A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini agar mahasiswa dapat menetapkan kadar senyawa
B. LANDASAN TEORI
adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi
bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat
larutan baku yang bersifat sebagai reduktor dan salah satu metode reduksimetri
yang terkenal adalah iodometri, pada iodometri larutan baku yang digunakan
adalah larutan Natrium tio sulfat yang pada titrasinya mengalami oksidasi
(Anonim, 2011).
Bromatometri merupakan metode titrasi yang BrO3- sebagai peniter, dimana BrO3-
ini merupakan salah satu oksidator kuat dengan reaksi BrO3-+ 5Br-+ 6H + Br2 +
Titrasi tidak langsung menggunakan baku iodium dan tiosulfat dalam suasana
natrium tiosufat dan digunakan indikator kanji (Sudjadi dan Rohman, 2004).
moleukul 248,17. Natrium tiosulfat memiliki pemerian berupa hablur besar tidak
berwarna atau serbuk hablur kasar. Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut
dalam etanol (95%), dan berkhasiat sebagai antidotum sianida (Anonim, 1979).
1. ALAT
a. Erlenmeyer
b. Filler
c. Pipet ukur
d. Pipet tetes
e. Timbangan analitik
2. BAHAN
a. Asam salisilat
b. HCL pekat
c. Indikator kanji
d. Natrium tiosulfat
e. Kalium Iodida
f. Kalium Bromida
D. PROSEDUR KERJA
Asam Salisilat
- Ditimbang 0,05 gr
- Ditambahkan 5 ml KI
biru hilang
Hasil pengamatan
E. HASIL PENGAMATAN
PERLAKUAN HASIL
0,05 gr asam salisilat + 30 ml
2. Perhitungan
M 1 ×V 1=M 2× V 2
M 2=0,00135
[I2] = [Br2]
= 0,049 m
2
Mol Br2 mula-mula = 0,1 ×30
3
= 2 mmol
0,652
Massa asam salisilat = ×138=0,0897m
1000
0,0897
% asam salisilat = × 100 %=179,4 %
0,05 gr
3. Reaksi
oksidasi dan ion bromat (BrO3-). Oksidasi potensiometri yang cukup tinggi dari
dari sistem ini menunjukan bahwa kalium kalium baromat adalah oksidator kuat.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah asam salisilat sebanyak
Penambahan ini bertujuan untuk memberikan suasana asam agar bromin dapat
terbebas. Dimana setelah asam klorida pekat ditambahkan maka bromin akan
dilepaskan sehingga dapat bereaksi dengan asam salisilat. Selain itu ditambakan
pula Kalium Iodida sebanyak 5 ml. Gugus OH pada asam salisilat akan digantikan
oleh Br2. Br2 yang berlebih dapat diketahui dengan menambahkan KI. KI
ditambahkan maka Br akan kembali menjadi KBr + I 2 , reaksi : Sisa Br2 + 2KI →
Indikator kanji juga digunakan pada percobaan ini dan ditambakan setelah
penambahan Kalium iodida. Indikator amilum dipakai untuk titrasi redoks yang
iodin yang berwarna biru tua. Pembentukan warna ini sangat sensitiv dan terjadi
tiosulfat yang digunakan adalah sebanyak 0,5 ml. Titik akhir titrasi dapat diliat
dengan adanya perubahan warna dari yang awalnya larutan berwarna bitu, maka
setelah dititrasi dengan natrium tiosulfat maka larutan berubah menjadi warna
putih.
Titrasi yang dilakukan pada percoban ini termasuk dalam titrasi tidak
langsung , sebab larutan tidak dapat langsung dititrasi dengan natruim tiosulfat.
KBrO3 merupakan baku primer dan Br2 merupakan oksidator tetapi tidak pernah
kadarnya tidak tetap. Titrasi baru dapat dilakukan dengan adanya brom yang
stanum valensi 4.
Kadar asam salisilat yang didapatkan pada percobaan ini adalah 179,4 %.
Kelebihan kadar yang diperoleh dalam percobaan ini hingga melebihi 100%
yang berlebih. Selain itu metode titrasi yang digunkan pada percobaan ini masih
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bawa kadar asam
Sugiarto, R., D., 2010, Perbandingan Pereduksi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dan
Kalium Oksalat (K2C2O4) pada Analisa Kadar Besi dalam Multivitamin
Secara Spektrofotometri UV-VIS, Jurnal Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Vol. 13 No. 1.
Watoni, A., H., dkk., 2000, Studi Aplikasi Metode Potensiometri pada Penentuan
Kandungan Karbon Organik Total Tanah, JMS, Vol. 5 No. 1.
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
PERCOBAAN VI
“BROMATOMETRI”
OLEH
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2014