Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI DAN UJI HEDONIK MINUMAN


HERBAL KASUMBA TURATE
(Carthamus tinctorius L.)

ZUMRATUL INAYAH
15020140111

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019

*) Sari proposal ini diseminarkan di Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia


pada :
Hari / tanggal :
Pukul :
Tempat :

Universitas Muslim Indonesia


UJI HEDONIK DAN EVALUASI LARUTAN FORMULASI
MINUMAN HERBAL KASUMBA TURATE
(Carthamus tinctorius L.)

NAMA : ZUMRATUL INAYAH


STAMBUK : 15020140111
PEMBIMBING : 1. Dr. MIRAWATI, S.Farm., Apt
2. ISKANDAR ZULKARNAIN, S.Farm., M.Si.,Apt

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara berkembang, sebagian besar masyarakatnya masih

memanfaatkan bahan-bahan alami untuk dijadikan minuman. Mereka

menyeduh beberapa campuran daun, bunga, biji, akar dan kulit kayu.

Sekitar enam puluh lima persen penduduk negara maju dan delapan

puluh persen penduduk negara berkembang telah menggunakan

minuman herbal dan lembaga WHO juga telah merekomendasikan

penggunaan minuman atau obat herbal ini dalam pemeliharaan kesehatan,

pencegahan,.

Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan, kitab suci ini juga

menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat dijadikan

sumber dari pembuat obat obatan.Sebagaiman firman Allah swt dalam

Q.S. An-Nahl/ 16 : 11

Universitas Muslim Indonesia


ُُ‫ع بِ ُِه لَ ُك ُْم يُ ْنبِت‬
َُ ‫الز ْر‬ َ ‫ن َو ْاْل َ ْع َن‬
َّ ‫ابُ َوالنَّ ِخي َُل َو‬
َّ َُ‫الز ْيتُون‬ ُِ ‫َٰ َذ ِلكَُ فِي إِنَُّ ُۗالث َّ َم َرا‬
ُْ ‫ت ك ُِلُ َو ِم‬

ُ‫يَتَفَك َُّرونَُ ِلقَ ْوُمُ ََليَة‬

Terjemahnya :

Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;

zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi

kaum yang memikirkan

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa tanaman yang tumbuh

dipermukaan bumi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan dari

pembuat obat-obatan seperti bunga tanaman kasumba turate (Chartamus

tinctorius L.). Kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn) atau yang

disebut kembang pulu merupakan tumbuhan obat tradisional yang secara

empiris digunakan masyarakat Sulawesi selatan untuk pengobatan

campak dengan menggunakan rebusan mahkota bunga kasumba turate,

dosis yang biasa digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan ± 93 mg.

Hal yang menjadi kekurangan adalah penggunaan rebusan air yang

menimbulkan rasa pahit dan memiliki bau yang khas sehingga tidak

banyak yang ingin meminumnya (Manggau, Syukur, & Usmar 2008)

Kasumba mengandung dua kelompok besar pigmen, yaitu

carthamin yang berwarna oranya-merah dan larut dalam larutan alkali dan

carthamidin pigmen kuning yang larut air. Bunganya mengandung 0,83%

carthamin, 30% carthamidin. Carthamidin diperoleh dengan

mengekstraksi bunga kasumba turate dengan menggunakan penyari air

atau dengan penambahan asam (Vosen & Umali 2001)

Universitas Muslim Indonesia


Studi tentang aktivitas antioksidan (Carthamus tinctorius Linn)

terutama berfokus pada flavonoid. Dari aspek botani, kandungan

quinochalcone penyebab aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari bunga

(Carthamus tinctorius Linn). Berdasarkan hasil penelitian tentang efek

imunomodulator mahkota bunga Kasumba turate (Carthamus tinctorius

Linn) ternyata mampu meningkatkan sistem imun pada hewan coba

dengan meningkatkan aktivitas Imunomodulator M (IgM) dan

Imunomodulator G (IgG) (Manggau, Syukur, & Usmar 2008).

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memformulasi bunga

kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn) menjadi minuman herbal yang

tidak menimbulkan rasa pahit sehingga bisa diterima atau disukai oleh

banyak orang yang dimana akan dilakukan uji hedonic untuk mengetahui

tingkat kesukaan dari formulasi minuman herbal tersebut.

Uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori

organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan

kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian

atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui

tingkat kesukaan dari suatu produk tersebut (Tarwendah 2017, h.70)

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang timbul dari uraian diatas ialah:

1. Bagaimana memformulasi kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

menjadi sediaan minuman herbal yang stabil?

Universitas Muslim Indonesia


2. Bagaimana hasil dan uji hedonic sediaan minuman herbal kasumba

turate (Carthamus tinctorius L.)?

3. Bagaimana kestabilan sediaan minuman kasumba turate (Carthamus

tinctorius L.) setelah dilakukan evaluasi ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memformulasi dan uji

hedonic minuman herbal kasumba turate (Carthamus tinctorius L.).

2. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan

formula sediaan minuman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

yang selanjutnya akan dilakukan evaluasi dan uji hedonic

3. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk memperoleh formula sediaan minuman herbal kasumba

turate (Carthamus tinctorius L.) yang stabil.

b. Untuk menghasilkan sediaan minuman herbal kasumba turate

(Carthamus tinctorius L.) yang mempunyai tingkat kesukaan yang

tinggi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menambah data ilmiah tentang formulasi

sediaan minuman herbal kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)

Universitas Muslim Indonesia


b. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

pengembangan formulasi sediaan minuman herbal (Carthamus

tinctorius L.) serta dapat dikembangkan kepengujian yang lebih lanjut.

Universitas Muslim Indonesia


E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dapat ditarik kerangka pikir yang

disajikan dalam bentuk bagan berikut :

Bunga Kasumba Turate Penggunaan empiris


(Carthamus tinctorius L.) sebagai pengobatan
campak dan
meningkatkan system
imun

Formulasi dan Uji Potensi minuman


stabilitas herbal

Uji Hedonik Minuman herbal yang


stabil dan disukai

Universitas Muslim Indonesia


F. Hipotesis Penelitian

Kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dapat diformulasi menjadi

sediaan minuman herbal yang stabil dan memiliki daya tarik rasa serta

mamfaat yang baik untuk tubuh manusia.

Universitas Muslim Indonesia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kasumba Turate jenis Carthamus tinctorius L.

1. Klasifikasi Tanaman Kasumba Turate

Klasifikasi tanaman kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) (The

Integrated Taxonomic Information System 2019) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Asterales

Family : Asteraceae

Genus: : Carthamus L.

Species : Carthamus tinctorius L.

Gambar 2 . Kasumba turate (Carthamus tictorius L.) (Asgarpanah et al.,2013)

2. Nama Daerah

Indonesia : Kasumba Turate (Makassar), Kasumba Ugi’ (Bugis),

Kaise’ (Enrekang), Kesumba (Melayu), Kembang Pulu (Jawa),

Kesombha (Madura) (Wijayakusuma 2008, h. 45)

6
Universitas Muslim Indonesia
3. Nama Asing

Malaysia : kesumba, Filipina : Kasubha (Pilipino, Tagalog)

kasabha (Bisaya), kasaba (Ilokano), Thailand : kham (umum), khamfoi

(utara), kham young (Lampang), Vietnam : h (oof) ng hoa; c (aa) yr

um (Vossen & Umali 2001, h. 70)

4. Deskripsi Tanaman Kasumba Turate

Safflower adalah tanaman suhu hangat, yang dibudidayakan

pada sebagian besar daerah tropis seperti Asia, Afrika, Rusia dan

Cina (Machewad 2012, h. 1)

Safflower pada dasarnya adalah tanaman daerah subtropis

yang gersang, tetapi telah diperluas oleh seleksi dan

perkembangbiakan. Didistribusikan antara garis lintang 20°S dan 40°U

dan baru saja bahkan budidayanya telah menyebar ke Kanada. Pada

daerah tropis ini kebanyakan tumbuh diketinggian 1600-2200 m, tetapi

skala besar produksi komersial terkonsentrasi di daerah-daerah yang

gersang di bawah 1000 m. Biji dan minyak menghasilkan konten jatuh

lebih banyak dengan bertambahnya ketinggian. Bibit dapat mentolerir

suhu -7°C, beberapa kultivar bahkan hingga suhu - 12°C. Mereka

menjadi lebih rentan terhadap embun beku kerusakan setelah tahap

pembentukan daun. Suhu rata-rata 17-20°C muncul untuk menjadi

yang terbaik untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan suhu optimum

untuk berbunga adalah 24-32°C. Kelembaban tanah yang memadai

7
Universitas Muslim Indonesia
8

mengurangi dampak merugikan pada suhu yang lebih tinggi (Vosen &

Umali 2001, h, 53).

Safflower memerlukan sekitar 600 mm curah hujan dengan

sebagian besar jatuh sebelum berbunga. Dibawah kondisi kering,

berangin, yang sangat cocok untuk produksi safflower karena

terjangkit penyakit lebih rendah penyakit, dibutuhkan 800- 1000 mm.

Pada tempat dimana terdapat angin tidak panas yang kering, hasil

resonabel masih dapat diproduksi selama tersedia 300 mm curah

hujan sebelum berbunga. Karena sistem akar yang luas, safflower

dapat tumbuh pada tanah dengan sisa kelembaban. Jika pratanam

kelembaban tanah meliputi sekitar dua-pertiga dari kebutuhan total air,

sisanya bisa disediakan oleh curah hujan (Vosen & Umali 2001, h. 54).

Safflower ditanam oleh petani diberbagai macam tanah dengan

pH 5-8. Untuk produksi skala besar, tanah liat, kering, berpasir dan

reaksi netral lebih disukai. Hasil tertinggi yang diperoleh di daerah

kering tanah liat berpasir dengan irigasi. Terlepas dari hal tersebut,

dangkal tanah jarang menghasilkan imbal hasil tinggi, dan hal ini

selalu disebabkan kurangnya kelembaban. Safflower dianggap dapat

mentolerir garam, meskipun banyak kultivar komersial sensitif garam.

Hal ini terutama toleran garam natrium, tetapi tidak pada garam

kalsium dan magnesium (Vosen & Umali 2001, h.45).

5. Manfaat Tanaman Kasumba Turate

Kasumba turate yang merupakan golongan tumbuhan dengan

famili compositae telah dikultur selama lebih dari dua tahun dan

Universitas Muslim Indonesia


9

berdasarkan sejarah minyak yang berasal dari kasumba turate berada

pada peringkat ketiga tertinggi dalam kandungan poly-unsaturatednya

(PUFA). Kasumba turate juga memiliki kandungan fenolik yang tinggi

(63 %) dimana senyawa fenolik kandungan tocopherols dan

tocotrienols yang memiliki aktivitas antioksidan. Selain itu kasumba

turate juga berkhasiat melawan berbagai infeksi menular seperti

campak dan penyakit kanker. Berdasarkan pada hal menarik

mengenai penggunaan produk herbal untuk meningkatkan kesehatan

manusia dan hewan, produk berbahan dasar kasumba turate banyak

menarik perhatian sebagai imunomodulator atau imunostimulan.

Kasumba turate juga tidak bersifat toksisitas untuk dijadikan spesies

rumput sebagai pakan hewan seperti domba dan sapi pada beberapa

perusaha olahan domba dan sapi perah. Sehingga khasiat dari

kasumba turate yang dijadikan sebagai pakan domba dan sapi akan

menghasilkan kualitas yang bagus untuk sistem (Landau et al. 2005).

6. Kandungan Kimia Kasumba Turate

Safflower (kasumba) mengandung 2 kelompok besar pigmen

yang larut dalam air, yaitu carthamidin kuning dan dye carthamin,

yang orange-merah dan larut dalam larutan alkali. Bunganya

mempunyai 0,3 - 0,6% carthamin. Flavonoids, glikosida, sterol dan

derivat serotonin telah diidentifikasi dari bunga dan biji. Safflower atau

kasumba turate memiliki kandungan kimia seperti carthamin,

arthamone, neo-carthamin, nanocosane, zat warna kuning safflower,

Universitas Muslim Indonesia


10

saflomin A, dipalmitin, adenosid, beta-sitosterol, polisakarida

(Wijayakusuma 2008, hh. 45-46)

B. Larutan

1. Definisi Larutan

Larutan adalah sistem satu fase homogen yang terdiri dari dua

atau lebih komponen. Pelarut adalah fase yang umumnya mendispersi

dan zat terlarut adalah komponen yang terdispersi sebagai molekul

kecil atau ion dalam pelarut. Secara umum pelarut berjumlah banyak

didalam larutan namun ada beberapa pengecualian. Contohnya, Sirup

BP mengandung 66,7% b/b sukrosa sebagai zat terlarut dalam 33,3%

air sebagai pelarut (Aulton 1988, h. 254).

Larutan berair – Air adalah pelarut yang secara luas digunakan

sebagai pembawa dalam produk farmasetik karena toksisitasnya

rendah, kompatibiltas secara fisiologi dan mampu melarutkan banyak

bahan secara luas (Aulton 1998, h. 255).

2. Komposisi Larutan

a. Pembawa

Pembawa yang paling disukai dan banyak digunakan untuk

larutan dalam pemberian secara oral adalah air murni USP,

karena rendahnya toksisitas dan kurangnya biaya untuk bahan ini.

Dalam keadaan normal (untuk diminum) air sebaiknya tidak

digunakan karena kemungkinan ada komponen kimia yang tidak

kompatibel dengan formula. Fitur utama dari air murni USP adalah

sebagai berikut (Jones 2008, h. 6) :

Universitas Muslim Indonesia


11

 Dibuat dengan destilasi, pertukaran ion atau osmosis terbalik.

 Residu zat padat (diperoleh setelah penguapan) kurang dari 1

mg per 100 mL sampel evaporasi.

 Tidak boleh untuk pembuatan formulasi sediaan parenteral.

b. Kosolven

Kosolven digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari

bahan terapetik dalam formulasi. Kosolven utama yang digunakan

dalam formulasi untuk larutan oral adalah gliserol, alkohol USP,

propilen glikol USP, poli etilen glikol (PEG), bahan miselar yang

digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari bahan terapi (Jones

2008 hh. 6-7)

c. Bahan Aktif Permukaan

Bahan aktif permukaan adalah bahan yang memiliki sifat

hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (tidak suka air). Pada

konsentrasi encer bahan aktif permukaan akan mengarahkan

pada antarmuka antara dua fase (misalnya air/minyak, air/udara),

dengan daerah hidrofilik dan hidrofobik dari molekul yang

diposisikan masing-masing untuk fase hidrofilik dan hidrofobik.

Pada konsentrasi yang meningkat, antarmuka akan menjadi jenuh

dengan bahan aktif permukaan dan molekul yang hadir dalam

fase berair massal akan mengarahkan diri dalam upaya untuk

melindungi daerah hidrofobik dari bahan aktif permukaan.

Orientasi ini disebut sebagai micelle dan konsentrasi bahan aktif

Universitas Muslim Indonesia


12

permukaan itu disebut konsentrasi micelle kritis (CMC) (Jones

2008, h. 8).

d. Kompleksasi

Kompleksasi mengacu pada interaksi bahan terapeutik yang

kurang larut dengan molekul organik, misalnya bahan aktif

permukaan, polimer hidrofilik untuk menghasilkan kompleks

intermolekul larut (Jones 2008, h. 8).

e. Dapar

Dapar digunakan dalam larutan farmasi untuk mengontrol pH

produk yang diformulasikan dan dengan demikian

mengoptimalkan kinerja fisikokimia produk. Biasanya kontrol pH

dilakukan untuk mempertahankan kelarutan dari bahan terapeutik

dalam produk diformulasi, untuk meningkatkan stabilitas produk di

mana stabilitas kimia dari bahan aktif yang bergantung pada pH

(Jones 2008, h. 9).

f. Bahan Pemanis

Bahan pemanis digunakan dalam formulasi larutan yang

dirancang untuk pemberian oral secara khusus untuk

meningkatkan palatabilitas agen terapeutik. Bahan pemanis

utama yang digunakan dalam sediaan oral adalah sukrosa,

glukosa cair, gliserol, sorbitol, natrium sakarin dan aspartam.

Penggunaan bahan pemanis buatan dalam formulasi meningkat

dan dalam banyak formulasi, natrium sakarin banyak digunakan

sebagai satu-satunya bahan pemanis atau dalam kombinasi

Universitas Muslim Indonesia


13

dengan gula atau sorbitol untuk mengurangi konsentrasi gula

dalam formulasi. Penggunaan gula dalam formulasi oral untuk

anak dan pasien dengan diabetes mellitus harus dihindari (Jones

2008, h. 9).

g. Bahan Peningkat Viskositas

Viskositas larutan farmasi dapat dengan mudah ditingkatkan

(dan dikontrol) dengan penambahan polimer hidrofilik non-ionik

atau ionik. Contoh dari kedua kategori ini adalah polimer non ionik

(netral) seperti derivat selulosa (metilselulosa, hidroksi etil

selulosa, hidroksi propil selulosa) dan polivinil pirolidon. Juga

polimer ionik yaitu natrium karboksi metil selulosa (anionik), dan

natrium alginat (anionik) ( Jones 2009 h. 10).

h. Pengawet

Bahan pengawet termasuk dalam larutan farmasi untuk

mengendalikan bioburden mikroba formulasi. Idealnya, bahan

pengawet harus menunjukkan sifat sebagai berikut: 1). Memiliki

aktivitas spektrum antimikroba yang luas meliputi bakteri gram

positif dan gram-negatif dan jamur, 2). secara kimiawi dan fisika

stabil dengan waktu paruh dari produk dan 3). memiliki toksisitas

yang rendah. Berbagai bahan pengawet tersedia untuk digunakan

dalam larutan farmasi untuk penggunaan oral yaitu asam benzoat

dan garam (0.1 – 0.3%), asam sorbik dan garamnya (0.05 – 0.2%),

Ester asam alkil beratydroxybenzoat (0.001 – 0.2%). Biasanya

Universitas Muslim Indonesia


14

kombinasi dari dua jenis seri ini digunakan dalam larutan farmasi,

yaitu metil dan propil parahydroxybenzoates (dalam rasio 9:1).

Kombinasi kedua pengawet ini meningkatkan spektrum

antimikroba (Jones 2008, h. 11).

i. Perasa dan Pewarna

Sayangnya sebagian besar obat dalam larutan tidak enak

dan karenanya, penambahan rasa sering diperlukan untuk

menutupi rasa substansi obat. Menutupi rasa menggunakan

perasa adalah tugas yang sulit. Namun, ada beberapa

pendekatan empiris yang dapat diambil untuk menghasilkan

formulasi yang enak. Empat sensasi rasa dasar yang asin, manis,

pahit dan asam. Telah diusulkan bahwa rasa tertentu harus

digunakan untuk menutupi sensasi rasa tertentu. Secara khusus

rasa yang dapat digunakan untuk menutupi rasa asin yaitu

butterscotch, aprikot, persik, vanili, Wintergreen mint. Perasa

yang dapat digunakan untuk menutupi rasa pahit misalnya ceri,

mint, adas manis. Perasa yang dapat digunakan untuk menutupi

rasa manis yaitu vanili, beri dan buah-buahan. Perasa yang dapat

digunakan untuk menutupi rasa asam yaitu rasa jeruk, Raspberry

(Jones 2008, hh. 14-15).

Evaluasi larutan meliputi beberapa tahap yaitu (Indri & Yostiana 2017,

h.81) :

Universitas Muslim Indonesia


15

a. Pemeriksaan organoleptik

Pemeriksaan meliputi perubahan warna dan bau. Sirup yang telah

dibuat diperiksa bau dan warnanya sebelum dan sesudah dilakukan

penyimpanan yang dipercepat, tiap satu siklus

b. Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan meliputi ada atau tidaknya gumpalan atau endapan

pada larutan

c. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter

terhadap pH sirup sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan yang

dipercepat.

d. Pengukuran viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan terhadap sirup yang telah dibuat

sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat. Pengukuran

viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Ostwald

C. Uji Hedonik

Uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori

organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan

kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian

atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui

tingkat kesukaan dari suatu produk (Stone dan Joel, 2004)

Uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori

organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan

Universitas Muslim Indonesia


16

kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian

atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui

tingkat kesukaan dari suatu produk. Tingkat kesukaan ini disebut skala

hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak

suka, sangat tidak suka dan lain-lain (Stone dan Joel, 2004).

Uji kesukaan digunakan untuk mengukur kesukaan, biasanya

dalam jangka waktu penerimaan atau preferensi tetentu. Prinsip uji

hedonik yaitu panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan

atau ketidaksukaannya terhadap komoditi yang dinilai, bahkan tanggapan

dengan tingkatan kesukaan atau tingkatan ketidaksukaannya dalam

bentuk skala hedonik. Dalam penganalisisan, skala hedonik ditransformasi

menjadi skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan.

Dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis statistik. Aplikasi dalam

bidang pangan dalam bidang pangan untuk uji hedonik ini digunakan

dalam hal pemasaran, yaitu untuk memperoleh pendapat konsumen

terhadap produk baru, hal ini diperlukan untuk mengetahui perlu tidaknya

perbaikan lebih lanjut terhadap suatu produk baru sebelum dipasarkan,

serta untuk mengetahui produk yang paling disukai oleh konsumen

(Susiwi 2009).

Biasanya tes hedonik melibatkan sampel 75-150 konsumen yang

biasa menggunakan produk. Uji ini menyangkut penilaian seseorang akan

suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang

menyenangi. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu

kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau

Universitas Muslim Indonesia


17

tidaknya terhadap sifat sensoris atau kualitas yang dinilai. Uji penerimaan

lebih subyektif dari uji pembedaan (Susiwi 2009).

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan

sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada

dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam

pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala

pengukuran, maka variabel yang diukur dengan instrument tertentu dapat

dinyatakan dalam bentuk angka sehingga akan lebih akurat, efisien, dan

komunikatif. (Sugiyono, 2012)

Universitas Muslim Indonesia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2019 sampai selesai.

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah bertempat di Laboratorium

Farmaseutika Universitas Muslim Indonesia.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman

Kasumba Turate (Carthamus tinctorius L.). Sampel yang digunakan

adalah bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) Desa Cabbeng,

Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, provinsi Sulawesi Selatan.

C. Metode Kerja

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang merupakan

penelitian laboratorium, yaitu melakukan formulasi dan uji hedonic sediaan

minuman herbal kasumba turate Carthamus tinctorius L. dengan

menggunakan rancangan eksperimental sederhana.

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan yaitu Alat pengukur viskositas (viscometer

BrookField®), Alat Pengukur ph, Cawan Porselin Erlenmeyer (Pyrex®

Iwaki), gelas kima (Pyrex® Iwaki), gelas ukur (Pyrex® Iwaki), kompor

listrik (penangas air) (Ika®) Labu ukur (Pyrex® Iwaki), pinset, pipet

19
Universitas Muslim Indonesia
tetes, pipet volume (Pyrex) sendok/spatula, timbangan analitik

(Electronlcscale®), Tissue, dan toples (wadah)

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu aluminium foil,

asam sitrat, aquadest, sari bunga kasumba turate (Carthamus

tinctorius L.), sukrosa.

E. Prosedur Penelitian

1. Pengolahan Sampel

Bunga Kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) dipanen terlebih

dahulu kemudian dicuci dengan air mengalir, setelah itu disortasi

basah kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.

Selanjutnya sortasi kering dan ditimbang. Simplisia yang diperoleh

kemudian diletakkan pada wadah tertutup rapat.

2. Pembuatan Minuman Herbal

a. Rancangan Formula

Table 1. Rancangan Formula

Varian Konsentrasi
NO Nama Bahan Kegunaan
F1 F2 F3

Kasumba Turate
1 Zat aktif 93 mg 93 mg 93 mg
(Carthamus tinctorius L.)

2 Sukrosa Pemanis 10 % 12,5 % 15 %

3 Asam Sitrat Pengawet 0,3 % 0,3 % 0,3 %

4 Aquadest Pelarut q.s q.s q.s

20
Universitas Muslim Indonesia
21

3. Uji Stabilitas minuman herbal

1) Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau

yang diamati menggunakan panca indera sebelum dan setelah

perlakuan penyimpanan

2) Uji stabilitas

a. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH

meter sebelum dan sesudah setelah perlakuan penyimpanan

b. Pengukuran viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan

viscometer Brookfield pada spindle no 1 kemudian

dicelupkan kedalam larutan minuman herbal dengan

kecepatan putaran 50 rpm. Viskositas minuman herbal dapat

terbaca pada layar monitor alat viscometer sebelum dan

setelah perlakuan penyimpanan

c. Pengukuran Homogenitas

Pengukuran homogenitas dilakukan dengan melihat ada

atau tidaknya gumpalan atau endapan yang terbentuk pada

larutan minuman herbal.

4. Uji Hedonik

Uji hedonic dilakukan dengan cara panelis diberi minuman

dengan wadah yang sudah disediakan. Setelah itu, panelis

memberikan skor terhadap rasa dari setiap varian sampel pada

Universitas Muslim Indonesia


22

lembar kuisoner. Sebelum menguji varian konsentrasi lainnya,

panelis diberikan air minum mineral yang telah disediakan untuk

menetralkan kembali lidahnya.

Universitas Muslim Indonesia


23

DAFTAR PUSTAKA

Asgarpanah, J. & Kazemivash, N., 2012, Phytochemistry and


pharmacologic properties of Myristica fragrans Hoyutt.: A review,
African Journal of Biotechnology, 11 (65), 12787-12793.

Auton M, E. 1988, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design,


Shurchill Livingstone, New York, hal. 254-255..

Integritas Taxonomic Information System, 2019, Carthamus tinctorius L,.


www.itis.gov.<http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRptse
arch topic=TSN&search_value=501305>, viewed 12 July 2019.

Jones, David. 2008. Fast Track : Pharmaceutics Dosage Form and Design,
London : London Pharmaceutical Press, hal. 5-15.

Indri & Yostiana, 2017, Uji Stabilitas Fisik dan Hedonik Sirup Herbal Kunyit
Asam, Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Jurusan Jamu, hal 81

Landau, P, David., Binder, Kurt. (2005). A Guide to Monte Carlo


Simulations in Statistical Physics. New York: Cambridge
University Press.

Machewad, G. Studies on Extraction of Safflower Pigments and its


Utilization in Ice Cream. Food Processing & Technology. vol. 3
Research Artikel. 2012.

Manggau M., Syukur R., & Rante H. (2009). Effect of Ethanolic Extract of
Kasumba Turate Flower (Carthamus tinctorius L.) on the
Immunoglobulin Activity of Male Mice (Mus musculus). IOCD
International Symposium, Seminar of Indonesian Medicinal
Plants XXXI, Surabaya.

Salim & Munadi, 2017, Info Komoditi Tanaman Obat, Jakarta : Badan
Pengkaji dan Pengembangan Perdagangan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia, hal 5.
Stone, H dan Joel, L. 2004. Sensory Evaluation Practices, Edisi Ketiga.
Elsevier Academic Press, California, USA

Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Universitas Pendidikan Indonesia.


Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Wijayakusuma, H., 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit.


Jakarta: Pustaka Bunda.

Universitas Muslim Indonesia


24

Vossen Der, H.A.M, & Umali, B.E 2001, Plant Resourceesof South-East
Asia vegetable oils and fats, Backhyus Publishers, Leiden
No.14.

Universitas Muslim Indonesia


25

Lampiran 1. Formulir Uji organoleptik

Lembar Kuesioner Uji hedonic meliputi Warna, Aroma, Rasa minuman


herbal dari tanaman Kasumba Turate
(Carthamus tinctorius L.)

Nama :

Hari/tanggal :

Tanda tangan :

Instruksi

Dihadapan saudara disajikan 3 sampel miuman herbal, saudara


diminta memberikan penilaian terhadap warna dengan cara dilihat, aroma
dengan cara dicium dan rasa dengan cara mencicipinya. Berikan penilaian
dengan angka yang sesuai pada keterangan dibawahnya dan gunakan air
mineral yang sudah disediakan sebagai penetral tiap berpindah sampel.

Kode Sampel
Parameter Uji
hedonik R1 R2 R3

Warna

Bau

Rasa

Keterangan :

1 : Sangat tidak suka

2 : Tidak suka

3 : Agak suka

4 : Suka

5 : Sangat suka

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai