Standarisasi: serangkaian parameter, prosedur, cara dan hasil pengujian yg erat
kaitannya dg penetapan mutu, baik dari segi kimia, fisika, dan biologi. Tujuan dari standarisasi: Keseragaman (supaya tidak merusak formula dan khasiat): yg perlu seragam ialah bahan baku dan produk jadinya. Keberadaan senyawa aktif, sehingga bisa dipercaya efek farmakologinya. Dan efek farmakologi bukan ditentukan oleh produsen OT, tetapi berdasarkan penelitian dan uji-uji, baik praklinik maupun klinik.Kesamaan dosis, sehingga efek farmakologi yg ditimbulkan seragam dan mempermudah pemberian OT pada masyarakat. Stabilitas senyawa aktif, agar tidak merubah khasiat. Mencegah pemalsuan, dengan adanya standarisasi masyarakat dapat membedakan produk asli dan palsu. Uji klinis, meyakinkan masyarakat mengenai keamanana dan khasiat produk. Simplisia: bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami perubahan apapun, kecuali dinyatakan lain. Umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Empat komponen yaitu (1) keamanan konsumsi pangan; (2) pengelolaan lingkungan dengan benar; (3) keamanan, kesehatan dan kesejahteraan pekerja lapang; (4) jaminan kualitas produk dan traceability produk, bila diperlukan. GCP dalam proses pengembangan tanaman menuju sediaan galenik harus memperhatikan proses: Pencucian Pengeringan Pemotongan Pengemasan Transportasi GMP pada proses pengembangan obat herbal mencakup: 1. Sortasi 2. Pencucian 3. Pengeringan 4. Pemotongan 5. Pengeringan 6. Pengemasan 7. Distribusi Faktor yang mempengaruhi metabolism sekunder/kandungan kimia: 1. Geofisika dan cuaca 2. Suhu –> kadang-kadang suhu terlalu rendah atau tinggi. 3. Cahaya –> intensitas dan panjang gelombang 4. Curah hujan –> pengarian terbantu, ada tanaman yang tumbuh maksmal ketika kemarau dan ada yang ketika musim hujan. 5. Ketinggian tanah 6. Angin 7. Tanah (fisik, kimia, mikroorganisme, pestisida) 8. Nutrisi: mineral (Mn, Mo, Mg) dan hormone tumbuh (co/ asam giberelin merangsang biosintesa alkaloid pada metel dan D. innoxia). Faktor biotik 1. Adanya mikroorganisme pathogen (fungi, bakteri, virus) yang bisa menginfeksi tanaman. 2. Curah hujan dan kelembaban –> akan mempengaruhi berat kering kapsul papaver somniferum. 3. Serangga 4. Kerapatan tumbuh –> jarak tanam Tanaman lain (co/ Matricaria chamomilla dengan Sinapis alba kandungan kimianya akan terpengaruh). 5. Pembuahan –> terutama yang mengandung minyak atsiri 6. Genetic –> terjadi mutagenic (perubahan kandungan kimia kuali atau kuantinya Keamanan obat herbal juga dapat ditentukan dari: 1. Efek samping 2. Reaksi yang tidak dikehendaki 3. Interaksi, baik dengan makanan, herbal lain, peralatan, atau obat. Contoh, bayam direbus dengan panci tiba-tiba warna air rebusan berubah coklat kehitaman, ini disebabkan bahan panci yang digunakan tidak baik/kualitas buruk, sehingga terjadi interaksi farmasetik (panci >< sayuran/logam ><organic 4. Ekstrak: sediaan pekat yang diperoleh dg mengekstraksi simplisia nabati/hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua/hampir semua pelarut diuapkan dan massa/serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Pembuatan ekstrak: Penyiapan simplisia –> pengolahan –> ekstraksi –> separasi dan pemurnian– > pemekatan/penguapan –> pengeringan –> rendemen. Pola kromatografi: 1. Fase diam – Fase gerak 2. Pembanding – Konsentrasi sampel 3. Konsentrasi pembanding – Larutan deteksi 4. Jarak rambat – Pengamatan Rf/hRf – hRx Standarisasi sediaan: 1. Waktu hancur 2. Kadar bahan tambahan (pengawet, pewarna, pemanis) 3. Kadar etanol 4. Stabilitas Permasalahan pada standarisasi produk herbal 1. Senyawa aktif belum diketahui 2. Tersusun dari berbagai kandungan kimia 3. Variabel kandungan kimia dalam tanamanà berbeda-beda 4. Prosedur analisis selektif belum pasti 5. Senyawa pembanding masih jarang 6. Proses produksi