Anda di halaman 1dari 17

1

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1


KOEFISIEN PARTISI

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Koefisien partisi (P) atau koefisien distribusi (D) adalah perbandingan
konsentrasi senyawa dalam campuran dua fase yang tak larut pada kesetimbangan.
Perbandingan ini merupakan ukuran perbedaan kelarutan senyawa dalam dua fase
tersebut. Koefisien partisi umumnya mengacu pada perbandingan konsentrasi
spesi senyawa tidak terionisasi sedangkan koefisien distribusi mengacu pada
perbandingan konsentrasi semua spesi senyawa (terionisasi dan yang tidak
terionisasi).
Fase tersebut biasanya merupakan pelarut dalam ilmu farmasi.
Umumnya, salah satu pelarutnya adalah air sedangkan yang kedua adalah pelarut
hidrofobik seperti 1-oktanol. Oleh karena itu, koefisien partisi mengukur seberapa
hidrofilik (cinta air) atau hidrofobik (takut air) zat kimia tersebut. Koefisien partisi
berguna untuk mengestimasi distribusi obat dalam tubuh.
Koefisien partisi merupakan suatu informasi penting karena dapat
digunakan untuk memperkirakan proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat di
dalam tubuh. Pengetahuan tentang koefisien partisi dapat digunakan untuk
memperkirakan onset kerja obat atau durasi kerja obat serta mengetahui apakah
obat akan bekerja secara aktif.
Pengetahuan tentang koefisien partisi penting untuk ahli farmasi,
karena prinsip ini melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik. Terutama
mengetahui bentuk dan ukuran molekul obat, kelarutan dalam air, kelarutan dalam
lemak (lipoid), derajat ionisasi dan khasiat obat. Karena tidak semua jumlah obat
yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik.
Fenomena distribusi dan kelarutan sangat penting dipelajari dalam bidang farmasi
karena kelarutan dapat membantu kita untuk memilih medium pelarut yang cocok
untuk obat dan dapat digunakan sebagai uji kemurnian dari obat.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan ditas, maka penting untuk
melakukan percobaan ini dengan judul ”Koefisien Partisi”.

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
2
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini bagaimana pengaruh pH terhadap
koefisien partisi yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform -
air?
3. Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH
terhadap koefisien partisi yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut
kloroform - air.
4. Manfaat
Manfaat pada percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
pengaruh pH terhadap koefisien partisi yang bersifat asam lemah dalam
campuran pelarut kloroform - air.

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
3
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

B. Tinjauan Pustaka
Obat adalah bahan atau sediaan yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa
sakit, gejala sakit, dan penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi
(Tanjung dan Amiq, 2014).
Kemampuan penetrasi obat dipengaruhi oleh konsentrasi obat terlarut,
koefisien partisi antara kulit dan bahan pembawa, dan koefisien difusi. Pemilihan
bahan pembawa akan menentukan besaran koefisien partisi dan koefisien difusi
(Maya dan Fransiska, 2016).
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (Handayani dan Anita, 2015).
Titrasi asam basa adalah proses penentuan banyaknya larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan
titrasi dengan larutan - larutan yang konsentrasinya diketahui disebut titrasi
volumetri. Dalam titrasi asam basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama
volume - volume suatu asam dan suastu basa yang tepat saling menetralkan. Titik
akhir titrasi adalah titik dimana indikator berubah warna, dengan memilih
indikator secara seksama, titik akhir itu akan tepat berimpit dengan titik
kesetaraan (Sundari, 2016).
Koefisien partisi (log P) yaitu tetapan kesetimbangan suatu senyawa dalam
pelarut non polar atau pelarut polar. Tetapan kromatografi (Rm), bila kelarutan
suatu senyawa sangat sukar larut dalam pelarut yang digunakan, maka penetuan
koefisien partisi dengan 3percobaan akan mengalami kesulitan. Tetapan
kromatografi Rm (Retention Modified) memiliki hubungan dengan koefisien
partisi (Tuslinah dan Indra, 2013).
Penetapan Koefisien Partisi dilakukan dengan menggunakan ChemDraw.
Nilai c Log P (calculation log P) menunjukkan nilai Log P (lipofilitas) yang

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
4
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

dihasilkan dari perhitungan komputasi. Nilai c Log P sebanding dengan nilai log
P. Istilah c Log P digunakan pada perhitungan secara komputasi, sedangkan
dengan istilah Log P dilakukan penelitian secara laboratorium. Suatu obat
membutuhkan kelarutan dalam lemak yang baik agar dapat menembus membran
sel secara difusi pasif karena membran sel tersusun oleh molekul lemak (Dinata
dkk., 2014).
Koefisien partisi menunjukkan lipofilisitas yaitu kemudahan suatu
senyawa untuk larut dalam lemak. Semakin besar koefisien partisi maka semakin
besar kelarutan senyawa tersebut dalam lemak atau dengan kata lain sifat
lipofilisitasnya semakin besar. Semakin besar nilai koefisien partisi suatu
senyawa, maka sifat senyawa tersebut akan semakin nonpolar (Utomo dkk.,
2017).
pH adalah ukuran asam basa kesetimbangan dicapai oleh senyawa terlarut
air sebagai serta tingkat flokulasi dan proses koagulasi bahan kimia. Contohnya
konduktivitas listrik memberikan ide tentang konsentrasi elektrolit dalam air dan
merupakan faktor pembatas (Nazir dkk., 2015).
Asam salisilat adalah yang paling banyak dikonsumsi analgesik,
antipiretik, dan anti-inflamasi agen di dunia. Ini adalah produk alami ditemukan di
kulit pohon willow dan telah digunakan selama berabad-abad untuk
menghilangkan demam dan rasa sakit. Asam salisilat adalah prekursor asam
asetilsalisilat, lebih dikenal sebagai Aspirin. Asam salisilat digunakan secara
topikal untuk keratolitiknya, sifat bakteriostatik, fungisida, dan fotoprotektif.
Aplikasi topikal telah terbukti mengurangi tingkat proliferasi keratinosit. Itu juga
menghambat kolesterol sulfotransferase, enzim yang bertanggung jawab untuk
pembentukan kolesterol sulfat dalam keratolitiknya (Raman dkk., 2014).

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
5
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

C. Metode Kerja
1. Alat dan Bahan
a) Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu :
1) Batang pengaduk
2) Botol gelap 100 mL dan 250 mL
3) Buret 50 mL
4) Corong pisah 500 mL
5) Erlenmeyer 250 mL
6) Gelas kimia 100 mL dan 250 mL
7) Gelas ukur 50 mL
8) Labu takar 250 mL
9) Pipet tetes
10) Statif dan klem
11) Timbangan analitik
b) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu :
1) Aquades
2) Alkohol 70 %
3) Asam salisilat 0,02 M
4) Indikator metilen red 1%
5) Kertas perkamen
6) Larutan NaOH 0,1 M
7) Minyak
8) Tissu

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
6
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

2. Uraian Bahan
a) Aquades (Ditjen POM RI, 1979 : 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

b) Alkohol (Ditjen POM RI, 1979 : 65)


Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
Rumus molekul : C2H6OH
Rumus Struktur :

Berat molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, tidak menguap dan
mudah bergerak,bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dan memberikan nyala biru yang berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
di tempat sejuk, jauh dari nyala api
Kegunaan : Sebagai pelarut

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
7
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

c) Asam salisilat (Ditjen POM RI, 1979 : 56)


Nama resmi : ACIDIUM SALICULICUM
Nama lain : Asam salisilat
Rumus molekul : C7H6O3
Rumus Struktur :

Berat molekul : 138,12 g/mol


Pemerian : Hablur ringan, tidak berwarna, atau serbuk berwarna
putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam empat bagian
etanol (95)% P, mudah larut dalam kloroform P, dan
dalam eter P, larut dalam alumunium asetat P,
dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan
natrium sitrat P
Kegunaan : Sebagai titran

d) Metil Merah (Ditjen POM RI, 1979 : 705)


Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama lain : Metil merah
Rumus molekul : C15H15N2O3
Berat molekul : 305,76 g/mol
Pemerian : Serbuk merah gelap
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
8
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

e) Natrium Hidroksida (Ditjen POM RI, 1979 : 412)


Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul : NaOH

Rumus struktur :

Berat molekul : 40 g/mol


Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titran

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
9
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

C. Prosedur Kerja
a. Pembuatan reagen

NaOH

- Ditimbang NaOH 0,4 gram


- Dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL
- Dilarutkan dengan akuades
- Dimasukkan ke dalam labu takar
- Digojok hingga homogen

NaOH 0,1 M

Asam Salisilat

- Ditimbang asam salisilat 0,4 gram


- Dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL
- Ditambahkan alkohol 70 % 100 mL
- Diaduk menggunakan batang pengaduk

Asam Salisilat 0,02M

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
10
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

b. Pengamatan Kuantitatif

Minyak Goreng

- Dimasukkan 30 mL ke dalam corong pisah 500 mL


- Ditambahkan 30 mL asam salisilat 0,02 M
- Ditambahkan 30 mL aquades
- Didiamkan beberapa saat
- Diamati lalu didokumentasikan sebelum di lakukan
penggojokan
- Digojok selama 1 jam
- Diamati lalu didokumentasikan

Terbentuk 3 fase

c. Pengamatan Kualitatif

Asam salisilat

- Dimasukkan masing-masing 10, 20 dan 30 mL ke dalam 3


erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan 1 mL indikator metilen red
- Dilakukan proses titrasi
- Diamati perubahan warna yang terjadi pada erlenmeyer

Erlenmeyer 1 = 8,5 mL
Erlenmeyer 2 = 17,5 mL
Erlenmeyer 3 = 25 mL

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
11
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut :

Gambar
N Sebelum Sesudah
Sampel Perlakuan Hasil Sesudah
O ditetesi ditetesi
dititrasi
indikator indikator
Asam
salisilat 10
mL + 1
mL
Berubah
Sampel indikator
1. warna
1 metilen
menjadi
red,
kuning
dititrasi
dengan 8,5
mL NaOH
Asam
salisilat 20
mL + 1
mL
indikator Berubah
Sampel
2. metilen warna
2
red, menjadi
dititrasi kuning
dengan
17,5 mL
NaOH
Asam
salisilat 30
mL + 1
mL
Sampel indikator Berubah
3.
3 metilen warna
red, menjadi
dititrasi kuning
dengan 25
mL NaOH

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
12
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

Asam
salisilat 30
mL +
Sampel
4. minyak 30 Terbentu
4
mL + k 3 fase
aquades
30 mL

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
13
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

2. Perhitungan
 Sampel 1
Dik : Volume NaOH/ V1 = 4 mL
Molaritas NaOH/M1 = 0,1 M
Volume Asam salisilat/ V2 = 10 mL
Dit : Molaritas Asam salisilat/M2 = ………..?
Penyelesaian : M1V1 = M2V2
0,1 M . 4 mL = M2 . 10 mL
0,4
M2 =
10
M2 = 0,04 M
 Sampel 2
Dik : Volume NaOH/ V1 = 6 mL
Molaritas NaOH/M1 = 0,1 M
Volume Asam salisilat/ V2 = 20 mL
Dit : Molaritas Asam salisilat/M2 = ………..?
Penyelesaian : M1V1 = M2V2
0,1 M . 6 mL = M2 . 20 mL
0,6
M2 =
20
M2 = 0,03 M
 Sampel 3
Dik : Volume NaOH/ V1 = 12,2 mL
Molaritas NaOH/M1 = 0,1 M
Volume Asam salisilat/ V2 = 30 mL
Dit : Molaritas Asam salisilat/M2 = ………..?
Penyelesaian : M1V1 = M2V2
0,1 M . 12,2 mL = M2 . 30 mL
1,22
M2 =
30
M2 = 0,04 M

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
14
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

3. Pembahasan
Koefisien partisi minyak/air merupakan ukuran sifat lipofilik suatu
molekul, ini merupakan rujukan untuk sifat fase hidrofilik atau lipofilik. Koefisien
partisi harus dipertimbangkan dalam pengembangan bahan obat menjadi bentuk
obat. Koefisien partisi (P) menggambarkan rasio pendistribusian obat kedalam
pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut organik dan air. Bila molekul semakin larut
lemak, maka koefisien partisinya semakin besar dan difusi trans membran terjadi
lebih mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa organisme terdiri dari fase lemak dan
air, sehingga bila koefisien partisi sangat tinggi ataupun sangat rendah maka hal
tersebut merupakan hambatan pada proses difusi zat aktif.
Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap
sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Larutan yang belum
diketahui konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes indikator, kemudian ditetesi
dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah
tepat pada saat terjadi perubahan warna indikator. Titrasi yang melibatkan reaksi
asam dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada dua jenis titrasi asam basa, yaitu
asidimetri (penetuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku
asam) dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan
larutan baku basa).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap
koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut
kloroform-air dengan menggunakan metode titrasi. Percobaan ini dilakukan
dengan menggunakan pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan
secara kualitatif menggunakan minyak goreng, asam salisilat dan aquadest yang
masing-masing 30 mL dimasukan ke dalam corong pisah yang kemudian
didiamkan selama beberapa saat lalu dilakukan penggojokan selama 1 jam dan
didiamkan kembali selama beberapa saat. Tujuannya agar terlihat berapa fase
yang akan terbentuk. Fase yang terbentuk yaitu 3 fase (minyak, asam salisilat, dan

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
15
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

aquadest). Pengamatan secara kuantitatif asam salisilat dimasukan masing-masing


ke dalam 30, 20, dan 10 mL ke dalam 3 erlemeyer yang berukuran 250 mL yang
kemudian ditambahkan indicator metilen red. Penambahan ini bertujuan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna, di mana
telah tercapai kesetimbangan konsentrasi (titik ekuivalen) antara titran dan titrat.
Setelah titik akhir titrasi dicapai, maka proses titrasi pun dihentikan. Tujuan
dilakukannya titrasi agar kita dapat mengetahui berapa banyak patikel yang masih
berada dalam fase cair, sehingga dapat pula diketahui berapa banyak partikel yang
telah berpindah ke dalam fase lipidnya. Namun, pada percobaan ini kami
mengganti kloroform dengan minyak goreng. Pada percobaan ini digunakan fase
air berupa larutan dapar asam salisilat, dan yang berfungsi sebagai fase lipoidnya
adalah minyak goreng. Pelarut minyak goreng dan air tidak dapat saling campur,
tetapi kedua pelarut ini dapat melarutkan sampel. Hal ini disebabkan air
merupakan pelarut yang bersifat polar, artinya H2O memiliki keelektronegatifan
yang besar dan kemampuannya yang besar untuk membentuk awan elektron
sehingga mengimbas menjadi polar. Sedangkan minyak goreng merupakan
pelarut organik dan termasuk dalam pelarut non polar.
Hasil kuantitatif yang diperoleh dari percobaan ini yaitu molaritas
pada sampel 1 adalah 0,04 M , molaritas pada sampel 2 adalah 0,03 M dan
molaritas pada sampel 3 adalah 0,04 M, sehingga dapat disimpulkan bahwa
koefisien partisi dari suatu zat akan mencapai keseimbangan ketika volume dari
kedua larutan asam dan basa (titran dan titran) sama.
Manfaat penentuan koefisien partisi dalam bidang farmasi sangat
penting terutama dalam proses pembuatan obat, khususnya obat-obat yang
penggunaannya secara oral. Pendistibusian obat dalam tubuh akan lebih cepat
mencapai sasaran dan akan lebih cepat memberi hasil yang maksimum, apabila
diketahui dengan baik koefisien partisi, pH yang optimal untuk zat bekerja dan
sifar fisik dari zat obat yang digunakan.

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
16
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

E. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah pada uji analisis kualitatif
menggunakan sampel minyak goreng, asam asam salisilat dan air, maka diperoleh
hasil yaitu terdapat 3 fase yaitu fase air , fase minyak dan larutan asam salisilat
yang berada diantara fase minyak dan fase air. Sementara pada analisis kuantitatif
menggunakan metode titrasi diperoleh hasil untuk masing - masing sampel yaitu
molaritas sampel asam salisilat 10 mL adalah 0,085 M, molaritas asam sampel
salisilat sampel 20 mL adalah 0,0875 M, dan molaritas sampel asam salisilat
sampel 30 mL adalah 0,083 M.

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092
17
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 1
KOEFISIEN PARTISI

DAFTAR PUSTAKA

Dinata, D. I., Rika R. dan Yuana N. K., 2014, Pengaruh Aktivitas Senyawa
Flavonoid yang Terdapat dalam Madu Terhadap Reseptor h4r sebagai
Antiinflamasi, Jurnal Farmasi Galenika, Vol. 1(2).

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Handayani, T. dan Anita A., 2015, Penetapan Kadar Pemanis Buatan (Na-
Siklamat) Pada Minuman Serbuk Instan Dengan Metode Alkalimetri, Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis, Vol. 1(1).

Maya, P. dan Fransiska A. W., 2016, Efek Antiinflamasi Sediaan Krim dan Salep
Senyawa 2,5-Bis-(4Nitrobenzilidin) Siklopentanonpada Edema Mencit yang
Diinduksi Formalin, Journal of Pharmaceutical Science and Clinical
Research, Vol. 1(2).

Nazir, R., Muslim K., M. Masab, Hameed U. R., Naveed U. R., Surrya S.,
Nosheen A., M. Sajed, Mohib U., M. Rafeeq dan Zeenat S., 2015,
Accumulation of Heavy Metals (Ni, Cu, Cd, Cr, Pb, Zn, Fe) in the soil,
water and plants and analysis of physico-chemical parameters of soil and
water Collected from Tanda Dam kohat, Journal of Pharmaceutical Science
and Research, Vol. 7(3).

Raman, K., Madan M. D. dan Jacob L., 2013, A Review of Toxicity from Topical
Salicylic Acid Preparations, Journal Academy Dermatol, Vol. 70(4).

Sundari, R., 2016, Pemanfaatan Dan Efisiensi Kurkumin Kunyit (Curcuma


Domestica Val) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa, Teknoin, Vol. 22(8).

Tanjung, L. M. Dan Amiq F., 2017, Perhitungan Peramalan Pengadaan Obat


Menggunakan Metode Single Exponential Smoothing Dan Single Moving
Average Pada Unit Farmamin Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
Joins, Vol. 2(2).

Tuslinah, L. dan Indra, 2013, Uji Reaktivitas Antioksidan Senyawa s-allyl


cysteine dan s-allyl-mercapto-l-cysteine dengan Metode Kimia Komputasi
PM3, Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, Vol. 9(1).

Utomo, S. B., Fajar S., Budi U. dan Nanik D. N., 2017, Analisis Hubungan
Kuantitatif Struktur Dan Aktivitas Analgesik Senyawa Turunan Meperidin
Menggunakan Metode Semiempiris Am1, JKPK (JURNAL Kimia Dan
Pendidikan Kimia), Vol. 2(3).

FERISA PARASWATI FREDY TALEBONG


O1A117092

Anda mungkin juga menyukai