Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH FARMAKOGNOSI

“Analisis Kualitatif Simplisia Cortex (Kulit) ”

Oleh :

Kelompok II / Kelas III B

Putu Ayu Suantari (181052)

IGA Cempaka Rahayu Dewi (181053)

Ni Luh Wayan Mudia Ariani (181054)

Putu Ayu Prema Gita Cahyani (181055)

Gusti Ngurah Sura Pradipta Kusuma (181056)

Desak Gede Amanda Putri Prisanti (181057)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


ANALISIS KUALITATIF

SIMPLISIA CORTEX (KULIT)

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan macam-macam simplisia cortex (kulit)


secara makroskopik, mikroskopik dan kimiawi

II. DASAR TEORI

Cortex (kulit) adalah jaringan luar dari batang, akar atau buah. Kulit batang (pepagan)
adalah lapisan terluar batang dan akar tumbuhan berkayu. Pepagan menutupi kayu dan terdiri
atas bagian dalam dan luar. Bagian dalam, yang pada batang dewasa merupakan jaringan hidup,
termasuk daerah terdalam periderm. Lapisan luar pada tangkai tua termasuk jaringan permukaan
tangkai yang mati, bersama dengan bagian-bagian periderm terdalam dan seluruh jaringan di sisi
luar periderm.

Susunan Cortex apabila dilihat penampang melintangnya terdapat :

1. Sel gabus, pada cortex gunanya untuk mempertahankan diri terhadap keadaan luar
misalnya karena tua
2. Floem, gunanya untuk mengangkut makanan dari daun keseluruh bagian tanaman
3. Sel parenkim, didalamnya terdapat sel batu, Kristal oksalat berbentuk prisma atau
drust, dan amilum
4. Jari-jari empulur, terdapat Kristal oksalat dan amilum
A. Klasifikasi tumbuhan yang diamati
1. Kulit kayu Manis (Cinnamomi Cortex)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Magnolianae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum Schaeff
Spesies : Cinnamomum zeylanicum.
2. Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Magnoliaceae
Genus : Michelia
Spesies : Michelia champaca L.
3. Kulit Batang Delima (Granati Cortex)
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Infra kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Myrtales
Famili : Punicaceae
Genus : Punica L.
Spesies : Punica granatum L.
B. Kandungan kimia dan khasiat tumbuhan yang diamati
1. Cinnamomi Cortex
Kandungan yang terkandung dalam Kulit kayu Manis (Cinnamomi
Cortex) adalah minyak atsiri (egenol sinamilaldehida), zat penyamak, pati,
lendir.
Khasiat yang terdapat dalam Kulit kayu Manis (Cinnamomi Cortex)
adalah karminativa, menghangatkan lambung, dicampur dengan astringensia
lainnya untuk obat mencret.
2. Champacae Cortex
Kandungan yang terkandung dalam Kulit Batang Cempaka (Champacae
Cortex) adalah senyawa golongan triterpenoid, steroid, dan asam lemak.
Khasiat yang terdapat dalam Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex)
adalah sebagai obat gastritis, demam, dan batuk.

3. Granati Cortex
Kandungan yang terkandung dalam Kulit Batang Delima (Granati Cortex)
adalah mengandung alkaloid, tanin dan gula.
Khasiat yang terdapat dalam Kulit Batang Delima (Granati Cortex) adalah
sebagai pengelat (astringen).
C. Ciri makroskopis dan mikroskopik tumbuhan yang diamati
1. Cinnamomi Cortex
Ciri makroskopis Kulit kayu Manis (Cinnamomi Cortex) adalah Kulit
kayu berwarna coklat kemerahan dan biasanya menggulung.
Fragmen pengenal yang terdapat pada serbuk mikroskopik Kulit kayu
Manis (Cinnamomi Cortex) adalah serat sklerenkim tipis, noktah tidak jelas.
2. Champacae Cortex
Ciri makroskopik Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex) adalah kulit
kayu berwarna coklat tua, berbau aromatis, berbentuk potong-potongan atau
kepingan, berserat dan keras.
Fragmen pengenal yang terdapat pada serbuk mikroskopik Kulit Batang
Cempaka (Champacae Cortex) adalah kelompok sel batu dengan dinding sel
yang tebal, saluran noktah yang bercabang dan lumen yang sempit, ada sel
batu tunggal, besar dengan lumen yang lebar; serabut yang panjang, berlumen
sempit serupa garis memanjang dengan ujung tumpul; idioblas berisi hablur
kalsium oksalat bentuk pasir; jaringan gabus; jaringan parenkim cortex dengsn
getah; butir pati yang kecil.
3. Granati Cortex
Ciri makroskopis Kulit Batang Delima (Granati Cortex) adalah potonagan
kulit agak tergulung pada kedua sisinya, pada permukaan luar ada lapisan
gabus tipis, warna coklat tua kehitaman dan sukar dikelupas; mudah
dipatahkan, bekas patahan berwarna coklat muda.
Fragmen pengenal yang terdapat pada serbuk mikroskopik Kulit Batang
Delima (Granati Cortex) adalah jaringan gabus dengan penealan bentuk U,
dinding bernoktah, sel sekresi berisi zat berwarna kuning dan zat samak;
parenkim dengan hablur kalsium oksalat berbentuk roset, berderet – deret;
tampak pula hablur dan butir pati.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Bahan
 Kulit Kayu Manis (Cinnamomi Cortex)
 Kulit Batang Cempaka (Champacae Cortex)
 Kulit Batang Delima (Granati Cortex)
 Klorarhidrat
 Asam sulfat P
 Asam sulfat 10N
 HCl pekat P
 NaOH P 5% b/v
 Ammonia P 25%
 Larutan besi (III) klorida LP
b. Alat
 Mikroskop
 Objek glass
 Cover glass
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Beker glass
 Loup
 Pensil
 Penghapus

IV. PROSEDUR

A. Identifikasi Simplisia Kulit (Cortex) secara Makroskopik


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Ambil kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex),
3. Amati warna, bau, dan bentuk,
4. Catat hasil pengamatan,
5. Ulangi percobaan diatas (percobaan 1,2,3,4) untuk kulit batang cempaka (Champacae
Cortex) dan kulit batang delilma (Granati Cortex).
B. Indentifikasi Simplisia Kulit (Cortex) secara Mikroskopik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
2. Ambil sedikit serbuk Kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex), amati warnanya kemudian
letakkan pada objek glass,
3. Tambahkan 1-2 tetes kloralhidrat kemudian segera tutup dengan cover glass,
4. Amati fragmen pengenal dari serbuk kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex) di bawah
mikroskop,
5. Catat dan gambar hasil pengamatan,
6. Ulangi percobaan diatas (percobaan 1,2,3,4,5,6) untuk kulit batang cempaka
(Champacae Cortex) dan kulit batang delilma (Granati Cortex).

C. Identifikasi Simplisia Kulit (Cortex) secara Kimiawi


Simplisia Perlakuan Reaksi Positif
Kulit kayu manis 1. 2 mg serbuk kulit + 5
(Cinnamomi Cortex) tetes asam sulfat P
2. 2 mg serbuk kulit + 5
tetes asam sulfat 10N
3. 2 mg serbuk kulit + 5
tetes HCl pekat P
4. 2 mg serbuk kulit + 5
tetes NaOH P 5% b/v
5. 2 mg serbuk kulit + 5
tetes ammonia P 25%
6. 2 mg serbuk kulit + 5
tetes FeCl3 LP

Kulit batang cempaka 1. 2 mg serbuk rimpang + 5 1. Terbentuk warna coklat


(Champacae Cortex) tetes asam sulfat P tua
2. 2 mg serbuk kulit + 5 2. Terbentuk warna hijau
tetes asam sulfat 10N kecoklatan
3. 2 mg serbuk kulit + 5 3. Terbentuk warna hijau
tetes NaOH P 5% b/v kecoklatan
4. 2 mg serbuk kulit + 5 4. Terbentuk warna coklat
tetes amonia (25%) P
5. Terbentuk warna coklat
5. 2 mg serbuk kulit + 5
kehijauan
tetes FeCl3 P 5% b/v

Kulit batang delilma 1. 2 mg serbuk bunga + 5 1. Terbentuk warna coklat


(Granati Cortex) tetes asam sulfat P kekuningan
2. 2 mg serbuk kulit + 5 2. Terbentuk warna kuning
tetes asam sulfat 10N kehijauan
3. 2 mg serbuk kulit + 5 3. Terbentuk warna kuning
tetes NaOH P 5% b/v
4. Terbentuk warna coklat
dalam etanol
kemerahan
4. 2 mg serbuk kulit + 5
tetes amonia (25%) P

V. HASIL PENGAMATAN
A. Identifikasi Simplisia Kulit (Cortex) secara Makroskopik :

Simplisia Hasil Pengamatan


Kulit Kayu Manis (Cinnamomi Cortex) Warna : Coklat muda
Nama latin tanaman asal : Bau : Bau khas aromatik
Bentuk : Bulat, permukaan tidak rata
Cinnamomum zeylanicum
Kullit Batang Cempaka (Champacae Warna : coklat muda
Bau : Bau khas
Cortex)
Bentuk : Kasar atau tidak rata
Nama latin tanaman asal : Michelia
champaca L.
Kulit Batang Delima (Graniti Cortex) Warna : Coklat muda
Nama latin tanaman asal : Punica Bau : Bau khas
Bentuk : Kasar atau tidak rata
granatum

B. Identifikasi Simplisia Kulit (Cortex) secara Mikroskopik :

Simplisia Hasil Pengamatan


Serbuk Kulit Kayu Manis Warna serbuk : Coklat muda
Bau : bau khas aromatik
(Cinnamomi Cortex)
Rasa : tidak berasa
Fragmen pengenal :
1. Serat sklerenkim
2. Amilum
3. Sel batu
4. Sel parenkim dengan sel sekret
Gambar :

1 2.
3. 4.
Serbuk Kullit Batang Warna serbuk : Coklat kekuningan
Bau : bau kas
Cempaka (Champacae
Rasa : pahit
Cortex) Fragmen pengenal :
1. Serabut
2. Serabut jari-jari
3. Jaringan gabus tampak tangensial
Gambar :

1. 2.

3.
Serbuk Kulit Batang Warna serbuk : Coklat kekuningan
Bau : bau khas
Delima (Graniti Cortex)
Rasa : tidak berasa
Fragmen pengenal :
1. Jaringan gabus bentuk poligonal
2. Hablur kalsium oksalat yang lepas
3. Parenkim floem dengan hablur berderet
Gambar :

1. 2.

3.

C. Identifikasi Simplisia Kulit (Cortex) secara Kimiawi

Simplisia Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar


Kulit Kayu Manis 1. 2 mg serbuk kulit + 5 1. Terbentuk warna
(Cinnamomi Cortex) tetes asam sulfat P. hitam kecoklatan

2. Terbentuk warna
2. 2 mg serbuk kulit + 5
coklat kemerahan
tetes asam sulfat 10N

3. 2 mg serbuk kulit + 5 3. Terbentuk warna


tetes HCl pekat P coklat

4. 2 mg serbuk kulit + 5 4. Terbentuk warna


tetes NaOH P 5% b/v coklat kehitaman
5. 2 mg serbuk kulit + 5 5. Terbentuk warna
tetes ammonia (25%) coklat
P
6. Terbentuk warna
6. 2 mg serbuk kulit + 5 coklat kehijauan
tetes FeCl3 LP

Kullit Batang 1. 2 mg serbuk kulit + 5 1. Terbentuk warna


Cempaka tetes asam sulfat P. coklat tua
(Champacae Cortex) (POSITIF)
2. 2 mg serbuk kulit + 5
2. Terbentuk warna
tetes asam sulfat 10N
hijau kecoklatan
3. 2 mg serbuk kulit + 5 (POSITIF)
3. Terbentuk warna
tetes NaOH P 5% b/v
hijau kecoklatan
dalam etanol
(POSITIF)
4. 2 mg serbuk kulit + 5
4. Terbentuk warna
tetes ammonia (25%)
coklat (POSITIF)
P
5. 2 mg serbuk kulit + 5
5. Terbentuk warna
tetes FeCl3 P 5% b/v
coklat kehijauan
(POSITIF)

Kulit Batang Delima 1. 2 mg serbuk kulit + 5 1. Terbentuk warna


(Graniti Cortex) tetes asam sulfat P. coklat kekuningan
(POSITIF)
2. 2 mg serbuk kulit + 5
2. Terbentuk warna
tetes asam sulfat 10N
kuning kecoklatan
(NEGATIF)
3. 2 mg serbuk kulit + 5
tetes NaOH P 5% b/v 3. Terbentuk warna
dalam etanol merah kekuningan
4. 2 mg serbuk kulit + 5
(NEGATIF)
tetes ammonia (25%) 4. Terbentuk warna
P coklat kekuningan
(NEGATIF)

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul “Analisa Kualitatif Simplisia Kulit (Cortex)”
bertujuan untuk dapat mengetahui dan membedakan macam – macam simplisia kulit kayu
(Cortex) baik secara makroskopis, mikroskopis, dan kimiawi. Seperti yang kita ketahui bahwa
analisa kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat dalam suatu
sampel. Dimana, setiap senyawa memiliki cara identifikasi yang berbeda, karena setiap
senyawa memiliki ciri spesifiknya masing – masing. Pada praktikum ini disediakan sebanyak
tiga simpisia kulit kayu (Cortex), yaitu simplisia kulit kayu manis (Cinanamomi Cortex),
simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex), serta simplisia kulit batang delima
(Granati Cortex).

Untuk pengamatan secara makroskopik dilakukan dengan mengamati warna dari


simplisia, bau dari simplisia serta bentuk dari simplisia. Pengamatan makroskopis bertujuan
untuk mengamati bagaimana bentuk morfologis atau organoleptis dari simplisia kulit
(Cortex) yang diamati dengan melalui indera kita. Berdasarkan pada warna dan bentuk,
ketiga simplisia memiliki warna coklat kemerahan hingga coklat muda dengan bau yang khas
pada ketiga simplisia kulit (Cortex) serta bentuk yang bulat pada simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex), bentuk pipih dan halus pada simplisia kulit batang cempaka
(Champacae Cortex), serta bentuk bulat dan panjang pada simplisia delima (Granati Cortex).

Selanjutnya, pada pengamatan secara mikroskopik yang dimaksudkan untuk melihat


bentuk fragmen pengenal dari ketiga simplisia kulit (Cortex) melalui mikroskop cahaya. Pada
pengamatan secara mikroskopis, diteteskan 1-2 tetes kloralhidrat pada serbuk simplisia akar
diatas kaca objek yang difungsikan untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein pada
serbuk simplisia yang diamati. Setelah dilihat dan diamati dibawah mikroskop, untuk
fragmen pengenal pada simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex) dengan warna
serbuknya yang berwarna cokelat kemerahan dan bau khas aromatik dari serbuk
simplisianya, ketika diamati di bawah mikroskop cahaya, fragmen pengenal yang terlihat
ialah amilum, serat sklerenkim serta sel batu. Selanjutnya, untuk fragmen pengenal pada
simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex) dengan warna serbuknya yang berwarna
coklat muda dan bau khas pada serbuk simplisianya ketika diamati di bawah mikroskop
cahaya, fragmen pengenal yang terlihat adalah serabut, serabut jari - jari serta sel gabus
tangensial. Kemudian, untuk fragmen pengenal pada simplisia kulit kayu delima (Granati
Cortex) dengan warna serbuknya yang berwarna coklat kemerahan dan bau serbuk simplisia
yang khas, ketika diamati di bawah mikroskop, fragmen pengenal yang terlihat ialah jaringan
gabus polygonal, hablur kalsium oksalat yang terpisah serta parenkim floem dengan hablur
berderet.

Selain melakukan identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis, kami juga melakukan
identifikasi secara histokimia. Identifikasi secara histokimia dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam reagen. Identifikasi secara histokimia ini pada simplisia kulit (Cortex)
bertujuan untuk menentukan kandungan zat aktif yang terdapat pada masing-masing
simplisia kulit (Cortex) tersebut. Hal ini didasari bahwa dengan pereaksi (reagen) spesifik,
zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga lebih mudah
dideteksi. Dalam praktikum ini digunakan beberapa jenis reagen yaitu salah satunya dengan
asam sulfat pekat. Asam sulfat pekat adalah reagen kimia yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya triterpenoid dan steroid. Pada simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) ketika ditambahkan asam sulfat pekat menunjukan warna hitam
kecoklatan. Sedangkan pada simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex),
menunjukan warna coklat tua dengan penambahan asam sulfat P, hal ini sudah sesuai dengan
buku panduan penuntun praktikum. Dan pada simplisia kulit batang delima (Granati Cortex),
menunjukan warna coklat kekuningan, hal ini juga sudah sesuai dengan buku panduan
penuntun praktikum Jadi berdasarkan hasil percobaan, baik pada simplisia Cinnamomi
Cortex, Champacae Cortex, dan Granati Cortex, menunjukan hasil yang positif mengandung
triterpenoid dan steroid.
Identifikasi selanjtnya ialah dengan menggunakan asam sulfat 10N yang dilakukan pada
ketiga simplisa tersebut. Asam sulfat 10N merupakan reagen kimia yang digunakna untuk
mengidentifikasi adanya terpenoid, steroid, dan minyak atsiri. Berdasarkan hasil percobaan,
simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex) menunjukan warna coklat kemerahan ketika
ditambahkan asam sulfat 10N. Sedangkan pada simplisia kulit kayu manis (Champacae
Cortex), menunjukan warna hijau kecoklatan. yang dimana hasil pengamatan tersebut sudah
sesuai dengan buku panduan penuntun praktikum. Pada simplisia kulit batang delima
(Granati Cortex) menunjukan warna kuning kecoklatan, hal ini tidak sesuai dengan hasil
menurut buku pandungan penuntun praktikum, dimana seharusnya jika positif akan
menunjukan warna kuning kehijauan. Perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu karena kontaminasi dari reagen dan dapat juga karena kontaminasi yang disebabkan
dari sampel, sehingga reaksi yang diharapkan tidak timbul, sehingga hal ini mempengaruhi
hasil warna yang didapatkan. Jadi berdasarkan hasil percobaan, simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) dan simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex) positif
mengandnng terpenoid, steroid dan minyak atsiri. Sedangkan pada simplisia kulit batang
delima (Granati Cortex) menunjukan hasil yang negatif.

Identifikasi dengan reagen HCl pekat P dilakukan pada simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex). HCl P dalah reagen yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya
lignin pada simplisia. Dari hasil percobaan, simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex)
menunjukan warna coklat merah setelah ditambahkan dengan HCl pekat. Jadi berdasarkan
ketentuan pada buku penuntun praktikum dengan percobaan ini, maka pada simplisia kulit
kayu manis (Cinnamomi Cortex) menunjukan hasil yang positif mengandung lignin.

Identifikasi dengan menggunakan NaOH 5% b/v dilakukan pada uji histokimia ketiga
simplisia tersebut. NaOH 5% b/v merupakan reagen kimia yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya kuinon. Dari hasil percobaan yang dilakukan, simplisia kulit kayu
manis (Cinnamomi Cortex) menunjukan hasil berupa warna coklat kehitaman, Pada simplisia
kulit batang cempaka (Champacae Cortex) menunjukan warna hijau kecoklatan, hal ini sudah
sesuai dengan ketentuan dalam buku panduan penuntun praktikum yang digunakan. Dan
pada simplisia kulit batang delima (Granati Cortex) menunjukan warna merah kekuningan.
Dari hasil yang didapat juga sudah sesuai dengan ketentuan dalam buku panduan penuntun
praktikum yang digunakan. Jadi berdasarkan hasil percobaan, simplisia Cinnamomi Cortex,
Champacae Cortex dan Granati Cortex menunjukan hasil yang positif mengandung kuinon

Identifikasi selanjutnya ialah dengan menggunakan ammonia P 25% pada uji kimiawi
ketiga simplisia, baik pada simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex), simplisia kulit
batang cempaka (Champacae Cortex) dan simplisia kulita batang delima (Granati Cortex).
Ammonia P 25% merupakan reagen kimia yang digunakan untuk mengindentifikasi adanya
senyawa flavanoid. Dari hasil percobaan menunjukan bahwa simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) menujukan hasil yang positif sesuai dengan buku panduan penuntun
praktikum yaitu menunjukan warna coklat setelah diteteskan ammonia P 25%. Pada simplisia
kulit batang cempaka (Champacae Cortex) menunjukan warna coklat dan pada simplisia kulit
batang delima (Granati Cortex) menunjukan warna coklat kekuningan. Dimana, hal tersebut
tidak sesuai dengan buku pandungan penuntun praktikum, karena seharusnya warna yang
terbentuk adalah coklat kekuningan setelah diteteskan reagen ammonia P 25%. Perbedaan
hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu karena kontaminasi dari reagen dan dapat
juga karena kontaminasi dari sampel, sehingga reaksi yang dharapkan tidak timbul. Jadi dari
hasil praktikum, simplisia Cinnamomi Cortex dan Champacae Coertex, menunjukan hasil
yang positif mengandung flavanoid. Sedangkan pada Granati Cortex menunjukan hasil yang
negatif.

Identifikasi dengan FeCl3 P 5% b/v dilakukan pada uji kimiawi simplisia kulit kayu manis
(Cinnamomi Cortex) dan simplisia kulit batang cempaka (Champacae Cortex). FeCl 3 P 5%
merupakan reagen kimia yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya senyawa tanin pada
simplisia tersebut. Hasil dari praktikum menunjukan simplisia Cinnamomi Cortex dan
Champacae Cortex tersebut positif mengandung senyawa tanin dimana hasil warna yang
didapatkan saat ditambahkan reagen FeCl3 P 5% b/v sesuai dengan ketentuan dalam buku
panduan penuntun praktikum.

VII. KESIMPULAN
1. Secara makroskopik, ketiga simplisia kulit (Cortex) memiliki warna coklat muda hingga
coklat kemerahan dengan bau khas pada ketiga simplisia, serta bentuk bulat pada
simplisia kulit kayu manis (Cinnamomi Cortex), bentuk pipih dan halus pada simplisia
kulit batang cempaka (Champacae Cortex), bentuk bulat dan panjang pada kulit batang
delima (Granati Cortex).
2. Secara mikroskopik, setiap simplisia kulit (Cortex) memiliki fragmen pengenalnya
masing – masing yang spesifik.
3. Secara histokimia simplisia cortex yang diamati mengandung senyawa kimia sebagai
berikut:
 Simplisia Cinnamomi Cortex mengandung triterpenoid, lignin, steroid, minyak atsiri,
terpenoid, kuinon, flavanoid, dan tanin
 Simplisia Champacae Cortex mengandung triterpenoid, steroid, terpenoid, minyak
atsiri, kuinon, flavanoid dan tanin.
 Simplisia Granati Cortex mengandung triterpenoid, steroid, terpenoid, minyak atsiri,
kuinon dan flavanoid.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar


Tahun 2019/2020.

Anonim. ”Bab II Tinjauan Pustaka”. Diambil dari https://docplayer.info/41015358-Bab-ii-


tinjauan-pustaka.html. (Diakses pada 11 Desember 2019)
Anonim. ”Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis”. Diambil dari
https://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-kayu-manis/. (Diakses pada
11 Desember 2019)

Anonim. ”Klasifikasi dan Morfologi Kayu Delima”. Diambil dari


https://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-delima/. (Diakses pada 11
Desember 2019)

Anonim. 2012. ”Makroskopis dan Mikroskopis Simplisia”. Diambil dari https://ilmu-


kefarmasian.blogspot.com/2012/05/makroskopik-dan-mikroskopik-simplisia-i.html?m=0.
(Diakses pada 11 Desember 2019)

Partiwisari, dkk. ” Identifikasi Simplisia Kulit Batang Cempaka Kuning” (Michelia champaca
L.) Secara Makroskopis Dan Mikroskopis”. Diambil dari
https://media.neliti.com/media/publications/279786-identifikasi-simplisia-kulit-batang-
cemp-adf57b3a.pdf. (Diakses pada 11 Desember 2019)

Anonim. 2017. “Cortex, Lignum, Herba, Caulis, dan Tuber” diambil dari :
http://gogresik180420.blogspot.com/2017/02/cortex-lignum-herba-caulius-tuber.html?
m=1 (Diakses pada 30 November 2019).

Anonim, 2017, “Laporan Praktikum Farmakognosi (Makroskpis dan Mikroskopid, Histokimia,


dan KLT Phyllanthi Herba)” diambil dari
http://farmasifarmakognosi.blogspot.com/2017/11/laporan-praktikum-
farmakognosi.html?m=1 (Diakses pada 30 November 2019).

Anda mungkin juga menyukai