Anda di halaman 1dari 4

Rimpang merupakan modifikasi dari batang.

Rimpang biasanya dilmiliki oleh tumbuh-


tumbuhan dari kelas Dikotyledoneae. Rimpang sesungguhnya adalah batang sejati yang
merambat didalam tanah. Karena merupakan modifikasi dari batang, sifat-safat batang juga
nampak pada rimpang, seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun, dan tumbuh menjauhi
pusat. Pada batang sejati, ruas-ruas batang yang merupakan jarak antara dua buku batang
merupakan tempat dudunya batang. Sifat tersebut juga ditinjukkan pada rimpang. Ruas-ruas
batang tetap terlihat, sedangkan daun modifikasi sisik-sisik yang melekat pada setiap ruas
Selain itu percabangan pada batang juga tampak pada rimpang, yang ditunjukkan oleh
tunas-tunas rimpang yang berukuran kecil. Pada tunas ini akan tumbuh sejati yang akan muncul
ke permukaan tanah. Daun-daun sejati ini terdiri dari pelepah daun yang tersusun rapat,
membentuk batang semu, karena terlihat seperti seperti batang. Arah pertumbuhan batang yang
selalu menjahui pusat bumi juga dimiliki oleh rimpang. Rimpang tidak pernah tumbuh ke bawah,
melainkan mendatar didalam tanah. Contoh tumbuhan yang memiliki rimpang adalah dari famili
Zingiberaceae seperti jahe (Zibinger officinale), temu lawak (Curcuma Xanthorrhiza), jenis-jenis
sansevieria (Sansevieria sp.) dan sebagainya
Fungsi rimpang antara lain adalah sebagai tempat penimbunan makanan. Selain itu
rimpang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif. Biasanya rimpang yang
ditanam akan segera tumbuh akar pada ruas-ruasnya dan tunas-tunas daun. Akar akan tumbuh
sesuai dengan sifatnya yaitu menuju ke pusat bumi (geotrofi positif), dan tunas-tunas daun akan
muncul ke permukaan tanah (Rosanti, 2013).

- Jahe
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia Pasifik yang
tersebar dari India sampai Cina (Paimin, 2008).
Dalam taksonomi tumbuhan Jahe diklarifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Suku/Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
(Marjoni, 2017)
Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman tahunan berbatang semu. Tanaman tumbuh
tegak setinggi 30-75 cm. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau
kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun (Tim Lentera, 2002).
Ketika daun mengering dan mati, pangkal tangkainya (rimpang) tetap hidup dalam tanah.
Rimpang tersebut akan bertunas dan tumbuh menjadi tanaman baru setelah terkena hujan.
Rimpang jahe berbuku-buku, gemuk, agak pipih, membentuk akar serabut. Rimpang tersebut
tertanam dalam tanah dan semakin membesar sesuai dengan bertambahnya usia dengan
membentuk rimpang-rimpang baru. Di dalam sel-sel rimpang tersimpan minyak atsiri yang
aromatis dan oleoresin khas jahe (Harmono, 2005).
Rimpang jahe memiliki kandungan vitamin A, B, C, lemak, protein, pati, damar, asam
organik, oleoresin (gingerin), dan minyak atsiri (zingeron, zingerol, zingiberol, zingiberin,
borneo, sineol, dan felandren). Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang
diperoleh dari pelarut organik. Berdasarkan kandungan minyak atsirinya, jahe merah yang
kadarnya paling tinggi, lalu disusul oleh jahe putih kecil dan jahe gajah (Setyanigrum,2013).
Fragmen pengenal pada mikroskopik serbuk adalah : serat sklerenkim berkelok, granul pati
(dalam air).

- Temu Lawak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk salah satu
jenis temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti kosmetika),
maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah dibudidayakan dan banyak
ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang
alang-alang. Tanaman ini lebih produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan
dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dalimartha,2000).
Dalam taksonomi tumbuhan Temulawak diklarifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Cyrcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza
Tumbuhan temulawak mempunyai ukuran rimpang yang besar dan bercabang-cabang. Rimpang
induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya terbentuk 3-4 rimpang cabang yang
memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging
rimpang kuning jingga atau jingga kecoklatan. Perbungaan lateral yang keluar dari rimpangnya,
dalam rangkaian bentuk bulir dengan tangkai yang ramping. Bunga mempunyai daun pelindung
yang banyak dan berukuran besar, berbentuk bulat telur sungsang yang warnanya beraneka
ragam (Wijayakusuma, 2007).
Kandungan kimia di rimpang temulawak mengandung zat warna kuning (kurkumin), desmetoksi
kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer,
siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol,
isofuranogermakren, zingiberene, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, atlantone
(Wijayakusuma, 2007).
Fragmen pengenal pada mikroskopik adalah : preparat berwarna kuning, amilum (dalam air)
lebih besar dari amilum pada jahe.

- Lengkuas
Lengkuas merupakan terna tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai 2-2,5 meter.
Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200 meter
di atas permukaan laut. Ada 2 jenis tumbuhan lengkuas yang dikenal yaitu varietas dengan
rimpang umbi (akar) berwarna putih dan rimpang umbi merah. Lengkuas berimpang umbi putih
inilah yang dipakai penyedap masakan, sedang rimpang umbi merah digunakan sebagai obat.
Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari susunan pelepah-pelepah daun. Dedaunan
berbentuk bulat panjang dan antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-
pelepah saja, sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian
daun. Bunganya muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat
kasar juga mempunyai aroma yang khas.
Dalam taksonomi tumbuhan Lengkuas diklarifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Languas galanga
Bagian dari tanaman lengkuas yang sering digunakan sebagai obat adalah rimpangnya. Rimpang
lengkuas secara tradisional digunakan untuk mengobati penyakit seperti: diare, disentri, panu,
kudis, bercak-bercak kulit dan tahi lalat, menghilangkan bau mulut, dan sebagai obat kuat.
Khasiat obat pada suatu tanamanumumnya disebabkan oleh kandungan metabolit sekundernya,
salah satu diantaranya adalah minyak atsiri. Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa
rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga
bersifat sebagai antitumor. Lengkuas mengandung asetoksi kavikol asetat dan asetoksi eugenol
asetat yang bersifat antiradang dan antitumor (Buchbaufr, 2003).
Lengkuas memiliki kandungan kimia, seperti minyak atsiri(eugenol, sineol, dan metil sinamat),
flavonoid, fenol, terpenoid, galangol, galangan, alpinen, kamfer dan kristal kuning (Buchbaufr,
2003).
Fragmen pengenal pada mikroskopik adalah : amilum besar seperti biji ketimun (dalam air),
gumpalan sekresi coklat.

Daftar Pustaka :
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Paimin, F.B., Murhananto, 2008, Seri Agribisnis Budi Daya Pengolahan Perdagangan Jahe
, Cetakan XVII, Penebar Swadaya, Jakarta.
Marjoni, Riza, 2017, Farmakognosi (Teori Ringkas dan Praktik) untuk Diploma III Farmasi
, Cetakan Pertama, CV. Trans Info Media, Jakarta Timur.
Tim Lentera, 2002, Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Harmono, STP dan Drs Agus Andoko, Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe, Penerbit Agromedia
Pustaka, 2005.
Setyanigrum, 2013, Jahe, Penebar Swadaya, Jakarta.
Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2 . Jakarta: Trubus Agriwidya.
183 ± 185
Wijayakusuma, M. Hembing.2007. Penyembuhan dengan Temulawak I. Jakarta : Sarana Pustaka
Prima
Buchbaufr G., 2003, Original research paper, Acta Pharm, 53 : 73-81

Anda mungkin juga menyukai