JURUSAN FARMASI
HILMAYANA : PO713251181015
KELAS/KELOMPOK : 2A/A1
JURUSAN FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Obat tradisional Indonesia telah dikenal
banyak obat- obatan yang telah teruji khasiatnya dan tetap lestari hingga saat ini
dengan didukung oleh pembuktian ilmiah melalui uji praklinik dan uji klinik.
Penggunaan obat tradisional dimasyrakat memiliki kecenderungan untuk kembali
asal, habitat, spesies dan sifat spesifikasinya hal yang penting. Pengetahuan yang
cukup mengenai berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, baik bentuk
komponen kimia yang terdapat dalam suatu simplisia merupakan hal yang harus
Salah satu simplisia nabati yang digunakan dalam praktikum ini adalah
hentriakontan, tanin, kalium nitrat, kalsium oksalat, garam fosfat, zat besi, serta
1. Maksud Percobaan
2. Tujuan Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
yaitu :
- Perkolasi
Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu campuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit).
Agar terjadi perpindahan massa yang baik berarti performasi ekstraksi yang besar
haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin diantara
kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan didistribusikan menjadi tetes-
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan
sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang
penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap
ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera
disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak
pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong
konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan
terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau dise but
juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.
Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat
makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih
kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan padsa distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidang saling bercampur,
seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini
serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan
dapat digunakan untuk ion-ion logamyang bertindak sebagai trace (pengotor) dan
Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi,
maka satu kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara kuantitatif.
menggunakan pelarut dengan volume sedikit demi sedikit (Estien Yazid, 2005).
Skrining Fitokimia
dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, buah, bunga, biji),
yang dipelajari, dan dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya
dengan uji tabung dan atau dengan uji penegasan KLT. Uji tabung dilakukan
terhadap golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Misalnya, sari dalam
petroleum eter mengandung zat-zat kimia yang larut dalam minyak (lemak dan
asam lemak tinggi, steroid, terpenoid dan karotenoid). Sari dalam eter
dan asam lemak. Sedangkan sari etanol-air mengandung zat-zat kimia seperti
garam alkaloid, antosian, glikosida, saponin, tanin, dan flavonoid. Uji penegasan
dengan KLT hanya dilakukan terhadap senyawa yang memberikan hasil positif
terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa
bahan serbuk lainnya. Campuran yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan
berupa bercak atau pita. Setelah pelat ditempatkan dalam larutan pengembang
yang cocok (fase gerak), pemisahan yang terjadi adalah adsorbsi. Kekuatan
adsorbsi tergantung pada kuat lemahnya interaksi antara senyawa, pelarut, dan
Fase gerak untuk KLT terdiri dari campuran dua atau tiga sistem pelarut
yang berbeda kepolarannya. Sistem fase gerak yang biasa digunakan antara lain,
Pemisahan dengan KLT dengan mudah diamati jika semua senyawa yang
dipisahkan berwarna. Namun, jika beberapa atau semua senyawa tidak berwarna
pengembangan diamati dibawah sinar tampak dan sinar UV. Jika senyawa yang
akan tampak gelap dengan latar belakang bersinar pada UV 254 nm. Pada UV 365
nm, bercak yang sama akan nampak berpendar. Jika pengamatan di bawah sinar
dilakukan untuk uji kualitatif. KLT sering digunakan untuk mencari sistem eluen
senyawa yang terpisah pada lapis tipis diperoleh dari harga faktor retensi (Rf),
yaitu dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh senyawa terlarut dengan
(Padmawinata, 1985).
menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Selain itu, KLT hanya
B. URAIAN MORFOLOGI
1. klasifikasi tanaman
Kingdom: Plantae
Clade: Tracheophytes
Clade: Angiosperms
Clade: Eudicots
Order: Caryophyllales
Family: Amaranthaceae
Genus: Amaranthus
Species: A. spinosus
Kingdom: Plantae
Clade: Tracheophytes
Clade: Angiosperms
Clade: Eudicots
Order: Caryophyllales
Family: Amaranthaceae
Genus: Amaranthus
Species: A. spinosus
2. Nama Daerah
tumbuhan ini yaitu bayam kerui (Lampung); senggang cucuk (Sunda); bayam eri,
bayam raja, bayam roda, bayam cikron (Jawa); tarnyak duri, tarnyak lakek
(Madura); bayam kikihan, bayam siap, kerug pasih (Bali); kedawa mawau, karawa
loda (Tidore).
3. Ciri Morfologi
Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada
bayam duri ini kecil berbentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak
berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi ciri khas pada tanaman ini adalah
(ovalis). Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5 sampai 3,2 cm.
bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang. Bunga ini
dengan panjang 1,5 mm. Bijinya berwarna hitam mengkilat dengan panjang
4. Ciri Mikroskopik
dengan trikoma jarum. Pada penampang melintang biji, tampak kulit biji,
terdiri dari lapisan kutikula tebal, jernih, di bawahnya terdapat lapian sel
lumen jelas dan tersusun tegak, jaringan berikutnya terdiri dari sel
parenkim yang bentuknya tidak beraturan, dinding sel tebal, warna jernih.
Keping biji terdiri dari epidermis keping biji berbentuk segi empat
fragmen kulit biji serupa jaringan palisade, sel batu parenkim, parenkim
Kandungan kimia yang terkandung dalam bayam duri antara lain amarantin,
fosfat, zat besi, serta vitamin (Setawati dkk, 2008). Secara kimiawi bayam duri
asam fenolat, asam amino, terpenoid, lipid, saponin, betalain, B sitosterol, asam
6.1. Alkaloid.
nitrogen dengan sistem siklik dan sebagian alkaloid bersifat basa (Harborne,
yang banyak terdapat pada buah, bunga, dan jaringan vegetatif (Strack dkk,
1987). Betalain adalah pigmen kelompok alkaloid yang larut dalam air, pigmen
bernitrogen, dan merupakan pengganti antosianin pada sebagian besar famili
mutual eksklusif dengan pigmen antosianin (Cai dkk, 2005 dan Grotewold,
6.2. Flavonoid.
Flavonoid adalah senyawa yang larut dalam air, etanol, aseton, dan
6.3. Tannin.
hidroksil dengan rasa pahit dan kelat yang dapat bereaksi dan menggumpal
6.4. Saponin.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan
busa jika dikocok dengan air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin terdiri dari dua jenis yaitu,
mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air
BAB III
METODE KERJA
a.timbangan analitik,
b.tabung reaksi,
c.rak tabung,
d.batang pengaduk,
e.bunsen,
f.plat tetes,
g.pipet tetes,
h.corong pisah,
Sampel biji Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch), n-Heksan, etil asetat,
lempeng KLT.
B. Metode Kerja
1. Pengambilan sampel
2. Pengolahan sampel
basah lalu dicuci. Sampel kemudian dikeringkan dan dirajang (dipotong kecil-
dengan derajat halus yang sesuai dan ditimbang kemudian dimaserasi selama
jam. Setelah itu kran perkolator dibuka dan cairan penyari dibiarkan mengalir
4. Proses Pemisahan
a. Ekstraksi Cair-Cair
kloroform dan lapisan yang larut air, lalu lapisan yang larut kloroform
Lempeng diberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm. Lempeng
yang telah diberi garis diaktifkan dalam oven dengan suhu 115°C selama
15 menit. Selanjutnya fraksi dilarutkan dengan masing-masing pelarut yg
1. Uji Saponim
2. Uji Flavonoid
3. Uji Alkaloid
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan
Setelah itu ditambahkan NaCl dan disaring lalu ditambahkan 5 tetes HCl 2
4. Uji Terpenoid/Steroid
2 lapisan antara larutan air dan etanol. Lapisan bagian atas (larut etanol)
5. Uji Tanin
positif.
BAB IV
A. HASIL
Perkolasi
1. Bobot sebelum diekstraksi (g) 400 gram
2. Bobot ekstrak kering (g) 28,428 gram
3. Presentase ekstrak (%)/rendamen 56,836 gram`
4. Jumlah cairan penyari (mL) 1250 mL
5. Jumlah ekstrak cair (mL) 640 mL
Perhitungan :
1. Metode perkolasi
= 76, 23 – 50,802
28 , 428 gram
= × 100 %
50 gram
= 56, 836 %
B. PEMBAHASAN
Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari
dari tiga hari diperoleh juga ekstrak cair sebanyak 640 mL. Setelah ekstrak
sendiri.
C.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
hingga diperoleh komposisi yang baik, yang dapat menarik senyawa aktif
Anonim, 2014. Kromatografi Lapis Tipis.http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatogra
fi_lapis_tipis. Diakses tanggal 4 april 2020.
Campbell, N. A., 2000, Biologi, Edisi Kelima, Jilid I, 196, Jakarta: Erlangga.
Heyne, K., 1987, Tumbuhan berguna Indonesia III, Jakarta: Badan Litbang
Departemen Kehutanan Indonesia.
Still, Clark., Kahn, M., and Mitra, A., 1978. Rapid Chromatographic Technique
for Preparatives Separations with Moderate Resolution. Journal of
Organic Chemistry. Vol. 43. No. 14.
SKEMA
1. Perkolasi
Simplisia ditimbang
Sari dipekatkan
GAMBAR
Bayam duri