Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu farmasi, untuk mempelajari ilmu tumbuh-tumbuhan yaitu
fitokimia. Fitokimia adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang
diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan
maupun biota laut (Dahuri, 2013).
Fitokimia dalam arti luas adalah cabang ilmu yang mempelajari
senyawa organik yang dibentuk oleh tumbuhan maupun hewan, baik
berasal dari darat maupun laut. Fitokimia merupakan kajian ilmu yang
mempelajari sifat dan interaksi senyawa kimia metabolit sekunder dalam
tumbuhan maupun hewan (Harborne, 2016).
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan
penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Istiqomah, 2013)
Metode ekstraksi adalah salah satu metode yang dilakukan untuk
pengujian pada kayu khususnya di bidang kehutanan dengan lebih spesifik
untuk melihat rendemen suatu bahan. ... Pengertian lainnya menyebutkan
ekstraksi adalah isolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu tanaman
(Febrina dkk, 2015).
Biota laut adalah semua makhluk hidup yang ada di laut baik
hewan maupun tumbuhan atau karang. Komponen – komponen kimia
yang terkandung didalam senyawa seperti yang terdapat di dalam tumbuh
– tumbuhan dan hewan biota laut sangat dibutuhkan oleh keperluan hidup
manusia. Dimana seiring dengan berkembangnya zaman, banyak pra
peneliti farmasi yang mengkaji berbagai tumbuhan dan hewan biota laut

1
yang digunakan sebagai bahan obat dalam hal ini ditinjau berdasarkan
jenis zat aktif yang terkandung didalamnya. Zat aktif tersebut kemudiaan
akan diisolasi dan dijadikan sebagai komponen utama dalam sediaan
farmasi dengan berbagai bentuk sediaan. Komponen tersebut dapat
diperoleh dengan metode ekstraksi, dimana ekstraksi merupakan proses
penyarian zat – zat berkhasiat atau zat – zat aktif dari tumbuhan atau biota
laut dengan menggunakan pelarut dan metode yang sesuai (Iswanti ddk,
2012).
Untuk itu pada praktikum ini dilakukan percobaan ekstraksi
dengan metode dan cairan penyari yang sesuai untuk mendapatkan ekstrak
dari bintang laut (Asteroidea) dan landak laut (Echinoidea).
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari percobaan ini adalah:
1. Mengetahui cara ekstraksi Bintang Laut (Asteroidea) dengan metode
maserasi.
2. Mengetahui cara ekstraksi Bulu babi (Echinoidea) dengan metode
maserasi
1.2.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui bagaimana cara ekstraksi sampel Bintang Laut
(Asteroidea) dengan metode maserasi.
2. Untuk Mengetahui bagaiman cara ekstraksi sampel Bulu babi
(Echinoidea) dengan metode maserasi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
2.1.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses perpindahan massa dari komponen zat padat
yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang digunakan.
Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk ke
dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan
terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya
berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses ini terus berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi
zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016).
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan
dari suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan
pertimbangan berikut ini menurut Marjoni (2016) adalah sebagai berikut:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti
dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok
senyawa kimia tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional

3
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herbal yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat.
Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian
ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam prog skrining) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak
atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya
senyawa dengan aktivitas biologi khusus. Proses pengekstraksian
komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di
dalam dan di luar sel.
2.1.2 Metode Ekstraksi
1. Metode maserasi
Metode maserasi adalah metode ekstraksi cara dingin dan metode
ini yang paling sederhana dimana cairan penyari akan menembus dinding
sel tanaman dan akan masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif,
sehingga zat aktif yang merupakan larutan terpekat akan didesak keluar
dari sel karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif yang
didalam sel dengan yang diluar sel (Wahyulianingsih et al., 2016).
2. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan cara mengalirkan pelarut
yang sesuai pada simplisia secara lambat dalam wadah yang disebut
percolator. Prinsip dari perkolasi adalah penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara mengalirkan suatu pelarut melalui serbuk
simplisia yang telah terlebih dahulu dibasahi selama waktu tertentu,
kemudian ditempatkan dalam suatu wadah berbentuk silinder yang diberi

4
sekat berpori pada bagian bawahnya. Pelarut dialirkan secara vertikal
dari atas ke bawah melalui serbuk simplisia dan pelarut akan melarutkan
zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai mecapai kejenuhan
(Marjoni, 2016).
3. Metode Refluks
Metode refluks merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan
pelarut dan sampel yang telah mendidih dalam kurun waktu yang
ditentukan dengan jumlah pelarut yang relatif konstan. Ekstrak cair yang
diperoleh dari metode refluks selanjutnya diuapkan sehingga
menghasilkan ekstrak kental.
4. Metode Sokletasi (Soxhlet)
Metode Soxhlet yaitu metode ekstraksi panas dingin. Pada
ekstraksi ini pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah. Prinsipnya
adalah ekstraksi dilakukan secara terus-menerus menggunakan pelarut
yang relatif sedikit. Bila ekstraksi telah selesai maka pelarut dapat
diuapkan sehingga akan diperoleh ekstrak. Biasanya pelarut yang
digunakan adalah pelarut-pelarut yang mudah menguap atau mempunyai
titik didih yang rendah (Leba, 2017).
2.2 Maserasi
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan
dengan cara merendam simplisia nabati menggunakan pelarut tertentu
selama waktu tertentu dengan sesekali dilakukan pengadukan atau
penggojokan. Prinsip dari metode maserasi adalah proses melarutkan zat
aktif berdasarkan sifat kelarutan dalam suatu pelarut (like dissolved like).
Ekstraksi zat aktif dilakukan dengan cara merendam simplisia nabati dalam
pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung
dari cahaya matahari. Pelarut yang digunakan akan menembus dinding sel
dan kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh dengan zat aktif.
Pertemuan antara zat aktif dan pelarut akan mengakibatkan terjadinya proses
pelarutan dimana zat aktif akan terlarut dalam pelarut. Maserasi biasanya

5
dilakukan pada suhu antara 15-200C dalam waktu 3 hari sampai zat aktif
yang dikehendaki larut (Marjoni, 2016).

2.3 Uraian Simplisia


2.3.1 Bintang laut (Asteroidea)

(Fitofarmaka, 2021 Bintang laut (Asteroidea))


a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :Echinodermata
Kelas :Asteroidea
Ordo :Valvatida
Famili :Ophidiasteridae
Genus :Linckia
Spesies :Linckia laevigata
b. Morfologi
Morfologi bintang laut berbentuk simetris radial, dengan
permukaan bagian bawahnya memiliki kaki tabung, yang masing –
masing dapat bertindak sebagai cakram penyedot (Juariah et al., 2014).
c. Manfaat
Bintang laut yang tersedia di bumi ini selain bisa dibuat sebagai
hiasan ternyata bisa digunakan untuk mengobati sakit asma.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan beberapa ilmuwan di London,
bintang laut dapat dijadikan obat untuk penderita penyakit asama dan
radang sendi atau arthritis. Selain itu, tim peneliti dari Scottish
Association for Marine Science telah mempelajari bahan berlendir yang

6
melapisi tubuh bintang laut berduri. Para peneliti percaya bahwa lendir
tersebut dapat dijadikan senjata baru untuk mengobati penyakit
inflamasi atau peradangan seperti asm asma dan radang sendi. Menurut
Dr. Bavinton, yang merupakan peneliti utama dalam riset ini, penyakit
peradangan, seperti asma dan radang sendi merupakan kondisi yang
terjadi ketika respon alami tubuh terhadap infeksi dipercepat di luar
kendali. Hal ini membuat sel darah putih (leukosit) yang bertugas
memerangi infeksi mulai menumpuk di pembuluh darah dan menempel
pada sisi-sisinya sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Lendir bintang laut dapat digunakan untuk melapisi pembuluh darah
yang akan membiarkan sel darah putih mengalir dengan mudah. Hal ini
karena sel darah putih harus tetap mengalir pada pembuluh darah (Uji
M, 2014). Bintang laut memiliki komponen bioaktif alkaloid, flavanoid,
steroid, saponin, serta fenol hidrokarbon. Komponen bioaktif bintang
laut tersebut memiliki potensi sebagai antioksidan, antibakteri, antifungi
dan antiviral (Gama, 2015).
2.3.2 Bulu babi (Asteroidea)

(Fitofarmaka, 2021 Bulu babi (Asteroidea))


a. Klasifikasi
Kingdom :Animalia
Phylum :Echinodermata
Kelas :Echinoidea
Ordo :Echinaceae
Famili :Toxopneustidae
Genus :Tripneustes

7
Spesies :T. gratilla L.

b. Morfologi
Bulu babi (Asteroidea) memilik ciri khas berupa memiliki
duri-duri yang panjang, tajam dan rapuh disekujur tubuhnya,
memiliki tubuh bulat, warna berwarna hitam pekat, memiliki
Gonopore sebabnyak 5 buah serta sangat jelas seperti mengkilap
atau menyala. Habitat di karang, alga, pasir dan lamun, dimana
mereka dapat melekatkan kaki ambulakral mereka (Musfirah,
2018).
c. Manfaat
Bulu babi(Asteroidea) bermanfaat sebagai pupuk, misalnya
berasal dari organ sisa pengolahan bulu babi (Asteroidea) biasanya
berupa cangkang dan organ dalam, Menjaga keseimbangan populasi
dari alga yang hidup di karang serta dapat menghindari adanya
kompetisi penempatan ruang antara alga dan karang, Cangkang dari
jenis bulu babi (Asteroidea) tertentu dilapisi oleh pigmen cairan
hitam yang stabil. Cairan ini dapat digunakan sebagai pewarnaan
jala dan kulit dan Bahan makanan yaitu gonad dari bulu babi
(Asteroidea) (Musfirah, 2018).
2.4 Uraian Bahan
2.4.1 Etanol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol, alcohol
RM/BM : C2H6O/46,07
Rumus struktur :

8
Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut
menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar
pada lidah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk jauh dari nyala api.
Khasiat : Sebagai antiseptic
Kegunaan : Bakteriostatik

9
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu : Toples kaca
(Wadah), Batang Pengaduk, Corong, Gelas Kimia dan Gelas Ukur.
3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat Praktikum yaitu :
Simplisia Bintang Laut (Asteroidea), Simplisia Bulu babi (Echinoidea) dan
Etanol 96%
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara Kerja Sampel Bintang Laut (Asteroidea)
1. Disiapkan Alat dan Bahan
2. Ditiimbang Bahan Simplisia Bintang Laut (Asteroidea) sebanyak 480
gram
3. Dimasukkan sampel 480 gram kedalam Toples kaca kosong, lalu
ditambahkan dengan Etanol sebanyak 2.400 ml
4. Diaduk menggunakan batang pengaduk sampai larut, tutup toples dengan
aluminium Foil dan penutup Toples
5. Didiamkan selama 3 hari, setiap hari sampel harus diaduk.
3.3.2 Cara Kerja Sampel Bulu babi (Echinoidea)
1. Disiapkan Alat dan Bahan
2. Ditiimbang Bahan Simplisia Bulu babi (Echinoidea) sebanyak 92 gram
3. Dimasukkan sampel 92 gram kedalam Toples kaca kosong, lalu
ditambahkan dengan Etanol sebanyak 420 ml
4. Diaduk menggunakan batang pengaduk sampai larut, tutup toples dengan
aluminium Foil dan penutup Toples
5. Didiamkan selama 3 hari, setiap hari sampel harus diaduk.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Perendaman Sampel landak laut (Echinoidea) dan bintang laut
(Asteroidea)
Landak Laut (Echinoidea) Bintang Laut (Asteroidea)

4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi adalah proses perpindahan massa
dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut

11
organik yang digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan
selanjutnya akan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk
selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses ini terus berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan
konsentrasi zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016). Alasan dari ekstraksi adalah
untuk menarik semua zat aktif dan komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada pemindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka, kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut (Marjoni, 2016).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan
dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Pada saat proses
perendaman bahan akan terjadi pemecahan dinding sel dan membran sel yang
diakibatkan oleh perbedaan tekanan antara luar sel dengan bagian dalam sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan pecah dan
terlarut pada pelarut organik yang digunakan (Novitasari dan Putri, 2016).
Metode maserasi adalah metode ekstraksi cara dingin dan metode ini yang
paling sederhana dimana cairan penyari akan menembus dinding sel tanaman
dan akan masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga zat aktif
yang merupakan larutan terpekat akan didesak keluar dari sel karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif yang didalam sel dengan yang
diluar sel (Wahyulianingsih dkk, 2016). Alasannya memilih metode maserasi
adalah terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak akan rusak (Pratiwi, 2010).
Pada percobaan kali ini dilakukan metoda ekstraksi secara dingin maserasi
pada sampel biota laut. Adapun hewan biota laut yang akan dimaserasi yaitu
bintang laut (Asteroidea) dan bulu babi (Echinoidea). Pada metode ekstraksi
maserasi ini dapat dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan
menggunakan etanol 96% dan sekali-sekali dilakukan pengadukan. Pada
praktikum kali ini langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang akan dilakukan pada praktikum, kemudian menimbang masing-

12
masing simplisia, dengan hasil yang didapatkan bulu babi (Echinoidea)
sebanyak 92 gram dan bintang laut (Asteroidea) sebanyak 480 gram.
Kemudian dimasukkan simplisia kedalam wadah atau toples yang
sebelumnya telah disiapkan, setelah itu ditambahkan etanol 96% dimana
bintang laut (Asteroidea) dengan perbandingan 1:2 dimana pada percobaan
ini menggunakan sebanyak 480 gram serbuk simplisia dilarutkan ke dalam
2.400 ml etanol 96%, dan pada sampel bulu babi (Echinoidea) menggunakan
92 gram serbuk simplisia dilarutkan ke dalam 420 ml etanol 96%, kemudian
sampel diaduk menggunakan batang pengaduk hingga homogen. Setelah itu
ditutup rapat dengan menggunakan kertas alumunium agar tidak menguap,
kemudian didiamkan selama 3 hari dengan sesekali dilakukan pengadukan
untuk memaksimalkan proses pengambilan senyawa-senyawa kimia yang
terdapat pada sampel tersebut. Alasan memakai etanol 96% dari pada 70%,
karena pelarut etanol 96% adalah senyawa polar yang mudah menguap
sehingga baik digunakan sebagai pelarut ekstrak (Wiratmaja, 2011).
Alasannya memilih etanol 96% karena etanol bersifat polar, universal, dan
mudah didapat. Senyawa polar merupakan senyawa yang larut didalam air
(Trifani, 2012).

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi Sampel Bintang laut (Asteroidea) dengan metode Maserasi
dilakukan dengan cara Melarutkan sampel dalam pelarut etanol 96%
dengan perbandingan 1:2 (b/v) dan didiamkan selama 3 hari.
2. Esktraksi sampel Bulu babi (Echinoidea) dengan cara maserasi dilakukan
dengan cara melarutkan sampel dalam pelarut etanol 96% dengan
perbandingan 1:1 (b/v) dan didiamkan selama 3 hari
5.2 Saran
1. Praktikan
Adapun saran untuk praktikan adalah lebih memperhatikan alat dan bahan
yang akan digunakan pada saat praktikum dan lebih tepat waktu.
2. Asisten
Untuk asisten, sudah menjadi asisten yang baik dan semoga bisa terus
lebih baik lagi.
3. Laboratorium

14
Adapun saran yang dapat diberikan adalah mengenai kelengkapan alat-alat
laboratorium untuk lebih dilengkapi untuk mengefisiensikan proses
berjalannya praktikum agar praktikan lebih efektif dalam melakukan
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612.
Jakarta.

Dahuri, Rokhmin., J. Rais, S. Putra Ginting dan M.J Sitepu. (2013). Pengelolaan
Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Balai
Pustaka.

Gama, dkk .(2015). Faktor penyebab ketidak patuhan kontrol tekanan darah.

Iswanti, DI. 2012. Pengaruh Terapi Perilaku Modeling Partisipan Terhadap


Kepatuhan Minum Obat pada Klien Penatalaksanaan Regimen Terapeutik
Tidak Efektif di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tesis:
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan Kekhususan
keperawatan Jiwa Depok

Istiqomah. (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi


Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus).
Sekripsi Jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Juariah S. 2014. Aktivitas Senyawa Antibakteri Bintang Laut (Asterias forbesii)


Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen.

15
Leba, M. A. U. 2017. Buku Ajar Ektraksi Dan Real Kromatologi. Yogyakarta:
Deepublisih.

Marjoni, M. R. (2016). Dasar-dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:


Trans Info Media Press.

Musfirah, N. H 2018. Struktur Komunitas Bulu Babi (Echinoidea) yang


berasosiasi dengan Ekosistem Lamun di Pulau Barrang Lompo, Provinsi
Sulawesi Selatan. Skripsi Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin Makassar.

Novitasari, A.E. dan D.Z. Putri. 2016. Isolasi dan identifikasi saponin pada
ekstrak daun mahkota dewa dengan ekstraksi maserasi. Jurnal Sains.
6(12):10-14.

Pratiwi, E. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi Dan


Reperkolasi Dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide Dari
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Nee). Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Wahyulianingsih, Handayani, S., & Malik, A. (2016). Penetapan kadar Flavonoid


Total Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum(L.) Merr dan Perry).
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 189.

Wiratmaja, I Gede, dkk. 2011. Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan


Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan
Baku.

16

Anda mungkin juga menyukai