Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara membuat,
mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi
atau pembakuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat dan distribusi
pengunaannya yang aman Dalam dunia farmasi salah satu ilmu yang dipelajari yaitu
tentang farmakognosi (Syamsuni, 2012).
Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa,
sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi
Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya
meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang
seharusnya juga mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang
terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa.
Sebagai contoh Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya
hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.
Maserasi merupakan salah satu metoda ekstraksi yang dilakukan dengan
cara merendam simplisia nabati menggunakan pelarut tertentu selama waktu tertentu
dengan sesekali dilakukan pengadukan atau penggojokan (Marjoni, 2016).
Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Ekstraksi zat aktif
dilakukan dengan cara merendam simplisia nabati dalam pelarut yang sesuai selama
beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Pelarut yang digunakan,
akan menembus dinding sel dan kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh
dengan zat aktif. Pertemuan antara zat aktif dan pelarut akan mengakibatkan
terjadinya proses pelarutan dimana zat aktif akan terlarut dalam pelarut. Pelarut yang
berada di dalam sel mengandung zat aktif sementara pelarut yang berada di luar sel
belum terisi zat aktif, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsentrasi zat aktif
di dalam dengan konsentrasi zat aktif yang berada di luar sel. Perbedaan konsentrasi

1
ini akan mengakibatkan terjadinya proses difusi, dimana larutan dengan konsentrasi
tinggi akan terdesak keluar sel dan digantikan oleh pelarut dengan konsentrasi
rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai didapat suatu kesetimbangan
konsentrasi larutan antara di dalam sel dengan konsentrasi larutan di luar sel
(Marjoni, 2016)
Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari
komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang
digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk
ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut
dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Proses ini terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat
aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara yang sesuai
dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan diekstraksi dapat
berbentuk sampel segar ataupun sampel yang telah dikeringkan. Sampel yang umum
digunakan adalah sampel segar karena penetrasi pelarut akan berlangsung lebih
cepat. Selain itu penggunaan sampel segar dapat mengurangi kemungkinan
terbentuknya polimer resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses
pengeringan. Penggunaan sampel kering juga memiliki kelebihan yaitu dapat
mengurangi kadar air yang terdapat di dalam sampel, sehingga dapat mencegah
kemungkinan rusaknya senyawa akibat aktivitas antimikroba (Marjoni, 2016).
1.2 Maksud Percobaan
1. Agar ahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan maserasi, dan
bagaimana penarikan ekstraksi
1.3 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan meserasi dan
metode ekstraksi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana metode ekstraksi

2
1.4 Manfaat Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara melakukan proses
metode maserasi dengan benar dan efektif

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1. Pengertian maserasi
Simplisia adaah bahan alam yang digunakan untuk pengobatan dan belum
mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringtidak lebih darican
tidak lebih dari 60°C (BPOM, 2014). Serbuk adalah sediaan obat tradisonal berupa
butiran homogeny dengan derajat halus yang cocok: bahan bakunya berupa simplisia
sediaan galenik, atau campurannya. Serbuk simplisia adalah sediaan obat tradisonl
berupa butiran homogeny dengaan derajat halus yang sesui, terbuat dari simplisia
atau campuran dengan ekstrak yang cara penggunaannyadiseduh dengan air panas
(BPOM, 2014)
Ekstrasi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat
tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yng berbeda.
Pada umunya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada
kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organic. Bhan yang akan diekstrak biasanya berupa bahan kering yang
telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk atau simplisia (Hanni, 2015).
Tujuan dari ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponenkimia yang
terdapat pada bahan alam. Bhan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan pelarut.
Pada proses ekstraks dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang masuk kedalam
cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan dan meliputi dua
fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada fase pembilasan, pelarut membilas
komponen-komponen isi sel yang telah pecah dan proses penghacuran sebelumnya.
Pada fase ekstraksi, mula-mula terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran
kerangka selulosa dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebaryang
menyebabkan pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel. Bahanisi sel
kemudian terlarut ke dalam pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi

4
keluar akibat adanya gaya yang ditimbulkan karena perbedaan kosentrasi bahan
terlarut yang terdapat didalam dan di luar sel. Ekstraksi secara umum dapat
digolongkan menjadi dua yaitu ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi car-cair, senyawa
yang dipisahkan terdapat dalam campuran yang berupa cairan, sedangkan ekstraksi
padat-cair adalah suatu metode pemisahan senyawa dari campuran yang berupa
padatan (Hanna, 2015)
Maserasi dalah proses pencarian sederhana, yang dengan merendamkan
sampel dalam pelarut yang sesuai pada suhu kamar dengan waktu tertentu dan
disertai dengan pengadukan sehingga kerusakan kandungan kimia yang di ekstraksi
dapat diminimalisasi. Perkolasi adalah cara ekstraksi yang menggunakan pelarut
melalui simplisia hingga senyawa akan terekstraksi dengan sempurna. Keuntungan
dari teknik ekstraksi dingin adalah aman untuk senyawa yang bersifat there mau labil
dengan kelemahannya adalah membutuhkan lebih banyak jumlah pelarut dan waktu
ekstraksi yang lebih lama (Marjoni, 2016).
2.1.2 Prinsip kerja maserasi
Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Ekstraksi zat aktif
dilakukan dengan cara merendam simplisia nabati dalam pelarut yang sesuai selama
beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Pelarut yang digunakan,
akan menembus dinding sel dan kemudian masuk ke dalam sel tanaman yang penuh
dengan zat aktif. Pertemuan antara zat aktif dan pelarut akan mengakibatkan
terjadinya proses pelarutan dimana zat aktif akan terlarut dalam pelarut. Pelarut yang
berada di dalam sel mengandung zat aktif sementara pelarut yang berada di luar sel
belum terisi zat aktif, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsentrasi zit aktif
di dalam dengan konsentrasi zat aktif yang berada di luar sel Perbedaan konsentrasi
ini akan mengakibatkan terjadinya proses difusi, dimana larutan dengan konsentrasi
tinggi akan terdesak keluar sel dan digantikan oleh pelarut dengan konsentrasi
rendah. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sampai didapat suatu kesetimbangan

5
konsentrasi larutan antara di dalam sel dengan konsentrasi larutan di luar sel
(Marjoni, 2016).
Maseras merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan
dengan pelarut yang sesui dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasa
rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, dan
ukuran partikel. Senyawa aktif saponin yang terkandung pada daun bidara akan
banyak dihasilkan jika diekstraksi menggunakan pelarut methanol, karena methanol
bersifat polar sehingga akan lebih mudah larut dibandingkan pelarut liain 9Suharto et
al., 2016).
Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat
aktif yang diekstrak tidak akan rusak . Pada saat proses perendaman bahkan akan
terjadi pemecahan dinding sel dan membrane sel yang diakibatkan oleh perbedaan
tekanan antara luar sel dengan bagian dalam sel sehingga metabolit sekunder yang
ada dalam sitoplasm akan pecah dan terlarut pada pelarut organic yang digunakan
(Novitasari dan Putri, 2016).
2.1.3. Pengerjaan maserasi
Maserasi biasanya dilakukan pada suhu antara 15°C-20°C dalam waktu
selama 3 hari sampai zat aktif yang dikehendaki larut. Kecuali dinyatakan lain.
maserasi dilakukan dengan cara merendam 10 bagian simplisia atau campuran
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu, dimasukkan ke dalam bejana kemudian
dituang dengan 70 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3-5 hari pada
tempat yang terlindung dari cahaya. Diaduk berulang-ulang, diserkai dan diperas.
Ampas dari maserasi dicuci menggunakan cairan penyari secukupnya sampai
diperoleh 100 bagian sari. Bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari di tempat sejuk
dan terlindung dari cahaya matahari kemudian pisahkan endapan yang diperoleh.
Maserasi merupakan metode sederhana dan paling banyak digunakan karena metode
ini sesuai dan baik untuk skala kecil maupun skala industri. Langkah-langkah
pengerjaan maserasi adalah sebagai berikut (Marjoni, 2016)

6
a. Simplisia dimasukkan ke dalam wadah yang bersifat inert dan tertutup rapat pada
suhu kamar.
b. Simplisia kemudian direndam dengan pelarut yang cocok selama beberapa hari
sambil sesekali diaduk Pelarut yang digunakan untuk maserasi data bersifat "bisa
dicampur air" seperti air itu sendiri yang disebut dengan pelarut polar dan dapat juga
digunakan pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air seperti: aseton, etil asetat.
Pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air ini disebut pelarut non polar atau
pelarut organik.
c. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dipisahkan dari sampel dengan cara
penyaringan
Waktu maserasi pada umumnya adalah 5 hari, karena dengan waktu tersebut
telah tercapai keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan luar sel. Pengocokan yang dilakukan selama maserasi akan menjamin
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Tanpa adanya
pengocokan akan mengakibatkan berkurangnya perpindahan bahan aktif selama
proses maserasi (Marjoni, 2016).
2.1.4. Pelarut yang digunakan dalam maserasi
Menurut Farmakope Indonesia, pelarut yang dapat digunakan pada maserasi
adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Pilihan utama untuk pelarut pada maserasi
adalah etanol karena etanol memiliki diantaranya menurut Marjoni (2016) yaitu
beberapa keunggulan sebagai pelarut :
a. Etanol bersifat lebih selektif
b.Dapat menghambat pertumbuhan kapang dan kuman
c. Bersifat non toksik (tidak beracun)
d. Etanol bersifat netral
e. Memiliki daya absorbsiyang baik
f. Dapat bercampur dengan air pada berbagai perbandingan Panas yang diperlukan
untuk pemekatan lebih sedikit
h. Etanol dapat melarutkan berbagai zat aktif dan meminimalisir terlarutnya zat

7
pengganggu seperti lemak.
2.1.5. Kelebihan dan kekurangan ekstraksi secara maserasi.
Ekstraksi secara maserasi tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan metode maserasi menurut
Marjoni (2016):
a Kelebihan dari Metode Maserasi
1) Peralatan yang digunakan sangat sederhana
2) Teknik pengerjaan relative sederhana dan mudah dilakukan
3) Biaya operasionalnya relative rendah
4) Dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil karena
maserasi dilakukan tanpa pemanasan.
5) Proses ekstraksi lebih hemat penyari
b. Kekurangan Metode Maserasi
1) Kerugian utama dari metode maserasi ini adalh memerlukan banyak waktu.
2) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi
sebesar 50%
3) Pelarut yang digunakan cukup banyak
4) Kemungkinan besar ada beberapa senyawa yang hilang saat ekstraksi
5) Beberapa senyawa sulit diekstraksi pada suhu kamar
6) Penggunaan pelarut air akan membutuhkan bahan tambahan seperti pengawet yang
diberikan pada awal ekstraksi. Penambahan pengawet dimaksudkan untuk
mencegah pertumbuhan bakteri dan kapang.
2.1.6 Ekstraksi
Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari
komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang
digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk
ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut
dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya bendifusi masuk ke

8
dalam pelarut. Proses ini terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat
aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara yang sesuai
dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan diekstraksi dapat
berbentuk sampel segar ataupun sampel yang telah dikeringkan. Sampel yang umum
digunakan adalah sampel segar karena penetrasi pelarut akan berlangsung Jebih
cepat. Selain itu penggunaan sampel segar dapat mengurangi kemungkinan
terbentuknya polimer resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses
pengeringan. Penggunaan sampel kering juga memiliki kelebihan yaitu dapat
mengurangi kadar air yang terdapat di dalam sampel, sehingga dapat mencegah
kemungkinan nusaknya senyawa akibat aktivitas antimikroba (Marjoni, 2016).
Menurut Marjoni (2016), beberapa istilah umum yang berkaitan dengan proses
ekstraksi diantaranya:
a. Menstrum: Pelarut campuran pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
b. Rafinat sisa dari suatu proses ekstraksi
c. Artefak: Zat lain yang diperoleh selain zat yang terkandung di dalam sampel.
2.1.7 Tujuan ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari suatu proses
ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan pertimbangan berikut ini
menurut Marjoni (2016) adalah sebagai berikut:
a Senyawa kimia yang telah memiliki identitas Untuk senyawa kimia telah
memiliki identitas maka proses ekstraksi dapat juga dilakukan sedikit modifikasi
untuk mengembangkan proses ekstraksi.
b. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu Dalam hal ini, prosesekstraksi
bertujuan untuk menemukan kelompok senyawa kimia metabolit sekunder tertentu
dalam simplisia seperti alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Metode umum yang dapat
digunakan adalah studi pustaka dan untuk kepastian hasil yang diperoleh, ekstrak

9
diuji lebih lanjut secara kimia atau analisa kromatografi yang sesuai untuk kelompok
senyawa kimia yang dituju.
c. Organisme (tanaman atau hewan)
Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya dibuat dengan
cara mendidihkan atau menyeduh simplisia tersebut dalam air. Dalam hal ini, proses
ekstraksi yang dilakukan secara tradisional tersebut harus ditiru dan dikerjakan
sedekat mungkin, apalagi jika ekstrak tersebut akan dilakukan kajian ilmiah lebih
lanjut terutama dalam hal validasi penggunaan obat tradisional.
d. Penemuan senyawa baru
Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui sifatnya dan belum
pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda apapun maka, metoda ekstraksi dapat
dipilih secara random atau dapat juga dipilih berdasarkan penggunaan tradisional
untuk mengetahui adanya senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologi khusus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi: (Marjoni, 2016)
a. Jumlah simplisia yang akan diekstrak Jumlah simplisia yang akan diekstrak
sangat erat kaitannya dengan jumlah pelarut yang akan digunakan. Semakin banyak
simplisia yang digunakan, maka jumlah pelarut yang digunakan juga semakin banyak
b. Derajat kehalusan simplisia Semakin halus suutu simplisia, maka luas kontak
permukaan dengan pelarut juga akan semakin besar sehingga proses ekstraksi akan
dapat berjalan lebih optimal
e. Jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
Pemilihan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi sangat dipengaruhi oleh
kepolaran dari pelarut itu sendiri. Senyawa dengan kepolaran yang sama akan lebih
mudah larut dalam pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama pula (like
dissolves like)
d. Waktu ekstraksi
Waktu yang digunakan selama proses ekstraksi akan sangat menentukan
banyaknyn senyawa-senyawa yang terekstrak [19.39, 23/9/2022] Ama: e. Metode

10
ekstraksi Berbagai metode ekstraksi dapat digunakan untuk menarik senyawa kimia
dari simplisia
2.I.8 Kondisi proses ekstraksi
Beberapa proses ekstraksi memerlukan keadaan dan kondisi tertentu. Bahan
alam yang mengandung senyawa kumarin dan kuinon umumnya dilakukan pada
kondisi terlindung dari cahaya. Proses ekstraksi skala industri misalnya dilakukan
secara kontiniu, sedangkan pada skala laboratorium, ekstraksi dapat dilakukan baik
dengan pengadukan ataupun tanpa pengadukan.
1. Jenis-jenis ekstraksi
Jenis-jenis ekstraksi menurut Marjoni (2016)
a. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran
1) Esktraksi padat-cair
Proses ekstraksi padat-cair ini merupakan proses ekstraksi yang paling banyak
ditemukan dalam mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan
alam. Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat di dalam campurannya dan
memerlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan zat padat. Kesempurnaan
proses ekstraksi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan alam dan sifat dari bahan
yang akan diekstraksi
2) Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan diekstraksi berbentu
cairan di dalam campurannya.
b. Berdasarkan penggunaan panas
1) Ekstraksi secara dingin
Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa
senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat
thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut
ini:
a) Maserasi

11
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara
merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada
temperature kamar dan terlindung dari cahaya
b) Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara
mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.
2) Ekstraksi panas
Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung dalam
simplisia dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas
a) Seduhan diantaranya
Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam
simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit). b) Coque
(penggodokan) Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisia
menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat baik
secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja tampa
ampas
c) Infusa
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia
nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain.
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya
hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih
lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90°C.
Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain proses penyariannya yang
kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang
bersifat yang termolabil
1) Refluks
Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didi pelarut
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik

12
(kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu
pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.
2) Soxhletasi
Ekstraksi tunggal
Merupakan proses ekstraksi dengan cara mencampurkan bahan yang akan diekstrak
sebanyak satu kali dengan pelarut. Pada ekstraksi ini sebagian dari zat aktif akan
terlarut dalam pelarut sampai mencapai suatu keseimbangan. Kekurangan dari
ekstraksi dengan cara seperti ini adalah rendahnya rendemen yang dihasilkan
2) Ekstraksi multi tahap
Merupakan suatu proses ekstraksi dengan cara mencampurkan bahan yang
akan diekstrak beberapa kali dengan pelarut yang baru dalam jumlah yang sama.
banyak. Ekstrak yang dihasilkan dengan cara ini memiliki rendemen lebih tinggi
dibandingkan ekstraksi tunggal, karena bahan yang diekstrak mengalami beberapa
kali pencampuran dan pemisahan [19.39, 23/9/2022] Ama: e. Metode ekstraksi
Berbagai metode ekstraksi dapat digunakan untuk menarik senyawa kimia dari
simplisia
I. Kondisi proses ekstraksi
Beberapa proses ekstraksi memerlukan keadaan dan kondisi tertentu. Bahan
alam yang mengandung senyawa kumarin dan kuinon umumnya dilakukan pada
kondisi terlindung dari cahaya. Proses ekstraksi skala industri misalnya dilakukan
secara kontiniu, sedangkan pada skala laboratorium, ekstraksi dapat dilakukan baik
dengan pengadukan ataupun tanpa pengadukan.
2. Jenis-jenis ekstraksi
Jenis-jenis ekstraksi menurut Marjoni (2016)
a. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran
Esktraksi padat-cair
Proses ekstraksi padat-cair ini merupakan proses ekstraksi yang paling banyak
ditemukan dalam mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan
alam. Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat di dalam campurannya dan

13
memerlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan zat padat. Kesempurnaan
proses ekstraksi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan alam dan sifat dari bahan
yang akan diekstraksi
2) Ekstraksi cair-cair Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan
diekstraksi berbentuk cairan di dalam campurannya.
Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa
senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat
thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut
ini:
a.) Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara
merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu
pada temperature kamar dan terlindung dari cahaya
b) Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara
mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu
2) Ekstraksi panas
Metode panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung dalam
simplisia dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas )
Seduhan diantaranya
Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam
simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit). b) Coque
(penggodokan)
Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisia
menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat baik
secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja tampa
ampas
c) Infus
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia

14
nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain,
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya hanya
terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih lama
dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90°C.
Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain proses penyariannya yang
kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang
bersifat yang termolabil 1) Refluks.
Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didi pelarut
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu
pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.
2) Soxhletasi (Ekstraksi tunggal)
Merupakan proses ekstraksi dengan cara mencampurkan bahan yang akan
diekstrak sebanyak satu kali dengan pelarut. Pada ekstraksi ini sebagian dari zat aktif
akan terlarut dalam pelarut sampai mencapai suatu keseimbangan. Kekurangan dari
ekstraksi dengan cara seperti ini adalah rendahnya rendemen yang dihasilkan.
2) Ekstraksi multi tahap Merupakan suatu proses ekstraksi dengan cara
mencampurkan bahan yang akan diekstrak beberapa kali dengan pelarut yang baru
dalam jumlah yang sama. banyak. Ekstrak yang dihasilkan dengan cara ini memiliki
rendemen lebih tinggi dibandingkan ekstraksi tunggal, karena bahan yang diekstrak
mengalami beberapa kali pencampuran dan pemisahan.
Menurut Marjoni (2016), parameter yang mempengaruhi ekstraks diantaranya adalah:
1. Pengembangan dan pemelaran tanaman
2. Difusi, pH, ukuran partikel dan suhu
3. Pilihan pelarut ekstraksi
2.2 Uraian Tanaman
2.1.2 Bawang Bombay (Allium Cepa Linnaeus)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta

15
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Alloaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium Cepa Linnaeus
2.2.2 Morfologi Tanaman Bawang Bombay
Menurut Wibowo (1999), Bawabg bombay (Allium Cepa Linnaeus) variasi
morfologi sangat besar terutama bentuk daun seperti pipa, warna daun hijau mudah,
bentuk irisan daun seperti lingkaran. Bibit yang lazim dipakai adalah dari umbi,
dipilih umbi yang berasl dari tanaman yang sehat, subur dan cukup tua.
2.3.2 Kandungan Kimia Bawang bombay
Menurut Abdulkadir et al (2017), Bawang bombay memiliki kandungan
senyawa flavonoid yang tinggi (kuersetin) glikosida, fenol, fetrin dan saponin,
bawang Bombay berakhisiat menerunkan kadar kolestrol darah mencegah
pembentukan gumpulan darah, dan menurun kadar gula.
2.4.2 Manfaat Bawang Bombay
Untuk menyembuhkan berbagai penyakit pencernakan, flu, kembung, mual,
maag, disentri, dan membunuh cacing dalam perut. Sifat senyawa bawang bombai
bersifat hipolipidemik, yaitu dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Mengkonsumsi satu siung dapat meningkatkan kadar kolesterol 'baik' sebesar30%.
Manfaat lainnya, dapat menyembuhkan penyakit radang hati, radang sendi, radang
tonsil, radang pada tenggorokan, serta radang telinga (Onyeoziri et al. 2016).
2.4 Uraian Bahan
2.4.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekull : 46,07 g/mol
Rumus struktur :

16
Pemerian : Cara tidak berwarna, mudah menguap, dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur
dengan pelarut organik
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
Khasiat : Desinfektan
Kegunaan : Membersihkan alat dan sebagai zat tambahan
2.4.2 Aquades (Dirjen POM edisi III, 1979) :
Nama Resminya : Aqua destilata
Nama Lainnya : Aquades, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna dan berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmakognosi dengan pecobaan maserasi, dilaksankan pada tanggal 22
September 2022 pukul 10.00-13.00 WITA. Pelaksanaan praktikum bertempat di
Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum maserasi yaitu: gelas ukur, neraca,
toples, dan wadah stainless
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum maserasi yaitu: alkohol 70%,
Alkohol 96% , Aluminium Foil, Tisue, Lap Halus, Kain Saring.
3.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol
3. Ditimbang sampel bawang bombay menggunakan neraca ohaus
4. Dimasukan sampel bawang bombay kedalam toples
5. Ditambahkan alcohol 96% sebanyak 500 ml
6. Ditutup toples menggunakan aluminium foil dan penutup toples
7. Dilakukan pengocokan secara konstan selama 2 jam lebih
8. Disaring sampel bawang bombay menggunakan kain saring
9. Dipisahkan filtrat dan residu
10. Diukur filtrat yang didapat
11. Ditimbang residu menggunakan neraca ohaus

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No Pelarut Hasil Pengamatan Residu Filtrat


(gr) (mL)
Sebelum Sesudah
1. Metanol 500 310

4.2 Pembahasan
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara
merendam simplisia nabati menggunakan pelarut tertentu selama waktu tertentu
dengan sesekali dilakukan pengadukan atau penggojokan. Metode ini dilakukan
dengan memasukkan serbuk tanaman dalam pelarut yang sesuai kedalam wadah inert
yang tertutup rapat pada suhu kamar (Marjoni, 2016).
Praktikum kali ini adalah tentang maserasi. Alat yang digunakan yaitu: gelas
ukur, neraca ohaus, pipet tetes, toples, dan wadah stainles. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan adalah alkohol 70%, alkohol 96%, aluminium foil, tisu, lap halus,
kain saring.
Selanjutnya disiapkan dan dibersihkan alat-alat yang akan dipakai pada saat
praktikum menggunakan alkohol 70 %. Alasan digunakannya alkohol 70% karena
alkohol 70% menunjukan aktifitas sebagai antifungi dan dapat mendenaturasi protein,
alkohol mempunyai aktifitas sebagai bakterisid yang membunuh bakteri dalam
bentuk vegetatifnya (Noviansari dkk, 2013)
Pada percobaan kali ini kami memakai serbuk biji nangka (Artocarpus
heterophyllus) yang pertama kita lakukan adalah menimbang sampel sebanyak 250
gram menggunakan neraca ohaus. Kemudian dimasukkan sampel kedalam toples, dan

19
ditambahkan metanol sebanyak 500 mL. Lalu ditutup toples menggunakan
aluminium foil dan penutup toples. Menurut Willgis Danu Patria dan Soegihardjo
(2013), alasan toples ditutup dengan aluminium foil agar terlindungi dari cahaya agar
tidak menyebabkan degradasi senyawa antosianin.
Kemudian dilalukukan pengocokan secara konstan selama 2 jam. Karena
menurut Wahyuni dan Widjanarko (2015) waktu ekstraksi yang semakin lama
menyebabkan semakin lama efek pemanasan dan semakin lama kontak antara
padatan dengan solven yang akan memperbanyak jumlah sel yang pecah dan bahan
aktif yang terlarut.
Setelah 2 jam pengocokan, sampel disaring menggunakan kain saring. Lalu
dipisahkan filtrat dan residu. Karena menurut penelitian Susanty dan Fairus Bachmid
(2016), filtrat yang telah dipisahkan akan diuapkan kembali menggunakan rotary
evaporator, agar pelarut yang digunakan tidak tersisa sehingga pelarut tidak
mempengaruhi efektivitas dari sampel yang diuji.
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam praktikum ini adalah
pengocokkan sampel yang tidak konstan sehingga menebabkan penarikan senyawa-
senyawa tidak efektif.

20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Maserasi merupakan cara ekstrasi yang sederhana. Istilah maceration bersal
dari bahana latin macere, yang artinya “merendam”, jadi maserasi dapt di artilan
sebagai proses dimana obat yang sudah harus memungkinkan untuk direndam dalam
menstruum seperti meresap dan melukankan susunan sel, sehingga zat-zat yang
mudah larut akan melarut (Ansel, 1989)
2. Prinsip maserasi adalah ekstarsi zataktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari ini pada temperatur
kamar terlindung dari caya, pelarut akan masuk kedalam sel dari tanaman melewai
dinding sel, isi sel akan lars karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
didalam dengan di luar el. Larutan yang kosentrasinya tinggi akan terdesK keluar dan
diganti oleh pelarut dengan konsentrasirendah (proses difusi)peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Selama proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan
pengadukan/ pengocokkan dan pengganti pelarut setiap hari. Pengocokkan
memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang masuk keseluruh permukaan
simplisia yang sudah halus. Endapan yang diperoleh dipisahan dan filtratnya
diperkatkan (Ansel, 1989)
5.2 Saran
5.2.1 Saran kepada jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan
5.2.2 Saran kepala laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium agar para praktikum dapat lebih mudah, cepat dan lancer dalam
melakukan suatu percobaan kepada asisten
5.2.3 Saran untuk Asisten

21
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi sama yang lebih baik lagi
antara asisten dan praktikum saat berada dalam laboratorium maupun diluar
laboratorium. Sebab, kerja sama yang baik akan lebih mempermudah proses
penyaluran dari asisten kepada praktian
5.2.4 Saran kepada praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada sesame praktikan dapat menyimak dengan
baik saat asisten memberikan arahan agar kita menyelesaikan praktikan tersebut.

22

Anda mungkin juga menyukai