Anda di halaman 1dari 14

EKSTRAKSI DINGIN DAN EKSTRAKSI PANAS

A. EKSTRAKSI DINGIN

Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Seringkali

campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan

dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja, karena

komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda

sifat-sifat fisikanya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu

rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya

proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis.

Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih,

baik untuk zat organic atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro.

Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan

untuk pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia, dan

anorganik di laboratorium. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu

komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut.

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dimana komponen

mengalami perpindahan massa dari suatu padatan ke cairan atau dari cairan

ke cairan lain yang bertindak sebagai pelarut. Berbagai penelitian tentang

ekstraksi padat-cair telah banyak dilakukan [1]. Ekstraksi padat cair, yang

sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut

(solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut(innert)
dengan menggunakan pelarut cair. Operasi ini sering dijumpai di dalam

industri metalurgi dan farmasi, misalnya pada pemisahan biji emas, tembaga

dari biji-bijian logam, produk-produk farmasi dari akar atau daun tumbuhan

tertentu.

Metode ekstraksi terbagi menjadi 2 macam:

1.       Ekstraksi cara dingin

Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi

berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud

akibat proses pemanasan. Ekstraksi dingin antara lain:

a. MASERASI merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau

dengan pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metode ini dengan

cara merendam sampel dengan sekali-kali dilakukan pengocokan.

Pengocokan dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary

shaker dengan kecepatan sekitar 150 rpm. Umumnya perendaman

dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru.

Namun dari beberapa penelitian melakukan perendama hingga 72 jam.

Selama proses perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan masuk

ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Kemudian zat aktif akan

larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak

keluar. Peristiwa tersbut terus berulang hingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan antara larutan di luar sel dengan larutan di dalam

sel.
Keuntungan cara ekstraksi dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan

peralatan yang sederhana. Namun metode ini juga memiliki kekurangan,

yaitu cara pengerjaannya yang lama dan ekstraksi yang kurang sempurna.

a. PERKOLASI merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dengan

mengalirkan pelarut melalui bahan sehingga komponen dalam bahan

tersebut tertarik ke dalam pelarut. Kekuatan yang berperan pada

perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan

permukaan, difusi, osmosis, adesi, daya kapiler dan daya geseran

(friksi). Hasil perkolasi disebut perkolat. Perkolasi banyak digunakan

untuk mengekstraksi komponen dari bahan tumbuhan. Pada proses

perkolasi, terjadi partisi komponen yang diekstraksi, antara bahan dan

pelarut. Dengan pengaliran pelarut secara berulang-ulang, maka

semakin banyak komponen yang tertarik.

Kelemahan dari metode ini yaitu diperlukan banyak pelarut dan waktu yang lama,

sedangkan komponen yang didapat relatif tidak banyak. Keuntungannya adalah

tidak memerlukan pemanasan sehingga teknik ini baik untuk substansi termolabil

(yang tidak tahan terhadap panas).

Metode ekstraksi berdasarkan ada tidaknya proses pemanasan dapat

dibagi menjadi dua macam yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstrasi cara

panas (Hamdani, 2009):


a. Ekstraksi cara dingin Pada metode ini tidak dilakukan pemanasan selama

proses ekstraksi berlangsung dengan tujuan agar senyawa yang diinginkan

tidak menjadi rusak. Beberapa jenis metode ekstraksi cara dingin, yaitu:

1. Maserasi atau dispersi Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan

menggunakan pelarut diam atau dengan adanya pengadukan beberapa

kali pada suhu ruangan. Metoda ini dapat dilakukan dengan cara

merendam bahan dengan sekali-sekali dilakukan pengadukan. Pada

umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut

diganti dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan

pengadukan secara sinambung (maserasi kinetik). Kelebihan dari

metode ini yaitu efektif untuk senyawa yang tidak tahan panas

(terdegradasi karena panas), peralatan yang digunakan relatif sederhana,

murah, dan mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa

kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut

dalam jumlah yang banyak, dan adanya kemungkinan bahwa senyawa

tertentu tidak dapat diekstrak karena kelarutannya yang rendah pada

suhu ruang (Sarker, S.D., et al, 2006).

2. Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara

unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai

prosesnya sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan.

Prosedur metode ini yaitu bahan direndam dengan pelarut, kemudian

pelarut baru dialirkan secara terus menerus sampai warna pelarut tidak

lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi
senyawa yang terlarut. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperlukan

proses tambahan untuk memisahkan padatan dengan ekstrak, sedangkan

kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup

banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta

tidak meratanya kontak antara padatan dengan pelarut (Sarker, S.D., et

al, 2006).

B. EKSTRAKSI PANAS

Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan

bagian tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.

Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan

memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya sehingga diperlukan metode

ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya ( Tobo F, 2001).

Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan

merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat

bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada

dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau

lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat

dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah

selama beberapa menit (Shevla, 1985).

Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil

komponen berkhasiat ini; diantaranya dengan melakukan perendaman,

mengaliri simplisia dengan pelarut tertentu ataupun yang lebih umum dengan
melakukan perebusan dengan tidak melakukan proses pendidihan (Makhmud,

2001).

Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan

lebih mudah tarut dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif

dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam

rongga set yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik

di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini

akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif

di dalam dan di luar sel (Tobo F, 2001).

1. Proses Ekstrak bahan alam

2. Pengeringan dan perajangan

Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia

tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari

teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup

akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur).

Jamur Aspergilus flavus akan menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun

dan dapat menyebabkan kanker hati, senyawa ini sangat ditakuti oleh

konsumen dari Barat. Menurut persyaratan obat tradisional tertera bahwa

Angka khamir atau kapang tidak Iebih dari 104. Mikroba patogen harus

negatif dan kandungan aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj).

Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau

mudah patah. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan


sampai kadar air tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan

menurut yang tertera dalam Materia Medika Indonesia atau Farmakope

Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di bawah sinar matahari langsung,

melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot

udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan

pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam

untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar proses

pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak

bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan

sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan aktifnya (Dijten POM,

1990).

Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan

berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan

mesin perajang singkong dengan ketebalan yang sesuai. Apabila terlalu tebal

maka proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat

membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat

rusaknya kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau

pisau yang digunakan sebaiknya bukan dan besi (misalnya “stainless steel”

eteu baja nirkarat) (Ditjen POM, 1990). 

2. Pemilihan pelarut

Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat

kandungan kimia (metabolit sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang

penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus polar senyawa
tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam

pelarut polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam pelarut

non polar. Derajat kepolaran tergantung kepada ketetapan dielektrik, makin

besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut (Ditjen POM, 1992).

Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1992):

1. Kapasitas besar

2. Selektif

3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah) Cara

memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air

dengan wadah lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan vakum.

1. Harus dapat diregenerasi

2. Relative tidak mahal

3. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan

uap.

4. Viskositas cukup rendah

3. Pemilihan metode ekstraksi

Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang

mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengancara

maserasi. sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang

tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang

mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi dengan metode soxhlet (Agoes,

2007).

Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode ekstraksi (Agoes, 2007):


1. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan

1. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi

2. Jenis senyawa yang akan diekstraksi

3. Sifat senyawa yang akan diekstraksi

A. Ekstraksi Secara Panas

Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi  komponen kimia

yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak

menguap yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga

diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel simplisia sehingga pelarut organik

mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi

yang termasuk cara panas yaitu (Tobo, 2001).

1. Metode Refluks

Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan

penyari secara kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari

dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin

balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh

kembali ke labu alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara

berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Ditjen

POM, 1986).

Simplisia yang biasa diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai

komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang

keras seperti akar, batang, buah, biji dan herba (Ditjen POM, 1986).
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks

ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan

pelarut organik misalnya methanol sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih

2 cm di atas permukaaan simplisia atau 2/3 dari volume labu, kemudian labu alas

bulat dipasang kuat pada statif pada waterbath atau heating mantel, lalu

kondendor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan statif.

Aliran air dan pemanas (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang

digunakan. Setelah 4 jam dilakukan penyarian. Filtratnya ditampung pada wadah

penampung dan ampasnya ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula,

ekstraksi dilakukan selama 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan

dipekatkan dengan rotavapor, kemudian dilakukan pengujian selanjutnya (Ditjen

POM, 1986).

Keuntungan dari metode ini adalah (Ditjen POM, 1986):

 Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama proses

pemanasan jika digunakan pelarut yang mudah menguap atau dilakukan

ekstraksi jangka panjang.

 Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak dengan

adanya pemanasan.

Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama dan diperlukan

alat – alat yang tahan terhadap pemanasan (Ditjen POM, 1986).

2. Metode Destilasi Uap Air

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang


mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal, misalnya pada penyarian

minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman Sereh (Cymbopogon nardus). Pada

metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan adanya pemanasan

kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang

menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan

dilakukan hingga sempurna (Ditjen POM, 1986).

Sampel yang akan diekstraksi direndam dalam gelas kimia selama 2 jam

setelah itu dimasukkan ke dalam bejana B, bejana A diisi air dan pipa-pipa

penyambung serta kondensor dan penampung corong pisah dipasang dengan kuat.

Api Bunsen bejana A dinyalakan sehingga airnya mendidih dan diperoleh uap air

yang selanjutnya masuk ke dalam bejana B melalui pipa penghubung untuk

menyari sampel dengan adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak menguap

yang telah tersari selanjutnya menguap menuju kondensor, karena adanya

pendinginan balik uap dari minyak menguap ini, maka uap air yang terbentuk

menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah berisi air (Ditjen POM,

1986).

Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur

digabungkan, tiap cairan bertindak seolah – olah pelarut itu hanya sendiri, dan

menggunakan tekanan uap. Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama

dengan jumlah tekanan uap parsial, yaitu tekanan yang digunakan oleh komponen

tunggal, karena pendidihan yang dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengan
tekanan atmosfer, titik didih dicapai pada temperatur yang lebih rendah daripada

jika tiap – tiap cairan berada dalam keadaan murni (Ditjen POM, 1986).

Keuntungan dari destilasi uap ini adalah  titik didih dicapai pada

temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap– tiap cairan berada dalam keadaan

murni. Selain itu, kerusakan zat aktif pada destilasi langsung dapat diatasi pada

destilasi uap ini. Kerugiannya adalah diperlukannya alat yang lebih kompleks dan

pengetahuan yang lebih banyak sebelum melakukan destilasi uap ini (Ditjen POM

: 1986).

https://liayesung.wordpress.com/2015/06/02/laporan-ekstraksi/

Soal pertanyaan:

1. Sebutkan pengertian ekstrasi

Jawab: ekstrasi adalah pemisahan suatu zat dari campuranya

dengan pembagian sebuah zat terutama antara dua pelarut yang

tidak tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu

pelarut kepelarut lain.

2. Keuntungan dari ekstrasi panas?

Jawab: Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan

selama proses pemanasan jika digunakan pelarut yang mudah

menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang. Dapat

digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak dengan

adanya pemanasan. Adapun kerugian dari metode ini adalah


prosesnya sangat lama dan diperlukan alat – alat yang tahan

terhadap pemanasan

3. Apa perbedaan ekstraksi dingin dan ekstraksi panas?

Jawaban: Metode ekstraksi dingin ini artinya tidak ada proses

pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk

menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud akibat proses

pemanasan. Sedangkan ekstraksi panas melibatkan panas.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes. Goeswin,2007, Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB: Bandung.

Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Ditjen POM, 1990, Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia: Jakarta.

Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Makhmud, AI. 2001. Metode Pemisahan. Departemen Farmasi Fakultas Sains

Dan tekhnologi, Universitas Hasanuddin : Makassar.

Shevla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Cetakan

Pertama. Penerbit PT Kalman Media Pustaka : Jakarta

Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas

Hasanuddin : Maka

Anda mungkin juga menyukai