Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisisn dan standarisasi atau
pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya
serta penggunaan yang aman. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
ilmu farmasi pun mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang
lebih khusus, tetapi saling berkaitan antara lain farmakologi, farmakognosi,
galenika, kimia farmasi, dan botani atau morfologi tumbuhan (Syamsuni,2006).
Farmakognosi adalah sebagai bagian ilmu farmasi, biokimia dan kimia
sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam
definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum
Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan
organoleptis yang seharusnya juga mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian
setiap zat yang terkandung dalam simplisia dengan ekstraksi atau dinyatakan lain
(Ansel, 1989).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simolisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanamna ialah isi
sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lannya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni simplisia hewani
adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang berguna
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni (Medika
Indonesia,1979)
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi atau maserasi dan evaporasi (Depkes RI, 2014).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari
bahan
mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi
dankepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi digunakan untuk penyarian
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi dilakukan dengan merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat
berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. (Sidik dan Mudahar, 2000).
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
tempetature kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel
tanaman melewati didinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didalam dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarutdengan konsentrasi rendah
(proses difusi) . peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan
antara larutan didalam sel dan diluar sel. (Ansel, 1989)
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan
atau
menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi
bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil
volume larutan, menurunkan aktivitas air aw (Praptiningsih 1999).
Evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Evaporasi
secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: (1) evaporasi yang
berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan (2) evaporasi yang
dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas
(steam) dalam suatu peralatan. Evaporasi dapat diartikan sebagai proses
penguapan dari pada liquid (cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long,
1995).
1.2 Maksud Percobaan
1.Bagaimana cara penarikan senyawa pada sampel dengan metode maserasi ?
2.Bagaimana cara kerja dari evaporasi?
3.Bagaimana cara menghitung persen rendamen?
1.3 Tujuan Percobaan
1.Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pennarikan senyawa pada
sampel dengan maserasi.
2.Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara evaporasi.
3.Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara perhitungan persen
rendamen.
BAB V

5.1 Kesimpulan
Jadi dari percobaan praktikum farmakognosi ini kami dapat menyimpulkan
Cara menarik senyawa dengan metotede maserasi yaitu dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel
tanaman mele&ati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didala seldengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya
tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah
peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan
didalam sel dan larutan diluar sel.
Disimpulkan cara atau prinsip kerja evaporasi yaitu dilaksanakan dengan cara
menguapkan sebagian dari pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan
zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada
evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu komponen.
Cara untuk menghitung persen rendemen yaitu dengan membagi hasil evaporasi
atau ekstrak kental dengan bobot sampel lalu dikalikan dengan 100% maka
didapatlah hasil persen rendamen.
5.2 Saran
Saran untuk jurusan
Sarana dan prasarana penyimpanan yang tersedia di laboratorium farmasi bahan
alam universitas negeri gorontalo masih kurang lengkap jadi kami sebagai
praktikan menyarankan untuk kelengkapan alat praktikum itu sendiri
saran untuk asisten
Untuk para asisten laboratorium farmasi bahan alam disarankan untuk lebih
memperhatikan dan membimbing praktikan saat berlangsungnya praktikum

DAPUS
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Pedoman Penerapan


Formularium Nasional, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Jakarta.

Sidik dan Mudahar, H., 2000, Ekstraksi tumbuhan obat, metode dan faktor-
faktor yang mempengaruhi mutunya, Makalah pada seminar sehari
Perhipba Komasariat, Jakarta : Universitas 17 Agustus 1945,
Jakarta.

Praptiningsih, Yhulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember;


Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan UNEJ
Long, Robert.B. 1995. Proses Evaporasi. (Online), (http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/pelaksanaan proses-
evaporasi) Diunduh Pada Bulan Mei 2015.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid

III. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. p.29, 180

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608,
700, Jakarta, UI Press.

Anda mungkin juga menyukai