Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

  KIMIA FARMASI II

KE- VII
“PENETAPAN KADAR DENGAN METODE BROMOMETRI”

DISUSUN OLEH:

NAMA : STHEFANY SUMANDANA


NIM : 19.71.020983
KELAS : PRAKTIKUM B (FARMASI)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI 


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2021/2022
I. TUJUAN
A. Memahami prinsip analisis secara bromometri
B. Mampu menetapkan kadar l dengan metode bromometri

II. DASAR TEORI

Volumetri adalah suatu metode analisis kimia kuantitatif yang digunakan


untuk menentukan kadar analit dengan menggunakan larutan pereaksi yang
konsentrasinya diketahui. Pada umumnya metode volumetric disebut metode
titrasi dan pereaksinya disebut pentitrasi. Pereaksi harus bereaksi stoikiometri
dengan analit dan kadar zat dihitung dari volume pereaksi yang bereaksi
ekivalen dengan analit (Satiadarma, 2004).
Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisis kuantitatif
yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume
tertentu. Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau
memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen
pembentukan sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut (Haryadi,
1990).
Untuk dapat dilakukan analisis volumetric harus dipenuhi syarat-syarat
berikut :
1. Harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan
dengan suatu persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus
bereaksi lengkap dengan reagensia dalam proporsi yang
stoikiometri atau ekivalen.
2. Reaksi harus praktis dan berjalan sangat cepat, dalam beberapa
keadaan penambahan katalis akan menaikan kecepatan reaksi.
3. Harus tersedia indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan titik akhir titrasi (Satiadarma, 2004).

Berdasarkan reaksi kimianya, volumetric dapat dikelompokan atas


:
1. Reaksi penetralan (asidimetri dan alkalimetri). Penetapan kadar
suatu zat (asam atau basa) berdasarkan prinsip netralisasi, bila
sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan
tersebut dinamakan asidimetri, sebaliknya bila larutan baku basa
sebagai titran, maka penetapan itu disebut alkalimetri.
2. Reaksi pembentukan kompleks. Merupakan reaksi yang
menghasilkan suatu kompleks atau ion komplek yang dapat larut
tetapi sedikit terdisosiasi, misalnya reaksi ion perak dengan ion
sianida untuk membentuk kompleks Ag(CN)2- yang sangat
stabil.
3. Reaksi oksidasi reduksi (Redoks). Reaksi-reaksi kimia yang
menyangkut oksidasi-reduksi secara luas digunakan dalam
analisa volumetri.
4. Pengendapan (Underwood, 1980).
Proses yang kita gunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan dikenal dengan standarisasi dengan
menggunakan standar primer, dengan syarat sebagai berikut:
1. Mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaaan
kemurnian yang diketahui dengan harga yang wajar . Pada
umumnya jumlah pengotoran harus tidak melebihi 0.01 sampai
0.02% dan harus mungkin diuji kemurniannya dengan uji-uji
yang diketahui kepekaanya.
2. Zat itu harus tetap, harus mudah dikeringkan dan harus tidak
higroskopik, tidak berkurang beratnya sewaktu terkena udara.
3. Mempunyai berateki valen yang tinggi sehingga kesalahan
penimbangan akan menjadi lebih kecil dan mudah larut serta
reaksi cepat dan stokiometri (Basset,J., dkk. 1994)

Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan reaksi


reduksi-oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine
berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan
menambahkan bromine berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan
titrasi secara langsung karena proses titrasi berjalan cepat (Rivai, 1995).
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar
reaksi oksidasi dari ion bromat (BrO3-).
BrO3- + 6 H+ + 6 e- Br- + 3 H2O
Dari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen sama
dengan 1/6 gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karena
kepekatan ion H+ berpengaruh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion
bromide (Rivai, 1995). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem
menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator yang kuat. Hanya saja
kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini
titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat
(Wunas,1986).
Seperti yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion
bromide selama titrasi. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam
larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat. Bromine
yang dilepaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat. Warna
ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Bromine
yang dilepaskan tidak stabil karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap. Karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu serendah
mungkin, serta labu yang dipakai harus ditutup (Wunas,1986).
Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam
berjalam cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir
titrasi ditunjukkan dengan munculnya warna bromine dalam larutan. Tetapi
jika reaksi antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan lambat,
maka dilakukan titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan
bromine yang berlebih dan bromine yang berlebih ini ditetapkan secara
iodometri dengan dititrasi dengan natrium tiosulfat baku (Underwood, 1993).
Dengan terbentuknya brom, titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan
terjadinya warna kuning dari brom, akan tetapi supaya warna ini menjadi
jelas maka perlu ditambah indikator seperti jingga metil, merah muchsin, dan
lain- lain (Wunas,1986).
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom
substitusi. Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen
dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun tercampur dengan stanum
valensi empat(Wunas,1986).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
a. Erlenmeyer
b. Pipet ukur
c. Buret dan statif
d. Gelas beaker
e. Labu ukur
f. Batang pengaduk
g. Kertas perkamen

Bahan
a. Tablet fenobarbital
b. Kloroform
c. KBrO3 1N
d. KBr
e. KI
f. H2SO4 1N
g. Indikator kanji 1%
h. Larutan iodium 0,1 N
i. Na2S2O3 1N
j. Aquadest
IV. PROSEDUR KERJA
● Pembakuan

V. DATA PENGAMATAN
-
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang titrasi bromometri, adalah suatu
cara penetapan kadar dengan menggunakan larutan brom atau dengan brom yang
dihasilkan oleh larutan KBrO3 dengan KBr dalam suasana asam. Titrasi secara
bromometri memiliki dua cara, yaitu cara langsung dan tidak langsung. Titrasi
secara langsung berlangsung dalam suasana asam dengan prinsip KBrO3 dalam
suasana asam akan bersifat sebagai oksidator sehingga dapat bereaksi langsung
dengan zat. Titrasi tidak langsung adalah titrasi dengan menggunakan brom yang
dihasilkan oleh KBrO3 dan KBr dalam suasana asam, kelebihannya dinyatakan
secara langsung dengan indikator metil merah atau secara tidak langsung, dengan
cara iodometri, yaitu dengan menitrasi jumlah I2 yang dilepaskan karena
pengaruh oksidasi dengan Br2 .
Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah kalium bikromat sebagai
bakunya, yang dilarutkan terlebih dahulu dengan aquades kemudian ditambahkan
natrium bikarbonat dan kalium iodida. Untuk indikator pada praktikum ini
menggunakan indikator kanji dan penitrasinya menggunakan natrium tiosulfat.
Pada tahapan pertama yaitu pembakuan, prinsip pembakuan itu pertama
harus memiliki baku sekunder dan baku primer, baku sekunder posisinya di buret
dan baku primer di erlenmeyer. Pada tahapan ini dilakukan dengan memasukkan
kalium bikromat ke dalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan aquades sebanyak
50 ml. pencampuran ini untuk proses pembentukan iodium setelah menunggu 10
menit lanjutkan ke proses titrasi. Sebelum dilakukan penambahan indikator kanji,
maka nanti ketika proses titrasi itu akan muncul warna hijau kekuningan di dalam
erlenmeyer nya, Ketika sudah muncul warna hijau kekuningan hentikan titrasinya
lalu tambahkan indikator kanji sebanyak 1 ml maka akan menghasilkan warna
biru, karena reaksi antara iodium dan kanji adalah biru. Lanjutkan titrasi hingga
warna biru pudar atau menjadi bening.
VII. KESIMPULAN
Metode Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan
reaksi reduksi-oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine
berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan
menambahkan bromine berlebih. Titrasi dilanjutkan sampai larutan tidak
berwarna.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Ayu Mulyani, dkk. 2018. Titrasi Bromometri. Fakultas Farmasi : Institut Sains dan
Teknologi Nasional.

Lab Farmasi UMBJM.2020.Tutorial Titrasi Bromometri.


https://youtu.be/mvBNFzWp_1o. (diakses pada tanggal 26 April 2021).
Fardin, AB. 1992. Farmakologi bagian I, II. EGC: Jakarta.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press :
Jakarta Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi da Terapi Edisi IV.
Universitas Indonesia : Jakarta
Sulistia G, Gunawan. 2009 Farmakologi dan Terapi Edisi ke-VI. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Tadjuddin, Naid. 2001. Penuntun Praktikum Analisa
Farmasi. UNHAS: Makassar.
Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat – Obat Penting. PT. Elex Media Kompetindo:
Jakarta.
Underwood, A.L., day, RA., .1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V. Alih
Bahasa : R. Soedhono, Erlangga: Surabaya.
Wunas,J,Said, S. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Unhas : Makassar

Anda mungkin juga menyukai