Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Berdasarkan struktural dan fungsinya, jaringan otot diklasifikasikan ke dalam
golongan berikut : otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Otot polos adalah otot
involunter dan otot tidak berlurik. Otot polos terbentuk pada area berikut :
a.Dinding organ berongga.
b.Dinding duktus dan pembuluh.
c.Organ seperti kulit, limpa, dan penis.

Struktur otot polos :

a.Sel berbentuk spindle sangat bervariasi panjangnya, tetapi panjangnya tetap lebih
pendek dan diameternya juga lebih kecil daripada sel otot rangka.
b. Setiap sel mengandung satu nucleus sentral.
c.Serabut tersebut disatukan dalam unit atau lembar (lapisan).

Ada dua kategori utama otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi
untuk berkontraksi. Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah
besar, pada jalan udara besar traktus respiratotik, pada otot mata yang memfokuskan
lensa dan menyesuaikan ukuran pupil, dan pada otot erector pili rambut. Sedangkan otot
polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding organ berongga
atau visera.
Otot polos viseral adalah otot yang dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan
tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk berkontraksi. Pembentukan potensial
aksi mandiri tersebut merupakan hasil dari aktivitas listrik spontan. Akibat daya listrik,
sel-sel otot polos dalam lapisan disatukan melalui sambungan celah (gap junction)
komunikasi, yang dengan cepat menyebarkan potensial aksi ke seluruh sel yang saling
terhubung. System saraf otonom berakhir pada visceral, otot polos memodifikasi
frekuensi dan kekuatan kontraksi. Sel-sel otot polos dapat dipengaruhi oleh lebih dari
satu jenis neurotransmitter. Faktor lain yang mempengaruhi kontraksi otot polos visceral

1
adalah hormone-hormon tertentu, metabolic lokal tingkat menengah yang diproduksi
sekitar otot, peregangan mekanis, dan beberapa jenis obat.

Kebanyakan hormone yang bersirkulasi dalam tubuh akan memengaruhi


kontraksi otot polos hingga derajat tertentu, dan beberapa diantaranya mempunyai
pengaruh yang sangat besar. Diantara hormone dalam darah yang penting tersebut adalah
norepinefrin, epinefrin, asetilkolin, angiotensin, endothelin, vasopressin, oksitosin,,
serotonin, dan histamine. Suatu hormone dapat menimbulkan kontraksi suatu otot polos
bila membrane sel otot mengandung reseptor perangsang bergerbang hormone untuk
hormone tertentu. Sebaliknya, hormone akan menimbulkan inhibisi jika membrane
mengandung reseptor penghambat untuk hormone tersebut ketimbang mengandung
reseptor perangsang.
Obat-obat adrenergic adalah obat yang mempunyai efek sama dengan efek yang
dihasilkan oleh perangsangan system saraf simpatik. Obat-obat kolinergik adalah obat
yang bekerja secara langsung atau tidak langsung meningkatkan fungsi neurotransmitter
asetilkolin. Golongan kolinergik kerja langsung meliputi ester kolin (asetilkolin,
metakolin, karbamoilkolin, betanekol) dan alkaloid lemah (muskarin, pilokarpin, nikotin,
lobelin).
Asetilkolin (Ach) adalah senyawa ammonium kuartener dengan aktivitas
muskarinik dan nikotinik serta tidak dapat menembus membrane sel. Ach mempunyai
efek sebagai berikut : mengurangi denyut dan curah jantung, menurunkan tekanan darah,
memacu sekresi dan gerakan usus.
Pilokarpin termasuk obat yang lemah dibanding asetilkolin dan turunannya.
Pilokarpin termasuk pemacu sekresi kelenjar yang terkuat pada keringat, kelenjar saliva,
dan kelenjar air mata.
Adrenalin meningkatkan tekanan arteri dengan bekerja pada jantung dan
pembuluh darah perifer.
Atropine adalah alkaloid belladonna yang mempunyai afinitas kuat terhadap
reseptor muskarinik. Atropine digunakan sebagai antispasmodic. Obat ini tidak
memengaruhi sekresi asam lambung sehingga tidak bermanfaat sebagai anti-ulkus.

2
2.1 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh substansi adregenic dan cholinergic yaitu asetilkolin, adrenalin,
pilokarpin, dan sulfat atropin terhadap gambaran kontraksi otot polos visceral secara in
vitro?

3.1 Tujuan Praktikum


Mengetahui pengaruh substansi adregenic dan cholinergic yaitu asetilkolin, adrenalin,
pilokarpin, dan sulfat atropin terhadap gambaran kontraksi otot polos visceral secara in
vitro.

3
BAB II
METODE KERJA

2.1. Sarana
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :

Alat :
-Kimograf
-Tabung perendam lambung
-Benang dan penulis
-Papan katak

Bahan :
- Kertas pencatat
- Katak yang diambil lambungnya
- Adrenalin 0,01 %
- Atropin 0,01 %
- Pilokarpin 0,5 %
- Larutan thyrode.

2.2. Prosedur
1. Siapkan sediaan otot polos lambung katak:

a. Otak katak dirusak terlebih dahulu seperti pada praktikum kepekaan saraf perifer
dan otot rangka.
b. Tempatkan katak terlentang di atas papan katak, kemudian fiksir kedua kaki
belakangya dengan menggunakan jarum.
c. Irislah rongga dada dan rongga perut katak tersebut dengan irisan yang berbentuk
huruf Y. Kulit yang akan diiris ditarik dengan pinset yang dipegang dengan
tangan kiri, sedang tangan kanan memotong kulit katak tersebut dengan memakai
gunting. Pada saat menggunting jangan sampai memotong organ-organ lain.
4
d. Setelah perut katak terbuka, perhatikan secara in vivo pergerakan-pergerakan
lambung katak tersebut.
e. Bebaskan lambung katak dari jaringan sekitarnya dengan hati-hati dan jangan
sampai terlalu banyak mengadakan tekanan/sentuhan pada lambung tersebut,
karena hal ini dapat mengaibatkan stress hina mempengaruhi kontraksi lambung.
f. Ikatkan bagian piloros lambung katak sedistal mungkin dan bagian kardiak
seproximal mungkin dengan benang, kemudian potonglah bagian piloros
disebelah distal dari ikatan, dan potonglah bagian kardiak di sebelah proximal dari
ikatan.
g. Angkatlah dengan segera potongan lambung tersebut dan masukkan ke dalam
larutan thyrode dalam tabung perendam supaya lambung tersebut tidak sampai
rusak.
h. Sebelum lambung tersebut dimasukkan dalam tabung perendam, larutan thyrode
tersebut dialiri dengan oksigen dengan kecepatan optimal (jangan terlalu
besar/kecil).
i. Ikatlah ujung kardiak pada kait dalam tabung perendam, sedang ujung pilorus di
hubungkan dengan benang pada penulis, hingga percobaan pencatatan gerakan-
gerakan lambung bisa dimulai.
j. Catatlah gerakan lambung yang normal sebanyak kira-kira 10 kali kontraksi
sambil memperhatikan frekuensi, amplitudo serta tonusnya setiap akan
mengawali pengamatan terhadap pengaruh suatu obat/bahan. Setelah itu mulailah
menyelidiki pengaruh beberapa macam obat-obatan terhadap kontraksi otot polos
lambung.
k. Teteskan 3 tetes adrenalin ke dalam tabung perendam dan catatlah pada kimograf
pengaruh obat tersebut terhadap kontraksi lambung. Apabila pengaruhnya kurang
nyata, teteskan lagi setiap kali 3 tetes, hingga terlihat jelas efeknya.
l. Setelah cukup mempelajari pengaruh suatu macam obat, cucilah lambung katak
tersebut dengan jalan mengganti cairan dalam tabung perendam dengan cairan
thyrode yang baru (cuci sampai 2 kali ).
m. Kerjakan hal tersebut di atas dengan obat-obat : asetilkolin, sulfat atropin dan
pilokarpin.

5
Perhatian :

 Pada penggunaan larutan adrenalin harap diperhatikan agar larutan tersebut selalu
dalam keadaan fresh (belum lebih dari 24 jam).
 Sebelum diberi setiap macam obat dan sesudah dicuci harus direkam dulu
kontraksi normal preparat lambung tersebut sebagai kontrol.

6
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1. Tabel I Hasil Praktikum :

Frekuensi Amplitudo Tonus


Jenis Obat
(kontraksi per menit) (milimiter) (naik/tetap/turun)
Normal 0,75 Hz 27 mm Tetap
Kontrol : 0,75 Hz 24,3 mm
Adrenalin -
Percobaan : 0,75 Hz 9 mm
Kontrol : 1,25 Hz 11,6 mm
Pilokarpin -
Percobaan : 1,25 Hz 20,6 mm
Kontrol : 3,5 Hz 3 mm
Sulfat Atropin Turun
Percobaan : 3 Hz 2,4 mm

3.2. Tabel II Hasil Praktikum :

Frekuensi Amplitudo Tonus


Jenis Obat
(kontraksi per menit) (milimiter) (naik/tetap/turun)
Normal 2 Hz 8,5 mm Tetap
Kontrol : 1 Hz 10 mm
Adrenalin -
Percobaan : 0,5 Hz 15 mm
Kontrol : 0,75 Hz 3,8 mm
Pilokarpin -
Percobaan : 0,5 Hz 4,4 mm
Kontrol : 2 Hz 13 mm
Sulfat Atropin -
Percobaan : 1,25 Hz 13,2 mm

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pada keadaan normal :

7
Lambung katak direndam dalam cairan tyrode, gambaran kontraksinya menunjukan
tonus yang tetap baik pada percobaan katak pertama maupun kedua. Keadaan normal ini
diciptakan dengan tanpa memberi rangsangan (berupa subtansi adrenergic dan kolenergik).
4.2 Pemberian adrenalin 0,01%:
Gambaran kontraksi otot polos lambung katak menunjukan tonus yang tidak tentu, baik
pada percobaan katak pertama maupun kedua. Hal ini bisa dilihat dari perubahan frekuensi dan
perubahan amplitudonya berbanding terbalik. Adrenalin bersifat simpatis yang mengakibatkan
relaksasi pada otot polos visceral karena potensial membrane meningkat sehingga menurunkan
tonus. Hasil praktikum kami tidak sesuai dengan teori.
4.3 Pemberian pilokarpin 0,5%:
Gambaran kontraksi otot polos lambung katak menunjukan tonus yang tidak tentu, baik
pada percobaan katak pertama maupun kedua. Hal ini bisa dilihat dari perubahan frekuensi dan
perubahan amplitudonya berbanding terbalik. Obat ini dapat menimbulkan efek parasimpatik
yang dapat menurunkan potensial membrane sehingga menaikan tonus otot polos. Hasil
praktikum kami tidak sesuai dengan teori.
4.4 Pemberian atropine sulfat 0,01%:
Gambaran kontraksi otot polos lambung katak menunjukan tonus yang turun pada
percobaan katak pertama, dan tonus yang tidak tentu pada percobaan katak kedua. Atropin sulfat
bersifat simpatis yang mengakibatkan relaksasi pada otot polos visceral karena potensial
membrane meningkat sehingga menurunkan tonus. Hasil praktikum pada katak pertama sesuai
dengan teori.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa penyimpangan dengan teori
yang sesungguhnya, hal tersebut bisa terjadi karena :
 Ketegangan otot dari masing-masing katak yang digunakan dalam percobaan tidak sama.
 Kesalahan saat melakukan preparasi otot polos lambung katak.
 Atau pada saat penambahan obat serta pembilasan otot polos lambung katak.

BAB V
KESIMPULAN

8
Pada praktikum ini, yang dilakukan adalah mengamati pengaruh substansi adrenergic dan
cholinergic yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kontraksi otot polos pada
lambung katak. Pengamatan ditujukan terhadap variable frekuensi, amplitude dan tonus.

Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami mendapatkan menyimpulkan, bahwa :

1. Pengaruh adrenalin:
- Meningkatkan potensial membrane
- Membuat otot menjadi lebih rileks
- Bekerja identik dengan rangsangan simpatis
- Tonus meningkat
2. Pengaruh pilokarpin:
- Menurunkan potensial membrane
- Tonus menurun
- Identik dengan rangsangan parasimpatis
3. Pengaruh atropine sulfat :
- Memperbesar potensial membrane
- Membuat otot menjadi rileks
- Bekerja identik dengan rangsangan simpatis
- Tonus meningkat

Pengklasifikasian :
1. Obat Adrenergic
a. Adrenalin
b. Atropin sulfat
2. Obat Cholinergik
a. Pilokarpin

DAFTAR PUSTAKA

9
Arthur C. Guyton, John E. Hall; alih bahasa, Irawati ... [et al.] ; editor edisi bahasa Indonesia,
Luqman Yanuar Rachman … [et al]. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. –Ed. 11. –
Jakarta : EGC

Sloane, Ethel; alih bahasa, James Veldman; editor bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti,. 2003.
Anatomi dan Fisiologi Untuk Manusia. Jakarta: EGC

Staff Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008.


Kumpulan Kuliah Farmakologi. –Ed.2– Jakarta : EGC

10

Anda mungkin juga menyukai