Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA

“KOEFISIEN PARTISI”

OLEH
KELOMPOK I

Nama : 1. Moh. Ikbal Tahaku


2. Niken Rahama
3. Nur Aulia Inaku
4. Saskia Pawala
5. Nurahmatia Botutihe
6. Dhea Ananda Hamzah
7. Fitria Yunus
8. Sri Salmawati
Asisten : 1. Rini Daud Supu, M. Farm, Apt
2. Fitriah Ayu Magfirah Yunus S.Farm

LABORATORIUM
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu molekul obat harus dapat melewati membran biologi
untuk dapat memberi ikatan dengan  reseptor dan  memberikan respon
biologis. Membran  terdiri  dari  protein dan  bahan lemak  yang bertindak
sebagai  penghalang lipo filik  tempat  lalu lintas obat. Kecepatan absorpsi
obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Koefisien partisi merupakan
perbandingan kelarutan di dalam lemak dibanding air  Dengan demikian
obat-obat yang mudah larut dalam lipida akan dengan mudah
melaluinya. Sebaliknya obat-obat sukar larut dalam lipida akan sukar
diabsorpsi. Obat-obat yang mudah larut dalam lipida tersebut dengan
sendirinya memiliki koefisien partisi yang besar, sebaliknya obat-
obat yang sukar larut dalam lipid akan memiliki koefisien partisi lipida
air kecil.
Pada umumnya obat-obat bersifat asam lemah atau basa lemah, jika
dilarutkan dalam air sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang
terionkan tergantung pada pH larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan
lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion
kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut. Dengan demikian pengaruh
pH sangat besar terhadap kecepatan absorpsi obat yang bersifat asam lemah
atau basa lemah pada percobaan ini dilakukan penentuan pengaruh pH
terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam hal ini asam
salisilat dengan cara mencampur dua zat yang memiliki kepolaran yang
berbeda sehingga tidak saling campur.
Untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membrane kulit, dapat
digunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi. Fluks obat yang melewati
membrane dipengaruhi oleh koefisien difusi obat melewati stratum corneum,
konsentrasi efektif obat yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara
obat dan stratum corneum dan tebal lapisan membrane.
Koefisien partisi merupakan suatu informasi penting karena dapat
digunakan untuk memperkirakan proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi
obat di dalam tubuh. Pengetahuan tentang koefisien partisi dapat digunakan
untuk memperkirakan onset kerja obat atau durasi kerja obat serta mengetahui
apakah obat akan bekerja secara aktif.
Pengetahuan tentang koefisien partisi penting untuk ahli farmasi, karena
prinsip ini melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik. Terutama
mengetahui bentuk dan ukuran molekul obat, kelarutan dalam air, kelarutan
dalam lemak (lipoid), derajat ionisasi dan khasiat obat. Karena Tidak semua
jumlah obat yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi
sistemik.
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi
obat
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara untuk menentukan
proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat di dalam tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Ponstan
Asam Mefenamat merupakan analgesik kelompok AINS (Anti
Inflamasi Non Steroid) tetapi sifat antiinflamasinya rendah. Berbeda dengan
AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) lainnya. Obat asam mefenamat, derivat
meklofenamat, salah satu jenis NSAID menghambat pembentukan enzim
siklooksigenase, enzim siklooksigenase ini merubah asam arakidonat
menjadi prostaglandin, sehingga bila obat ini diberikan sebagai anti nyeri
pada anak-anak atau remaja dalam masa pertumbuhan akan mengganggu
proses pertumbuhan memanjang dari tulangnya. (Katzung, 2001).
2.1.2 Koefisien Partisi
Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara
fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat
dalam dua fase. Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat
lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran
lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor kadang-kadang
berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat.
(Alfred,1990). Koefisien distribusi atau koefisien partisi didefinisikan
sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak dibagi
dengan fase berat solute dalam fase rafinat dalam keadaan kesetimbangan.
Koefisien partisi lipida — air suatu obat adalah perbandingan kadar obat
dalam fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Peranan
koefisien partisi obat dalam bidang farmasi sangat penting. Teori-teori
tentang absorbs, ekstraksi, dan kromatografi banyak terkait dengan teori
koefisien partisi (Kasmiyatun, dkk 2008).

2.1.3 pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
keasaman atau kebasahan larutan. Asam lemah adalah asam yang hanya
terionisasi sebagian dalam air dan salah satu contohnya adalah asam
salisilat. Asam salisilat adalah sebuah asam karboksilat yang lebih bersifat
asam dari pada alcohol atau fenol. Sifat faali dari asam karboksilat
berbobobt molekul rendah ialah baunya. Reaksi suatu asam lemah dengan
air bersifat reversible. Kesetimbangan terletak pada sis persamaan, yang
energinya lebih rendah. Sifat struktur apa saja yang menstabilkan anion
dibandingkan dengan asam konjugasinya, akan menambahn kuat asam
denga cara menggeser letak kesetimbangan kearah sisi H3O+ dan anion (A-)
Pada umumnya, obat-obat bersifat asam lemah dan basa lemah. Jika
obat tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi
obat yang terionkan tergantung pH larutannya. Obat-obat yang tidak
terionkan lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion
kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian
pengaruh pH terhadap kecepatan absorpsi obat yang bersifat asam lemah
atau basa lemah sangat besar.
Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada
koefisien partisi akan bermanfaat dalam hbungannya dengan ekstraksi dan
kromatografi obat. Semakin besar nilai koefisien partisinya maka semakin
banyak senyawa dalam pelarut organic. Nilai koefisien partisi suatu
senyawa tergantung pelalrut organic tertentu yang digunakan untuk
melakukan pengukuran.
Beberapa pengukuran koefisien partisi dilakukan dengan
menggunakan partisi air dan n-oktanol, karena n-oktanol dalam banyak hal
menyerupai membrane biologis dna juga merupakan model yang baik pada
kromatografi fase terbalik. Beberapa obat mengandung gugus-gugus yang
mudah mengalami ionisasi. Oleh Karen aitum koefisien partisi obat-obat ini
pada pH tertentu sulit diprediksi terlebih jika melibatkan lebih dari 1 gugus
yang mengalami ionisasi. Meskipun demikian, sering kali, salah satu gugus
dalam satu molekul obat lebih mudah mengalami ionisasi daripada gugus
yang lain pada pH tertentu.
2.2 Uraian Bahan
1. Air Suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :Aqua destillata
Nama lain : Aquadest
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,tidak berbau dan


tidak mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol, alcohol

Rumus molekul : C2 H6 O

Berat molekul : 46,07 g/mol

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform


dan dalam eter

Khasiat : Sebagai antibakteri, sebagai pelarut

Kegunaan : Sebagai pensteril alat laboratorium

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.

3. Asam mefenamat (Dirjen POM, 1995; Sweetman, 2009; British, 2009)


Nama resmi : Acidum salicylicum
Nama lain : Asam salisilat
Rumus molekul : C15H15 NO3
Berat molekul : 241,29 g/mol
Rumus struktur :
Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur
pada suhu kurang lebih 2300c disertai peruraian.
Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksida; sukar larut
dalam etanol dan methanol; praktis tidak larut
dalam air.
Khasiat : digunakan pada sakit yang ringan termasuk sakit
kepala.
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Fenolftalein (Dirjen POM, 1995; Sweetman, 2009)
Nama resmi : Phenolftalein

Nama lain : Fenolftalein

Rumus molekul : C20H14O4

Berat molekul : 318,33 g/mol

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan, larut


dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)

Khasiat : Sebagai obat untuk konstipasi

Kegunaan : Sebagai larutan indikator.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

5. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1995;Rowe, 2009)


Nama resmi : Natrii hydroxydum

Nama lain : Natrium hidroksida

Rumus molekul : NaOH

Berat molekul : 40,00 g/mol

Rumus struktur :
O
Na H

Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keping,


kering, rapuh dan mudah meleleh basah, sangat
alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%).

Khasiat : Sebagai agen alkali, larutan penyangga

Kegunaan : Sebagai larutan baku.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Adapaun alat yang digunakan yaitu, gelas kimia, pipet tetes, buret,
erlemeyer, statip, kelm bataang pengadul, sudip, lap kasar, timbangang,
corong

3.1.2 Bahan

Adapun Bahan yang di gunakan yaitu, akudes, Ponstan, Naoh 0,1N,


Kloroform, indikator Pp

3.2 Prosedur Kerja

1. Disiapkan Alat daan Bahan

2. Digerus Obat ponstan sampai halus, Ditimbang obat ponstan 100 g

4. Dimasukan ke dalam gelas kimia lalu di tambahkan air sebabnyak 100 ml

5. Kemudian di bagi menjadi dua 50 ml, setelah itu salah satu bagian dari 50 ml di
tambahkan kloroform 50 ml

6. Setelah di tambahkan kloroform, dua bagian 50 ml di titrasi


7. Naoh 0.1 N Di tuangkan ke dalam buret 50 ml, setelah itu obat yang sudah
ditambahkan kloroform di tuangkan ke dalam erlenmeyer lalu di tambhakn
indukator pp

8. Di goyang sampai berubah warna

9. Kemudian obat yang di tambahkan air di masukan ke dalam erlenmeyer lalu di


tambahkan indikator pp

10. Di goyang sampai berubah warna

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel Titik Gambar
Ekuivalen

ponstan 100 mg
dalam 8,3 ml
Kloroform

ponstan 100 mg
tanpa 6 ml
Kloroform
4.2 Pembahasan
Koefisien partisi menggambarkan pendistribusi obat ke dalam pelarut
system dua fase, yaitu pelarut organik dengan air. Koefisien partisi
semakin besar dan difusi trans menjadi lebih mudah disebabkan molekul
semakin larut dalam lemak. Organisasi yang terdiri dari fase lemak dan air.
Sehingga bila koefisien partisi tinggi ataupun rendah, maka hal ini akan
menjadi hambatan pada proses difusi zat aktif. Penentuan koefisien secara
eksperimen dilakukan dengan cara distribusi senyawa dalam jumlah
tertentu ke dalam sistem kesetimbangan termodinamika dua pelarut yang
berbeda kepolaran yaitu h-optanol dan air (Ansel, 1989).
Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara
fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat
dalam dua fase. Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat
lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui
membran lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor
kadang-kadang berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari
obat. (Alfred,1990). Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk menentukan
nilai koefisien partisi suatu bahan obat.
Pada percobaan ini, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan. Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian digerus
ponstan sampai halus, lalu ditimbang obat ponstan 100 mg dan dimasukan
ke dalam gelas kimia setelah itu ponstan dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 100 ml, kemudian larutan tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu
50 ml/1 bagian. Setelah itu bagian pertama ditambahkan larutan kloroform
dan bagian kedua tidak ada penambahan larutan lain. Tujuan dilakukan
dua pembagian larutan tersebut karena untuk melihat perbandingan pada
kadar obat dalam lipid dan kadar obat dalam air (Tahir, 2001). Selanjutnya
di tambahkan kloroform dalam 2 bagian 50 ml dan dilakukan titrasi
kemudian NaOH 0.1 N dituangkan ke dalam buret 50 ml, lalu obat yang
sudah ditambahkan kloroform di tuangkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan indukator pp. Kemudian di goyang sampai berubah warna
dan obat yang ditambahkan air dimasukan ke dalam erlenmeyer lalu di
tambahkan indikator pp, Kemudian goyang sampai berubah warna
(Surdjoko, 1987).
Berdasarkan tabel diatas bagian sampel ponstan 100 mg dalam
Kloroform selama proses titrasi titik ekuivalen berhenti pada titik 8,3 ml
dan mengalami perubahan warna menjadi merah muda keunguan
sedangkan pada bagian ponstan 100 mg tanpa kloroform titik ekuivalen
berhenti pada titik 6 ml dan mengalami perubahan warna merah muda
keuguan pekat. Pada obat yan bersifat asam, semakin besar pH suatu
larutan, semakin kecil koefisin partisinya dan semakin rendah suatu pH
larutan, semakin tinggi koefisien partisinya (Surdjoko, 1987). Hal ini
mengkin terjadi karena proses titrasi yang tidak sempurna seperti
penambahan titran yang berlebihan sehingga diperoleh warna merah muda
keunguan pekat yang terbentuk mengidikasi bahwa titik akhir titrasi telah
terlampaui jauh.
Mencari Nilai Koefisien Partis dari ponstan 100 mg
Diketahui : N titran = 0,1 N
V titran = 6 ml dan 8,3 ml
BE NaOH = 39.997
Berat sampel = 100 mg
Ditanya : Log P = ?

Penye : - % kadar dengan kloroform =

= 33,197

- % kadar tanpa kloroform =

= 23,998
Log P =
= 1,38
Menurut Wilmana dan Gan, 2012, asam mefenamat memiliki nilai log P
4,03 sedangkan hasil data yang diatas asam mafenamat memiliki nilai log P 1,38,
karena memiliki kepolaran yang rendah. Asam mafenamat memiliki nilai logP 1,38
cenderung larut dalam klorofrom.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa :
Pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat. Koefisien partisi adalah
distribusi kesetimbangan dan analit dan kesetimbangan dari perbandingan
kadar zat dalam dua fase. Koefisien partisi minyak air adalah suatu
petunjuk sifat lipofilik/hidrofilik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui
membrane lemak dan interaksi dengan makro molekul pada reseptor.
Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada
koefisien partisi akan bermanfaat dalam hubungan dengan ekstrak dan
kormatograf obat.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya data yang diambil
dalam pengukuran haruslah secara sempurna. Selain itu, sebelum
melakukan praktikum para praktikan sebaiknya sudah menguasai bahan-
bahan materi yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk
pemahaman. Bimbingan asisten juga sangat diperlukan guna untuk
mencapai keberhasilan dalam sebuah praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Alfred Martin, dkk. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Allen, LV., dan Lunner, PE., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
Edition, Minneapolis, Pharmaceutical Press

Direktorat Jendral POM, 1979,Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Direktorat Jendral POM, 1995,Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Kasmiyatun , Mega., dan Bakti Joss, 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam
Oksalat : Pengaruh Trioctylamine sebagai Extracting Power Dalam
Berbagai Solvern Campuran Terhadap Koefisien Distribusi, Jurnal Kimia,
Vol.12. No.2.

Katzung BG. 2001. The Eicosanoid: Prostaglandins, Tromboxanes, Leukotriens


and Related Compounds; NSAIDs. Basic & Clinical Pharmacology.
Eighth Edition. McGraw-Hill Comp. New York

Sardjoko. 1987. Pedoman kuliah rancangan obat. Yogyakarta: PAU Bioteknologi


Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Sweetman, S.C., 2009. Martindale : The Complete Drug Reference. 36th Ed.
London: Pharmaceutical Press., p.80-81, 1957-59.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

1. ALAT

No Alat Keterangan

1.

Batang pengaduk

2.

Corong

3.

Gelas kimia
4.

Buret

5.

Statif dan Klem

6.

Erlenmeyer

7.

Kaca Arloji

8.

Mortar dan Alu


9.

Pipet Tetes

10.

Sendok Tanduk

11.

Spatula

12.

Sudip

2. BAHAN

No Bahan Keterangan
1.

Ponstan

2.

Aquadest

3.

NaOH 0,1 N

4.

Kloroform

5.

Indikator PP

3. PROSEDUR KERJA
NO Keterangan

1.

Proses Penggerusan
ponstan

2.

Proses Penimbangan
ponstan

3.

Proses pelarutan ponstan


dengan aquadest

4.

Bagi dua masing - masing


50 ml

5.

Proses penambahan
kloroform

6.
Proses titrasi

7.

Hasil titrasi ponstan

Anda mungkin juga menyukai