Anda di halaman 1dari 15

KIMIA ANALISIS

TITRASI BROMATOMETRI

Dosen Pengampu : Apt Vicko Suswidiantoro S.Farm

Disusun Oleh :

1. Fiska Mugi Ananda (190106038)


2. Haiqal Fadhila (190106039)
3. Intan Apriani (190106037)
4. Mala Nurul Hidayah (190106035)
5. Meli Mega Arum (190106033)
6. Oka Nur Mala (190106040)
7. Wita Safitri (19010641)

FAKULTAS KESEHATAN PRODI FARMASI-A


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga
berkat karunianyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak, terutama kepada Bapak Apt Vicko Suswidiantoro S.Farm yang
telah memberikan tugasnya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah jauh dari kesempurnaan, oleh


karena itu kritik dan saran dari dosen pembimbing dan semua pihak yang
sifatnya membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dan demi perbaikan makalah penulis di masa yang akan datang.

Pringsewu, 20 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………I

KATA PENGANTAR………………………………………………………….II

DAFTAR ISI ..................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Bromatometri ......................................................................................... 3
B. Mekanisme Bromatometri....................................................................... 4
C. Indikator Titrasi Bromatometri ............................................................... 7
D. Keuntungan dan kerugian .................................................................10

BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 11

A. Kesimpulan ...................................................................................... ….11


B. Saran.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis kimia farmasi kuantitatif merupakan penganalisaan


prosedurkimia analisis kuantitatifterhadap terhadap bahan-bahan yang
digunakandalam bidang farmasi terutama dalam menentukan kadar atau
mutu obat-obatan dan senyawa kimia.Pada analisis kimia farmasi
kuantitatif, dikenal adanya bromatometri .bromatometri merupakan salah
satu metode titrimetri, bromatometrimerupakan salah satu metode
penetapan kadar suatuzat dengan prinsipreaksi reduksi – oksidasi.

Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkanhilangnya satu


elektron atau lebih dari dalam zat atom, ion, atau molekul. Bila suatu
unsur dioksidasi, keadaan oksidasinyaberubah keharga yang lebih positif.
Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron dan dalam
proses itu zat tersebut direduksi.

Pada metode ini,digunakan bromin sebagai oksidator, brom akan


direduksi oleh zat-zat organik dan terbentuk senyawa hasil substitusi
yangtidak dalam air. Brom juga dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa organik yang mampu berekaksi secara adisi atau
substitusi dengan brom. Hubungan bromatometri dengan dunia farmasi
yaitu mengindentifikasi zat aktif obat dalam berbagai bentuk sediaan
farmasi danpenepatan senyawa yang memiliki ikatan rangkap. Banyak
senyawa obatdapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode
bromatometri. Metode bromometri dan bromatometri ini terutama untuk
menetapkansenyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk
tribrom substitusi.Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan
senyawa arsen danstibium dalam bentuk trivalent tercampur dengan
stanum valensi empat.(J.Wunas. 1986:123)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi bromatometri ?
2. Bagaimanakah mekanisme bromatometri ?
3. Apa indikator titrasi bromatometri
4. Apa keuntungan dan kerugian bromatometri ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi titrasi bromatometri.
2. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme bromatometri.
3. Mahasiswa dapat mengetahui indicator titrasi bromatometri.
3. Mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian
bromatometri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembakuan iodimetri
Bromatometri merupakan salah satu metode penetapam kadar
suatu zat dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu
proses yang mengakibatkan hilangnya aatu elektron atau lebih dari
dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi,
keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat
pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam proses
itu zat tersebut direduksi (Rivai, 1995).

Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan


dasar reaksi dari ion bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang
relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa kalium bromat adalah
oksidator kuat. Hanyasaja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi.
Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas
dan dalam lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium
bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan
ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan
menjadi warna kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak
mudah untuk menetapkan titik akhir (Wunas, 1986).
Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan
diperoleh satu elektron atau lebih oleh zat (atom, ion atau molekul).
Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih
negatif (kurang positif), jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang
kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi (Rivai, 1995).
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini
sangat jelas karena elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus
diambil oleh zat yang lain.jika orang membicarakan oksidasi suatu zat,

3
ia harus ingat bahwa pada saat yang sama reduksi dari suatu zat juga
berlangsung (Underwood, 1993).

Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida


menjadi iod, sementara dirinya direduksi menjadi brimida (Gandjar,
2007):
BrO3ˉ + 6H + 6I+ Brˉ + 3I2 + 3H2O
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini,
karena suatu reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit
dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion iodida
kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion
bromat tunggal (Roth, 1988).

B. Mekanisme Bromatometri
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara
titran dengan analit. Bromatometri merupakan salah satu metode
oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion bromat (BrO3). Oksidasi
bromatometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya
tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan
dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat. Jika reaksi
antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam berjalam
cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir titrasi
ditunjukkan denghan munculnya warna bromine dalam larutan. Tetapi
jika reaksi antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan
lambat, maka dilakukan titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan
menambahkan bromine yang berlebih dan bromine yang berlebih ini
ditetapkan secara iodometri dengan dititrasi dengan natrium tiosulfat
baku (Underwood, 1993).
Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar
seperti kalium bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan

4
sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin tersebut
kemudian dapat digunakan untuk membrominasi secara kuantitatif
berbagai senyawa organik. Bromid berlebih hadir dalam kasus-kasus
semacam ini, sehingga jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung
dari jumlah KbrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkan
apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk
membrominasi senyawa organik tersebut untuk membantu memaksa
reaksi ini agar selesai sepenuhnya.Reaksi bromin dengan senyawa
organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga reaksi adisi
(Hendayana, 1994).
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan
untuk menetapkan senyawa-senyawa organik aromatis dengan
membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat juga digunakan untuk
menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent
walaupun tercampur dengan stanum valensi empat (Wunas, 1986)

APLIKASI
• Analisis sediaan farmasi
- Analisis kualitatif seperti identifikasi organoleptik
- analisa kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar suatu
senyawa.
• Digunakan untuk menetapkan senyawasenyawa organik aromatis
seperti misalnya, fenol-fenol asam salisilat, resolsinol, paraklorfenol.

5
SKEMA TITRASI

BROMATOMETRI

A.

B.

6
C.

C. Indikator Bromatometri

Indikator yang biasa digunakan dalam titrasi bromatometri


adalah larutan kanji. Komponen utama dari kanji yaitu: amilosa dan
amilopektin yang perbandingannya pada setiap tumbuh-tumbuhan
berbeda. Amilosa merupakan senyawa yang mempunyai rantai lurus
dan dapat banyak atau sedikit terdapat dalam kentang dan memberikan
rantai bercabang membentuk warna merah violet, mungkin karena
absorbsi. Indikator kanji bersifat reversible, artinya warna biru yang
timbul akan hilang apabila iodium direduksi oleh natrium tiosulfat atau
reduktor lainnya. Kekurangan kanji sebagai indikator adalah (Gandjar,
2007):
1. Kanji tidak larut dalam air dingin
2. Suspensinya dalam air tidak stabil
3. Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan iodium
akan membentuk kompeks iod-amilum. Jika dalam titrasi

7
menggunakan indokator kanji maka penambahan kanji dilakukan
pada saat mendekati titik ekuivalen.

Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses


iodometrik dan bromatometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini
biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan ini
tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi
harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat
tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan
sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat iodium murni
merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena
kesukaran dalam penanganan dan penimbangan (Khopkar, 2003).

Selain larutan kanji, indikator lainnya yang sering digunakan


dalam titrasi bromatometri yakni kalium bromat, jingga metal, merah
fiuchsin, permanganat, kalium dikromat, amilum, indikator redoks
(ferrointris dan iron (II) sulfat), dan auto indikator seperti metilenblue,
dan nitroferoin (Musyaffa, 2011).
Beberapa Jenis Indikator Pada Titrasi bromatometri (Nurul,
2013):
1. Indikator Sendiri

Apabila titrant dan analit salah satunya sudah berwarna,


sebagai contoh penentuan oksalat dengan permanganat dimana
larutan oksalat adalah larutan yang tidak berwarna sedangkan
permanganat berwarna ungu tua, maka warna permanganat ini
dapat dipakai sebagai indikator penentuan titik akhir titrasi. Pada
saat titik akhir titrasi terjadi maka warna larutan akan berubah
menjadi berwarna merah muda akibat penambahan sedikit
permanganat. Contoh lain titrasi redoks yang melibatkan indikator
sendiri adalah titrasi alkohol dengan menggunakan kalium
dikromat.

8
2. Indikator Amilum

Indikator amilum dipakai untuk titrasi redoks yang


melibatkan iodine. Amilum dengan iodine membentuk senyawa
kompleks amilum-iodin yang bewarna biru tua. Pembentukan
warna ini sangat sensitive dan terjadi walaupun I yang
ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit.

3. Indikator Redoks

Indikator redoks melibatkan penambahan zat tertentu


kedalam larutan yang akan dititrasi. Zat yang dipilih ini biasanya
bersifat sebagai oksidator atau reduktor lemah atau zat yang dapat
melakukan reaksi redoks secara reversibel. Warna indikator dalam
bentuk teroksidasi dengan bentuk tereduksinya berbeda sehingga
perubahan warna ini dapat dipakai untuk penentuan titik akhir
titrasi redoks.Reaksi indikator dapat dituliskan sebagai berikut:
(Inox bentuk teroksidasi dan Inred bentuk tereduksi) Indikator
redoks berubah warnanya pada kisaran potensial tertentu.

9
D. Keuntungan dan kerugian
Titrasi bromatometri memiliki beberapa keuntungan pada proses
titrasinya (Gandjar, 2007):
1. Pelaksanaannya praktis dan mudah
2. Tidak banyak masalah yang ditemukan
3. Mempunyai perbandingan stoikiometri yang sederhana
Kelemahan dari titrasi bromatometri ini yaitu adanya sedikit
kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion
bromida bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan
akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat, warna ini sangat
lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir (Wunas,
1986).
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai
tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap, karena itu penetapan
harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta labu yang dipakai
untuk titrasi harus ditutup (Wunas, 1986).

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan reaksi


reduksi-oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine
berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan
menambahkan bromine berlebih.
• Analisis sediaan farmasi
- Analisis kualitatif seperti identifikasi organoleptik
- Analisa kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar suatu senyawa.

B. Saran

A. Bagi para mahasiswa agar dapat memahami titrasi dengan cara


bromatometri.

B. Kepada para dosen agar dapat membimbing para mahasiswa untuk


lebih dapat memahami prosedur dan tata cara analisis dengan cara
bromatometri, misalnya dengan mengadakan praktikum

11
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.S., dan Underwood, A.L. 1993. Analisa Ilmu Kuantitatif. Edisi Keempat.
Penerbit: Erlangga. Jakarta.

Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta

Hendayani, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen.IKIP Semarang Press.


Semarang

Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan


Saptorahardjo. Edisi pertama. UI Press. Jakarta.

Rivai, Harrizul. 1995. AsasPpemeriksaan kimia. Jakarta: UI-Press

Roth, H.J. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makasar: UNHAS

12

Anda mungkin juga menyukai