Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Biofarmasi

Biofarmasi adalah ilmu-bagian yang bertunjuan menyelidiki


pengaruh pembuatan sediaan obat atas kegiatan
terapeutisnya (Tjay, 2007).

Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara


sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan yang mana obat diberikan
dan rute pemakaian terhadap laju dan jumlah absorpsi obat
sistemik (shargel, 2012)
Fase Biofarmasi

Fase biofarmasi diuraikan dalam 3 tahap utama yang


disingkat dengan LDA ( Liberasi , Disolusi, Absorpsi ).
LDA

Liberasi ( pelepasan ) adalah pembebasan obat dari bentuk sediaannya


(Joenoes,2006).

Disolusi ( pelarutan )adalah melarutnya partikel-partikel yang lebih kecil


itu dalam cairan gastrointestinal untuk diabsorpsi (Kee,1996).

Absorbsi ( Penyerapan ) adalah pergerakan partikel-partikel obat


dari saluran gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorbsi
pasif, absorbsi aktif, atau pinositosis (Kee,1996).
Absobsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah). Dengan difusi, obat tidak memerlukan
energi untuk menembus membran.

Absorpsi aktif membutuhkan


karier (pembawa) untuk bergerak
melawan perbedaan konsentrasi.
Sebuah enzim atau protein dapat
membawa obat-obat menembus
membran.

Pinosotosis berarti membawa


obat menembus membran
dengan proses menelan.
(Kee,1996)
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT
YANG DIBERIKAN SECARA ORAL

Peroral adalah pemberian obat melalui mulut. Dimana


cara yang paling lazim, karena sangat praktis dan mudah
dan aman (Tjay,2015).

Namun tidak semua obat dapat diberikan peroral, misalnya obat


yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan
oleh getah lambung, seperti benzilpenisilin, insulin, oksitosin, dan
hormon steroida (Tjay,2015).
1. KIMIA FISIKA

Pengaruh besar-kecilnya partikel obat


Kecepatan disolusi obat berbanding langsung dengan luas
permukaan yang dalam kontak dengan cairan/pelarut; bertambah
kecil partikel, bertambah luas permukaan total, bertambah
mudah larut. Dengan memperkecil partikel obat maka dosis obat
yang diberikan dapat diperkecil pula, yang dari segi ekonomis
cukup berarti.

Pengaruh daya larut obat Pengaruh daya larut obat bahan-aktif


bergantung pada:

- Sifat kimia: modifikasi kimiawi obat


- Sifat fisik: modifikasi fisik obat
- Prosedur dan teknik pembuatan obat
- Formulasi bentuk-sediaan Galenik dan Penambahan Eksipien

(Joenoes,2006).
Modifikasi keadaan kimiawi obat:

a. Pembentukan garam
Obat yang terionisasi lebih mudah larut dalam air daripada
yang tidak. Pembentukan garam ini terutama penting dalam hal
zat aktif berada dalam saluran cerna; kelarutan dimodifikasi
sewaktu transit dalam saluran cerna, karena ada perbedaan pl
dari lambung (pH 1-3), duodenum (pl 4-6), jejunum (pH 6-7),
ileum (pli 7- 8) dan colon (plH 7-8)

b. Pembentukan ester
Daya larut serta kecepatan melarut obat dapat dimodifikasi
dengan membentuk ester; secara umum pembentukan ester
memperlambat kelarutan obat.

(Joenoes,2006).
Modifikasi keadaan fisik obat:

a. Bentuk kristal atau amorf

Bentuk amorf tidak mempunyai struktur tertentu, ada ketidak-


teraturan dalam tiga demensinya. Secara umum amorf lebih
mudah larut daripada bentuk kristal, misalnya Novobiocin,
kelarutan bentuk amorf 10 dari bentuk kristal

b. Pengaruh polimorfisme

Fenomena polimorfisme terjadi bila suatu bahan/zat


menghablur dalam berbagai bentuk kristal yang berbeda,
sebagai akibat dari: suhu, tekanan dan kondisi penyimpanan.

(Joenoes,2006).
c. Bentuk solvat dan hidrat

Waktu pembentukan kristal, cairan-pelarut dapat membentuk


ikatan stabil dengan obat dan disebut solvat; kalau air sebagai
pelarut maka ikatan ini disebut hidrat. Bentuk hidrat memiliki sifat-
sifat fisik yang berbeda daripada bentuk anhidridanya, terutama
dalam hal disolusinya.

(Joenoes,2006).
2. BENTUK SEDIAAN

Bentuk-bentuk sediaan obat yang digunakan


dalam rute oral yaitu :

1. Tablet
2. Kapsul
3. Serbuk terbagi ( pulveres)
4. Sediaan cair termasuk :
a. larutan
b. Eliksir
c. sirop
d. suspensi atau emulsi oral

(Syamsyuni,2006)
3. FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Pengaruh umur pada terapi obat

Obat yang diberikan secara ekstravaskular harus melewati


membran fisiologis sebelum masuk ke sirkulasi sistemik dan
didistribusikan pada tempat kerjanya
pH lambung.
Perbedaan jumlah dan kecepatan dikeluarkannya asam lambung
ini dapat mempengaruhi kece patan dan/atau jumlah obat yang
diabsorpsi sistem salurun cerna dengan mempengaruhi jumlah
obat yang ada dalam bentuk terion atau tidak terion. Penurunan
ionisasi meningkatkan absorpsi

(Wahab,2000)
Waktu Pengosongan Lambung dan Motilitas Usus.

Kebanyakan obat yang dimasukkan peroral diabsorpsi di usus


halus, sehingga kecepatan pengosongan merupakan
determinan penting kecepatan dan, mungkin, jumlah
keseluruhan absorpsi obat.

Lokasi anatomis pipa makanan saluran cerna (lambang,


duodenum) dan bentuk pemberian dapat sangat
mempengaruhi sifat obat yang diberikan secara "enteral".

Beberapa aktivitas motorik mempengaruhi perjalanan waktu


dan jumlah absorpsi obat dari saluran cerna

(Wahab,2000)
Aktivitas enzim pankreas

Setiap obat yang memerlukan pemecahan dari garamnya oleh


enzim pankreas sebelum dapat diab sorpsi (kloramfenikol palmitat,
klindamisin palmitat), mungkin menunjukkan bioavailabilitas yang
bervariasi.

Proses lain
Perkembangan proses fisiologis lain juga mempengaruhi absarpsi
obat dan senyawa lain saluran cerma metabolisme asam empedu

(Wahab,2000)
DAFTAR PUSTAKA

Joenoes, Nanizar Zaman, 2006, Ars Prescribendi Resep Yang Rasional, Airlangga
University Press, Surabaya.

Shargel, Leon, 2012, Biofarmaseutika Dan Farmakokinetika, Airlangga University


Press, Surabaya.

Syamsyuni, Haji, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta.

Kee, Joyce L, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Perawatan, EGC, Jakarta.

Tjay, Drs Tan Hoan, 2007, Obat-Obat Penting, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Tjay, Drs Tan Hoan, 2015, Obat-Obat Penting, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Wahab, Prof DR dr A Samik, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai