-5
Stone, H dan Joel, L. 2004. Sensory Evaluation Practices, Edisi Ketiga.
Elsevier Academic Press, California, USA
Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Wijayakusuma, H., 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Vossen Der, H.A.M, & Umali, B.E 2001, Plant Resourceesof South-East
Asia vegetable oils and fats, Backhyus Publishers, Leiden
No.14.

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai