“KOEFISIEN PARTISI”
OLEH
KELOMPOK I
LABORATORIUM
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.3 pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
keasaman atau kebasahan larutan. Asam lemah adalah asam yang hanya
terionisasi sebagian dalam air dan salah satu contohnya adalah asam
salisilat. Asam salisilat adalah sebuah asam karboksilat yang lebih bersifat
asam dari pada alcohol atau fenol. Sifat faali dari asam karboksilat
berbobobt molekul rendah ialah baunya. Reaksi suatu asam lemah dengan
air bersifat reversible. Kesetimbangan terletak pada sis persamaan, yang
energinya lebih rendah. Sifat struktur apa saja yang menstabilkan anion
dibandingkan dengan asam konjugasinya, akan menambahn kuat asam
denga cara menggeser letak kesetimbangan kearah sisi H3O+ dan anion (A-)
Pada umumnya, obat-obat bersifat asam lemah dan basa lemah. Jika
obat tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi
obat yang terionkan tergantung pH larutannya. Obat-obat yang tidak
terionkan lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion
kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian
pengaruh pH terhadap kecepatan absorpsi obat yang bersifat asam lemah
atau basa lemah sangat besar.
Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada
koefisien partisi akan bermanfaat dalam hbungannya dengan ekstraksi dan
kromatografi obat. Semakin besar nilai koefisien partisinya maka semakin
banyak senyawa dalam pelarut organic. Nilai koefisien partisi suatu
senyawa tergantung pelalrut organic tertentu yang digunakan untuk
melakukan pengukuran.
Beberapa pengukuran koefisien partisi dilakukan dengan
menggunakan partisi air dan n-oktanol, karena n-oktanol dalam banyak hal
menyerupai membrane biologis dna juga merupakan model yang baik pada
kromatografi fase terbalik. Beberapa obat mengandung gugus-gugus yang
mudah mengalami ionisasi. Oleh Karen aitum koefisien partisi obat-obat ini
pada pH tertentu sulit diprediksi terlebih jika melibatkan lebih dari 1 gugus
yang mengalami ionisasi. Meskipun demikian, sering kali, salah satu gugus
dalam satu molekul obat lebih mudah mengalami ionisasi daripada gugus
yang lain pada pH tertentu.
2.2 Uraian Bahan
1. Air Suling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :Aqua destillata
Nama lain : Aquadest
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :
Rumus molekul : C2 H6 O
Rumus struktur :
Rumus struktur :
Rumus struktur :
O
Na H
3.1.1 Alat
Adapaun alat yang digunakan yaitu, gelas kimia, pipet tetes, buret,
erlemeyer, statip, kelm bataang pengadul, sudip, lap kasar, timbangang,
corong
3.1.2 Bahan
5. Kemudian di bagi menjadi dua 50 ml, setelah itu salah satu bagian dari 50 ml di
tambahkan kloroform 50 ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel Titik Gambar
Ekuivalen
ponstan 100 mg
dalam 8,3 ml
Kloroform
ponstan 100 mg
tanpa 6 ml
Kloroform
4.2 Pembahasan
Koefisien partisi menggambarkan pendistribusi obat ke dalam pelarut
system dua fase, yaitu pelarut organik dengan air. Koefisien partisi
semakin besar dan difusi trans menjadi lebih mudah disebabkan molekul
semakin larut dalam lemak. Organisasi yang terdiri dari fase lemak dan air.
Sehingga bila koefisien partisi tinggi ataupun rendah, maka hal ini akan
menjadi hambatan pada proses difusi zat aktif. Penentuan koefisien secara
eksperimen dilakukan dengan cara distribusi senyawa dalam jumlah
tertentu ke dalam sistem kesetimbangan termodinamika dua pelarut yang
berbeda kepolaran yaitu h-optanol dan air (Ansel, 1989).
Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara
fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat
dalam dua fase. Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat
lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui
membran lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor
kadang-kadang berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari
obat. (Alfred,1990). Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk menentukan
nilai koefisien partisi suatu bahan obat.
Pada percobaan ini, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan. Setelah menyiapkan alat dan bahan, kemudian digerus
ponstan sampai halus, lalu ditimbang obat ponstan 100 mg dan dimasukan
ke dalam gelas kimia setelah itu ponstan dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 100 ml, kemudian larutan tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu
50 ml/1 bagian. Setelah itu bagian pertama ditambahkan larutan kloroform
dan bagian kedua tidak ada penambahan larutan lain. Tujuan dilakukan
dua pembagian larutan tersebut karena untuk melihat perbandingan pada
kadar obat dalam lipid dan kadar obat dalam air (Tahir, 2001). Selanjutnya
di tambahkan kloroform dalam 2 bagian 50 ml dan dilakukan titrasi
kemudian NaOH 0.1 N dituangkan ke dalam buret 50 ml, lalu obat yang
sudah ditambahkan kloroform di tuangkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan indukator pp. Kemudian di goyang sampai berubah warna
dan obat yang ditambahkan air dimasukan ke dalam erlenmeyer lalu di
tambahkan indikator pp, Kemudian goyang sampai berubah warna
(Surdjoko, 1987).
Berdasarkan tabel diatas bagian sampel ponstan 100 mg dalam
Kloroform selama proses titrasi titik ekuivalen berhenti pada titik 8,3 ml
dan mengalami perubahan warna menjadi merah muda keunguan
sedangkan pada bagian ponstan 100 mg tanpa kloroform titik ekuivalen
berhenti pada titik 6 ml dan mengalami perubahan warna merah muda
keuguan pekat. Pada obat yan bersifat asam, semakin besar pH suatu
larutan, semakin kecil koefisin partisinya dan semakin rendah suatu pH
larutan, semakin tinggi koefisien partisinya (Surdjoko, 1987). Hal ini
mengkin terjadi karena proses titrasi yang tidak sempurna seperti
penambahan titran yang berlebihan sehingga diperoleh warna merah muda
keunguan pekat yang terbentuk mengidikasi bahwa titik akhir titrasi telah
terlampaui jauh.
Mencari Nilai Koefisien Partis dari ponstan 100 mg
Diketahui : N titran = 0,1 N
V titran = 6 ml dan 8,3 ml
BE NaOH = 39.997
Berat sampel = 100 mg
Ditanya : Log P = ?
= 33,197
= 23,998
Log P =
= 1,38
Menurut Wilmana dan Gan, 2012, asam mefenamat memiliki nilai log P
4,03 sedangkan hasil data yang diatas asam mafenamat memiliki nilai log P 1,38,
karena memiliki kepolaran yang rendah. Asam mafenamat memiliki nilai logP 1,38
cenderung larut dalam klorofrom.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa :
Pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat. Koefisien partisi adalah
distribusi kesetimbangan dan analit dan kesetimbangan dari perbandingan
kadar zat dalam dua fase. Koefisien partisi minyak air adalah suatu
petunjuk sifat lipofilik/hidrofilik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui
membrane lemak dan interaksi dengan makro molekul pada reseptor.
Adanya pemahaman tentang koefisien partisi dan pengaruh pH pada
koefisien partisi akan bermanfaat dalam hubungan dengan ekstrak dan
kormatograf obat.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya data yang diambil
dalam pengukuran haruslah secara sempurna. Selain itu, sebelum
melakukan praktikum para praktikan sebaiknya sudah menguasai bahan-
bahan materi yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk
pemahaman. Bimbingan asisten juga sangat diperlukan guna untuk
mencapai keberhasilan dalam sebuah praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Alfred Martin, dkk. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Allen, LV., dan Lunner, PE., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
Edition, Minneapolis, Pharmaceutical Press
Kasmiyatun , Mega., dan Bakti Joss, 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam
Oksalat : Pengaruh Trioctylamine sebagai Extracting Power Dalam
Berbagai Solvern Campuran Terhadap Koefisien Distribusi, Jurnal Kimia,
Vol.12. No.2.
Sweetman, S.C., 2009. Martindale : The Complete Drug Reference. 36th Ed.
London: Pharmaceutical Press., p.80-81, 1957-59.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
1. ALAT
No Alat Keterangan
1.
Batang pengaduk
2.
Corong
3.
Gelas kimia
4.
Buret
5.
6.
Erlenmeyer
7.
Kaca Arloji
8.
Pipet Tetes
10.
Sendok Tanduk
11.
Spatula
12.
Sudip
2. BAHAN
No Bahan Keterangan
1.
Ponstan
2.
Aquadest
3.
NaOH 0,1 N
4.
Kloroform
5.
Indikator PP
3. PROSEDUR KERJA
NO Keterangan
1.
Proses Penggerusan
ponstan
2.
Proses Penimbangan
ponstan
3.
4.
5.
Proses penambahan
kloroform
6.
Proses titrasi
7.