Oleh :
FAKULTAS FARMASI
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Cortex (kulit) adalah jaringan luar dari batang, akar atau buah. Kulit batang (pepagan)
adalah lapisan terluar batang dan akar tumbuhan berkayu. Pepagan menutupi kayu dan terdiri
atas bagian dalam dan luar. Bagian dalam, yang pada batang dewasa merupakan jaringan hidup,
termasuk daerah terdalam periderm. Lapisan luar pada tangkai tua termasuk jaringan permukaan
tangkai yang mati, bersama dengan bagian-bagian periderm terdalam dan seluruh jaringan di sisi
luar periderm.
1. Sel gabus, pada cortex gunanya untuk mempertahankan diri terhadap keadaan luar
misalnya karena tua
2. Floem, gunanya untuk mengangkut makanan dari daun keseluruh bagian tanaman
3. Sel parenkim, didalamnya terdapat sel batu, Kristal oksalat berbentuk prisma atau
drust, dan amilum
4. Jari-jari empulur, terdapat Kristal oksalat dan amilum
A. Klasifikasi tumbuhan yang diamati
1. Kulit kayu Manis (Cinnamomi Cortex)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Magnolianae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum Schaeff
Spesies : Cinnamomum zeylanicum.
2. Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Magnoliaceae
Genus : Michelia
Spesies : Michelia champaca L.
3. Kulit Batang Delima (Granati Cortex)
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Infra kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Myrtales
Famili : Punicaceae
Genus : Punica L.
Spesies : Punica granatum L.
B. Kandungan kimia dan khasiat tumbuhan yang diamati
1. Cinnamomi Cortex
Kandungan yang terkandung dalam Kulit kayu Manis (Cinnamomi
Cortex) adalah minyak atsiri (egenol sinamilaldehida), zat penyamak, pati,
lendir.
Khasiat yang terdapat dalam Kulit kayu Manis (Cinnamomi Cortex)
adalah karminativa, menghangatkan lambung, dicampur dengan astringensia
lainnya untuk obat mencret.
2. Champacae Cortex
Kandungan yang terkandung dalam Kulit Batang Cempaka (Champacae
Cortex) adalah senyawa golongan triterpenoid, steroid, dan asam lemak.
Khasiat yang terdapat dalam Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex)
adalah sebagai obat gastritis, demam, dan batuk.
3. Granati Cortex
Kandungan yang terkandung dalam Kulit Batang Delima (Granati Cortex)
adalah mengandung alkaloid, tanin dan gula.
Khasiat yang terdapat dalam Kulit Batang Delima (Granati Cortex) adalah
sebagai pengelat (astringen).
C. Ciri makroskopis dan mikroskopik tumbuhan yang diamati
1. Cinnamomi Cortex
Ciri makroskopis Kulit kayu Manis (Cinnamomi Cortex) adalah Kulit
kayu berwarna coklat kemerahan dan biasanya menggulung.
Fragmen pengenal yang terdapat pada serbuk mikroskopik Kulit kayu
Manis (Cinnamomi Cortex) adalah serat sklerenkim tipis, noktah tidak jelas.
2. Champacae Cortex
Ciri makroskopik Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex) adalah kulit
kayu berwarna coklat tua, berbau aromatis, berbentuk potong-potongan atau
kepingan, berserat dan keras.
Fragmen pengenal yang terdapat pada serbuk mikroskopik Kulit Batang
Cempaka (Champacae Cortex) adalah kelompok sel batu dengan dinding sel
yang tebal, saluran noktah yang bercabang dan lumen yang sempit, ada sel
batu tunggal, besar dengan lumen yang lebar; serabut yang panjang, berlumen
sempit serupa garis memanjang dengan ujung tumpul; idioblas berisi hablur
kalsium oksalat bentuk pasir; jaringan gabus; jaringan parenkim cortex dengsn
getah; butir pati yang kecil.
3. Granati Cortex
Ciri makroskopis Kulit Batang Delima (Granati Cortex) adalah potonagan
kulit agak tergulung pada kedua sisinya, pada permukaan luar ada lapisan
gabus tipis, warna coklat tua kehitaman dan sukar dikelupas; mudah
dipatahkan, bekas patahan berwarna coklat muda.
Fragmen pengenal yang terdapat pada serbuk mikroskopik Kulit Batang
Delima (Granati Cortex) adalah jaringan gabus dengan penealan bentuk U,
dinding bernoktah, sel sekresi berisi zat berwarna kuning dan zat samak;
parenkim dengan hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berderet – deret;
tampak pula hablur dan butir pati.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Bahan
Kulit Kayu Manis (Cinnamomi Cortex)
Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex)
Kulit Batang Delima (Granati Cortex)
Klorarhidrat
Asam sulfat P
Asam sulfat 10N
HCl pekat P
NaOH P 5% b/v
Ammonia P 25%
Larutan besi (III) klorida LP
b. Alat
Mikroskop
Objek glass
Cover glass
Pipet tetes
Tabung reaksi
Beker glass
Loup
Pensil
Penghapus
IV. PROSEDUR
V. HASIL PENGAMATAN
A. Identifikasi Simplisia Kulit (Cortex) secara Makroskopik :
1 2.
3. 4.
Serbuk Kullit Batang Warna serbuk : Coklat kekuningan
Bau : bau kas
Cempaka (Champacae
Rasa : pahit
Cortex) Fragmen pengenal :
1. Serabut
2. Serabut jari-jari
3. Jaringan gabus tampak tangensial
Gambar :
1. 2.
3.
Serbuk Kulit Batang Warna serbuk : Coklat kekuningan
Bau : bau khas
Delima (Graniti Cortex)
Rasa : tidak berasa
Fragmen pengenal :
1. Jaringan gabus bentuk poligonal
2. Hablur kalsium oksalat yang lepas
3. Parenkim floem dengan hablur berderet
Gambar :
1. 2.
3.
2. Terbentuk warna
2. 2 mg serbuk kulit + 5
coklat kemerahan
tetes asam sulfat 10N
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Analisa Kualitatif Simplisia Kulit (Cortex)”
bertujuan untuk dapat mengetahui dan membedakan macam – macam simplisia kulit kayu
(Cortex) baik secara makroskopis, mikroskopis, dan kimiawi. Seperti yang kita ketahui bahwa
analisa kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat dalam suatu
sampel. Dimana, setiap senyawa memiliki cara identifikasi yang berbeda, karena setiap
senyawa memiliki ciri spesifiknya masing – masing. Pada praktikum ini disediakan sebanyak
tiga simpisia kulit kayu (Cortex), yaitu simplisia kulit kayu manis (Cinanamomi Cortex),
simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex), serta simplisia kulit batang delima
(Granati Cortex).
Selain melakukan identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis, kami juga melakukan
identifikasi secara histokimia. Identifikasi secara histokimia dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam reagen. Identifikasi secara histokimia ini pada simplisia kulit (Cortex)
bertujuan untuk menentukan kandungan zat aktif yang terdapat pada masing-masing
simplisia kulit (Cortex) tersebut. Hal ini didasari bahwa dengan pereaksi (reagen) spesifik,
zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga lebih mudah
dideteksi. Dalam praktikum ini digunakan beberapa jenis reagen yaitu salah satunya dengan
asam sulfat pekat. Asam sulfat pekat adalah reagen kimia yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya triterpenoid dan steroid. Pada simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) ketika ditambahkan asam sulfat pekat menunjukan warna hitam
kecoklatan. Sedangkan pada simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex),
menunjukan warna coklat tua dengan penambahan asam sulfat P, hal ini sudah sesuai dengan
buku panduan penuntun praktikum. Dan pada simplisia kulit batang delima (Granati Cortex),
menunjukan warna coklat kekuningan, hal ini juga sudah sesuai dengan buku panduan
penuntun praktikum Jadi berdasarkan hasil percobaan, baik pada simplisia Cinnamomi
Cortex, Champacae Cortex, dan Granati Cortex, menunjukan hasil yang positif mengandung
triterpenoid dan steroid.
Identifikasi selanjtnya ialah dengan menggunakan asam sulfat 10N yang dilakukan pada
ketiga simplisa tersebut. Asam sulfat 10N merupakan reagen kimia yang digunakna untuk
mengidentifikasi adanya terpenoid, steroid, dan minyak atsiri. Berdasarkan hasil percobaan,
simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex) menunjukan warna coklat kemerahan ketika
ditambahkan asam sulfat 10N. Sedangkan pada simplisia kulit kayu manis (Champacae
Cortex), menunjukan warna hijau kecoklatan. yang dimana hasil pengamatan tersebut sudah
sesuai dengan buku panduan penuntun praktikum. Pada simplisia kulit batang delima
(Granati Cortex) menunjukan warna kuning kecoklatan, hal ini tidak sesuai dengan hasil
menurut buku pandungan penuntun praktikum, dimana seharusnya jika positif akan
menunjukan warna kuning kehijauan. Perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu karena kontaminasi dari reagen dan dapat juga karena kontaminasi yang disebabkan
dari sampel, sehingga reaksi yang diharapkan tidak timbul, sehingga hal ini mempengaruhi
hasil warna yang didapatkan. Jadi berdasarkan hasil percobaan, simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) dan simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex) positif
mengandnng terpenoid, steroid dan minyak atsiri. Sedangkan pada simplisia kulit batang
delima (Granati Cortex) menunjukan hasil yang negatif.
Identifikasi dengan reagen HCl pekat P dilakukan pada simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex). HCl P dalah reagen yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya
lignin pada simplisia. Dari hasil percobaan, simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex)
menunjukan warna coklat merah setelah ditambahkan dengan HCl pekat. Jadi berdasarkan
ketentuan pada buku penuntun praktikum dengan percobaan ini, maka pada simplisia kulit
kayu manis (Cinnamomi Cortex) menunjukan hasil yang positif mengandung lignin.
Identifikasi dengan menggunakan NaOH 5% b/v dilakukan pada uji histokimia ketiga
simplisia tersebut. NaOH 5% b/v merupakan reagen kimia yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya kuinon. Dari hasil percobaan yang dilakukan, simplisia kulit kayu
manis (Cinnamomi Cortex) menunjukan hasil berupa warna coklat kehitaman, Pada simplisia
kulit batang cempaka (Champacae Cortex) menunjukan warna hijau kecoklatan, hal ini sudah
sesuai dengan ketentuan dalam buku panduan penuntun praktikum yang digunakan. Dan
pada simplisia kulit batang delima (Granati Cortex) menunjukan warna merah kekuningan.
Dari hasil yang didapat juga sudah sesuai dengan ketentuan dalam buku panduan penuntun
praktikum yang digunakan. Jadi berdasarkan hasil percobaan, simplisia Cinnamomi Cortex,
Champacae Cortex dan Granati Cortex menunjukan hasil yang positif mengandung kuinon
Identifikasi selanjutnya ialah dengan menggunakan ammonia P 25% pada uji kimiawi
ketiga simplisia, baik pada simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex), simplisia kulit
batang cempaka (Champacae Cortex) dan simplisia kulita batang delima (Granati Cortex).
Ammonia P 25% merupakan reagen kimia yang digunakan untuk mengindentifikasi adanya
senyawa flavanoid. Dari hasil percobaan menunjukan bahwa simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) menujukan hasil yang positif sesuai dengan buku panduan penuntun
praktikum yaitu menunjukan warna coklat setelah diteteskan ammonia P 25%. Pada simplisia
kulit batang cempaka (Champacae Cortex) menunjukan warna coklat dan pada simplisia kulit
batang delima (Granati Cortex) menunjukan warna coklat kekuningan. Dimana, hal tersebut
tidak sesuai dengan buku pandungan penuntun praktikum, karena seharusnya warna yang
terbentuk adalah coklat kekuningan setelah diteteskan reagen ammonia P 25%. Perbedaan
hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu karena kontaminasi dari reagen dan dapat
juga karena kontaminasi dari sampel, sehingga reaksi yang dharapkan tidak timbul. Jadi dari
hasil praktikum, simplisia Cinnamomi Cortex dan Champacae Coertex, menunjukan hasil
yang positif mengandung flavanoid. Sedangkan pada Granati Cortex menunjukan hasil yang
negatif.
Identifikasi dengan FeCl3 P 5% b/v dilakukan pada uji kimiawi simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) dan simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex). FeCl 3 P 5%
merupakan reagen kimia yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya senyawa tanin pada
simplisia tersebut. Hasil dari praktikum menunjukan simplisia Cinnamomi Cortex dan
Champacae Cortex tersebut positif mengandung senyawa tanin dimana hasil warna yang
didapatkan saat ditambahkan reagen FeCl3 P 5% b/v sesuai dengan ketentuan dalam buku
panduan penuntun praktikum.
VII. KESIMPULAN
1. Secara makroskopik, ketiga simplisia kulit (Cortex) memiliki warna coklat muda hingga
coklat kemerahan dengan bau khas pada ketiga simplisia, serta bentuk bulat pada
simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex), bentuk pipih dan halus pada simplisia
kulit batang cempaka (Champacae Cortex), bentuk bulat dan panjang pada kulit batang
delima (Granati Cortex).
2. Secara mikroskopik, setiap simplisia kulit (Cortex) memiliki fragmen pengenalnya
masing – masing yang spesifik.
3. Secara histokimia simplisia cortex yang diamati mengandung senyawa kimia sebagai
berikut:
Simplisia Cinnamomi Cortex mengandung triterpenoid, lignin, steroid, minyak atsiri,
terpenoid, kuinon, flavanoid, dan tanin
Simplisia Champacae Cortex mengandung triterpenoid, steroid, terpenoid, minyak
atsiri, kuinon, flavanoid dan tanin.
Simplisia Granati Cortex mengandung triterpenoid, steroid, terpenoid, minyak atsiri,
kuinon dan flavanoid.
DAFTAR PUSTAKA
Partiwisari, dkk. ” Identifikasi Simplisia Kulit Batang Cempaka Kuning” (Michelia champaca
L.) Secara Makroskopis Dan Mikroskopis”. Diambil dari
https://media.neliti.com/media/publications/279786-identifikasi-simplisia-kulit-batang-
cemp-adf57b3a.pdf. (Diakses pada 11 Desember 2019)
Anonim. 2017. “Cortex, Lignum, Herba, Caulis, dan Tuber” diambil dari :
http://gogresik180420.blogspot.com/2017/02/cortex-lignum-herba-caulius-tuber.html?
m=1 (Diakses pada 30 November 2019).